Sunteți pe pagina 1din 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR LANJUT USIA
2.1.1

Pengertian Lanjut Usia


Proses menua (Ageing Process) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti dan


mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnnya dialami pada semua makhluk hidup.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
secepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi
kekurangan-kekurangan yang mencolok (Deskripsi).
Menurut Undang-Undang no. 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan pasal 8 ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat,
kelemahan, dan lanjut usia.
2.1.2

Teori-Teori Proses Menua


Menurut (Wahjudi Nugroho, hal 16) bahwa teori proses menua dibagi
menjadi beberapa, antara lain :
1) Teori-Teori Biologi
(1) Teori genetic dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel

pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas


adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).
(2) Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan selsel tubuh lelah (terpakai).
(3) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada organ
lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu fungsi sel itu sendiri.
(4) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
(5) Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan
gizi.
(6) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory).
Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun. (Menurut
Goldteris & Brocklehurst, 1989).
(7) Teori Immunologi Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
2) Teori Stres

10

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.


Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
(1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahanbahan

organik

seperti

karbohidrat

dan

protein.

Radikal

ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.


(2) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
(3) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
3) Teori Kejiwaan Sosial
(1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
a) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.

11

c) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar


tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
(2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
(3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama
diajukan oleh Cumming and Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa
dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Triple Loos), yakni :
a) Kehilangan peran (Loos of Role)
b) Hambatan kontak sosial (Restraction of Contact and Relation Ships)
c) Berkurangya komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and
Values).

2.1.3

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan Antara Lain :


1) Hereditas (Keturunan/Genetik)
2) Nutrisi (Makanan)

12

3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres, (Wahjudi Nugroho, hal 19).
2.1.4

Batasan-Batasan Lanjut Usia


1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi :
(1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelomok usia 45-59 tahun
(2) Lanjut usia (eldery) = antara 60 dan 74 tahun
(3) Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90
(4) Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun.
2) Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad
Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad (alm) Guru Besar
Universitas Gajah Mada pada Fakultas Kedokteran, membagi periodesasi
biologis perkembangan manusia sebagai berikut :
(1) 0-1

tahun = masa bayi

(2) 1-6

tahun = masa prasekolah

(3) 6-10

tahun = masa sekolah

(4) 10-20

tahun = masa pubertas

(5) 40-65

tahun = masa setengah umur (presenium)

(6) 65 tahun keatas = masa lanjut usia (senium).


3) Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI)
Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat

dibagi menjadi empat bagian. Pertama = fase

13

iuventus, antara 25 dan 40 tahun, kedua = fase vertilitas, antara 40 dan 50


tahun, ketiga = fase prasenium, antara 55 dan 65 tahun, dan keempat =
fase senium, antara 65 tahun hingga tutup usia.
4) Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut : usia dewasa muda
(eldery adulhood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh (middle
years) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (geriatric age)
lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun (young old),
75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old). Kalau dilihat
pembagian umur dari beberapa ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun
keatas.
2.1.5

Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia


Menurut (Wahjudi Nugroho, hal 21) bahwa teori proses menua dibagi
menjadi beberapa, antara lain :
1) Perubahan-Perubahan Fisik
(1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya
b) Lebih besar ukurannya
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
d) Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah, dan hati
e) Jumlah sel otak menurun
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel

14

g) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.


(2) Sistem Persarafan
a) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepatnya menurun hubungan persarafan
c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress
d) Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa,
lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin
e) Kurang sensitive terhadap sentuhan.
(3) Sistem Pendengaran
a) Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan
daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b) Membrana timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa/stres.
(4) Sistem Penglihatan

15

a) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap


sinar
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap
e) Hilangnya daya akomodasi
f) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada
skala.
(5) Sistem Kardiovaskuler
a) Elastisitas, dinding aorta menurun
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setia tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak)

16

e) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya


resistensi dari pembuluh darah perifer, sistolik normal 170
mmHg. Diastolik normal 90 mmHg.
(6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain :
a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik
35C ini akibat metabolisme yang menurun
b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
(7) Sistem Respirasi
a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
b) Menurunnya aktivitas dari silia
c) Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
e) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
f) CO2 pada arteri tidak berganti
g) Kemampuan untuk batuk berkurang
h) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernafasan
akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
(8) Sistem Gastrointestinal

17

a) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease


yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
b) Indra pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput
lender, atropi indra pengecap ( 80%), hilangnya sensitifitas dari
saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam, dan
pahit.
c) Esofagus melebar
d) Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
f) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu)
g) Liver

(hati),

makin

mengecil

dan

menurunnya

tempat

penyimpanan, berkurangnya aliran darah.


(9) Sistem Reproduksi
a) Menciutnya ovary dan uterus
b) Atrofi payudara
c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur
d) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik ), yaitu :
(a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia

18

(b) Hubungan

seksual

secara

teratur

membantu

mempertahankan kemampuan seksual


(c) Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami
e) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan
terjadi perubahan-perubahan warna.
(10)

Sistem Genitourinaria

a) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang
akibatnya, kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urine, berat
jenis urine menurun proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood Urea
Nitrogen) menngkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
b) Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan
meningkatnya retensi urine.
c) Atrofi vulva
d) Vagina

19

Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih


juga membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu fungsi
sexual seseorang berhenti, frekuensi sexual intercourse cenderung
menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
(11)

Sistem Kulit (Integumentary System)

a) Kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak


b) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis)
c) Menurunnya respon terhadap rauma
d) Mekanisme proteksi kulit menurun :
(a) Produksi serum menurun
(b) Penurunan produksi VTD
(c) Gangguan pigmentasi kulit
e) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu
f) Rambut dalam hidung dan telinga menebal
g) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi
h) Pertumbuhan kuku lebih lamban
i) Kuku jari menjadi keras dan rapuh
j) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
k) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya
l) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.

20

(12)

Sistem Muskoluskeletal

a) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh


b) Kifosis
c) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
d) Discuss intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang)
e) Persendian membesar dan menjadi kaku
f) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut
otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otototot kram dan menjadi tremor
g) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
2) Perubahan-Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
(1) Pertama-tama perubahan fisik, khusunya organ perasa
(2) Kesehatan umum
(3) Tingkat pendidikan
(4) Keturunan (hereditas)
(5) Lingkungan
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi.
Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang,
kekakuan mungkin karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
3) Kenangan (Memory)
(1) Kenangan jangka panjang :

21

(2) Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa


perubahan
(3) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk).
4) I.Q (Intellgentia Quantion )
(1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
(2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor :
terjadi perubahan pada daya membahayakan tekanan-tekanan dari
faktor waktu.
5) Perubahan-Perubahan Psikososial
(1) Pensiunan :
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun
(purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain:
a) Kehilangan financial (income berkurang)
b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala aktivitasnya)
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan
(2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of
mortality)
(3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit

22

(4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).


Meningkatnya

biaya

hidup

pada

penghasilan

yang

sulit,

bertambahnya biaya pengobatan


(5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan
(6) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
(7) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
(8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman-teman dan family
(9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
6) Perkembangan Spiritual
(1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970)
(2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,
1970)
(3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler (1978),
Unervalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.
2.2 KONSEP SENAM YOGA
2.2.1

Pengertian Senam Yoga


Yoga berasal dari bahasa sansekerta yuj yang berarti union atau

penyatuan.

23

Beberapa pengertian menyatu antara lain :


1) Penyatuan antara spirit (jivatman) dengan spirit universal (pramatman)Brahma Khumari
2) Penyatuan antara tubuh, pikiran, dan jiwa sivanada
3) Penyatuan antara tubuh, napas, dan pikiran-The Art Of Living
2.2.2

Jenis Senam Yoga


Banyak jalan untuk menuju penyatuan ini, tergantung kepada kepribadian,

pendidikan dan kemampuan seseorang. Ada tujuh cabang dasar yoga yang
disesuaikan dengan kebutuhan khusus para pelaku yoga, yakni :
1) Hatha Yoga. Prinsip utamanya adalah penyatuan dengan melatih tubuh
dan napas. Walaupun latihannya dilakukan dengan fisik, namun
memiliki efek yang lebih dalam.
2) Laya Yoga atau Kundalini Yoga. Tujuan utamanya membangkitkan
kundalini, yaitu suatu sistem energi alam didalam tubuh, dengan cara
auto

suggestion

sugesti

pada

diri

sendiri

yang

bertujuan

mengendalikan pusat-pusat energi.


3) Mantra Yoga. Dengan melantunkan mantra (kata atau kalimat bertuah)
secara berulang-ulang. Mantra ini berubah menjadi vibrasi yang
berpengaruh positif terhadap tubuh, pikiran, dan jiwa.

4) Bhakti Yoga. Berkomunikasi dengan Tuhan dengan cara berbakti,


bertaqwa, dan berserah diri karena cinta dan penghormatan yang
mendalam. Ritual-ritual orang sakit keagamaan termasuk didalamnya.

24

5) Karma Yoga. Yoga melalui kerja atau pelayanan. Prinsip dasarnya


adalah karma (hukum sebab akibat). Pelakunya mempunyai keyakinan
penuh bahwa apapun yang dikerjakan seseorang akan mendapatkan
hasil yang setimpal. Pelaksanaannya melalui bekerja atau berbuat baik
tanpa mengharapkan hasil bagi dirinya sendiri.
6) Jhana Yoga. Yoga melalui pendalaman terhadap ilmu pengetahuan.
Belajar

dan

menganalisis

pengetahuan

spiritual

tiada

henti.

Penganutnya senantiasa mencari kebenaran sejati.


7) Raja Yoga. Merupakan sisntesis atau perpaduan dari aliran yoga yang
lain terutama dengan Hatha Yoga. Bila Hatha Yoga menekankan pada
segi praktisnya, Raja Yoga menekankan pada tingkat tingginya.
Diibaratkan orang bepergian, Hatha Yoga adalah langkah awal,
sedangkan Raja Yoga adalah sampai ditujuan.
Yang dimaksud dengan Yoga dalam buku ini adalah gaya hidup, suatu
sistem pendidikan secara terpadu untuk tubuh, pikiran, dan jiwa (Yoga is a way of
life, an integrated system of education for the body, mind, and inner spirit-swami
sivanada-). Karena Sri Sivanada adalah seorang dokter (1887-1963), maka
keterangan mekanisme yoga banyak berpijak pada ilmu kedokteran. Berbeda
dengan ilmu kedokteran yang utamanya mempelajari penyakit dan pengobatan,
yang lebih ditekankan sebagai ilmu yang mempelajari ilmu kesehatan. Teknik
yoga dirancang untuk mempertahankan dan memaksimalkan keadaan sehat, bugar
dan awet muda.
Yoga dilakukan dan dikembangkan di India ribuan tahun yang lalu, dan
tekniknya telah teruji mampu memberikan manfaat kesehatan kepada para

25

praktisinya. Pelaksanaannya masih tetap sesuai hingga masa sekarang tanpa


mengalami perubahan yang berarti.
Yoga adalah kebenaran universal, sehingga teknik yoga boleh dilakukan
oleh sisapa pun, lintas agama, lintas kepercayaan, bangsa, ras, budaya, dan waktu.
Juga bisa dilakukan oleh semua kalangan umur, mulai dari kanak-kanak hingga
orang lanjut usia. Yoga juga boleh dilakukan oleh ibu hamil, wanita yang sedang
nifas, bahkan saat melahirkan. Namun tentu saja dilakukan dengan penyesuaian.
Dalam konsep yoga, tubuh dianggap sebagai kendaraan bagi jiwa. Latihan
yoga diibaratkan merawat kendaraan pribadi. Aasana memberi oli secara
berkesinambungan. Pranayama mengatur sistem kelistrikan dengan aki sebagai
pusatnya. Relaksasi adalah sistem pendinginan. Makanan adalah bahan bakar.
Sementara pikiran positif berperan sebagai sopir yang andal.
Latihan yoga apabila dilakukan secara teratur dan benar, secara empiris
(berdasarkan pengalaman) maupun data ilmiah dapat membantu pencapaian
kesehatan paripurna, yaitu sehat secara fisik, mental, sosial dan spiritual.
Kesehatan fisik merupakan hak asasi setiap insani, sosial, dan semua orang pasti
ingin untuk mencapainya. Kesehatan mental kita perlukan untuk membimbing diri
sendiri kearah kehidupan yang lebih baik. Kesehatan sosial perlu dikembangkan
untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan lingkungan. Sedangkan
kesehatan spiritual wajib dibina untuk menghubungkan diri

dengan sang

pencipta.
Pembahasan mengenai yoga rasanya ada yang kurang sebelum kita
mengutip sedikit yoga sutra dari Rsi Patanjali sebagai rujukan. Beliau
menunjukkan delapan langkah untuk menuju Raja Yoga atau Ashtanga Yoga,

26

yakni Yama (5 hal yang harus dihindari), Niyama (5 hal yang harus dilakukan),
Asana (latihan fisik tertentu), Pranayama (latihan napas tertentu), pratyahara
(melepaskan diri dari pengaruh indra), dharana (konsentrasi), dhyana (meditasi),
dan Samadhi (super conscious). Tahapan ini secara praktis dapat dijabarkan
sebagai 6 kegiatan dasar dalam melakukan yoga, yaitu :
1) Berpikir, berkata, dan berbuat benar (trikaya parisudha)
2) Latihan fisik (asana)
3) Latihan napas (pranayama)
4) Istirahat (relaksasi)
5) Meditasi
6) Pola makan yang benar
2.2.3

Keunggulan dan Manfaat Yoga


Yoga memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan jenis olah tubuh

lainnya, terutama dari sisi spiritualnya. Berikut ini adalah perbedaan antara yoga
dengan jenis olah tubuh lainnya, yaitu :

27

Tabel 2.1
Perbedaan yoga dengan jenis olah tubuh lain
Yoga
- Bersifat
statis.
Satu
posisi
dipertahankan beberapa saat.
- Efek latihan mempengaruhi banyak
organ atau system fisiologi.
- Anabolik. Gerakan sinkron dengan
pernapasan sehingga suplai oksigen
selalu cukup.
- Subjektif. Membuat yoga cenderung
introver dan menguasai diri.
- Sedatif, menenangkan.
- Ekstra mundance. Penjernihan pikiran.

Bukan Yoga
- Repetitif. Gerakan diulang-ulang.
- Berefek muscular, berpengaruh pada
perkembangan otot.
- Katabolik. Memerlukan banyak energi.
Terjadi
utang
oksigen
yang
mengakibatkan kelelahan.
- Objektif. Mengarah ke ekstrover dan
kompetitif.
- Aktif, menggembirakan.
- Mundance, bersifat duniawi.

Selain itu, yoga juga memiliki keunggulan, antara lain :


1) Dapat dilakukan mulai dari usia bayi sampai lanjut usia.
2) Dapat dilkukan oleh orang sehat, sakit, hamil, saat melahirkan, dan
setelah melahirkan.
3) Dapat dilakukan bagi orang dalam berbagai tingkat kemampuan. Mulai
dari yang kaku sampai yang sangat lentur. Dari pemula sampai tingkat
mahir. Mulai dari gerakan sederhana sampai gerakan dengan tingkat
kesulitan tinggi.
4) Latihan yoga tidak tergantung pada cuaca, bisa dilakukan didalam atau
diluar ruangan.
5) Bisa dilakukan sendiri atau berkelompok.
6) Biaya latihan relative murah dan tak memerlukan alat bantu.
7) Dari aspek pernafasan tidak ada utang oksigen (oxygen debt), sehingga
tidak menimbulkan rasa lelah.

28

8) Latihan otot menyeluruh : isotonic, isometrik, fleksibilitas, kekuatan


(strength), ketahanan (indurance), koordinasi gerak dan keseimbangan.
9) Tidak ada pemaksaan gerak, tergantung dari kemampuan sendiri,
sehingga tidak terjadi cedera.
10) Ada corrective value untuk perbaikan maupun penyembuhan penyakit.
Misalnya, kelainan tulang punggung dan beberapa penyakit lainnya.
11) Dapat mengurangi lapisan lemak yang tak perlu.
12) Bermanfaat bagi tulang punggung dan persendian.
13) Ada posisi relaksasi.
14) Memperbaiki pembuluh darah kecil (arteriol) sehingga oksigenasi
meningkat hingga ketingkat sel.
15) Melatih konsentrasi dan pernapasan.
16) Berpengaruh secara sistematis terhadap saluran napas, kardiovaskuler,
pencernaan, otot dan tulang, hormonal, system kekebalan tubuh, dan
mental.
Efek yoga terhadap kesehatan telah dibuktikan melalui banyak penelitian.
Berlatih yoga (asana, pranayama, relaksasi, dan meditasi) secara rutin yang
dipadukan dengan gaya hidup yoga yang sehat akan memberikan manfaat
kesehatan.

29

2.2.4

Gerakan Yoga Untuk Gangguan Tidur


1) Mudhasana (Postur anak/embrio)

Gambar 2.1 Mudhasana (Postur anak/embrio)


(1) Duduk dalam postur duduk virasana
(2) Buang napas perlahan sambil menggerakkan tubuh kedepan hingga
kening menempel di alas. Kedua tangan diletakkan di kedua sisi
tubuh. Relaks dan bernapas dalam. Tahan selama yang diinginkan.
(3) Sambil menarik

napas, bawa kembali tubuh duduk tegak dalam

virasana.
(4) Saat

menahan

dalam

posisi

terakhir, usahakan

agar

selalu

menempelkan bokong ke tumit.


2) Adho Mukha Svanasana (Postur anjing)

Gambar 2.2 Adho Mukha Svanasana (Postur anjing)


(1) Dalam posisi merangkak, kedua pergelangan tangan di bawah bahu
dan lutut sejajar dengan panggul. Jari-jari kaki menjejak pada alas.

30

(2) Tarik napas, angkat lutut dari alas, luruskan lutut, arahkan tulang ekor
dan pinggul ke langit-langit. Jari-jari kaki berjinjit dan jari-jari tangan
terentang.
(3) Sambil membuang napas, perlahan turunkan tumit hingga arahkan
pinggul agar lebih tinggi mengarah keatas. Beban tubuh bertumpu
pada telapak tangan dan kaki. Kepala lurus sejajar dengan tulang
punggung. Bernapas normal dan tahan selama 15-30 detik.
(4) Lakukan beberapa kali.
3) Padahastasana (Postur berdiri menekuk ke depan)

Gambar 2.3 Padahastasana (Postur berdiri menekuk ke depan)


(1) Berdiri tegak dalam tadasana/postur gunung.
(2) Tarik napas dalam, angkat kedua lengan perlahan ke atas kepala
hingga lengan sejajar dengan telinga.
(3) Buang napas, tubuh bergerak ke arh depan dan ke bawah dari sisi
panggul (bukan pinggang). Dekatkan wajah ke kaki. Tangan
diletakkan di samping telapak kaki, atau bisa juga memeluk betis. Jaga
kedua lutu agar tetap lurus.
(4) Tari napas dan perlahan kembali berdiri tegak.

31

4) Trikonasana (Postur segitiga)

Gambar 2.4 Trikonasana (Postur segitiga)


(1) Berdiri tegak dalam tadasana/postur gunung
(2) Renggangkan kedua kaki lebih lebar daripada bahu dan rentangkan
kedua lengan sejajr dengan bahu. Kaki kanan diputar 90 derajat ke
arah luar dan kaki kiri 15 derajat ke arah dalam. Kedua tumit sejajar.
(3) Buang napas, turunkan tangan kanan hingga menggapai sejauh
mungkin pergelangan kaki.
(4) Rentangkan tangan kiri sejajar vertical dengan tangan kanan. Wajah
menengadah. Bernapas normal. Tahan selama 15-30 detik.
(5) Kembali berdiri tegak dan ulangi dengan sisi lainnya.
5) Parsvotanasana (postur ekstrem dan menekuk kedepan)

Gambar 2.5 Parsvotanasana (postur ekstrem dan menekuk kedepan)


(1) Berdiri tegak dalam tadasana/postur gunung

32

(2) Renggangkan kedua kaki hingga lebih besar daripada bahu. Kaki
kanan diputar 90 derajat ke arah luar dan dan kaki kiri 30 derajat ke
arah dalam. Kedua tumit sejajar.
(3) Tempelkan kedua tangan di belakang punggung dalam postur namaste
mudra terbalik.
(4) Hadapkan tubuh ke kanan. Tarik napas , buka dada.
(5) Buang napas, gerakkan tubuh ke depan dan dekatkan wajah ke kaki.
(6) Tarik napas, tubuh kembali tegak.
(7) Ulangi dengan sisi lainnya.
6) Bhujangasana (Postur kobra)

Gambar 2.6 Bhujangasana (Postur kobra)


(1) Berbaringlah menelungkup dengan kaki merapat. Kedua telapak
tangan di samping dada dan jari-jari tangan di bawah bahu. Wajah
menempel pada alas.
(2) Tarik napas, perlahan angkat wajah, dada, dan perut dari alas. Buka
dada dan menengadah. Wajah menatap satu titik terjauh di atas kepala.
Jaga agar kaki tetap rapat, lengan sedikit tertekuk, bahu tidak
terangkat, otot bokong kuat, dan tubuh bagian bawah tidak terangkat.
Bernapas normal dan tahan selama 15-30 detik.
(3) Buang napas dan perlahan turunkan kembali tubuh ke alas.

33

7) Dhanurasana (Postur busur)

Gambar 2.7 Dhanurasana (Postur busur)


(1) Berbaringlah menelungkup dengan kedua kaki direnggangkan sejajar
dengan panggul.
(2) Tekuk lutut dan genggam pergelangan kaki. Tarik napas, angkat tubuh
bagian atas dan kaki setinggi mungkin dengan bantuan tangan. Wajah
menatap depan atau menangkap satu titik terjauh di atas kepala untuk
lebih memaksimalkan rentangan pada tangan. Bernafas normal. Tahan
selama 15-30 detik.
8) Marichyasana (Postur memuntir tulang punggung)

Gambar 2.8 Marichyasana (Postur memuntir tulang punggung)


(1) Duduk dalam postur duduk dandasana
(2) Tekuk lutut kanan ke dada, telapak kaki kanan pada alas
(3) Peluk lutut kanan dengan lengan kiri dan letakkan tangan kanan di
belakang tubuh sejajar dengan tulang punggung. Kedua bahu sejajar.

34

(4) Buang napas dan putar tubuh ke arah kanan, mata menatap sisi terjauh
di belakang tubuh. Tahan selama 15-30 detik sambil bernapas normal.
(5) Buang napas, kembali ke posisi awal. Lakukan dengan sisi lainnya.
9) Paschimottanasana (Postur duduk menekuk ke arah depan)

Gambar 2.9 Paschimottanasana (Postur duduk menekuk ke arah


depan)
(1) Duduk dalam postur duduk dandasana
(2) Tarik napas dan rentangkan kedua tangan di atas kepala. Punggung,
leher, dan kepala tegak.
(3) Buang napas dan bergerak dari pinggul ke arah kaki. Pegang
pergelangan kaki, telapak kaki, atau bawah lutut apabila tubuh masih
belum terlalu lentur. Atau, genggam pergelangan tangan di balik
telapak kaki. Lakukan semampunya. Dekatkan wajah ke kaki.
Usahakan agar punggung tidak membungkuk. Bernapas normal dan
tahan selama 15-30 detik.
(4) Tarik napas dan kembali duduk tegak dalam postur duduk dandasana.
10) Supta baddha konasana (postur kupu-kupu berbaring)

Gambar 2.10 Supta baddha konasana (postur kupu-kupu berbaring)

35

(1) Duduk dalam postur duduk baddha konasana.


(2) Letakkan tangan di belakang tubuh dan perlahan baringkanpunggung
ke alas. Kedua tangan di samping tubuh atau di atas kepala saling
memeluk siku. Relaks dan bernapas dalam. Tahan selama yang
diinginkan.
(3) Tekan kedua siku di samping tubuh dan perlahan angkat kembali
tubuh duduk tegak dalam baddha konasana.
11) Viparita karani mudra (Postur berbaring dengan kaki bersandar pada
dinding)

Gambar 2.11 Viparita karani mudra (Postur berbaring dengan kaki


bersandar pada dinding)
(1) Duduk menyamping pada dinding
(2) Berputar dan arahkan bokong sedekat mungkin menempel pada
dinding, kedua tangan menahan tubuh di belakang.
(3) Luruskan kaki dan perlahan turunkan punggung hingga berbaring ke
alas. Renggangkan kaki sejajar dengan pinggul. Kedua tangan
tergeletak di sisi tubuh atau di atas kepala saling memeluk siku.
Relaks dan bernapas dalam. Lakukan selama yang diinginkan.

36

(4) Untuk kembali, perlahan tekuk lutut dada, dan berguling ke samping
kanan.
12) Savasana (Postur mayat/relaksasi total)

Gambar 2.12 Savasana (Postur mayat/relaksasi total)


(1) Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki sedikit direnggangkan,
kedua tangan diletakkan

di samping tubuh dengan posisi telapa

tangan membuka ke atas. Posisi kepala dan leher lurus dengan tulang
punggung.
(2) Lakukan selama 10-15 menit untuk postur ini.

2.3 KONSEP TIDUR


2.3.1

Pengertian Tidur
Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan

tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masingmasing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto,
Wartonah, 2004).
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang
tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau dengan
rangsang lainnya (Athur C. Guyton, 1997).

2.3.2

Fisiologi Tidur

37

Pengaturan tidur dikarenakan adanya hubungan mekanisme sereberal yang


secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur
dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan sistem
kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, Reticular Activating System (RAS)
dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses
pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin
seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan
adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons batang otak
tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung
dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbic.Dengan
demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR (A. Aziz Alimul, 2008).
2.3.3

Klasifikasi Tidur
Terdapat berbagai tahap dalam tidur, dari tidur yang sangat ringan sampai

tidur yang sangat dalam. Para peneliti tidur juga membagi tidur dalam dua tipe
yang secara keseluruhan berbeda, yang memiliki kualitas yang berbeda.
1) NREM (Non Rapid Eye Movement)
Tahap tidur ini dapat juga disebut sebagai tidur gelombang lambat.
Dinamakan tidur gelombang lambat karena pada tahap ini gelombang
otaknya sangat lambat, yang dapat dihubungkan dengan penurunan tonus,
penurunan darah perifer dan fungsi-fungsi vegeatif tubuh lainnya. Selain itu,

38

tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan kecepatan metabolisme basal akan


berkurang 10-30%. Ciri-ciri tidur

non-REM yaitu betul-betul istirahat

penuh, tekanan darah menurun, frekuensi pernafasan menurun, pergerakan


bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme menurun.
Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui
elektroenchephalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada
pada setiap tahap tidur, yaitu : pertama, kewaspadaan penuh dengan
gelombang betha yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah ; kedua,
istirahat tenang yang diperlihatkan pada gelombang alpha ; ketiga, tidur
ringan karena terjadi perlambatan gelombang alpha sejenis tetha atau deltaq
yang bervoltase rendah ; dan keempat, tidur nyenyak karena gelombang
lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 12/detik.
Tahapan tidur jenis gelombang lambat :
(1) Tahap I
Tahap satu merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit
menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5
menit.
(2) Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan proses tubuh terus menurun
dengan ciri mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi

39

napas menurun, temperature tubuh menurun, metabolisme menurun,


berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
(3) Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuennsi
napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi
sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
(4) Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung
dan pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerakan
bola mata cepat, sekresi lambung menurun, serta tonus otot menurun.
2) REM (Rapid Eye Movement)
Disebut juga sebagai tidur paradox yang dapat berlangsung pada tidur
malam selama 5-20 menit, dan rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama
terjadi selama 80-100 menit, akan tetap apabila kondisi orang sangat lelah,
maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri dari tidur
jenis ini adalah :
(1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif
(2) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang
lambat
(3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi
kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
(4) Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak bernapas.
(5) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.

40

(6) Mata cepat menutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme
meningkat.
(7) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi.
Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut :
Bangun

NREM I

REM

NREM II

NREM II

NREM III

NREM III

NREM II

NREM IV
Gambar 2.3
Siklus Tidur
2.3.4

Fungsi dan Tujuan Tidur


Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini

bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional,


kesehatan, mengurangi stress pada paru, kardiovaskular, endokrin, dan lain-lain.
Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi
seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur :
pertama, efek pada system saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan

41

normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf, dan kedua, efek pada
struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh
karena selama tidur terjadi penurunan.
2.3.5

Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan.

Tabel 2.3 menerapkan kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.


Tabel 2.3
Kebutuhan tidur manusia
Usia
0-1 bulan
1 bulan-18 bulan
18 bulan-3 tahun
3 tahun-6 tahun
6 tahun-12 tahun
12 tahun-18 tahun
18 tahun-40 tahun
40 tahun-60 tahun
60 tahun ke atas
2.3.6

Tingkat
Perkembangan
Masa nonatus
Masa bayi
Masa anak
Masa prasekolah
Masa sekolah
Masa remaja
Masa dewasa muda
Masa paruh baya
Masa dewasa tua

Jumlah Kebutuhan
Tidur
14-18 jam/hari
12-14 jam/hari
11-12 jam/hari
11 jam/hari
10 jam/hari
8,5 jam/hari
7-8 jam/hari
7 jam/hari
6 jam/hari

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur


Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor kualitas

tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan


memperoleh jumlah jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Diantara faktor
yang dapat mempengaruhinya adalah :
1) Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak
penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang
disebabkan oleh infeksi (infeksi limpa) akan memerlukan lebih banyak

42

waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit


menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.
2) Latihan dan Kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih
banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan.
Hal tersebut terlihat pada seorang yang telah melakukan aktivitas dan
mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat
tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.
3) Stres Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah
psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
4) Obat
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat
yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic
menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM,
kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan
untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia,
dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
5) Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat
proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses
tidur, karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein

43

yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat


juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
6) Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur.
7) Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan
untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
2.3.7

Masalah Kebutuhan Tidur


1) Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan
tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur
yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu : initial insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau
mengawali tidur, intermiten insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk
tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur
ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan
jiwa, ataupun stress.
2) Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur
berlebihan, pada umumnya lebih dari Sembilan jam pada malam hari,
disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah pskologis, depresi,

44

kecemasan, gangguan susunan saraf, ginjal, hati, dan gangguan


metabolisme.
3) Paramsomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat
mengganggu pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam
tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari
tidur NREM. Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.
4) Enuresa
Enuresa merupkan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu
tidur, atau biasa disebut juga dengan istilah mengompol. Enuresa dibagi
menjadi dua jenis, yaitu : enuresa nokturnal, merupakan mengompol
diwaktu tidur, dan enuresa diurnal, mengompol pada saat bangun tidur.
Enuresa nokturnal umumnya merupakan gangguan pada tidur NREM
(Non Rapid Eye Movement).
5) Apnea tidur dan Mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur,
tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi
masalah. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam
pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya
disebabkaan oleh adanya adenoid, amandel, atau mengendurnya otot
dibelakang mulut. Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya
pernafasan sehingga dapat mengakibatkan henti napas. Bila kondisi ini
berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah
menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.

45

6) Narcolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk
tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan,
atau disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu
gangguan neuologis.
7) Mengigau
Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan
diluar kebiasaan. Dan hasil pengamatan, ditemukan bahwa hampir semua
orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.
8) Gangguan Pola Tidur Secara Umum

Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana


individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan
kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau
mengganggu gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, LJ, 1995). Gangguan
ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan
lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apati, kehitaman didaerah
sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih,
perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap dan
mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur diantara lain kerusakan
transport oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh
obat, imobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang
mengganggu, dan lain-lain (A. Alimul Aziz, 2006).

46

S-ar putea să vă placă și