Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
HIV / AIDS di Indonesia semakin menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat dan telah mengalami perubahan dari epidemik
renah, menjadi epidemik terkonsentrasi yaitu persentase Kumulatif
Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko pada tahun 2011 tertinggi ditemui
melalui hubungan sex Heteroseksual (71%), Penasun (18,7%), LSL
(3,9%), dari Ibu ke Anak (2,7%), Darah Donor dan Produk Darah
Lainnya (0,4%), dan Tidak Diketahui (3,3%). Pemerintah serius
menangani
masalah
meningkatnya
jumlah
HIV/AIDS.
orang
Hal
yang
ini
terlihat
diperiksa,
dari
semakin
seiring
dengan
Harapan Kitadari bulan januari sampai mei 2012 ibu dengan sida HIV
AIDS berjumlah 3 orang.
Anak merupakan generasi penerus masa depan bangsa
dimana anak merupakan asset bangsa yang perlu dijaga kualitasnya
baik dari segi pendidikan maupun kesehatan. Dalam meningkatkan
derajat kesehatan anak salah satunya dengan meningkatkan upaya
pencegahan dan penanganan masalah HIV/AIDS pada anak dimana
jumlahnya semakin meningkat setiap tahun.
Asuhan keperawatan bagi bayi yang terinfeksi HIV/AIDS
beserta penyakit yang menyertainya sama saja dengan asuhan yang
diberikan kepada pasien lainnya. Oleh karenanya perawat serta
petugas kesehatan yang berkepentingan harus memiliki ketrampilan
yang memadai dalam memberikan asuhan keperawtan kepada pasien
secara
bertanggung
jawab.
Oleh
karena
itu
perlu
diadakan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
tanda
dan
dan
memahami
gejala,
tentang
proses
perjalanan
penularan
dan
D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan kasus ini kami memperoleh data melalui
wawancara, observasi, dan pengukuran. Data dikumpulkan dari
catatan medis, catatan tim kesehatan lain dan perawat di ruang seruni.
Untuk menyusun tinjauan teoritis, kami menggunakan beberapa buku
sumber dan diklat sebagai acuan serta perbandingan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar
1. Definisi / pengertian
Acquired Immunodeficiency
Syndrom
(AIDS)
merupakan
tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu.
Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
mengakibatkan turunnya dan hilangnya daya tahan tubuh sehingga
mudah terjangkit penyakit infeksi (Komisi penaggulangan AIDS,
Kementrian Koordinatur Bidang Kesejahteraan rakyat RI, 2004).
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA
yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa
informasi
genetik
(Komisi
Penanggulngan
AIDS/
Kementrian
Koordinator).
2. Patofisiologi
Virus
HIV
Tidak
Langsung
Langsung
Hubungan Sex
tanpa kondom
dengan
seorang
pengidap HIV
Penggunaan
Jarum suntik
yang tidak
steril dari
seorang
pengidap HIV
Dari
pengidap
HIV ke bayi
Transfusi
darah yang
terkotamina
si virus HIV
Alat medik
yang
tercemar
virus HIV
Infeksi AIDS
Respiratory Gastrointestinal
Integumen
Neurologik
3. Etiologi
Infeksi Human Immonodeficiency Virus (HIV)
Cara penularan
a. Hubungan seksual, dengan resiko penularan 0,1 1 % tiap
hubungan seksual
b. Melalui darah
98 %
Tertusuk jarum yang mengandung HIV, resiko penularan 0,03 %
Terpapar mukosa yang mengandung HIV, reskio penularan
0,0051 %
c. Transmisi dari ibu ke bayi
- Selama kehamilan
- Saat persalinan, resiko penularan 50 %
- Melalui air susu ibu (ASI) 14 %
4. Manifestasi Klinik
Gejala umum yang sering ditemukan pada bayi dan anak dengan
infeksi HIV adalah
- Gangguan tumbuh kembang
- Berat badan menurun
- Demam
- Diare kronik
- Kandidiasis oral yang sering kambuh (merupakan tanda yang
-
hati)
Gangguan Neurologis
Keterlambatan perkembangan mental
Infeksi otak
Infeksi oportuninistik (bersamaan penurunan imunitas)
5. Pemeriksaan deknostik
- ELISA (Enzime linkel immunosarbent assay)
Untuk mengidentifikasikan antibody HIV
- Western Blot test
Untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA
- I O (infeksi oportunistik)
- PCR untuk mendeteksi DNA dan RNA virus HIV yang sensitif
-
6. Komplikasi
- Penyakit paru-paru : TB dan pneumonia
- Infeksi jamur berulang di kulit, mulut dan tenggorokan
- Diare kronis dengan penurunan berat badan
- Demam tanpa sebab yang jelas
- Infeksi neurologic (meningitis).
7. Penatalaksanaan / pencegahan
WHO mengupayakan 4 (empat) prong/pilar untuk mencegah
terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi yang dilaksanakan secara
komperhensif yaitu :
a. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia
reproduktif.
b. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif.
c. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke
bayi yang dikandungnya.
d. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan peawatan kepada ibu
HIV positif beserta bayi dan keluarganya.
11
3. Intervensi
a. Risiko infeksi berhhubungan dengan transmisi sumber infeksi
ke bayi sebelum, selama dan setelah kelahiran.
Intervensi :
- Kaji faktor risiko
- Observasi tanda-tanda infeksi
- Monitor tanda-tanda vital
- Rawat bayi dalam lingkungan therma neutral
- Lakukan tindakan aseptic
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium dengan pemberian obat
- Pisahkan alat-alat yang dipakai klien, rendam dengan clorin
0,5 %
b. Resiko gangguan pemenuan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang kurang adekoat.
Intervensi :
- Hitung kalori
- Kaji toleransi minum
- Timbang berat badan tiap hari
- Hitung intake dan output
- Kolabborasi pemberian susu formula
- Kolaborasi laboratorium : GDS, elektrolit, protein, albumin,
lipid.
c. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang perawatan bayi yang terinfeksi HIV
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan orang tua
- Bina hubungan saling percaya
12
belum
matangnya
pusat
pengaturan
suhu
(hipotalamus)
Intervensi :
- Monitoring suhu tubuh tiap 3 jam
- Ganti pakaian basah
- Ganti pempers tiap BAB dan BAK
- Beri selimut hangat
- Pasang dan beri lampu penghangat
- Pertahankan suhu ruangan normal
- Skin to skin contak
e. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
diare
Intervensi :
- Kaji tanda tanda vital
- Kaji tanda-tanda dehidrasi
- Monitor intake dan output
- Timbang berat badan setiap hari
- Kolaborasi dalam pemberian therapy
f. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi
pada jaringan paru
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji suara napas,pola napas,penggunaan otot dada dan
adanya sianosis
- Berikan posisi semi fowler atau di tinggikan tempat tidur
- Beri oksigen sesuai instruksi medik
- Kolaborasi dalam pemberian therapy
4. Evaluasi (SOAP)
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan,
dengan evaluasi keperawatan, perawat dapat mengtahui sejauh
13
mana
tujuan
keperawatan
berhasil
atau
tidak,
dan
untuk
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
14
Data demografi
1. Pasien meliputi
Nama
Nomor MR
TTL
Jenis Kelamin
Tanggal masuk RS
Ruang rawat
Alamat
Tanggal pengkajian
: Bayi Y
: 69 67 67
: Jakarta, 0 Mei 2012
: Perempuan
: 02 Mei 2012
: Seruni
: Jakarta barat
: 27 Mei 2012, Umur bayi 25 hari,
hari rawat 26 hari
: NKB SMK Gestasi 31 minggu,
Ibu dengan sida
Diagnosa Medis
2. Orang tua
Ibu dan ayah meliputi
Ibu
Nama
Umur
Agama
Bangsa
Golongan darah
Pekerjaan
Ayah
Nama
Umur
Agama
Bangsa
Golongan darah
Pekerjaan
: Ny. A
: 32 Tahun
: Kristen
: Indonesia
: AB RH (+)
: IRT
: Tn. D.A
: 38 Tahun
: Kristen
: Indonesia
:A
: Swasta
15
16
juga
sempat
dilakukan
pemeriksaan
USG
kepala
juga
d. Sistem gastrointestinal
Berat badan lahir 1416 gram, berat badan sekarang 1520
gram, mukosa mulut lembab, turgor kulit elastis, terpasang
OGT untuk diet SF pregestimil 10 X 25 cc, tidak muntah,
abdomen supel, tidak ada kembung, bayi ada BAB dan
BAK, bising usus normal.
e. Sistem Integumen
Akral hangat, warna kulit merah, suhu bayi 36, 7 0c dengan
suhu incubator 31 0c, turgor kulit elastis dan tampak bersih,
tidak ada secret pada mata, tali pusat sudah puput, daerah
perineal tidak lecet.
f. Sistem reproduksi
Bayi perempuan, vagina bersih
g. Sistem eliminasi
BAK
: warna kuning
Jumlah 6,2 cc / kg bb / jam
BAB
: ada anus, frekuensi 2-3 X / hari, konsistensi
Kuning lembek.
5. Data Penunjang
Tanggal 28 mei 2012
Hasil Laboratorium : CRP 1,1 mg/dl
Darah lengkap : HB 10,4 g %
Hemotokrit 30 %
Trombosit 469.000
Leukosit 9700/u
Darah tepi : Basofil 1
Eosinofil 1
Batang
N segmen 13
Limfosit 46
Monosit 7
18
6. Analisa data
N
o
Tanggal
27 Mei
1 2012
Data
Masalah
DS :
DO : BBL 1416 gram mukosa
bibir lembab, turgor kulit elastis
terpasang OGT, untuk diet SF p
10 X 27, 5 cc, tidak ada residu,
reflek isap lemah, reflek menelan
lemah, tidak muntah, tidak
kembung, abdomen supel, bising
usus normal16 X / menit.
Terpasang
infus AA 6 % 1,8 ml/jam
27 Mei
2 2012
27 Mei
3 2012
DS :
DO : warna kulit merah, akral
hangat
s: 36,7 C dengan suhu inubator
31 C, HR 144 X / menit, tidak
sianosis, tidak muntah, tidak
Kembung
DS :
DO : akral hangat, suhu 36,7 C
dengan risiko inkubator 31 C
HR 144 X / menit, RR 144 X /
menit,
tidak muntah, tidak kembung,
tidak sianosis, reflek isap lemah,
reflek menelan, terpasang infus
AA
6 % 1,8 ml/jam, tidak plebitis, tali
pusat sudah puput, tidak ada
19
Resiko
gangguan
kebutuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Risiko
gangguan
termoregulasi
hipotermi
Risiko infeksi
DS :
DO : warna kulit merah, akral
hangat
suhu 36,7 C dengan suhu
inkubator
31 C, kulit tampak bersih, kepala
bersih, turgor kulit elastis,
terpasang
infus 6 % 1,8 ml/jam, tidak ada
Phlebitis
Risiko
gangguan
integritas kulit
7. Masalah Keperawatan
1. Risiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
2. Risiko gangguan thermoregulasi hipotermi
3. Risiko infeksi
4. Risiko gangguan integritas kulit
B. Diagnosa keperawatan
1. Risiko infeksi berhubungan dengan transmisi sumber infeksi ke
bayi sebelum, selama, dan setelah kelahiran.
2. Risiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang adekuat.
3. Risiko gangguan thermoregulasi hipotermi berhubungan
dengan
belum
matangnya
(hipotalamus).
20
pusat
pengaturan
suhu
21
2. Diagnosa 2
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
- Berat badan tidak turun
- Tidak kembung
- Tidak muntah
- Tidak ada residu
- Reflek isap dan menelan baik
- Bising usus normal
- Tidak ondema
Intervensi :
- Timbang berat badan setiap hari
- Pasang OGT jika perlu
- Observasi reflek isap danmenelan
- Monitor toleransi minum
- Hitung intake dan output
- Hitung kebutuhan kalori
- Hitung pengeluaran Urin
Implementasi : 27 Mei 2012
Jam 09.00 Wib
1. Menimbang berat badan
Hasil : berat badan 1527 gram (naik 27 gram)
2. Mengecek keberadaan / posisi OGT
Hasil :
22
1. Diagnosa 1
S:O : Bayi sadar, gerakan aktif, tangis kuat, napas spontan, tidak
sesak, abdomen supel, tidak kembung, tidak muntah, BAB dan
BAK normal
Terpasang infus AA 6% 0,7 ml/jam, tidak phlebitis, suhu 36,7 0C,
HR 140 X / menit, RR 48 X / menit, SaO2 91%.
Hasil laboratorium :
- CRP 1,1 mg/dl
- Darah lengkap : HB 10,4 g/dl
Hemotokrit 30%
Trombosit : 469000
Leukosit : 9700/u
- Darah tepi : Basofil 1
Esionofil 1
Batang
N. Segmen 13
Limposit 46
Monosit 7
- Kolaborasi dengan dokter
Instruksi : dapat therapy
A : Masalah tidak menjadi actual
P/I : Lanjutkan intervensi keperawatan
2. Diagnosa 2
S:O:
-Berat badan sekarang 1525 gram (berat badan menurun 2
gram).
-Terpasang OGT untuk diet SFp 10 X 27,5 cc
-Abdomen supel tidak kembung, tdak muntah, tidak ada residu
-Ada BAB dan BAK.
A : Masalah tidak menjadi actual
24
25
26
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada pengkajian ditemukan bahwa bayi Y belum tentu
menderita HIV/AIDS, meskipun ibu bayi dengan sida HIV/AIDS.
karena tanda dan gejala khususnya pada infeksi oportunistik belum
nampak dan belum di dukung dengan pemeriksaan penunjang.
Data yg di buat dalam asuhan keperawatan ini di ambil sebagai
faktor risiko krn bayi lahir dengan masa gestasi 31 minggu dan
berat badan lahir 1416gram.
Pada teori terdapat 6 diagnosa keperawatan yg berhubungan
dengan HIV/AIDS namun pada kasus nyata di prioritaskan 3
masalah yang berhubungan dengan NKB SMK gestasi 31 minggu.
Yaitu: risiko infeksi, risiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, dan risiko hipotermi.
Evaluasi yang di peroleh setelah di lakukan intervensi
keperawatan selama 3 hari adalah semua masalah keperawatn
tidak menjadi aktual .
27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bayi dengan ibu sida HIV AIDS belum pasti
didapatkan infeksi oportunistik dimana tidak didapatkan tanda
dan gejala pada pasien dengan HIV AIDS sehingga kondisi bayi
dari hari ke hari semakin membaik. Hal ini tetap memerlukan
intervensi yang berkesinambungan dan terus menerus.
B. Saran
-
yang
memadai
dalam
memberikan
asuhan
28