Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
tuberculosis,
Cryptococcus.
Sedangkan penyebab meningitis bukan infeksi yang paling sering antara lain sel-
Sumatera
Utara
kontaminan),
obat
(NSAID,
trimetoprim),
mengalami meningitis. Dan meningitis terjadi 1 dari setiap 50.000 kasus pasien
yang menjalani lumbar puncture (van de Beek, 2010). Secara keseluruhan,
mortality rate pasien meningitis adalah 21%, dengan kematian pasien
pneumococcal meningitis lebih tinggi dari pasien meningococcal meningitis (van
de Beek, 2004). Di Afrika, antara tahun 1988 dan 1997, dilaporkan terdapat
704.000 kasus dengan jumlah kematian 100.000 orang. Diantara tahun 1998 dan
2002 dilaporkan adanya 224.000 kasus baru meningococcal meningitis. Tetapi
angka ini dapat saja lebih besar di kenyataan karena kurang bagusnya sistem
pelaporan penyakit. Sebagai tambahan, banyak orang meninggal sebelum
mencapai pusat kesehatan dan tidak tercatat sebagai pasien meninggal dicatatan
resmi (Centers for Disease Control and Prevention).
Otitis media merupakan penyakit peradangan sebagian atau seluruh
mukosa
telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid (Soepardi,
2008). Di Amerika Serikat, otitis media terdiagnosis lebih dari 5 juta kali setiap
tahunnya, dan merupakan alasan paling banyak dituliskannya resep antibiotik
untuk anak-anak (Hendley, 2002). Otitis media biasanya diikuti dengan infeksi
virus di nasofaring yang kemudian mengganggu fungsi dari tuba Eustachius, yang
kemudian mengganggu ventilasi dan menimbulkan tekanan negatif di telinga
tengah (Hendley, 2002).
adalah yang ekstrakranial yang berupa antara lain mastoiditis, kolesteatoma, dan
otitis media dengan perforasi. Sedangkan komplikasi intrakranial, yang jarang
terjadi, antara lain meningitis, abses otak, dan trombosis sinus lateral. 60% anak
yang menderita otitis media akan mengalami komplikasi, baik itu ekstrakranial
maupun intrakranial (O'Connor, 2009). Otitis media supuratif kronik (OMSK)
merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani
disertai sekret yang terus menerus atau hilang timbul (Nursiah, 2003). Otitis
media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi OMSK apabila
prosesnya telah berlangsung lebih dari 2 bulan (Soepardi, 2008). Gejala klinisnya
berupa otorrhoea disertai kehilangan pendengaran konduktif. Di dunia, terdapat
65-330 juta penderita OMSK dan 60%-nya menderita kehilangan pendengaran
yang signifikan (Borton, 2009).
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen
atau
tipe sekunder atau OMSK tipe jinak) dan tipe atikoanteral (tipe primeratau tipe
mastoid atau OMSK tipe ganas). Otitis media supuratif kronik (OMSK) tipe ganas
ini dapat menimbulkan komplikasi ke dalam tulang temporal dan ke intrakranial
yang dapat berakibat fatal (Aboet, 2007). Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap
negara. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor
sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan
Indian Amerika. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK
ini dipikul oleh negara-negara di Asia Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang
rendah, lingkungan kumuh, status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan
faktor yang menjadi dasar
meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang (Aboet,
2007).
Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006
menunjukkan
pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien (Aboet, 2007).
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan antara otitis media supuratif kronik dengan
meningitis.
1.3. Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas yang diberikan oelh dosen pengajar mata
kuliah mikrobiologi dan untuk memberitahukan kepada teman-teman
tentang meningitis.
1.1.1.3.2.
Tujuan kusus
1) Untuk menjelaskan lapisan meninges
2) Untuk menjelaskan defenisi meningitis
3) Untuk menjelaskan etiologi meningitis.
4) Untuk menjelaakan tipe meningitis.
5) Untuk menjelaskan patologi meningitis
6) Untuk menjelaskan patofisiologi meningitis.
7) Untuk menjelaskan histopology meningitis.
8) Untuk menjelaskan epidemiologi meningitis.
9) Untuk menjelaskan factor riiko meningitis.
10) Untuk menjelaskan insiden meningitis.
11) Untuk menjelaskan manifestasi klinis meningitis.
12) Untuk menjelaskan gejala klinis meningitis.
13) Untuk menjelaskan diagnosis banding meningitis.
14) Untuk menjelaskan pemeriksaan penunjang meningitis.
15) Untuk menjelaskan diagnosis meningitis.
16) Untuk menjelaskan tata laksana meningitis.
17) Untuk menjelaskan prognosis meningitis.
18) Untuk menjelaskan cara pencehagan meningitis.
BAB II
PEMBAHASAN
dari
subdural dan
dari
duramater
piamater
oleh
ruang
oleh spatium
potensial,
disebutspatium
subarakhnoid yang
terisi
(Long Barbara C, 1996). Efek peradangan dapat mengenai jaringan otak yang
disebut dengan meningoensefalitis (Wordpress, 2009).
.3. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan
diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis
serosa.macam-macam penyebab meningitis:
1) Bakteri : Mycobacterium tuberculosa,
(pneumokok),
Neisseria
meningitis
Diplococcus
(meningokok),
pneumoniae
Streptococus
strerococcus
haemolyticus,
staphylococcus
aureus,
Haemophilus
influenzae,
Escherichia
coli,
Klebsiella
pneumonia,
Pneudomonas aeruginosa.
Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada cairan
otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber infeksi,
radiologic, pemeriksaan EEG.
(Harsono,2013)
.5. Patologi Meningitis
Leptomeningitis, atau meningitis,seperti yang lebih sering disebut,
mengacu pada peradangan leptomeningen dan ruang subarachnoid. Sebagian
besar kasus terjadi akibat infeksi, meskipun zat kimia tertentu yang dimasukan
kedalam ruang subarachnoid juga dapat menyebabkan meningitis. Meningitis
infeksius dapat dibagi menjadi meningitis purulen akut, biasanya disebabkan oleh
bakteri; meningitis limfositik akut, biasanya oleh virus; dan meningitis kronis,
yang mungkin disebabkan oleh sejumlah agen infeksius yang berbeda-beda.
Leptominingitis akut (purulen) merupakan penyebab penting morbiditas
dan mortalitas pada semua usia. Hampir semua kasus disebabkan oleh bakteri,
yang umumnya mencapai SSP melalui aliran darah setelah mengoloni nasofaring.
Meskipun identifikasi organisme spesifik penyebab infeksi sangat penting dalam
merencanakan terapi, usia pasien dan gambaran klinis lain dapat memberikan
petunjuk penting untuk memberikan terapi empiris.
o Sebagian besar kasus meningitis pada periode neonates disebabkan oleh flora
dalam saluran genitalia ibu. Streptococcus grup B berkapsul dan Escherichia
coli, khususnya merupakan pathogen yang sangat penting bagi kelompok usia
ini.
o Pada anak berusia 6 bulan atau lebih, Haemophilus influenza dahulu
merupakan penyebab sebagian besar kasus meningitis akut; frekuensinya
telah jauh menurun selama tahun-tahun terakhir berkat diperkenalkannya
vaksin yang efektif. Streptococcus pneumoneae saat ini merupakan penyebab
tersering meningitis akut pada anak berusia muda.
o Neisseria meningitides merupakan penyebab
tersering
epidemi
leptomeningitis akut dan meningitis akut pada anak yang lebih tua, remaja,
dan dewasa muda.
o Pada orang dewasa yang lebih tua, sebagian besarb kasus meningitis akut
disebabkan oleh espneumoneae dan berbagai basil gram-negatif.
10
virus dapat pula secara perkonti nuitatum dari peradangan organ atau
jaringan yang ada didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media,
mastoitditis,trombosis sinus karvernosus dan sinusitis.penyebaran kuman bisa
juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah
otak. Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi
radang pada pia dan araknoid, CSS( cairan serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
11
12
A. Komponen-komponen susunan
saraf
13
Gambar
A.
Gambar
B.
Gambar
C.
Gambar
D.
14
musism
puncaknya
panas/winter
pada
akhir
dry
April-awal
season
Mei,
(November-Desember),mencapai
saat
angin
gurun
Harmattan
15
yang rentan terhadap strain baru yang virulen mungkin merupakan penyebab
epidemik, beberapa faktor lain termasuk lingkungan yang padat penduduk, adanya
kuman saluran nafas pathogen lain, hygiene yang rendah dan lingkungan yang
buruk merupakan pencetus untuk terjadinya infeksi epidemik.
Infeksi N. meningitidis semata-mata hanya mengenai manusia. Telah
terbukti bahwa tidak didapatkan adanya host antara, reservoar atau transmisi dari
hewan ke manusia pada infeksi M. meningitidis. Nasofarings merupakan
reservoar alami bagi meningococcus, transmisi dari kuman tersebut terjadi lewat
saluran pernafasan (airbone droplets), serta kontak seperti dalam keluarga atau
situasi recruit training.
Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan bahwa
sebagian besar partikel dari droplet saluran nafas mengandung meningococcus.
Meningococcus bisa didapatkan pada kultur dari nasofaring dari manusia sehat,
keadaan ini disebut carrier. Hal tersebut dapat meningeal tergantung kepada
kemampuan dari kapsel polisakarida untuk menghambat aktivitas sistim
komplemen bakterisidal yang klasik dan menginhibisi phagositosis neutrophil.
Aktivasi dari sistim komplemen merupakan hal yang sangat penting dalam
mekanisme pertahanan terhadap infeksi N. meningitidis. Pasien dengan defisiensi
dari komponen terminal komponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9) merupakan
resiko tinggi untuk terinfeksi Neisseria (termasuk N. Meningitidis).
16
Orang yang tinggal diperumahan yang padat penduduk, siswa yang tinggal
di asrama, personil di pangkalan militer atau anak-anak Yang dititipkan di
penitipan anak ( day care) akan meningkatkan resiko meningitis. Hal ini
dikarenakan penyebaran penyakit menjadi lebih cepat bila sekelompok
orang berkumpul.
2.9.3. Ibu hamil
Pada wanita yang hamil, ada peningakatan kontraksi listeriosis,
yaitu infeksi yang di sebabkan oleh bakteri listeria, yang juga dapat
menyebabkan meningitis bila memiliki listeriosis bayi yang belum
melahirpun akan bereaiko terkena.
2.9.4. Faktor Lingkungan Kerja
Bekerja di lingkungan yang dengan hewan
Pekerjaan yang selalu berhubungan dengan hewan seperti pertenak, juga
memiliki resiko tinggi tertular listeria, yang dapat mengakibatkan
meningitis
2.9.5. Faktor Imunitas
1) Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah antara lain :
o Bayi yang lahir terang bulan ( prematur) dan berat kelahiran
rendah
o Bayi yang hanya di beri ASI sebentar atau sedikit
o Orang sering terpapang asap rokok
2) Orang yang sering mengalami infeksi virus di saluran pernapasan
o Pendrita penyakit kronis seperti kanker dan diabetes, penderita
HIV
o Pengguna obat immunosuppresan juga lebih rentan terhadap
meningitis
2.10. Insiden Meningitis
Meningitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.
Insiden puncak terdapat rentang usia 6 12 bulan. Rentang usia dengan angka
mortalitas tinggi adalah dari lahir sampai dengan 4 tahun (Wordpress, 2009).
Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur : (Japardi Iskandar.
2002)
17
di
tandai
dengan
adanya
gejala
seperti
panas
oleh
mumpsvirus
di
tandai
dengan
gejala
anoreksia
dan
dengan
keluhan
sakit
kepala,
muntah,sakit
tenggorokan,nyeri
19
rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku terdapat
tanda tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih
hebat.
Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal
dunia dalam waktu 3minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana
mestinya.
20
2.1.14.2.
Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
1) Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
2) Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
2.1.14.3.
Pemeriksaan Radiologis
1) Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT Scan.
2) Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
Pungsi lumbal memperlihatkan cairan serebrospinal yang jernih,kadangkadang sedikit keruh atau ground glass appearance. Bila cairan serebrospinal
didiamkan maka akan terjadi pengendapan fibrin yang halus seperti sarang labalaba.Jumlah sel antara 10 500 /ml dan kebanyakan limfosit. Kadangkadang oleh reaksi tuberkulin yag hebat terdapat peningkatan jumlah sel, lebih
dari 1000/ml. Kadar glukosa rendah, antara 20- 40 mg%, kadar klorida di bawah
600 mg %. Cairan serebrospinal dan endapan sarang laba-laba dapat diperiksa
untuk pembiakan atau kultur menurut pengecatan Ziehl- Nielsen atau Tan Thiam
Hok (Harsono, 2005).
Tes tuberkulin terutama dilakukan pada bayi dan anak kecil. Hasilnya
sering kali negatif karena anergi, terutama pada stadium terminal. Pemeriksaan
lainnya meliputi foto thoraks dan kolumna vertebralis, rekaman EEG, dan CT
scan. Semuanya disesuaikan dengan temuan klinik yang ada, atau didasarkan atas
tujuan tertentu yang jelas arahnya (Harsono, 2005).
2.16. Tatalaksana Meningitis
2.1.1. Farmakologis
1) Obat anti inflamasi :
(1) Meningitis tuberkulosa :
a. Isoniazid 10 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal
500 gr selama 1 tahun.
b. Rifamfisin 10 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1
tahun.
c. Streptomisin sulfat 20 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu,
1 2 kali sehari, selama 3 bulan.
(2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a. Sefalosporin generasi ke 3
b. ampisilina 150 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 6 kali
sehari.
c. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
(3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a. Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali
sehari.
b. Sefalosforin generasi ke 3.
23
2) Pengobatan simtomatis :
(1) Diazepam IV : 0.2 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4
0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.
(2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
(3) Turunkan panas :
a. Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b. Kompres air PAM atau es.
3) Pengobatan suportif :
(1) Cairan intravena.
(2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 50%.
2.1.16.2.
Perawatan
1) Pada waktu kejang
(1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
(2) Hisap lender
(3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
(4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
2) Bila penderita tidak sadar lama.
(1) Beri makanan melalui sonda.
(2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi
penderita sesering mungkin.
(3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb
antibiotika.
3) Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi. Pada inkontinensia alvi
lakukan lavement.
4) Pemantauan ketat.
(1) Tekanan darah
(2) Respirasi
(3) Nadi
24
2.1.16.3.
4) Penurunan kesadaran
Cari tanda kenaikan tekanan intra cranial :
1) Mual muntah hebat
2) Nyeri kepala
3) Ubun-ubun cembung
Hati2x
Fungsi lumbal
CSS jernih
Pengecatan gram
Biakan : CSS, darah, air kemih
1) Kontak TB
Nasofaring
2) Uji Tuberkulosis
3) X foto Dada
Antibiotika
(+)
Setelah 3 hari pungsi ulang
(-)
Obat Anti TB
CRP
Tes Limulus
Hasil baik
Antibiotika terus
Hasil tetap/memburuk
Evaluasi
1) Dosis
Anghilasi lateus
(+)
1) Fase dini
(-)
1) Jamur
25
2) Interval
2) Partially
3) Cara pemberian
2) Virus
treated
4) Meningitis
4) Penetrasi CSS
Antibiotika
Ganti antibiotika
Sesuai hasil biakan
.17. Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik
yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis
meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anakdan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.34
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitis
purulenta,
tetapi
50%
dari
penderita
yang
selamat
akan
26
Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko
meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan
melaksanakan pola hidup sehat.
Pencegahan
dapat
dilakukan
dengan
memberikan
imunisasi
meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang
dapat
diberikan
b (Hib), Pneumococcal
polysaccaharide
seperti
Haemophilus
conjugate
influenzae
vaccine (PCV7),
type
Pneumococcal
conjugate
vaccine
dicegah
dengan
pemberian
27
2.1.18.2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak
awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal
dapat menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat
dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga
dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk
mengenali gejala awal meningitis.
Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan
fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi
test darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru .
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota
keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk
menemukan penderita secara dini.10 Penderita juga diberikan pengobatan
dengan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab
meningitis yaitu :
1) Meningitis Purulenta
(1) Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim,
seftriakson.
(2) Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim, penisilin,
seftriakson.
28
berat
dapat
ditambahkan
etambutol
atau
streptomisin.
Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah
kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit
berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan
kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita
untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi- kondisi yang tidak
diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak
neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk
belajar. Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah
dan mengurangi cacat.
29
BAB III
PENUTUP
30
3.1 kesimpulan
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai
lapisan piamater dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan
termasuk cairan serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada
meningens, yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan
medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus,
bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak, macam-macam penyebab meningitis:
hamil, Faktor Lingkungan Kerja dan Faktor Imunitas. Dan pencegahan meningitis
dapat di lakukan dengan pencegahan primer, sekunder serta tersier.
3.2 Saran
31
ada
terdapat
kesalahan
mohon
dapat
mema'afkan
dan
memakluminya, karena kami hanyalah manusia yang tak luput dari salah dan lupa
32
Daftar Pustaka
Anonim.
2007.
Apa
URL:http://www.bluefame.com/lofiversion/index
Itu
Meningitis.
php/t47283.html
Ellenby,Miles.,Tegtmeyer,Ken.,Lai,Susanna.,andBraner,Dana.2006.Lumbar
Puncture.
35 UR
o
Medicine.12:
5 L :
The
New England Journal f
http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12
.pdf
UR
Selekt Neurolog
Harsono.2003. Meningitis.Kapita a
i.
2 L :
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.ht
m
http://kesehatan.blogekstra.com/majid/lain-lain/penyebab-gejala-pencegahanradang-selaput-otak-meningitis.html#ixzz3I0YqTdRt
http://www.Patient.co.uk/Doctor/meningitis.htm
33
http://www.NHS.uk/conditions/meningitis/Pages/diagnosis.aspx
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter
%20II.pdf
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.pdf
34