Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ambiguous sexual atau yang disebut juga Disorders of Sexual
Development (DSD). Ambiguitas sexual adalah cacat lahir di mana alat kelamin
luar tidak memiliki penampilan yang khas, baik laki-laki atau perempuan.
Ambiguous sexual merupakan salah satu kondisi yang menarik yang dihadapi
oleh dokter. Kelahiran bayi dengan genitalia meragukan merupakan kegawatan
social dan tantangan bagi dokter yang menangani, terutama dalam diagnosis dan
pengelolaannya. Diagnosis harus ditegakkan secepat mungkin, sehingga segera
dapat dibuat rencana pengelolaan yang tepat untuk meminimalkan komplikasi
medis, psikologis dan social. 1,2
Ambigous genitalia diperkirakan terjadi pada 1 dari 4.500 kelahiran.
Penyebab paling umum ambigu alat kelamin pada bayi baru lahir adalah
Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH) 1 per 15.000 kelahiran hidup. Frekuensi
tertinggi pada neonatus Yahudi Eropa, Hispanik, Slavia, atau keturunan Italia.
Angka kejadian ambiguous genitalia belum pernah dilaporkan di Indonesia. 1,3
Kemampuan untuk mendiagnosa kondisi ini telah maju pesat dalam
beberapa tahun terakhir. Saat ini, dalam kebanyakan kasus, dokter dapat segera
membuat diagnosis yang akurat dan memberi nasehat kepada orang tua tentang
pilihan terapeutik. 2
Untuk mencapai hasil yang diharapkan paling sediking harus dikelola
oleh tim yang terdiri dari ahli endokrin anak, ahli bedah urologi anak, ahli genetic
dan ahli psikiatri anak yang bekerja sama dengan keluarga agar dapat mencapai
dua tujuan utama, yaitu menetapkan diagnosis yang tepat dan dengan asupan dari
orang tua, menentukan jenis kelamin berdasarkan diagnosis dan anatomi bayi.2
Untuk menetapkan jenis kelamin, tiap kasus menentukan pertimbangan tersendiri
berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pertimbangan
Tujuan
Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Ambiguitas sexual adalah cacat lahir di mana alat kelamin luar tidak
memiliki penampilan yang khas, baik laki-laki atau perempuan. 1,2,3,4,5
Dicurigai ambiguous sexual, apabila alat kelamin kecil, disebut
mikropenis sedangkan klitoris terlalu besar: atau bilamana skrotum melipat pada
garis tengah sehingga tampak seperti labium mayor yang tidak normal dan gonad
tidak teraba. 2
2.2. Etiologi
sindrom (XO).
Ibu menelan obat-obatan tertentu (terutama steroid androgenik) dapat
genetic.
Kurangnya reseptor testosteron selular. Jadi, bahkan jika tubuh membuat
hormon-hormon yang diperlukan untuk berkembang menjadi laki-laki fisik,
tubuh tidak mampu merespon hormon tersebut, dan karena itu, tubuh
perempuan-jenis hasil genetik bahkan jika seks adalah laki-laki.3
2.3. Epidemiologi
Frekuensi ambiguitas sexual bervariasi tergantung pada etiologi. CAH
(congenital adrenal hyperplasy) adalah penyebab paling umum ambigu alat
kelamin pada bayi baru lahir. Mixed gonadal dysgenesis (MGD) adalah kedua
penyebab paling umum DSD. Hipospadia terjadi pada tingkat 1 kasus per 300
2.4. Patofisiologi
Untuk mengetahui patofisiologi ambiguous genittalia, harus memahami
diferensiasi sexual normal dan abnormal yang merupakan pengertian dasar pada
kelainan ini
Embriologi diferensiasi seksual
Penentuan fenotif seks dimulai dari seks genetic yang kemudian diikuti oleh
kaskade kromosom seks menentukan seks gonad, akhirnya menentukan fenotif
seks. Tipe gonad menentukan diferensiasi regresi duktus internal (mulleridan
wolfii). Identitas gender tidak hanya ditentukan oleh fenotif individu, tetapi juga
oleh perkembangan gen prenatal dan postnatal.
Diferensiasi gonad
Dalam bulan kedua kehidupan fetus, gonad indeferen dipandu menjadi testes oleh
informasi genetic yang ada pada lengan pendek kromosom Y disebut Testes
Determining Faktor (DTF), merupakan rangkaian 35-kbp dalamsubband 11,3,
area ini disebut daerah penetu seks pada kromosom Y (SRY). Bilamana daerah ini
tidak ada atau berubah, maka gonad indeferen menjadi ovarium. Gen lain yang
pentingdalam perkembangan testes antara lain DAX 1 pada kromosom X, SF1
pada 9q33, WT1 pada 11p13, SOX9 pada 17q24-q25 dan AMH pada 19q13.3
B) Pemeriksaan fisik
Karakteristik fisik tertentu dapat menentukan arah penyelidikan yang akan
dilaksanakan.
pigmentasi
menyarankan
Pemeriksaan gonad
Pemeriksaan rektal
Rahim relatif diperbesar pada bayi yang baru lahir karena efek estrogen ibu,
yang memungkinkan identifikasi mudah. 1,6,7,8,9,10
Gambar 2 : bayi baru lahir dengan CAH yang menunjukan ambiguous genitalia
Gambar 3 : mikropenis dengan hypospasia (kepala panah). Scrotum terbelah dua dengan belahan
garis tengah (panah).
Pemeriksaan laboratorium
Karena CAH merupakan penyebab paling sering ambiguous genitalia pada
bayi baru lahir, maka skrinning biokimia untuk penyakit ini harus dilakukan pada
bayi yang mengalami maskulinisasi simetris dengan gonad tidak teraba. Walaupun
kadar 17-hidroksiprogesteron dan nadronmenidion sangat tinggi pada defisiensi
21-hidroksilase klasik, direkomendasikan panel pemeriksaan yang lebih luas,
sehingga CAH bentuk yang jarangpun dapat diketahui. Kadar elektrolit serum
harus diperiksa dengan segera dan dipantau dengan cermat sampai diagnosis
ditegakkan dan dibuat rencana pengelolaan. Analisis kromosom harus dilakukan
pada pemerikasaan awal umumnya hasil dapat diperoleh dalam waktu 72 jam
dengan teknik standar atau yang lebih cepat dengan menggunakan pemeriksaan
hibridisasi fluorosen in situ. Apabila telah ditetapkan diagnosis CAH, maka
diagnostic lebih lanjut tidak diperlukan.
Jika satu atau kedua gonad teraba atau skrinning CAH hasilnya negative,
maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk Ultrasonography (USG)
pelvis untuk mencari korpus uteri dan genitogram untuk mengidentifikasi adanya
vagina, kanalis uteri, tuba falopii, atau vasa deferentia. Panel biokimis diperlukan
untuk mengidentifikasi adanya hambatan biosintesis testoteron, berkurangnya
aktifitas 5-alpha reduktase atau indensitifitas androgen. Ultrasonography
merupakan pemeriksaan yang yang harus dilakukan pertama kali karena
noninvasice, cepat dan murah. Walaupun akurasinya hanya 50% untuk mendeteksi
testes intra abdominal. 1,11
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi gonad pada regio inguinal dan dapat
Ultrasonografi
USG merupakan modalitas utama untuk menetapkan ada atau tidak adanya organ
reproduksi dan Mullerian derivatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cepat dan
tidak menimbulkan radiasi dan tidak memakain obat penenang. Pemeriksaan USG
harus mencakup inguinal, perineal, ginjal, dan adrenalin daerah. Rahim dan
indung telur relatif mudah untuk ditemukan pada pemeriksan USG pada periode
neonatal, karena struktur ini menonjol di bawah pengaruh hormon ibu. 11
10
Ga
mbar 5. Male pseudohermafroditisme (46, XY DSD) pada fenotif gadis remaja
yang mengalami
amenore dan penonjolan lipatan labioscrotal yang
menunjukan derajat ambiguitas genital. (a) ultrasonografi pada pelvis tidak
menggambarkan rahim atau ovarium. (b, c) Color Doppler Ultrasonography
pada gambar kanan (b) dan kiri (c) testis (panah) pada kanal inguinalis. Dalam
kasus ini, partial androgen insensitivity syndrome (Reifenstein syndrome)
menyebabkan ambiguitas kelamin. 11
Fluoroskopi-Genitography
Pada pasien dengan ambiguous genitalia, genitography menunjukkan laki-laki
atau perempuan uretra tipe konfigurasi dan fistulous apapun komunikasi dengan
vagina atau dubur. Genitogram mengidentifikasi lokasi yang tepat di mana uretra
dan vagina bergabung. Genitography menunjukkan keberadaan ada tidaknya
vagina, hubungannya dengan uretra, tingkat sfingter eksternal, dan kesan serviks.
Penting untuk memeriksa semua perineal lubang dan masukkan kateter untuk
jarak pendek ke dalam setiap lubang. Sinus urogenital adalah pendahulu dari
embryologic kandung kemih, uretra, dan kelenjar prostat pada pria dan dari
kandung kemih, uretra, dan sepertiga distal vagina pada wanita. Hal ini terbentuk
dari bagian anterior kloaka. Malformasi sinus urogenital pada wanita mengarah ke
uretra dan vagina pembukaan melalui satu celah. Hal ini dapat mengakibatkan
11
berlebihan eksposur androgen dalam rahim (misalnya, CAH), yang juga mengarah
pada virilisasi dari alat kelamin eksternal. Kehadiran hydrocolpos atau
hydrometrocolpos dan ambigu alat kelamin dengan hanya dua perineal lubang
(salah satunya adalah anus) mengkonfirmasikan adanya sinus urogenital
malformasi dihasilkan dari virilisasi (Gambar 6).11
Gambar 6. Kompleks sinus urogenital anomali pada anak dengan ambiguous genitalia.
Genitogram diperoleh setelah mendapatkan suntikan bahan kontras melalui lubang tepat di bawah
phallus menunjukkan saluran opacified (panah besar)-kemungkinan uretra-dan area segitiga
(panah kecil). Bahan Kontras kemudian refluxed ke dalam uretra dan kandung kemih anterior dan
vagina posterior dari kantong segitiga. Saluran lainnya (panah) terlihat timbul dari triangular area
superior. 11
12
Gambar 8. (a, b) coronal (a) dan sagital (b) T2-pada MRI menunjukkan
ovarium kanan normal (panah pada a) dan rahim (panah melengkung
pada gambar a, panah gambar b). (c) Axial T2-MRI pada pasien
dengan agenesis Mullerian ektopik menunjukkan indung telur (panah)
di atas otot iliopsoas.11
13
Pemeriksaan histology
Bayi dengan testes intra abdominal atau tidak teraba, mungkin didapatkan
pada
true
hermaprodit,
mixed
gonadal
dysgenesis,
atau
male
eksplorasi
biopsi
gonad:
eksplorasi
terbuka
dapat
mengidentifikasi duktus internal secara anatomi dan biopsy jaringan gonad untuk
pemeriksaan histology.
Pengambilan gonad atau organ reproduktif dilakukan bilamana sudah ada
hasil patologi anatomi yang pasti, diagnosis pasti, dan diskusi antara keluarga dan
semua konsultan, serta telah ditetapkan gendernya.
Bilamana hasil pemeriksaan ini tidak dapat menentukan diagnosis
definitive, maka untuk penetapan jenis kelamin diperlukan perimbangan yang
akan berpengaruh terhadap masa depan anak. Pemeriksaan yang lebih mendalam
dapat dilakukan di senter yang mengkhususkan dalam diagnosis dan
penatalaksanaan penyakit ini.
Histology gonad, setelah biopsy gonad, dapat mengidentifikasi jaringan
ovarium, jatingan testis, ovotestis, atau lapisan gonad.1,11
2.7. Diagnosis
Pada bayi baru lahir, kromosom seks telah ditetapkan sejak saat fertilisasi,
kemudian gonad yang belum berdiferensiasi berkembangmenjadi testis atau
ovarium. Fenotif jenis kelainan bayi merupakan hasil diferensiasi duktus internal
dan genitalia eksterna dibawah perngaruh hormone dan factor transkripsi. Bila
14
15
Gambar 9. Skema algotitma diagnostic untuk evaluasi pada anak dengan ambiguous genitalia
6,8
2.8. Klasifikasi
Ambiguitas sexual dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok, yaitu :
A. Gangguan pada gonad dan atau kromosom.
Yang termasuk dalamn klasifikasi ini antara lain hermafrodit sejati,
disgenesis gonad campuran, disgenesis gonad yang berhubungan dengan
kromosom Y, dan testes rudimenter atau sindrom anorki 6
1) Hermafrodit sejati.
Merupakan
kelainan
Hermaphroditism ditegakkan
yang
jarang
dijumpai.
Diagnosis
apabila
pada
pemeriksaan
jaringan
True
secara
16
tetapi lebih sering ditemukan bersatu membentuk jaringan ovotestis. Pada analisis
kromosom 70% dari kasus yang dilaporkan dijumpai 46,XX, sisanya dengan
46,XY,
campuran
kromosom
laki
dan
perempuan
dengan
kombinasi
17
B.
Maskulinisasi
dengan
genetik
perempuan
(Female
pseudohermaphroditism)
Merupakan istilah yang ditujukan bagi individu yang memiliki indung
telur dan kromosom 46,XX (kromosomperempuan) dengan penampakan alat
kelamin bagian luar yang ambiguous. Sebab-sebab paling umum dari kelainan ini
adalah Congenital adrenal hyperplasia (CAH) yang menyebabkan kekurangan/
ketidak hadiran ensim 21-hidroksilase , 11-hidroksilase dan 3-hidroksilase
dehidrogenase.
Congenital adrenal hyperplasia (CAH) merupakan penyebab terbesar
kasus ambiguous genitaliaual dan kelainan ini diturunkan lewat ayah dan ibu yang
sebagai pembawa separo sifat menurun dan penderitanya bisa laki-laki dan
perempuan yang mendapatkan kedua paroan gen abnormal tersebut dari kedua
orang tuanya.
Penyakit ini digolongkan menjadi tipe yang klasik dan non klasik. Tipe
yang klasik ini bisa menunjukkan gejala kehilangan garam tubuh (natrium)
sampai terjadi syok, sehingga sering meninggal pada bulan pertama setelah lahir,
sebelum diagnosis bisa ditegakkan. Sedang yang tidak menununjukan gejala
kekurangan garam bisa bertahan hidup yaitu pada wanita disertai gejala
maskulinisasi dan pada laki-laki dengan gejala pubertas dini tanpa disertai gejala
keraguan alat kelamin sehingga laki-laki sering tidak datang berobat. Pada
pengalaman diklinik kenyataanya hampir tidak pernah tertangkap penderita lakilaki. Penderita perempuan menunjukkan gejala pembesaran kelentit (klitoris) yang
18
mirip penis sejak lahir atau pada yang lebih ringan akan muncul setelah lahir.
Anak-anak penderita CAH akan tumbuh cepat tapi kemudian pertumbuhan akan
berhenti lebih awal, sehingga pada keadaan dewasa mereka akan lebih pendek
dari ukuran tinggi badan normal. Pada tipe yang non klasik gejala muncul setelah
5-6 tahun dengan maskulinisasi yang lebih ringan, pembesaran klitoris akan
muncul belakangan.
Maskulinisasi pada penderita CAH dengan genetik wanita hanya mungkin
terjadi akibat adanya hormon androgen ekstragonad (dari luar gonad) yang dapat
berasal dari endogen mau pun eksogen, karena pada penderita ini tidak ditemukan
testis yang merupakan penghasil utama hormon androgen. Manifestasi klinik dari
hormon androgen yang berlebihan ini terbatas pada alat genital bagian luar dan
derajat berat-ringannya kelainan tergantung pada tahap pertumbuhan seksual saat
terjadinya paparan hormon androgen tersebut. Pada penderita kelainan ini tidak
akan ditemukan organ laki-laki bagian dalam. Pada keadaan ringan sering
munculnya pembesaran kelentit (menjadi seperti penis) pada wanita setelah lahir,
sehingga masyarakat menganggap alat kelaminnya berubah dari wanita menjadi
laki-laki. Penyakit ini bisa diobati, untuk menghindari gejala yang lebih berat
pengobatan harus dilakukan sedini mungkin dan seumur hidup. Penapisan pada
bayi baru lahir seharusnya dilakukan di Indonesia karena prevalensi penyakit ini
cukup tinggi.
Paparan hormon androgen eksogen bisa disebabkan bahan hormonal yang
bersifat androgenik yang dikonsumsi ibu saat mengandung janin wanita, misalnya
preparat hormonal yang mengandung progestogen, testosteron atau danazol. Berat
ringannya kelainan alat genital janin tergantung dari usia kehamilan, potensi,
dosis serta lama pemakaian obat. Paparan hormon androgen dan progestogen saat
usia kehamilan 6-10 minggu dapat berakibat perlekatan pada bagian belakang
vagina, skrotalisasi labia dan pembesaran klitoris. Kelainan organ genitalia yang
disebabkan oleh paparan hormon androgen eksogen mempunyai ciri khas yaitu
proses maskulinisasi tidak berjalan progresif dan tidak didapatkan kelainan
biokimiawi. (prof sultana, undip)
19
C.
Maskulinisasi
tak
lengkap
pada
genetik
lelaki
(Male
pseudohermaphroditism)
Adalah individu yang memiliki kromosom Y (kromosom laki-laki) namun
organ genitalia luarnya gagal bertumbuh menjadi alat genital pria normal. Definisi
ini masih terlalu luas dan didalam praktek klinik masih dikelompokkan menjadi
beberapa kelainan.
Ada beberapa jenis cacat hormon laki-laki yang menimbulkan gejala
hermaprodit semu laki-laki antara lain:
20
kedalam skrotum. Pada usia dewasa sering tumbuh payudara dan keluarnya jakun,
walaupun tidak disertai perubahan suara
Pada CAIS, penderita dengan penampilan seperti perempuan normal,
dengan alat kelamin luar seperti wanita, mempunyai vagina yang lebih pendek
dari normal,dan payudara akan tumbuh mulai masa prepubetas dengan hasil
pemeriksaan kromosom menunjukkan 46,XY (sesuai kromosom pada laki-laki)
dan kadar hormon testosteron normal atau sedikit meningkat. Pada pemeriksaan
fisik dan USG akan teraba atau tampak 2 testis yang umumnya tidak berkembang
dan terletak dalam rongga perut atau selakangan, tanpa struktur alat genital dalam
wanita. Individu dengan CAIS sering menunjukkan gejala seperti hernia
inguinalis (hernia pada selakangan), oleh karena itu pada anak perempuan
prapubertas yang mengalami hernia inguinalis (benjolan pada selakangan) dan
gejala tidak menstruasi sejak lahir, perlu pemeriksaan kromosom. (prof. sultana
undip)
2.9. Penatalaksanaan
a. Penetapan jenis kelamin
21
lengkap.
Pemeriksaan harus bertujuan untuk mendapatkan pubertas yang normal
dan kehidupan seks dengan jelas, fungsional normal genitalia eksternal
dan kemampuan reproduksi.
b. Penatalaksanaan emergency
CAH dapat hadir dengan krisis adrenocortical, hiponatremia atau hipoglikemia
dan perawatan darurat diperlukan. Monitoring kalium dan glukosa penting.
Pengobatan endokrin
22
Pengobatan dengan hormone seks biasanya mulai diberikan pada saat awal
pubertas dan glukokortikoid dapat diberikan lebih awal bila dibutuhkan, biasanya
dimulai pada saat diagnosis ditegakkan. Bilamana pasien diberikan hormone seks
laki-laki, hormone seks perempuan atau glukokortikoid, maka pengobatan harus
dilanjutkan selama hidup. Misalnya, hormon seks laki-laki dibutuhkan saat
dewasa untuk mempertahankan karakteristik maskulin, hormone seks perempuan
untuk mencegah osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler dan glukokortikoid
untuk mencegah hipoglikemia dan penyakit-penyakit yang menyebabkan stress.
Pengobatan pembedahan
23
operasi sudah selesai sebelum anak berusia dua tahun dan jangan sampai ditunda
sampai anak pebertas
Bilamana pengasuhan seks sudah jelas kearah perempuan, bilamana
pembukaan vagina mudah dilakukan dan klitoris tidak terlau besar, maka
rekonstruksi vagina dapat dilakukan pada awal kehidupan tanpa koreksi klitoris.
Bilamana maskulisasi membuat klitoris sangat besar dan vagina tertutup (atau
lokasi vagina sangat tinggi dan sangat posterior), maka dianjurkan untuk menunda
rekonstruksi vagina sampai usia remaja. Namun hal ini masih merupakan
perdebatan, beberapa ahli menganjurkan agat rekonstruksi dilakuakan seawal
mungkin atau setidaknya sebelum usia dua tahun, namun ahli yang lain
menganjurkan ditunda sampai usia pubertas agar kadar estrogennya tinggi
sehingga vagina dapat ditarik ke bawah lebih mudah.
Pengobatan psikologis
Sebaiknya, semua pasien ambiguous genitalia dan anggota keluarganya
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ambiguitas sexual adalah cacat lahir di mana alat kelamin luar tidak
testosteron selular.
Terdapat insiden CAH 1 kasus per 15.000 kelahiran hidup 6,5 juta bayi
yang dilahirkan hidup di seluruh dunia. Frekuensi tertinggi pada neonatus
rectal
Pemeriksaan penunjang dengan Pemeriksaan laboratorium, radiologi dan
histology
Klasifikasi ambiguous genitalia, yaitu (1) female pseudohermaprodit,
(2) disgenesis gonad, (3) true hermaprodit murni atau campuran, dan (4)
male pseudohermaprodit.
Penatalaksanaan dengan penetapan jenis kelamin, penatalaksanaan
emergency dan penatalaksanaan jangka panjang
DAFTAR PUSTAKA
25
Bagian Gizi di
REFERAT
26
AMBIGUOUS GENITALIA
Oleh:
Desca Noermiyantie
Pembimbing:
dr. Fritz Nahusuli, Sp. B
27
28