Sunteți pe pagina 1din 18

Laporan Kasus

KARSINOMA PENIS
Karina Goysal, Suriadi Nurdin, Achmad M Palinrungi
Sub Bagian Bedah Urologi, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanuddin, Makassar
ABSTRAK
Dilaporkan kasus tumor penis pada laki-laki usia 53 tahun dengan keluhan
utama ulkus pada alat kelamin selama satu tahun. Lesi awal berupa nodul yang gatal.
Ulkus semakin membesar disertai sekret yang berbau dan nyeri. Tidak terdapat
gangguan berkemih, sejak 2 bulan terakhir muncul limfadenopati inguinal yang
diikuti dengan terbentuknya ulkus. Faktor resiko pada pasien ini belum disirkumsisi.
Keluhan anoreksia disertai penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisis,
didapatkan ulkus dengan tepi tidak rata dari ujung penis sampai pada batang penis
disertai sekret dan jaringan nekrotik, ulkus pada kelenjar inguinal dengan tepi rata
dan sekret. Hasil pemeriksaan biopsi insisi adalah squamous cell carcinoma, tidak
didapatkan tanda-tanda metastasis pada pemeriksaan USG abdomen dan foto thorax.
Dilakukan tindakan total penektomi dan perineal uretrostomi.
Kata kunci : karsinoma, ulkus, limfadenopati
PENDAHULUAN
Karsinoma penis sebagian besar adalah karsinoma epitel skuamosa, yang
secara makroskopik terbagi menjadi dua, yaitu karsinoma papiliar dan infiltratif.
Karsinoma papiliar tumbuh kearah luar, berbentuk papiliformis atau kembang kol,
pada stadium dini susah dibedakan dengan kondiloma akuminata, pada stadium lanjut
timbul nekrosis dan bau busuk. Karsinoma penis kebanyakan muncul dari glans penis
atau bagian dalam prepusium, karena umumnya pasien menderita fimosis, lesi dini
sangat mudah terabaikan. Massa atau nodul keras dalam prepusium, sekret dari
ostium prepusium bau busuk, menjadi suatu kecurigaan terhadap karsinoma penis.
Pasien dengan prepusium yang dapat dieversikan, pada stadium dini dapat terlihat
massa verukosa atau tukak pada glans atau bagian dalam prepusium. Pada stadium
lanjut tumor dapat menonjol dari ostium prepusium, atau mendestruksi seluruh glans

penis, ulserasi kotor berbau busuk. Tapi biasanya tanpa kesulitan urinasi. Pada pasien
stadium lanjut, kelenjar limfe inguinal metastatis dapat konfluen menjadi satu,
bahkan menembus kulit, ulserasi, terinfeksi, berbau busuk.
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki usia 53 tahun datang dengan keluhan ulkus pada penis yang
dialami kurang lebih 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya muncul
benjolan kecil pada ujung penis yang terasa gatal dan sering digaruk sehingga muncul
luka, luka kemudian semakin membesar dan tak kunjung sembuh. Luka mudah
berdarah dan disertai sekret yang berbau. Pada awal muncul luka pasien tidak
merasakan nyeri, akan tetapi seiring dengan bertambah besar luka, intensitas nyeri
yang dirasakan pasien juga semakin bertambah. Pasien tidak mengeluhkan gangguan
buang air kecil, 2 bulan terakhir muncul benjolan di inguinal kanan dan kiri yang
kemudian pecah membentuk ulkus. Pasien tidak pernah berobat sebelumnya hanya
riwayat diberikan ramuan tradisional. Pasien tidak pernah disirkumsisi. Riwayat
pasien mengeluh penurunan nafsu makan dan berat badan dalam 3 bulan terakhir.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan pada regio genitalia externa, tampak ulkus
pada penis dengan tepi tidak rata, tampak sekret dan jaringan nekrotik pada penis,
OUE sulit dinilai. Panjang penis yang sehat sekitar 2 cm. Massa tumor teraba padat
keras ,permukaan yang tidak rata disertai nyeri tekan, pada scrotum tampak udem
kemerahan dan pada perineum tidak ditemukan kelainan. Pada regio inguinal dextra
tampak benjolan sebesar telur dan terdapat multiple ulkus disertai nyeri tekan dengan
diameter masing-masing kurang lebih 1-2 cm. Pada regio inguinal sinistra tampak
benjolan sebesar telur kemerahan dan disertai ulkus besar di tengah dengan diameter
4cm dan multiple ulkus satelit. Tampak sekret dan jaringan nekrotik pada ulkus.

Gambar 1
Gambaran klinis pasien
Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan anemi (10.5 dr/dL) dan
leukositosis ( 13730/mm3). Pemeriksaan Foto thorax dan USG Abdomen tidak
ditemukan tanda-tanda metastase. Dilakukan pemeriksaan biopsi insisi dengan hasil

pemeriksaan patologi squamous cell karsinoma keratinizing diferensiasi sedang.


Pasien didiagnosis dengan squamous cell karsinoma penis stadium IV (T3N3M0)
Jackson 3, anemia, dan leukositosis.
Dilakukan terapi bersifat paliatif

dengan tindakan penektomi total

dan

perineal urethrostomi. Temuan intraoperatif didapatkan tumor yang sudah


menginvasif corpus cavernosa penis sampai ke urethra.

Gambar 2
Foto Thorax menunjukkan gambaran normal

Gambar 3
USG Abdomen dengan hasil tidak ada tanda tanda metastasis
Hasil Biopsi Patologi Anatomi (16/09/2014) :
Bahan/ Lokalisasi : Penis
Keterangan klinik : Benjolan pada penis, ukuran 3x2cm
Diagnosis klinik : Tumor penis
Pemeriksaan PA : Blok Parafin
Makroskopik : 2 buah jaringan ukuran 1 cc putih padat berbintil-bintil, semua
cetak
Mikroskopik : Sediaan jaringan tumor terdiri dari sarang-sarang sel maligna
asal epitel squamous, inti besar-besar atypic, pleomorfik, hiperkromatik, dan
nukleoli prominent, dengan pembentukan massa keratin diantaranya dan
sebutkan padat sel-sel radang limfosit
Kesimpulan : Squamous cell carcinoma keratinizing differensiasi sedang

DISKUSI
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma penis menyumbang kurang dari 1% dari kanker pada laki-laki di
Amerika Serikat, dengan sekitar 1-2 kasus baru dilaporkan per 100.000 orang.
Ditemukan adanya variasi insidens sesuai dengan lokasi geografis, dalam daerah
seperti Afrika dan wilayah Amerika Selatan, penis karsinoma menjadi penyebab 1020% dari semua lesi ganas. Karsinoma penis paling sering terjadi pada dekade
keenam, meskipun laporan kasus yang ada mencantumkan jarang terjadi pada anakanak.
ETIOLOGI
Karsinoma penis sebagian besar terjadi pada pria yag belum disirkumsisi.,
dengan keterlibatan smegma dan higienitas yang buruk menjadi faktor penyebab.
Pada pria yang disirkumsisi pada periode neonatal, karisnoma penis jarang terjadi.
Fimosis, higienitas yang buruk, dan menumpuknya smegma merupakan
semua yang terlibat dalam etiologi karsinoma penis. Hal ini diperkirakan bahwa
masing masing dalam komponen ini berperan dalam karsinogenesis yang terjadi
akibat peradangan kronis dan iritasi yang terjadi dengan adanya sekresi dan bakteri di
bawah prepusium. Walaupun berdasarkan penelitian, tidak ada komponen smegma

yang menjadi dasar dari transformasi keganasan. Riwayat trauma diyakini menjadi
satu penyebab, tetapi kemudian dianggap sebagai faktor kebetulan.
Tidak ada bukti yang ditemukan bahwa kanker penis dikaitkan dengan
penyakit menular seksual seperti sifilis, granuloma inguinal, atau canchroid.
Beberapa studi menunjukkan hubungan antara virus herpes dan karsinoma penis,
tetapi gagal untuk menunjukkan hubungannya. Kemudian ditemukan adanya korelasi
antara Human papilomavirus (HPV) dan karsinoma sel skuamosa serviks, studi
terbaru dapat menunjukkan urutan DNA HPV pada pasien dengan karsinoma penis.
Disamping itu, istri dari pasien dengan karsinoma penis beresiko terkenan kanker
serviks. Dengan demikian, dari hasil yang didapatkan, penularan HPV dapat
memainkan peran dalam etiologi kanker penis.
KLASIFIKASI
Patologi
Karsinoma sel skuamosa adalah penyebab penyakit keganasan paling sering pada
penis, diperkirakan lebih dari 95% kasus keganasan pada penis. Melanoma dan sel
karsinoma basal jarang terjadi. Tidak diketahui sejauh mana karsinoma sel skuamosa
didahului dari lesi premaligna.
Lesi pre-maligna
Lesi pre-maligna dari karsinoma sel skuamosa penis meliputi :
1. Lesi sporadis yang terkait dengan karsinoma sel skuamosa :
a. Balanitis xerotica obliterans
b. Cutaneus horn penis
c. Boweoid papulosis penis
2. Lesi resiko rendah menjadi karsinoma sel skuamosa penis :
a. Intraepitel neoplasia penis ( Queyrat eritroplasia, Bowens disease)
Neoplasma penis

Walaupun karsinoma sel skuamosa adalah penyebab tersering dari karisnoma penis,
tetapi beberapa variasi dan perbedaan pola pertumbuhan penyakit yang dapat
diobservasi
1. Tipe Karsinoma sel skuamosa
a. Klasik
b. Basaloid
c. Veruka
d. Sarkomatoid
e. Adenoskuamosa
2. Pola pertumbuhan karsinoma sel skuamosa
a. Penyebaran superfisial
b. Nodul atau fase vertikal pertumbuhan
c. Veruka
3. Diferensiasi grade : sistem broders telah digunakan secara tradisional sebagai
sistem penilaian, namun saat ini sistem skor maiche tampaknya menjadi
paling cocok
Tumor mesenkimal
Tumor mesenkimal sangat jarang terjadi, dengan jumlah insidens kurang dari 3%
(kapesi sarcoma, angiosarcoma, epiteloid hemangio-endotelialoma)
Tumor metastasis
Penis merupakan daerah yang jarang terkena suatu metastasis keganasan. Tetapi
kandung kemih, prostat, dan tumor rektal dilaporkan menjadi tumor primer dari suatu
metastasis.
Klasifikasi TNM AJCC ( tahun 2002 edisi 6)
Tumor primer (T)
Tx : tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : belum menemukan tumor primer
Tis : karsinoma in situ

Ta : karsinoma verukosa non infiltratif


T1 : tumor menginvasi jaringan ikat bawah kulit
T2 : tumor menginvasi korpus kavernosa penis atau korpus kavernosa uretral
T3 : tumor menginvasi uretra atau prostat
T4 : tumor menginvasi jaringan sekitar

Kelenjar limfe regional (N) :


Nx : kelenjar limfe regional tidak dapat dinillai
No : belum menemukan kelenjar limfe regional
N1 : metastasis soliter kelenjar limfe inguinal superfisial
N2 : metastasis multiple atau bilateral kelenjar limfe inguinal superfisial
N3 : metastasis unilateral atau bilateral kelenjar limfe inguinal profunda atau
metastasis limfe kelenjar limfe kavum penis
(kelenjar limfe regional adalah yang terdapat di regio : inguinal, superfisial,inguinal
profunda, parailiaka eksternal, parailiaka internal dan kavum pelvis)
Metastasis jauh (M) :
Mx : metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : belum menemukan metastasis jauh
M1 : metastasis jauh
Klasifikasi stadium :
Stadium 0 : TisN0M0 / TaNoMo
Stadium 1 : T1N0M0
Stadium 2 : T1N1M0 / T2N0-1M0
Stadium 3 : T1N2M0 / T2N2M0 / T3N0-2M0
Stadium 4 : T0-3N3M0 / T4N0-3M0 / T0-4N0-4M1

Staging tumor penis berdasarkan Jackson


I. Tumor terbatas pada glans penis atau prepusium.
II. Tumor sudah mengenai batang penis.
III. Tumor terbatas pada batang penis tetapi sudah didapatkan metastasis pada
kelenjar limfe inguinal.
IV. Tumor sudah melampaui batang penis dan kelenjar limfe inguinal sudah tak dapat
dioperasi (inoperable) atau telah terjadi metastasis jauh.
GEJALA KLINIS
Lesi pada penis biasanya menjadi penyebab pasien datang berobat. Dengan
tampakan yang kotor, tumor mungkin berbentuk nodul, ulser, ataupun fungal. Tumor
bisa muncul di daerah mana saja pada penis, tetapi umumnya diemukan di glans atau
permukaan dalam dari prepusium. Tumor jarang muncul pada sulkus koronaria dan
batang penis. Gejala lain yang bisa muncul termasuk nyeri, fimosis, perdarahan, luka
berbau busuk atau kesulitan buang air kecil. Gejala terkait dapat berupa limfadenopati
inguinal namun merupakan manifestasi yang kurang umum. Fakta pada pasien
dengan karsinoma penis sering menunda mencari pengobatan medis, dikarenakan
masalah pribadi, malu, takut, rasa bersalah, dan ketidaktahuan.
DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosis pada karsinoma penis, lesi primer, pembesaran
kelenjar getah bening regional dan metastase jauh harus dipertimbangan sejak awal
dan pada saat follow-up.
1. Lesi primer
Pasien dengan lesi yang dicurigai pada penis harus dilakukan pemeriksaan
fisik dengan hati-hati. Hal ini cukup menentukan diagnosis dan staging,
dan membantu dalam penentuan terapi selanjutnya. Hal yang penting
untuk diperhatikan adalah :
a. Diameter dari lesi penis atau daerah yang dicurigai
b. Lokasi pada penis
c. Jumlah lesi
d. Morfologi : Papiler, nodul, ulser, atau datar

10

e. Hubungan dengan struktur lain ( submukosa, spongiosa korpora/


kavernosa, uretra)
f. Warna dan batas luka
Diagnosis sitologi atau histologi mutlak diperlukan sebelum membuat
keputusan pengobatan. Tujuannya tidak hanya untuk mengkonfirmasi
diagnosis patologis, tetapi juga untuk menentukan grade dari tumor itu
sendiri. Hal ini membantu dalam pengambilan terapi dalam kasus tumor
primer, serta dalam terapi regional . Diagnosis patologi bisa dilakukan dengan
biopsi insisi, biopsi inti jaringan, aspirasi jarum halus atau biopsi sikat. Biopsi
eksisi juga dapat dilakukan sebagai pendekatan konservastif jika lesi kecil
terletak di preputium atau daerah yang bisa dilakukan.
Pemeriksaan radiologi dapat membantu dalam mengidentifikasi invasi dari
tumor, khususnya yang berhubungan dengan infiltasi korpora kavernosa. USG
penis kurang disarankan karena sulit ditafsirkan dai menilai infiltrasi
mikroskopis. MRI merupakan metode lain bila USG tidak meyakinkan,
namun MRI terbatas dalam beberpa penilaian.
2. Pembesaran kelenjar getah bening regional
Pemeriksaan kelenjar getah bening pada inguinal harus dilakukan dengan
teliti, karena memikirkan beberapa aspek sebagai berikut.
Nodul yang tak teraba
Pada nodul yang tak teraba,tidak ada indikasi untuk dilakukan
pemeriksaan radiologi maupun histologi. Jika prognosis buruk dari faktor
yang diamati dari tumor primer, perlu disarankan dilakukan pemeriksaan
patologis pada nodul inguinalis. Tetapi kadang hasil yang diberikan
menunjukkan negatif palsu (sekitar 25%).
Nodul teraba
Hal-hal yang harus diperhatikan jika nodul teraba adalah :
a. Diameter nodul/massa
b. Unilateral/bilateral
c. Jumlah nodul yang teridentifikasi pada setiap daerah inguinal
11

d. Mobil/ terfixir
e. Hubungan dengan struktur lain, berhubungan dengan infiltrasi atau
perforasi
f. Edema pada kaki/ skrotum.
Diagnosis histologi terdiri atas aspirasi jarum halus, biopsi inti
jaringan, atau biopsi terbuka. Bila terjadi biopsi negatif dan nodus
yang secara klinis mencurigakan, harus dilakukan biospi ulang.
3. Metastasis jauh
Penilaian metastasis jauh hanya bisa dilakukan jika pada pasien terbukti
didapatkan nodul positif. CT-scan pada pelvis/abdominal digunakan untuk
mengidentifikasi nodus retroperitoneal pada pasien dengan metastase
inguinal. Meskipun bukan menjadi metode yang iandalkan, deteksi massa
panggul diperlukan dalam penentuan terapi dan prognosisi. Foto thorax xray harus dilakukan pada pasien dengan pembesaran kelenjar getah bening
positif. Pemeriksaan darah rutin juga dilakukan, tetapi hanya pada pasien
dengan massa inguinal besar dan nodul pada panggul, dan didapatkan
sebuah metastasis. Foto tulang hanya diperlukan pada beberapa pasien
yang menampilkan gejala tertentu.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada karsinoma penis terutama secara operasi, untuk lesi lokal
stadium dini dengan laser dan radioterapi juga membawa hasil sangat baik,
sedangkan kemoterapi adalah terapi penunjang. Seleksi pola terapi dan apakah
dilakukan konservasi organ ditentukan oleh derajat diferensiasi tumor dan stadium
klinisnya.
1. Menghilangkan lesi primer
Biopsi lesi primer harus dilakukan untuk menentukan suatu diagnosis. Pengobatan
bervariasi tergantung pada hasil patologi dan letak dari lesi itu sendiri.
a. Sirkumsisi
Sirkumsisi dilakukan keltika lesi berada di prepusium dan dekat dengan sulkus
koronaria, lesinya kecil dan tidak invasif, membutuhkan margin pembedahan

12

yang bagus dan follow up yang ketat pasca pembedahan. Angka rekurensi post
sirkumsisi sekitae 22-50%
b. Mohs Microsurgery
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Mohs pada tahun 1942. Indikasi
yaitu lesi kecil penis pada bagian distal (<2-3cm) dengan membuang lapisanlapisan kulit. Teknik anestesi dengan menggunakan lokal anestesi pada area
sekitar lesi. Tiap lapisan kulit dieksisi dan warnanya menjadi kode untuk
memungkinkan identifikasi selanjutnya, setiap lapisan kemudian diperiksa dan
eksisi dihentikan ketika mendapatkan daerah bebas tumor. Penyembuhan luka
diperhatikan setelah dilakukan peluruhan dari lapisan yang paling dalam.
Kelenjar bisa saja cacat atau hilang setelah dilakukan terapi ini.
c. Terapi laser
Terapi ini digunkan pada Tis, Ta, T1 dan beberapa lesi T2 dengan
menggunakan nd : YAG (neo-dymium : Yatrium-Aluminium Garnet) dengan
panjang gelombang 1060 nm yang memproduksi penetrasi pada jaringan
dalam (3-6nm), pembuluh darah berkoagulasi sampai diameter 5mm.
Rekurensi lokal diperkirakan sekitar 10% pada staging T1, 30% pada staging
T2, 100% pada staging T3 dan bisa menggunakan CO2 Laser dengan operasi
microwave dengan panjang gelombang sekitar 10.600 nm yang hanya
mempenetrasi 0,01 mm dari permukaan jaringan, pembuluh darah hanya
berkoagulasi sekitar < 0,05 mm. Keuntungannya jaringan penis tetap terjaga,
sehingga hanya digunakan pada lesi kecil superfisial. Satu penelitian
mengatakan 50% positif margin dan tingkat rekurensi sebesar 15%.
d. Pembedahan
- Penektomi parsial
Dilakukan pada lesi yang dekat dengan sulkus koronaria yang telah
menginvasi glans penis dan bagian distal dari batang penis. Pada
pelaksanaannya dibutuhkan 2cm daerah proksimal bebas tumor. Angka

13

rekurensi lokal yang dilaporkan dalam 5 tahun sekitar 70-80%. Alternatif


-

setelah eksisi dari glans adalah rekonstruksi kulit dengan skin graft.
Penektomi total dan perineal uretrostomi
Dilakukan pada lesi bagian proksimal yang tidak memungkinkan dilakukan
eksisi dari 2cm daerah bebas tumor, lesi besar yang melibatkan poros atau
pangkal penis, lesi dimana memungkinkan untuk terpotongnya penis leboh
singkat. Setelah dilakukan penektomi total harus dilakukan uretro
perineostomi. Biasanya tidk terjadi rekurensi setelah terapi ini, tetapi harus
tetap diperhatikan sesuai dengan grading dari karsinoma itu sendiri. Pada
pasien ini dilakukan terapi bersifat paliatif dengan tindakan penektomi total
dan perineal urethrostomi. Temuan intraoperatif didapatkan tumor yang
sudah menginvasif corpus cavernosa penis sampai ke urethra.

Gambar 4. Penektomi total dan perienal urethrostomi (6/10/2014)


e. Radioterapi (DXT)
Radioterapi dilakukanpada lesi kecil (2-3cm) pada glans atau pada sulkus
koronaria, pada pasien yang menolak tindakan yang lain (kemoterapi atau
operasi) dan pada pasien dengan tumor yang sudah tidak dapat dioperasi lagi.
2. Terapi kelenjar limfe
- Pengangkatan kelenjar limfe inguinal bilateral
Jalur drainase limfatik penis adalah melalui kelenjar limfe inguinal grup superfisial
hingga grup profunda, lalu ke kelanjar linfe kavum pelvis. Karsinoma penis dapat
bermetastasis mengikuti jalur itu, maka pengangkatan kelenjar limfe inguinal

14

merupakan bagian penting integral dari terapi karsinoma penis. Dari yang secara
klinis, ditemukan pembesar kelenjar limfe, sekitar 30-60% terdapat metastasis
kelenjar limfe, sedangkan yang tanpa pmbesaran kelenjar limfe, pasca pengangkatan
kelenjar limfe ditemukan 15-30% terdapat metastasis.
Apakah dilakukan secara sekaligus ataukah diberikan terapi antiradang lebih dahulu
4-6 minggu baru dilakukan pengangkatan kelenjar limfe inguinal masih terdapat
perbedaan pendapat. Karena belum ada metode sederhana dan efektif untuk
memastikan ada tidaknya metastasis limfatik, pengangkatan sekaligus memiliki
kelebihan menghemat biaya dan lebih dini mengontrol penyakit. Perihal lingkup
pngangkatan, terdapat pengangkatan modifikasi dan pengangkatan klasik, yang
pertama sesuai bila pemeriksaan fisik secara klinis tak teraba limfadenopati,
komplikasi pasca operasi sedikit, yang terakhir sesuai untuk yang sudah jelas atau
sangat dicurigai terdapat metastasis kelenjar limfe inguinal, komplikasi pasca operasi
lebih banyak.

3. Terapi Neo-adjuvant
a. Kemoterapi
Terapi ini kurang pasti, karena kurang mempunyai bukti dalam penggunaannya
Terapi tunggal biasanya digunakan :
- Cisplatin : 15-23% tingkat respon parsial
- Bleomycin : 45-50% tingkat respon parsial
- Methotrexate : 61% tingkat respon parsial
b. Terapi kombinasi
- Vincristin + Bleomycin + Methotrexate (VBM)
* 82% 5 tahun survival rate saat digunakan sebagai terapi adjuvant
* 37% 5 tahun survival rate saat hanya dengan terapi operasi
- Cisplatin + 5-Flourouracil
* 23% tingkat respon parsial

15

PROGNOSIS DAN TINDAK LANJUT


Perjalanan alamiah karsinoma penis sekitar 3 tahun. Bila tidak diterapi maka masa
survival sejak saat diagnosis tidak lebih dari 1 tahun. Prognosis karsinoma penis
berkaitan dengan banyak faktor, di antaranya yang terkait adalah gradasi tumor,
stadium, dan ketepatan terapi. Pada tumor berdiferensiasi baik tanpa metastasis
kelenjar limfe pasca terapi rasional, angka survival 5 tahun adalah 90-95%,
sedangkan tumor diferensiasi buruk dengan metastasis kelenjar limfe hanya 5-15%.
Karena dengan konservasi penis angka rekurensi lokal tinggi mencapai 30%, harus
diperiksa ulang berkala. Bila belum dilakukan limfadenopati inguinal, harus
memantau ketat perubahan kelenjar limfe inguinal, bila terdapat kecurigaan, harus
segera dilakukan pengangkatan limfatik.

KESIMPULAN
1. Karsinoma penis sebagian besar merupakan karsinoma sel skuamosa yang
merupakan penyebab penyakit keganasan paling sering pada penis.
2. Etiologi dari karsinoma penis masih tidak diketahui, tetapi selalu dikaitkan
dengan higienitas yang buruk dan terbaru dikaitkan dengan virus HPV.
3. Selain dari skuamous cell karsinoma sebagai penyebab utama ditemukan juga
melanoma dan sel karsinoma basal namun merupakan kasus yang jarang terjadi.
4. Penegakan diagnosis karsinoma penis yaitu berdasarkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta dapat dilakukan pemeriksaan

lanjutan seperti

pemeriksaan histopatologi dan USG Abdomen.


5. Karsinoma penis diklasifikasikan sebagai lesi premaligna, neoplasma penis, dan
tumor metastasis.
6. Penatalaksanaan bisa dengan terapi konservasi organ dan fungsi, penektomi
parsial/ total, pengangkatan kelenjar limfe inguinal dan bilateral, radioterapi, dan
kemoterapi

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Sam D, Graham Jr, et al. Anatomy. In : Graham SC, Keane TE, Glenn JF,
editors. Glenns urologic surgery. 6th ed. New York : Lippincott Williams and
Wilkins; 2004.
2. Algaba F, Horenblas S, Pizzocaro G, Solsona E, Windahl T. Guideline on
Penile Cancer. European Association of Urology.
3. Kramer A, Siroky MB. Neoplasms of The Genitourinary Tract. In : Siroky
MB, Oates RD, Babayan RK, editors. Handbook of Urology. 3 rd ed. New York
: Lippincott Williams and Wilkins; 2004. P 252-298.
4. Cosgrove DJ, Schmidt JD. Penile and Urethral Cancer. In : Nachtsteim D.
Urological Oncology. Texas : Landes Bioscience; 2005. P 89-104.
5. Pettaway WA, Lance RS, Davis JW. Tumors of The Penis. In : Kavoussi LR,
Novick AC, Patin AW, Peters CA. Urology. 10th ed. Philadelphia : Elsevier
Saunders. 2012. P 901-932.
6. Presti JC. Genital Tumor. In : Tanagho EA, McAninch JW. Smiths General
Urology. 17th ed. New York : McGraw Hill. 2008. P 375-387.

17

7. Savin R, Tongaonkar HB, Engineer R. The Clinical Management of Penile


Cancer. In : Waxman J. Urological Cancers in Clinical Practice. London :
Springer. 2007. P 231-255.
8. Desen W. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran FKUI. 2008.

18

S-ar putea să vă placă și

  • Laporan Kasus Obgyn
    Laporan Kasus Obgyn
    Document3 pagini
    Laporan Kasus Obgyn
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • Kista Dermoid
    Kista Dermoid
    Document7 pagini
    Kista Dermoid
    ds_ked
    100% (1)
  • Status Parkinson
    Status Parkinson
    Document24 pagini
    Status Parkinson
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • ERITRASMA
    ERITRASMA
    Document7 pagini
    ERITRASMA
    Luna White
    100% (1)
  • Cedera Akibat Trauma Listrik
    Cedera Akibat Trauma Listrik
    Document6 pagini
    Cedera Akibat Trauma Listrik
    tommy
    Încă nu există evaluări
  • Ileus Usus
    Ileus Usus
    Document20 pagini
    Ileus Usus
    Decau Raffa
    50% (4)
  • Baca Kardio
    Baca Kardio
    Document84 pagini
    Baca Kardio
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • SKA EKSTR
    SKA EKSTR
    Document16 pagini
    SKA EKSTR
    Marina Asmala Dewi
    Încă nu există evaluări
  • Cardio
    Cardio
    Document1 pagină
    Cardio
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • Slide Presbikusis
    Slide Presbikusis
    Document17 pagini
    Slide Presbikusis
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • Infeksi Neonatorum Pkmrs Iis
    Infeksi Neonatorum Pkmrs Iis
    Document11 pagini
    Infeksi Neonatorum Pkmrs Iis
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • Skabies Fix All
    Skabies Fix All
    Document49 pagini
    Skabies Fix All
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • FURUNKEL
    FURUNKEL
    Document6 pagini
    FURUNKEL
    fateee
    Încă nu există evaluări
  • Mumps
    Mumps
    Document15 pagini
    Mumps
    mumutdws
    Încă nu există evaluări
  • Paraparese Inferior Akibat Spondilitis Tuberkulosis
    Paraparese Inferior Akibat Spondilitis Tuberkulosis
    Document6 pagini
    Paraparese Inferior Akibat Spondilitis Tuberkulosis
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • Refrat Parkinson
    Refrat Parkinson
    Document5 pagini
    Refrat Parkinson
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • FURUNKEL
    FURUNKEL
    Document6 pagini
    FURUNKEL
    fateee
    Încă nu există evaluări
  • Creeping Eruption-Referat Kecil
    Creeping Eruption-Referat Kecil
    Document10 pagini
    Creeping Eruption-Referat Kecil
    Justin Blanchard
    Încă nu există evaluări
  • Dermatitis Seboroik
    Dermatitis Seboroik
    Document6 pagini
    Dermatitis Seboroik
    Nurhalimah Bachri
    Încă nu există evaluări
  • Referat AFE
    Referat AFE
    Document15 pagini
    Referat AFE
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • Mumps
    Mumps
    Document15 pagini
    Mumps
    mumutdws
    Încă nu există evaluări
  • Autoanamnesis Skizo Janna
    Autoanamnesis Skizo Janna
    Document2 pagini
    Autoanamnesis Skizo Janna
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • Referat Ileus Obstruktif
    Referat Ileus Obstruktif
    Document27 pagini
    Referat Ileus Obstruktif
    Rainy Rai
    Încă nu există evaluări
  • Isi - Katatonia
    Isi - Katatonia
    Document14 pagini
    Isi - Katatonia
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • ILEUS DIAGNOSIS
    ILEUS DIAGNOSIS
    Document16 pagini
    ILEUS DIAGNOSIS
    Nolly Rantung
    100% (1)
  • Depresi Remaja
    Depresi Remaja
    Document7 pagini
    Depresi Remaja
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări
  • Baca Mumps
    Baca Mumps
    Document9 pagini
    Baca Mumps
    Ina Tahir
    Încă nu există evaluări
  • PRESBIAKUSIS
    PRESBIAKUSIS
    Document21 pagini
    PRESBIAKUSIS
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Încă nu există evaluări