Sunteți pe pagina 1din 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah kulit kerap kali dijumpai dalam praktik keperawatan karena kulit
mencerminkan keadaan umum pasien. Banyak kondisi sistemik dapat disertai
manifestasi dermatologik.

Stress psikologik pada pasien atau pada berbagai

masalah pribadi serta keluarga umumnya akan bermanifestasi keluar sebagai


masalah dermatologic.
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.1,2
Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi
vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal
maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.3,4
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan
angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan
peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun.
Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia
di bawah 20 tahun.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit herpes?
2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan penyakit herpes?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit herpes.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan penyakit herpes.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan gelembunggelembung yang berisi air pada dasar peradangan dan berkelompok.
Herpes adalah erupsi kulit yang menyebar yang disebabkan oleh virus
herpes dan ditandai oleh pembentukan vesikel kecil yang mengelompok.
(kamus kedokteran Dorland).
Herpes Zoster adalah infeksi yang dialami mereka yang tidak
mengalami

kekebalan

terhadap

varicella

(misalnya

seseorang

yang

sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air). (Suzanne,
Smeltzer,. 2002).
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama
terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral
serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersyarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus
kranialis.
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus
Varicella Zoster yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri
radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom
yang diinervasi satu ganglion saraf sensoris.

2. Epidemiologi
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak
dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka penderita antara laki-laki dan perempuan, angka penderita
meningkat dengan peningkatan usia. Di Negara maju seperti Amerika,
penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun
sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun. Herpes zoster terjadi pada
orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan
herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster.
Setelah sembuh dari varisela,virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup
dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun.
Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20

tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11
bulan.
3. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster
(VVZ). Virus ini berukuran 140-200 nm. Berdasarkan sifat biologisnya seperti
siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten
diklasifikasikan kedalam 3 sub family yaitu alfa, beta dan gamma.

VVZ

dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada
sel epitel yang menimbulkan lesi vascular. Selanjutnya setelah infeksi primer,
infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam
neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan
kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai
jajaran penjamu yang relative luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek,
serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik
DNA polymerase dan virus spesifik deoxypiridine kinase yang disintesis
didalam yang terinfeksi. Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat
dihancurkan oleh bahan organic, detergen, enzim proteolitik, panas, dan
lingkungan pH yang tinggi.

4. Faktor Pencetus
Faktor pencetus kambuhnya Herpes zoster :
a. Trauma / luka
b. Kelelahan
c. Demam
d. Alkohol
e. Gangguan pencernaan
f. Obat obatan
g. Sinar ultraviolet
5. Faktor Resiko
a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya
tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin
tinggi pula resiko terserang nyeri.
b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi
pertama dari immunocompromised.

c. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.


d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum

6. Patofisiologi
Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela-zoester yang
diyakini sebagai penyebab penyakit herpes zoster hidup secara inaktif
(dormant) di dalam sel-sel saraf di dekap otak dan medulla spinalis.
Kemudian hari ke 3 virus yang laten ini mengalami reaktivitas, virus tersebut
menjalar melalui saraf perifer ke kulit. Virus varisela yang dormant diaktifkan
dan timbul vesikel-vesikel meradang unilateral disepanjang satu dermatom.
Kulit disekitarnya mengalami edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya
didahului atau disertai nyeri hebat dan atau rasa terbakar. Herpes zoster
sangat nyeri, karena cabang saraf mengalami peradangan. Herpes zoster
adalah infeksi yang dialami mereka yang tidak mempunyai kekebalan
terhadap varisel ( misalnya mereka yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh
varisela dalam bentuk cacar air ). herpes zoster dapat berlangsung selama
kurang lebih tiga minggu. Nyeri yang timbul setelah serangan herpes disebut
neuralgia pascaherpetika dan berlangsung selama beberapa bulan.
Meskipun setiap saraf dapat terkena, tetapi saraf torakal, lumbal atau
cranial agaknya paling sering terserang. Herpes zoester dapat berlangsung
selama kurang lebih 3 minggu.
Adanya keterlibatan saraf perifer secara local memberikan respon
nyeri, kerusakan integritas jaringan terjadi akibat adanya vesikula. Respon
sistematik memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh, perasaan tidak
enak badan dan gangguan gastrointestinal. Respon psikologis pada kondisi
adanya lesi pada kulit memberikan respon kecemasan dan gangguan
gambaran diri.
Pathway (terlampir)
7. Klasifikasi
Menurut daerah penyerangannya:
a. Herpes zoster optalmika: menyerang dahi dan sekitar mata.
b. Hespes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan.
c. Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut.
d. Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paha.

e. Herpes zoster sakralis : menyerang sekitar anus dan genitalia.


f. Herpes zoster otikum : menyerang telinga.

Bentuk-bentuk lain dari herpes zoster :


a. Herpes zoster hemoragika
Vesikula-vesikulanya tampak berwarna merah kehitaman karena berisi
darah.
b. Herpes zoster abortivum
Penyakit berlangsung ringan dalam waktu yang singkat dan erupsinya
hanya berupa eritema dan papula kecil.
c. Herpes zoster genaralisata
Kelainan kulit yang unilateral dan segmental disertai kelainan kulit yang
menyebar secara generalisata berupa vesikula dengan umbilikasi.
d. Herpes zoster sakralis
Keterlibatan segmen-segmen sacral bisa menyebabkan retensi urin akut
di mana hal ini bisa dihubungkan dengan adanya ruam kulit.
e. Herpes zoster trigeminalis
Herpes zoster bisa menyerang setiap bagian dari saraf trigeminus, tetapi
yang paling sering terkena adalah bagian oftalmika. Gangguan mata
seperti konjungvitis, keratitis dan atau iridosiklitis bisa terjadi bila cabang
nasosilaris dari bagian oftalmika terkena (ditunjukkan oleh adanya vesikelvesikel di tepi hidung).Infeksi pada bagian maksila dari saraf trigeminus
menimbulkan vesikel-vesikel unilateral pada pipi dan pada palatum.
f. Herpes zoster motoris
Kadang-kadang selain lesi kulit pada dermatom sensoris, serabut saraf
motoris bisa juga terserang yang menyebabkan terjadinya kelemahan otot.
8. Gejala klinis
Herpes zoster biasanya mengenai suatu dermatom, dimana yang
paling sering biasanya adalah pada dada dan perut. Daerah yang paling
sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada pria dan
wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.
Gejala prodromal : demam, pusing, malaise maupun lokal seperti nyeri
otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya.

Gejala konstitusi : sakit kepala, malaise, dan demam terjadi pada 5%


penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi
erupsi.
Setelah timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel

yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel ini
berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat
menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut
herpes zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga
menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks. Massa tunasnya
7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul
berlangsung kurang lebih 1-2 minggu.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi
lokalisata dan hampir selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis
tengah tubuh. Umunya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh
salah satu ganglion saraf sensorik.
Timbulnya erupsi mungkin didahului oleh rasa nyeri di daerah
dermatom, dimana hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis
sebagai kelainan dibagian dalam. Rasa nyeri bisa bersifat membakar (panas),
tajam (seperti tersayat atau robek), menusuk atau berupa perasaan pegal.
Lesi berupa sederetan kelompok vesikel unilateral dengan dasar kulit yang
eritematosa. Erupsi dimulai dengan makulopapula eritematus. 12-24 jam
kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustule pada hari
ke 3. Seminggu sampai 10 hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta.
Krusta ini dapat menetap 2-3 minggu.
Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah
bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat
dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan.
Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik tetapi pada
susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion
kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena
memberi gejala yang khas.
Herpes zoster oftalmikus

terjadi

kelainan

pada

muka

sering

disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus atas nervusfasialis


dan otikus seperti :

menimbulkan kelainan pada mata


kelainan kulit pada daerah persyarafannya
Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasalis dan

otikus
pengelihatan ganda
paralisis otot muka (Paralisis Bell)
tinnitus vertigo
gangguan pendengaran
nistagmus
Nausea
gangguan pengecapan

Herpes zoster : kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritema.


Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan
segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa
vesikel yang solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca laterpetik adalah
rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Nyeri ini dapat
berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi
nyeri yang bervariasi. Hal ini cenderung dijumpai pada usia lebih dari 40
tahun.
Herpes zoster pada orang dewasa yang sehat biasanya terlokalisasi
dan bersifat benigna. Namun pada pasien yang sistem kekebalannya
terganggu penyekit tersebut dapat menjadi berat dan perjalan kliniknya bisa
menimbulkan ketidakmampuan yang akut. Keluhan yang berat biasanya
terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan
dan erupsinya cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut
usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.

9. Pemeriksaan Diagnostik
Tujuan

dari

pengkajian

diagnostik

adalah

dilakukan

untuk

membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes simpleks.


Pengkajian diagnostik yang bisa dilakukan, meliputi hal-hal berikut:
a. Tzanck Smear

mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes


zoester dan herpes simpleks.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody
Digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus.
c. Imunnofluororescent
Mengidentifikasi varisella di sel kulit.
d.
e.
f.
g.
h.

Pemeriksaan histopatologik
Pemeriksaan mikroskop electron.
Kultur virus.
Identifikasi anti gen/ asam nukleat VVZ.
Deteksi antibodi terhadap infeksi virus

10. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan pada pasien herpes zoster :
a. Terapi sistematik hanya bersifat simtomatik misalnya
analgetika

untuk

mengurangi

neuralgia.

Dapat

pula

pemberian
ditambahkan

neurotropik : vitamin B1, B6 dan B12. Antibotika diberikan bila ada infeksi
sekunder.
b. IDU 5-40% dalam 100% DMSO (dimetilsulfoksid) dipakai secara topical.
c. Local : diberi bedak. Losiokalamin dapat diberikan untuk mengurangi rasa
tidak enak dan meengeringkan lesi vesikuler.
d. Pemberian secara oral prenison 30 mg/hari atau tiamsinolon 48 mg sehari
akan memperpendek masa neuralgia pasca herpetika, terutama pada
orang tua dan seyogianya sudah diberikan sejak awal timbulnya erupsi.
e. Pengobatang dengan imunomodulator, seperti isoprinosin dan antivirus
seperti interveron dapat pula dipertimbangkan.
f. Asiklovir (zovirax) 5x200 mg sehari selama 5 hari kemungkinan dapat
memperpendek

dan

memperingan

penyakit

ini.

Asiklovir

telah

menunjukkan keefektifan dalam menurunkan keparahan dari infeksi


varisella pada pasien dengan imunosupresi. Obat ini juga dianjurkan pada
pejamu dengan imun yang kompeten dengan varisella pneumonia yang
terlihat pada cacar air. Dalam hal ini, keuntungan asiklovir untuk
pengobatan manifestasi herpes zoster pada pasien dengan imun
kompeten masih dalam penelitian.
g. Imun globulin varisella khusus (V-zig) tersedia untuk orang dewasa
dengan supresi imun atau yang telah terpajan cacar air ini. V-zig telah
terbukti menurunkan keparahan infeksi varisella pada seseorang.

h. Vaksinasi.

Vaksinasi

untuk

varisella

bukan

merupakan

bagian

rekomendasi dari jadwal imunisasi anak rutin.vaksin telah dikembangkan


dan secara aktif dievaluasi. Anak dengan supresi imun sering diberi vaksin
varisella, sementara kemoterapi ditunda dalam periode imunisasi saat itu.
i. Rasa nyeri dikendalikan dengan pemberian analgesic. Kortikosteroid
sistemik dapat diberikan kepada pasien-pasien yang berusia di atas 50
tahun untuk mengurangi insiden dan durasi neuralgia postherpetika ( nyeri
persisiten pada saraf yang terkena setelah terjadi kesembuhan).
Triamsonolon dapat disuntikkan secara subkutan sebagai preparat anti
inflamsi didaerah yang terasa nyeri.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, tanggal MRS, alamat, diagnosa medis.

b. Keluhan utama
Pada pasien herpes zoster mengeluh demam, pusing, malaise, nyeri otot,
gatal-gatal, pegal dan timbul aritema dan kemudian menjadi vesikel
c. Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan utama demam pusing, malaise, nyeri otot, gatal-gata, nyeri
kepala setelah itu timbul eritema pada waktu singkat (1-2 hari) timbul vesikel
yang berkelompok).
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita lain seperti penyakit kulit lain
dan riwayat penyakit yang sama. Biasanya klien pernah menderit penyakit
cacar, Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, leukimia). Riwayat terapi
radiasi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui adanha anggota keluarga yang menderita penyakit
menurun (HT, DM dan lain-lain) atau penyakit kulit yang menular.
Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Meliputi persepsi klien terhadap kesehatan

dan

penyakitnya,

serta

tatalaksana hidup sehat pasien.


b. Pola nutrisi dan metatolisme
Pola pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan.
c. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas dan latihan pada pasien herpes zoster karena demam,
pusing, malaise dan nyeri otot.
d. Pola eliminasi
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada pola eliminasi.
e. Pola tidur dan istirahat
Pola pasien herpes zoster terjadi gangguan pola istirahat dan tidur karena
pusing, demam dan nyeri otot.
f. Pola sensori dan kognitif
Pada pasien herpes zoster terdapat rasa nyeri otot, kepala, dan pada pola
kognitif pasien biasanya tidak mengerti penyebab penyakitnya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien herpes zoster mengalami gangguan gambaran diri karena
adanya eritema dan vesikel yang bergerombol.
h. Pola hubungan
Pada pasien herpes zoster tidak ada gangguan pola hubungan peran.
i. Pola reproduksi dan sexsual
Pada pasien herpers zoster tidak ada gangguan pola reproduksi dan sexsual.
j. Pola penanggulangan stress
Pada pasien herpes zoster tidak ada gangguan pola penanggulangan stress.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Pada pasien herpes zoster tidak ada gangguan pada pola tata nilai dan
kepercayaan.

Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran, tekanan darah, suhu, nadi frekuensi dan kualitas, pernapasan
frekuensi, iramanya tipe pernapasan.
b. Kepala
Terdapat nyeri kepala pada pasien herpes zoster
c. Muka
Pada sindrom rumsay hunt terdapat kelainan pada otot muka dan kelainan
kulit muka
d. Mata
Pada herpes zoster oftaimikus terdapat kelainan pada mata
e. Telinga
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada telinga
f. Hidung
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada hidung
g. Mulut dan faring
Tidak terjadi gangguan pada mulut dan faring
h. Leher
Tidak terjadi gangguan pada leher
i. Thorak
Pada pasien herpes zoster daerah yang paling sering terkena adalah daerah
thorakal.
j. Paru
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada paru
k.

Jantung
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada jantung

l.

Abdomen

Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada abdomen


m. Inguinal, genital dan anus
Pada pasien herpes zoster terjadi pembesaran, kelenjar getah bening
n. Integumen
Terdapat eritema, gatal-gatal, vesikel yang bergerombol dengan dasar kulit
yang eritematosa dan odema, vesikel berisi cairan jernih kemudian dapat
menjadi pustul dan krustu.

o. Ektrimitas dan neurologis


Herpes zoster oftalmikus terdapat gangguan pada nervus trigeminus. Pada
sindrom ramsay hunt terdapat gangguan nervus fasialis dan otikus

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi local sekunder dari
kerusakan saraf perifer kulit.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat, respon sekunder dari mual, muntah dan
anoreksia.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi.
d. Gangguan gambaran diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan
struktur kulit.
e. Ansietas berhubungan dengan respon psikologis.
3. Rencana Keperawatan

No
Dx.
A

Tujuan dan

Intervensi

Kriteria Hasil
Setelah diberikan 1. Kaji skala nyeri, frekuensi
asuhan

dan daerah nyeri


2. Observasi tanda-tanda

keperawatan
diharapkan

nyeri

pasien berkurang/ 3.
4.
terkontrol, dengan
criteria hasil :
5.
Pasien tampak

tenang
6.
Nyeri skala 2

3
Tanda-tanda
vital
batas

vital

Rasional
1. Mengetahui derajat
nyeri
2. Untuk memonitoring

keadaan umum pasien


Berikan posisi yang aman 3. Pasien akan merasa
Berikan lingkungan yang
nyaman
nyaman dan tenang
4. Pasien merasa tenang
Ajarkan tehnik relaksasi
dan nyaman
dan dekstraksi
5. Mengurangi rasa nyeri
Anjurkan pasien untuk
6. Dengan napas
napas panjang
panjang nyeri dapat

dalam 7. Kolaborasi dengan tim


medis untuk pemberian
normal
analgetik

berkurang dan
terkontrol
7. Analgetik dapat
menurunkan rasa
nyeri

Setelah diberikan 1. Kaji status nutrisi pasien, 1. Memvalidasi


asuhan

turgor kulit, berat badan,

menetapkan

keperawatan

dan

masalah

diharapkan

berat

asupan
pasien

derajat

penurunan

badan,

integritas

nutrisi

mukosa oral, kemampuan

terpenuhi

menelan, riwayat mual/

criteria

muntah dan diare.


2. Pantau intake dan output,

dengan
hasil :
Pasien

dapat

timbang

mempertahank

periodic.

an

BB

secara

dan
derajat
untuk

menetapkan

pilihan

intervensi yang tepat.

2. Berguna

dalam

mengukur keefektifan

status

nutrisi dan dukungan

malnutrisi yang 3. Ajarkan perawatan mulut

adekuat
Tidak
terjadi

sebelum

dan

cairan.
sesudah 3. Menurunkan rasa tak

makan.

enak

karena

sisa

penurunan

makanan, sisa sputum

berat

atau

badan

obat

lebih dari kg

pengobatan

dalam 3 hari.

dapat
4. Kolaborasi dengan ahli
gizi

untuk

menetapkan

komposisi dan jenis diet

untuk
yang

merangsang

muntah.
4. Merencanakan
dengan

diet

kandungan

nutrisi yang adekuat

yang tepat.

untuk

memenuhi

peningkatan
kebutuhan energy dan
kalori

sehubungan

dengan

status

hipermatabolik pasien.
C

Setelah diberikan 1. Kaji/catat ukuran, warna, 1. Mengetahui

ukuran

asuhan

luka, perhatikan jaringan

dan warna luka serta

keperawatan

yang

adanya jaringan yang

diharapkan

kondisi sekitar luka.

intergritas

kulit

nekrotik

dan

nekrotik
keadaan

(mengetahui
luka

dan

kembali

normal,

dengan

criteria

hasil:
Mulai

keadaan sekitar luka).


2. Lakukan perawatan luka
yang tepat dan tindakan

terjadi

terjadinya

kontrol infeksi.

dan

granulasi pada 3. Anjurkan pasien


daerah lesi
selalu cuci tangan
Tidak
ada

untuk

granulasi

meminimalkan

resiko infeksi.
3. Menjaga
kebersihan
dan

tanga-tanda

2. Mempermudah

meminimalkan

terjadinya penyebaran

infeksi
Lesi

infeksi.
mulai 4. Kolaborasi dengan tim
4. Mempercepat proses
medis untuk pemberian
mengering
penyembuhan.
.
terapi (asiklovir 5 x
Asiklovir menurunkan
800mg/hari).
keparahan dari infeksi
varisella pada pasien
dengan imunosupresi.

Setelah diberikan

1. Kaji perubahan perilaku 1. Mengetahui

tingkat

asuhan

pasien seperti menutup

ketidakpercayaan

keperawatan

diri,

pasien

diharapkan pasien

dengan orang lain.

tidak mengalami
gangguan citra
diri, dengan
criteria hasil:

2. Bersikap

berhadapan

positif
penyuluhan pasien.
3. Beri

dan

selama

pengobatan,

harapan

dalam

menentukan intervensi

realistis

Dapat
berinteraksi

malu

diri

pada

selanjutnya.
2. Meningkatkan
kepercayaan

dan

mengadakan
hubungan

antara

perawat-pasien
dalam 3. Meningkatkan perilaku

seperti biasa.
parameter situasi individu.
positif
Rasa percaya 4. Berikan penguatan positif 4. Kata-kata penguatan
diri
timbul
terhadap kemajuan.
dapat
mendukung
kembali.
terjadinya
perilaku
Menyatakan
koping positif.
penerimaan
5. Dorong interaksi keluarga
5. Mempertahankan garis
situasi diri
Memasukan

komunikasi

perubahan

memberikan dukungan

dan

dalam konsep
diri

tanpa

harga

diri

negatif

terus-menerus
6. Berikan

kelompok

terdekat. Berikan informasi


bagaimana

mereka dapat membantu

Setelah diberikan 1. Kaji

6. Meningkatkan ventilasi
perasaan

dan

memungkinkan respon
yang lebih membantu

pasien

asuhan

pasien

pendukung untuk orang


tentang

pada

pasien.
mental, 1. Beberapa

status

ketakutan.

pasien

menunjukkan tindakan

keperawatan

tenang

diharapkan

mental

ansietas

menunjukkan disosiasi

berkurang dengan
kriteria hasil :
Pasien

kenyataan
2. Berikan
dengan

penjelasan
sering

mengatakan
ansietas

prosedur perawatan.

menunjukkan

dan

juga

mekanisme

dan

dapat

menurunkan ansietas,
memperjelas

3. Berikan orientasi konstan


dan konsisten

keterampilan

kesalahan konsep dan


meningkatkan
kerjasama.
3. Membantu

pemecahan
masalah

status

waspada,

perlindungan.
tentang 2. Penjelasan

informasi

berkurang
Pasien

dan

4. Libatkan keluarga dalam


proses

pengambilan

keputusan.

untuk

pasien
tetap

berhubungan dengan
lingkungan

dan

realitas.
4. Menurunkan rasa tidak
berdaya / putus asa.
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi.

5. Evaluasi
Dx a:

Pasien tampak tenang


Nyeri skala 2 3
Tanda-tanda vital dalam batas normal

Dx b:

Pasien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat


Tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari kg dalam 3 hari.

Dx c :

Mulai terjadi granulasi pada daerah lesi


Tidak ada tanga-tanda infeksi
Lesi mulai mongering

Dx d :

Dapat berinteraksi seperti biasa.


Rasa percaya diri timbul kembali.
Menyatakan penerimaan situasi diri
Memasukan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif

Dx e :

Pasien mengatakan ansietas berkurang


Pasien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Herpes zoster adalah erupsi kulit yang menyebar yang disebabkan oleh virus
herpes dan ditandai oleh pembentukan vesikel kecil yang mengelompok. Herpes
zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster (VVZ).
Klasifikasi herpes zoster menurut daerah penyerangannya: herpes zoster
optalmika, hespes zoster servikalis, herpes zoster torakalis, herpes zoster
lumbalis, herpes zoster sakralis, herpes zoster otikum. Gejala prodromal seperti
demam, pusing,malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan
sebagainya.

Daftar Pustaka

Brunner, Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume


3. ,Jakarta: EGC.
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta :Hipokrates.
Muttaqin, Arif.2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta:
Salemba Medika.
Price, Silvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta
:EGC
http://heldaupik.blogspot.com/2012/01/askep-herpes-zoster.html
http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-herpeszoster.html

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Herpes Zoster

Oleh :
KELOMPOK 3 (A4-A):
1. Devy Wahyu Sari

(10.321.0733)

2. Ni Kadek Desriani

(10.321.0762)

3. Ni Putu Ratna Sari Dewi

(10.321.0775)

4. I Gede Adisukma Purnawan

(10.321.0738)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRAMEDIKA PPNI BALI
2012

S-ar putea să vă placă și