Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kulit kerap kali dijumpai dalam praktik keperawatan karena kulit
mencerminkan keadaan umum pasien. Banyak kondisi sistemik dapat disertai
manifestasi dermatologik.
BAB II
PEMBAHASAN
kekebalan
terhadap
varicella
(misalnya
seseorang
yang
sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air). (Suzanne,
Smeltzer,. 2002).
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama
terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral
serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersyarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus
kranialis.
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus
Varicella Zoster yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri
radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom
yang diinervasi satu ganglion saraf sensoris.
2. Epidemiologi
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak
dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka penderita antara laki-laki dan perempuan, angka penderita
meningkat dengan peningkatan usia. Di Negara maju seperti Amerika,
penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun
sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun. Herpes zoster terjadi pada
orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan
herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster.
Setelah sembuh dari varisela,virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup
dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun.
Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20
tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11
bulan.
3. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster
(VVZ). Virus ini berukuran 140-200 nm. Berdasarkan sifat biologisnya seperti
siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten
diklasifikasikan kedalam 3 sub family yaitu alfa, beta dan gamma.
VVZ
dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada
sel epitel yang menimbulkan lesi vascular. Selanjutnya setelah infeksi primer,
infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam
neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan
kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai
jajaran penjamu yang relative luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek,
serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik
DNA polymerase dan virus spesifik deoxypiridine kinase yang disintesis
didalam yang terinfeksi. Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat
dihancurkan oleh bahan organic, detergen, enzim proteolitik, panas, dan
lingkungan pH yang tinggi.
4. Faktor Pencetus
Faktor pencetus kambuhnya Herpes zoster :
a. Trauma / luka
b. Kelelahan
c. Demam
d. Alkohol
e. Gangguan pencernaan
f. Obat obatan
g. Sinar ultraviolet
5. Faktor Resiko
a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya
tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin
tinggi pula resiko terserang nyeri.
b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi
pertama dari immunocompromised.
6. Patofisiologi
Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela-zoester yang
diyakini sebagai penyebab penyakit herpes zoster hidup secara inaktif
(dormant) di dalam sel-sel saraf di dekap otak dan medulla spinalis.
Kemudian hari ke 3 virus yang laten ini mengalami reaktivitas, virus tersebut
menjalar melalui saraf perifer ke kulit. Virus varisela yang dormant diaktifkan
dan timbul vesikel-vesikel meradang unilateral disepanjang satu dermatom.
Kulit disekitarnya mengalami edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya
didahului atau disertai nyeri hebat dan atau rasa terbakar. Herpes zoster
sangat nyeri, karena cabang saraf mengalami peradangan. Herpes zoster
adalah infeksi yang dialami mereka yang tidak mempunyai kekebalan
terhadap varisel ( misalnya mereka yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh
varisela dalam bentuk cacar air ). herpes zoster dapat berlangsung selama
kurang lebih tiga minggu. Nyeri yang timbul setelah serangan herpes disebut
neuralgia pascaherpetika dan berlangsung selama beberapa bulan.
Meskipun setiap saraf dapat terkena, tetapi saraf torakal, lumbal atau
cranial agaknya paling sering terserang. Herpes zoester dapat berlangsung
selama kurang lebih 3 minggu.
Adanya keterlibatan saraf perifer secara local memberikan respon
nyeri, kerusakan integritas jaringan terjadi akibat adanya vesikula. Respon
sistematik memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh, perasaan tidak
enak badan dan gangguan gastrointestinal. Respon psikologis pada kondisi
adanya lesi pada kulit memberikan respon kecemasan dan gangguan
gambaran diri.
Pathway (terlampir)
7. Klasifikasi
Menurut daerah penyerangannya:
a. Herpes zoster optalmika: menyerang dahi dan sekitar mata.
b. Hespes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan.
c. Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut.
d. Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paha.
yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel ini
berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat
menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut
herpes zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga
menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks. Massa tunasnya
7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul
berlangsung kurang lebih 1-2 minggu.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi
lokalisata dan hampir selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis
tengah tubuh. Umunya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh
salah satu ganglion saraf sensorik.
Timbulnya erupsi mungkin didahului oleh rasa nyeri di daerah
dermatom, dimana hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis
sebagai kelainan dibagian dalam. Rasa nyeri bisa bersifat membakar (panas),
tajam (seperti tersayat atau robek), menusuk atau berupa perasaan pegal.
Lesi berupa sederetan kelompok vesikel unilateral dengan dasar kulit yang
eritematosa. Erupsi dimulai dengan makulopapula eritematus. 12-24 jam
kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustule pada hari
ke 3. Seminggu sampai 10 hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta.
Krusta ini dapat menetap 2-3 minggu.
Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah
bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat
dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan.
Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik tetapi pada
susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion
kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena
memberi gejala yang khas.
Herpes zoster oftalmikus
terjadi
kelainan
pada
muka
sering
otikus
pengelihatan ganda
paralisis otot muka (Paralisis Bell)
tinnitus vertigo
gangguan pendengaran
nistagmus
Nausea
gangguan pengecapan
9. Pemeriksaan Diagnostik
Tujuan
dari
pengkajian
diagnostik
adalah
dilakukan
untuk
Pemeriksaan histopatologik
Pemeriksaan mikroskop electron.
Kultur virus.
Identifikasi anti gen/ asam nukleat VVZ.
Deteksi antibodi terhadap infeksi virus
10. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan pada pasien herpes zoster :
a. Terapi sistematik hanya bersifat simtomatik misalnya
analgetika
untuk
mengurangi
neuralgia.
Dapat
pula
pemberian
ditambahkan
neurotropik : vitamin B1, B6 dan B12. Antibotika diberikan bila ada infeksi
sekunder.
b. IDU 5-40% dalam 100% DMSO (dimetilsulfoksid) dipakai secara topical.
c. Local : diberi bedak. Losiokalamin dapat diberikan untuk mengurangi rasa
tidak enak dan meengeringkan lesi vesikuler.
d. Pemberian secara oral prenison 30 mg/hari atau tiamsinolon 48 mg sehari
akan memperpendek masa neuralgia pasca herpetika, terutama pada
orang tua dan seyogianya sudah diberikan sejak awal timbulnya erupsi.
e. Pengobatang dengan imunomodulator, seperti isoprinosin dan antivirus
seperti interveron dapat pula dipertimbangkan.
f. Asiklovir (zovirax) 5x200 mg sehari selama 5 hari kemungkinan dapat
memperpendek
dan
memperingan
penyakit
ini.
Asiklovir
telah
h. Vaksinasi.
Vaksinasi
untuk
varisella
bukan
merupakan
bagian
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, tanggal MRS, alamat, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Pada pasien herpes zoster mengeluh demam, pusing, malaise, nyeri otot,
gatal-gatal, pegal dan timbul aritema dan kemudian menjadi vesikel
c. Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan utama demam pusing, malaise, nyeri otot, gatal-gata, nyeri
kepala setelah itu timbul eritema pada waktu singkat (1-2 hari) timbul vesikel
yang berkelompok).
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita lain seperti penyakit kulit lain
dan riwayat penyakit yang sama. Biasanya klien pernah menderit penyakit
cacar, Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, leukimia). Riwayat terapi
radiasi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui adanha anggota keluarga yang menderita penyakit
menurun (HT, DM dan lain-lain) atau penyakit kulit yang menular.
Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Meliputi persepsi klien terhadap kesehatan
dan
penyakitnya,
serta
Pada pasien herpes zoster tidak ada gangguan pada pola tata nilai dan
kepercayaan.
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran, tekanan darah, suhu, nadi frekuensi dan kualitas, pernapasan
frekuensi, iramanya tipe pernapasan.
b. Kepala
Terdapat nyeri kepala pada pasien herpes zoster
c. Muka
Pada sindrom rumsay hunt terdapat kelainan pada otot muka dan kelainan
kulit muka
d. Mata
Pada herpes zoster oftaimikus terdapat kelainan pada mata
e. Telinga
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada telinga
f. Hidung
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada hidung
g. Mulut dan faring
Tidak terjadi gangguan pada mulut dan faring
h. Leher
Tidak terjadi gangguan pada leher
i. Thorak
Pada pasien herpes zoster daerah yang paling sering terkena adalah daerah
thorakal.
j. Paru
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada paru
k.
Jantung
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada jantung
l.
Abdomen
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi local sekunder dari
kerusakan saraf perifer kulit.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat, respon sekunder dari mual, muntah dan
anoreksia.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi.
d. Gangguan gambaran diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan
struktur kulit.
e. Ansietas berhubungan dengan respon psikologis.
3. Rencana Keperawatan
No
Dx.
A
Tujuan dan
Intervensi
Kriteria Hasil
Setelah diberikan 1. Kaji skala nyeri, frekuensi
asuhan
keperawatan
diharapkan
nyeri
pasien berkurang/ 3.
4.
terkontrol, dengan
criteria hasil :
5.
Pasien tampak
tenang
6.
Nyeri skala 2
3
Tanda-tanda
vital
batas
vital
Rasional
1. Mengetahui derajat
nyeri
2. Untuk memonitoring
berkurang dan
terkontrol
7. Analgetik dapat
menurunkan rasa
nyeri
menetapkan
keperawatan
dan
masalah
diharapkan
berat
asupan
pasien
derajat
penurunan
badan,
integritas
nutrisi
terpenuhi
criteria
dengan
hasil :
Pasien
dapat
timbang
mempertahank
periodic.
an
BB
secara
dan
derajat
untuk
menetapkan
pilihan
2. Berguna
dalam
mengukur keefektifan
status
adekuat
Tidak
terjadi
sebelum
dan
cairan.
sesudah 3. Menurunkan rasa tak
makan.
enak
karena
sisa
penurunan
berat
atau
badan
obat
lebih dari kg
pengobatan
dalam 3 hari.
dapat
4. Kolaborasi dengan ahli
gizi
untuk
menetapkan
untuk
yang
merangsang
muntah.
4. Merencanakan
dengan
diet
kandungan
yang tepat.
untuk
memenuhi
peningkatan
kebutuhan energy dan
kalori
sehubungan
dengan
status
hipermatabolik pasien.
C
ukuran
asuhan
keperawatan
yang
diharapkan
intergritas
kulit
nekrotik
dan
nekrotik
keadaan
(mengetahui
luka
dan
kembali
normal,
dengan
criteria
hasil:
Mulai
terjadi
terjadinya
kontrol infeksi.
dan
untuk
granulasi
meminimalkan
resiko infeksi.
3. Menjaga
kebersihan
dan
tanga-tanda
2. Mempermudah
meminimalkan
terjadinya penyebaran
infeksi
Lesi
infeksi.
mulai 4. Kolaborasi dengan tim
4. Mempercepat proses
medis untuk pemberian
mengering
penyembuhan.
.
terapi (asiklovir 5 x
Asiklovir menurunkan
800mg/hari).
keparahan dari infeksi
varisella pada pasien
dengan imunosupresi.
Setelah diberikan
tingkat
asuhan
ketidakpercayaan
keperawatan
diri,
pasien
diharapkan pasien
tidak mengalami
gangguan citra
diri, dengan
criteria hasil:
2. Bersikap
berhadapan
positif
penyuluhan pasien.
3. Beri
dan
selama
pengobatan,
harapan
dalam
menentukan intervensi
realistis
Dapat
berinteraksi
malu
diri
pada
selanjutnya.
2. Meningkatkan
kepercayaan
dan
mengadakan
hubungan
antara
perawat-pasien
dalam 3. Meningkatkan perilaku
seperti biasa.
parameter situasi individu.
positif
Rasa percaya 4. Berikan penguatan positif 4. Kata-kata penguatan
diri
timbul
terhadap kemajuan.
dapat
mendukung
kembali.
terjadinya
perilaku
Menyatakan
koping positif.
penerimaan
5. Dorong interaksi keluarga
5. Mempertahankan garis
situasi diri
Memasukan
komunikasi
perubahan
memberikan dukungan
dan
dalam konsep
diri
tanpa
harga
diri
negatif
terus-menerus
6. Berikan
kelompok
6. Meningkatkan ventilasi
perasaan
dan
memungkinkan respon
yang lebih membantu
pasien
asuhan
pasien
pada
pasien.
mental, 1. Beberapa
status
ketakutan.
pasien
menunjukkan tindakan
keperawatan
tenang
diharapkan
mental
ansietas
menunjukkan disosiasi
berkurang dengan
kriteria hasil :
Pasien
kenyataan
2. Berikan
dengan
penjelasan
sering
mengatakan
ansietas
prosedur perawatan.
menunjukkan
dan
juga
mekanisme
dan
dapat
menurunkan ansietas,
memperjelas
keterampilan
pemecahan
masalah
status
waspada,
perlindungan.
tentang 2. Penjelasan
informasi
berkurang
Pasien
dan
pengambilan
keputusan.
untuk
pasien
tetap
berhubungan dengan
lingkungan
dan
realitas.
4. Menurunkan rasa tidak
berdaya / putus asa.
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi.
5. Evaluasi
Dx a:
Dx b:
Dx c :
Dx d :
Dx e :
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Herpes zoster adalah erupsi kulit yang menyebar yang disebabkan oleh virus
herpes dan ditandai oleh pembentukan vesikel kecil yang mengelompok. Herpes
zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster (VVZ).
Klasifikasi herpes zoster menurut daerah penyerangannya: herpes zoster
optalmika, hespes zoster servikalis, herpes zoster torakalis, herpes zoster
lumbalis, herpes zoster sakralis, herpes zoster otikum. Gejala prodromal seperti
demam, pusing,malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan
sebagainya.
Daftar Pustaka
Oleh :
KELOMPOK 3 (A4-A):
1. Devy Wahyu Sari
(10.321.0733)
2. Ni Kadek Desriani
(10.321.0762)
(10.321.0775)
(10.321.0738)