Sunteți pe pagina 1din 24

ilmu keperawatan

Senin, 04 Juni 2012


asuhan keperawatan komunitas kelompok balita di masyarakat
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK BALITA
DI MASYARAKAT
Dosen Pengampu: Asep Iskandar S.Kep.Ns., M.Kep., Sp. Kom

Oleh:
WAHYU UTAMI
G1D008081

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2011

PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
keperawatan kelompok balita di masyarakat untuk memenuhi tugas individu komunitas II
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman. Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Asep Iskandar S.Kep.Ns., M.Kep., Sp. Kom, selaku dosen pengampu mata kuliah
keperawatan komunitas II yang telah berkenan memberikan pengarahan demi kesempurnaan
makalah.
2. Almarhum Bapak, Ibu dan seluruh keluarga tercinta atas semangat, dukungan serta doa
selama proses penulisan makalah.
3. Sahabat dan teman-teman semua yang telah membantu dalam penulisan makalah,
terimakasih atas kerjasama dan bantuannya.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, atas bantuan moral maupun
material dalam penulisan makalah ini.
5. Almamater, Universitas Jenderal Soedirman.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil yang lebih
baik, semoga hasil penelitian ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua.
Amin.

Purwokerto,3 Januari2012
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i
PRAKATA.............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
DAFTARTABEL ................................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK................................................................................................................. v
DAFTARLAMPIRAN ........................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................ 1
B. Perumusah Masalah.................................................................................................... 3
C. Tujuan........................................................................................................................ 4
E. Manfaat...................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian ................................................................................................................. 5
B. Tujuan........................................................................................................................ 7
C. Ruang Lingkup.......................................................................................................... 8

BAB III PROSES KEPERAWATAN


A. Pengkajian.................................................................................................................. 9
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................. 10
C. Perencanaan Keperawatan......................................................................................... 12
D. Tindakan Keperawatan.............................................................................................. 16
E. Evaluasi...................................................................................................................... 16
BAB VI PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................ 19
B. Saran.......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Table 1.1 jenis deteksi tumbuh kembang anak

DAFTAR GRAFIK
Grafik
Grafik

1.1
1.2

Grafik Kondisi, AKN, AKB dan AKBAL


Proporsi

penyebab

kematian

balita

usia

0-59

bulan

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Format pengkajian balita

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan
dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human Development Report 2010, AKB di
Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran. Angka itu, 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan
Malaysia. Juga, 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Thailand. Masalah ini harus menjadi perhatian serius. Kasus malnutrisi
masih menjadi masalah penting di Indonesia. Meski angka prevalensi malnutrisi anak menurun,
namun masih tergolong tinggi. Prevalensinya mencapai 42%, di Srilanka yang memiliki tingkat
pendapatan kotor per kapita (GDP) yang lebih rendah daripada Indonesia, tingkat prevalensi
malnutrisi anak hanya 18%. Data Departemen Kesehatan, terdapat penurunan dalam jumlah
kasus balita yang tergolong gizi kurang dan gizi buruk. Tahun 2004, jumlah balita gizi kurang
dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta anak. 2006, jumlah balita gizi kurang dan buruk turun jadi 4,28
juta anak. Tahun 2007, angka kasus balita gizi kurang dan buruk menurun menjadi 4,13 juta
anak.
Angka kematian ibu dan anak di Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di
Asia. Tahun 2002, angka kematian ibu saat melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini 65 kali lebih tinggi dibandingkan Singapura, 9,5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan Malaysia dan 2,5 kali lebih tinggi dibanding Filipina. Rata-rata angka kematian ibu di
dunia mencapai 400.000 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah menargetkan untuk
mengurangi angka kematian ibu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 1994) menjadi 225
per 100.000 di tahun 1999, dan menargetkan menjadi 225 per 100.000 di tahun 2010.

Berdasarkan data demografi di Indonesia tahun 2002, sebanyak 307 ibu meninggal dalam
persalinan di setiap 100.000 kelahiran hidup dan 228 per 100.000 di tahun 2009. Bidan memiliki
legitimasi dalam memberikan pelayanan khusus kesehatan ibu, bayi dan anak merasa
berkewajiban mengambil bagian secara aktif dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan
anak. Bidan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, terutama
di daerah-daerah yang memiliki kondisi geografis yang sulit terjangkau oleh tenaga kesehatan
lainnya. Bidan memiliki dedikasi dan komitmen yang tinggi dalam membangun serta
meningkatkan kualitas kesehatan di daerah mereka masing-masing.
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007),
Angka Kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44
kematian/1000 kelahiran hidup.

Grafik 1.1 Grafik Kondisi, AKN, AKB dan AKBAL sejak 1991 s/d 2007 dan harapan pencapaian
pada tahun 2014.
Keterangan:
Garis merah = AKN

Garis biru

= AKB

Garis hijau = AKBAL

Grafik 1.2 Proporsi penyebab kematian balita usia 0-59 bulan


Sumber: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
Apabila dikelompokkan menurut wilayah pulau, nampak bahwa wilayah Jawa-Bali
merupakan kontributor terbesar terhadap angka nasional (64,6%) sedangkan wilayah MalukuPapua-Nusa Tenggara hanya berkontribusi sebesar 23,0%. Paling rendah adalah wilayah
Kalimantan, sebesar 1,8%. Tahun 2011 Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan telah
mengalokasikan sejumlah dana untuk pengadaan Makanan Pendamping ASI yang diberikan
kepada anak balita di seluruh Indonesia. Selain itu juga mulai tahun ini digalakkan surveilans
gizi di seluruh kabupaten kota, dan pemantauan pertumbuhan di seluruh posyandu. Pemerintah
akan menempatkan wilayah-wilayah tertentu yang bermasalah, sebagai prioritas utama upaya
penanggulangan gizi buruk.
Pada rumah sakit umum terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih
mengalami infeksi dengan angka kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan
yang canggih mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya
diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan Hans; 1997;
220).
B.

Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan kelompok khusus balita di masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang masalah asuhan keperawatan kelompok balita di masyarakat.
2. Untuk mengetahui pengertian tujuan asuhan keperawatan kelompok balita di masyarakat.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup asuhan keperawatan kelompok balita di masyarakat.
4. Untuk mengetahui proses keperawatan kelompok balita di masyarakat.
5. Untuk mengetahui pengembangan asuhan keperawatan kelompok balita di masyarakat di masa
yang akan datang
D. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang asuhan keperawatan kelompok balita di
masyarakat
2. Bagi institusi pendidikan
Memberikan informasi kepada institusi tentang asuhan keperawatan kelompok balita di
masyarakat sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam penerapan asuhan keperawatan
kelompok balita di masyarakat.
3. Bagi peneliti
Menambah ilmu pengetahuan peneliti sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan
kelompok balita di mayarakat.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Balita adalah anak yang berumur 5 tahun ke bawah atau masih kecil yang perlu tempat
bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk mandiri. Periode 5 (lima)

tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai "Masa Keemasan (golden period) atau
Jendela Kesempatan (window opportunity) atau Masa Kritis (critical period)" karena periode
ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia, masa
yang sangat peka bagi otak anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan
sekitarnya. Mengingat masa 5 tahun pertama merupakan masa yang 'relatif pendek' dan tidak
akan

terulang

kembali

dalam

kehidupan

seorang

anak,

maka orang

tua/pengasuh/pendidik/masyarakat dan tenaga kesehatan harus memanfaatkan kesempatan


ini untuk membentuk anak menjadi anak yang berkualitas tinggi melalui kegiatan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang.
Asuhan keperawatan kelompok khusus balita adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan
komprehensif yang diberikan pada kelompok balitadengan tujuan meningkatkan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, memaksimalkan kemampuanbalita dalam meningkatkan status
kesehatan, serta meminimalkan gangguan kesehatan yang terjadi pada balita. Stimulasi adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh
setiap orang yang berinteraksi dengan anak, mulai dari ibu, ayah, pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam
kehidupan sehari-hari. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu:
a)

Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri,
dan sebagainya.

b)

Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjumput,
menulis, dan sebagainya.

c)

Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan
sebagainya

d) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan setelah bermain), berpisah dengan ibu / pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

Keterangan:

Masalah yang sering terjadi pada balita adalah tumbuh kembang terganggu, gizi buruk
dari sedang sampai berat, diare dan ISPA. Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang
mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/
kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari balita
ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan
cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
B.

Tujuan

1. Upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit


2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan mencari upaya pemecahan masalah kesehatan

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan balita, masalah kesehatan pada balita
kepada keluarga dan orang tua.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerataan pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat telah dilakukan berbagai upaya salah satunya adalah dengan meletakkan dasar
pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di puskesmas
induk, puskesmas pembantu, posyandu serta unit-unit yang terkait di masyarakat. Semua bentuk
pelayanan kesehatan perlu di dorong dan digerakkan untuk menciptakan pelayanan yang prima.
Selain itu cakupan di perluas dengan pemerataan pelayanan kesehatan untuk segala aspek atau
lapisan masyarakat.
5. Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk mendorong terciptanya
perbaikan status kesehatan. Dengan pemberian gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan
perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki status kesehatan anak.
6. Meningkatkan peran serta mayarakat
Peningkatan peran serta masyarakat dalam membantu perbaikan status kesehatan penting, sebab
upaya pemerintah dalam menurunkan kematian bayi dan anak tidak hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah melainkan peran serta masyarakat.
7. Meningkatkan manajemen kesehatan
Upaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dan berhasil dengan baik
bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup asuhan keperawatan kelompok khusus balita mencakup upaya-upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosilitatif melalui berbagai kegiatan yang
terorganisisasi sebagai berikut :
1. Pelayanan kesehatan dan keperawatan
2. Penyuluhan kesehatan
3. Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota, kader kesehata, dan petugas kesehatan
4. Penemuan kasus secara dini.

5. Melakukan rujukan medis dan kesehatan


6. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan masyarakat, kader, dan petugas kesehatan
Fenomena yang menjadi bidang garapan keperawatan kelompok khusus balita adalah:
1. Pemantauan tumbuh kembang balita melalui pemeriksaan oleh petugas kesehatan
2. Perawatan anak balita dengan seksama.
3. Pemberian asi eksklusif dan makanan tambahan
4. Imunisasi secara lengkap dan berkala.
5. Penimbangan berat badan secara rtin.
6. Pemberian vitamin
7. Status gizi pada balita
8. Angka kematian dan kesakitan pada balita.

BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Data
Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat, agama, mana ayah/ibu,
pekerjaan ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu serta suku bangsa.
2. Keluhan-keluhan yang dialami balita
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit masa lampau meliputi prenatal, natal dan postnatal.
5. Penyakit waktu kecil dan apakah pernah dirawat di rumas sakit.
6. Obat-obatan yang pernah digunakan
7. Riwayat alergi pada balita
8. Kecelakaan

9. Imunisasi
10. Riwayat keluarga dan genogram keluarga
11. Riwayat sosial meliputi pengasuh utama, pembawaan secara umum, dan lingkungan rumah.
12. Keadaan kesehatan saat ini meliputi diagnosa medis, tindakan operasi, obat-obatan, tindakan
keperawatan yang pernah dilakukan, hasil laboratorium dan hasil rontgen.
13. Pengkajian pola fungsional meliputi persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan, pola
nutrisi metabolik, pola eliminasi seperti pola defeksi, pola eliminasi urine, kebersihan pakaian,
aktivitas pola latihan, pola istirahat tidur anak seperti lama tidur perhari, perubahan pola istirahat,
posisi tidur, gerak tidur, pola kognitif persepsi anak, persepsi diri dan pola konsep diri, stressor
dari keluarga, interaksi anak dengan keluarga, pols bermaian, support sistem, dan pola-pola
keyakinan.
14. Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, postur tubuh, tanda vital, tinggi badan,
berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, mata, hidung, mulut, telinga, dada, janung, paru-paru,
perut, punggng, genitalia, ekstremitas dan kulit.
15. Pemeriksaan perkembangan meliputi kemandirian dalam bergaul, motorik halus, konitif dan
bahasa serta perkembangan motorik kasar.
Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara
dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan memilih data-data yang ada sehingga
dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosa keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk
mengaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga
dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh balita. Tujuan analisa data:
a. Menetapkan kebutuhan balita
b. Menetapkan kekuatan.
c. Mengidentifikasi pola respon balita
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus balita. Masalah yang sudah ditemukan
tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang selanjutnya dapat diteruskan
dengan intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang tidak dapat di selesaikan sekaligus
sehingga diperlukan prioritas masalah. Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki
Maslow yaitu:

a. Keadaan yang mengancam kehidupan


b. Keadaaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
B.

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan, baik aktual
maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Diagnosa
keperawatan adalah suatu peryataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah klien
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah
dan status kesehatan masyarakat, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi
(potensial). Diagnosa keperawatan mengandung komponen PES (problem, etiologi, symptom).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada balita adalah:

1. Kurang gizi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang gizi balita.
2. Diare
a.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan anaknya
e.

Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan
dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

f. Kecemasan anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
3. ISPA
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
nyeri
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas
oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
c. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

C. Perencanaan
Contoh beberapa perencanaan keperawatan dari diagnosa di atas:
Diagnosa.1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui
feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi
Rasional
Berikan cairan oral dan parenteral sesuaiSebagai upaya rehidrasi untuk mengganti
dengan program rehidrasiPantau intake dancairan yang keluar bersama feses.Memberikan
output.

informasi status keseimbangan cairan untuk

menetapkan kebutuhan cairan pengganti.


Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi danMenilai status hidrasi, elektrolit
hasil pemeriksaan laboratorium
Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif

dan

keseimbangan asam basa


Pemberian obat-obatan secara kausal penting
setelah penyebab diare diketahui

Diagnosa.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan
Intervensi
Rasional
Pertahankan tirah baring dan pembatasanMenurunkan kebutuhan metabolik
aktivitas selama fase akut.
Pertahankan status puasa selama fase akut
(sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi
klien mengizinkan

Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan


selama fase akut untuk menurunkan peristaltik
sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian
makanan sesegera mungkin penting setelah

keadaan klinis klien memungkinkan.


Bantu pelaksanaan pemberian makananMemenuhi kebutuhan nutrisi klien
sesuai dengan program diet
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteralMengistirahatkan kerja gastrointestinal dan
sesuai indikasi

mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih

lanjut
Diagnosa. 3 : Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan :

Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

Intervensi
Rasional
Atur posisi yang nyaman bagi klien, Menurunkan tegangan permukaan abdomen
misalnya dengan lutut fleksi.
Lakukan aktivitas pengalihan

dan mengurangi nyeri


untukMeningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus

memberikan rasa nyaman seperti masase perhatian kliendan meningkatkan kemampuan


punggung dan kompres hangat abdomen
koping
Bersihkan area anorektal dengan sabunMelindungi

kulit

dari

keasaman

agen

anti

feses,

ringan dan airsetelah defekasi dan berikanmencegah iritasi


perawatan kulit
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan
atau antikolinergik sesuai indikasi

Analgetik

sebagai

antikolinergik

untuk

nyeri

menurunkan

dan

spasme

traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis


Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk
Scale (skala 1-5), perubahan karakteristikmenetapkan intervensi selanjutnya
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
Diagnosa. 4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Intervensi
Rasional
Dorong keluarga klien untuk membicarakan Membantu

mengidentifikasi

penyebab

kecemasan dan berikan umpan balik tentangkecemasan dan alternatif pemecahan masalah
mekanisme koping yang tepat.
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalahMembantu

menurunkan

stres

dengan

yang umum terjadi pada orang tua klienmengetahui bahwa klien bukan satu-satunya
yang anaknya mengalami masalah yangorang yang mengalami masalah yang demikian
sama
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkanMengurangi rangsang eksternal yang dapat
sikap

ramah

tamah

membantu klien.

dan

tulus

dalammemicu peningkatan kecemasan

Diagnosa.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan

Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Intervensi
Rasional
Kaji kesiapan keluarga klien mengikutiEfektivitas
pembelajaran,

termasuk

pembelajaran dipengaruhi oleh

pengetahuankesiapan fisik dan mental serta latar belakang

tentang penyakit dan perawatan anaknya.


pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, Pemahaman tentang masalah ini penting untuk
penyebab dan akibatnya terhadap gangguanmeningkatkan partisipasi keluarga klien dan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitaskeluarga dalam proses perawatan klien
sehari-hari.
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat,Meningkatkan

pemahaman

dan

partisipasi

dosis, frekuensi dan cara pemberian sertakeluarga klien dalam pengobatan.


efek samping yang mungkin timbul
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan
perineal setelah defekasi

Meningkatkan

kemandirian

dan

kontrol

keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan

diri anaknya
iagnosa. 6 : Kecemasan anak berhubungan dengan Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru

Tujuan

: Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan


Intervensi
Anjurkan pada

keluarga

untuk

Rasional
selaluMencegah stres yang berhubungan dengan

mengunjungi klien dan berpartisipasi dalamperpisahan


perawatn yang dilakukan
Berikan sentuhan dan berbicara pada anakMemberikan rasa nyaman dan mengurangi
sesering mungkin
stress
Lakukan stimulasi sensory atau terapiMeningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bermain sesuai dengan ingkat perkembangansecara optimum
klien
D. Tindakan

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan
sebelumnya
E.

Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang
belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai

BAB IV
PEMBAHASAN
Kerangka Pengembangan Askep Tersebut Di Masa Yang Akan Datang
Pada bab ini dijelaskan tentang pembahasan meliputi kerangka pengembangan asuhan
keperawatan kelompok khusus balita di masyarakat di masa yang akan datang.
A. Kerangka pengembangan asuhan keperawatan kelompok khusus lansia di masyarakat di
masa yang akan datang.
Analisis SWOT
St streght(kekuatan)

W weakness(kelemahan)

Tenaga kesehatan tercukupi di setiap desa

Banyaknya jumlah balita yang melebihi batas

keluarga yang semangat dan antusias

Banyaknya balita yang ketergantungan kepada

balita masih dalam tahap tumbuh kembang pihak lain


Fasilitas pelayanan kesehatan balita yang
memadai seperti posyandu balita
Alat transportasi tersedia

Tidak adanya kesadaran orang tua untuk


merawat
Kurangnya kader kesehatan dan bidan di

Ada anggaran khusus bagi setiap posyandu daerah


di desa
O Opportunity(peluang)
Pemerintah desa yang mendukung adanya
posyandu balita

T Threat(ancaman)
Lingkungan yang belum memadai sehingga
resiko infeksi besar

Memiliki akses jalan yang baik menuju


pusat kesehatan dan dekat dengan

Banyak terdapat pasangan usia muda yang


hamil

puskesmas.

B. Solusi dari analisis SWOT diatas antara lain:


Dalam peningkatan peran serta kelompok khusus balita di masyarakat yang melibatkan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan dalam rangka
menciptakan kemadirian masyarakat, solusi yang bisa kami tawarkan terkait permasalahan diatas
antara lain:
1.
2.
3.
4.

Penyuluhan gizi pada ibu-ibu yang memiliki anak balita


Supervisi kader dalam mengoptimalkan fungsi 5 meja posyandu
Lomba kunjungan bayi dan balita ke posyandu dengan memperhatikan KMS
Pembuatan rencana kerja yang baru dan bermanfaat dalam jangka waktu 3 bulan sampai 1 tahun
5. Peningkatan kesehatan biologis balita dengan cara memenuhi gizi balita untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan balita.
6. Adanya peraturan/organisasi yang jelas terkait pemberdayaan balita.
7. Pemberian motivation training secara rutin oleh kader posyandu balita dan petugas kesehatan
balita.
8. Kerjasama dengan puskesmas terdekat terkait pelayanan kesehatan balita
9. Meningkatkan hubungan yang baik dengan perangkat desa setempat
10. Adanya jaminan kesehatan secara penuh untuk balita di masyarakat.

BAB V
PENUTUP
Pada bab ini dijelaskan tentang penutup meliputi kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Jumlah balita yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah balita yang lebih
mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan balita yaitu mewujudkan derajat kesehatan
serta optimal. Dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk
penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan
penilaian upaya kesehatan kelompok balita dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat.
B. Saran
Harapan kepada masyarakat, agar balita tetap menjadi bagian dari masyarakat. Sebab
generasi penerus bangsa tergantung dari proses pertumbuhan dan perkembangan saat usia balita
karena usia balita merupakan golden period. Agar pemberdayaan dapat berhasil maka seluruh
komponen bangsa harus ambil bagian mulai departemen/ kementerian/instansi, organisasi
profesi, yayasan, institusi masyarakat, PKK, Posyandu, Karang Taruna, PAUD dan seluruh
petugas lapangan dari jajaran instansi pemerintah serta anggota masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009
Stanhope, Marcia. 1998. Buku saku keperawatan komunitas dan kesehatan rumah:perangkat pengkajian,
intervensi, dan penyuluhan
Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip keperawatan pediatrik. EGC. Jakarta
Sudiyanto. 2009, Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas
Kedokteran UI
Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=92:kondisi-angkakematian-neonatal-akn-angka-kematian-bayi-akb-angka-kematian-balita-akbal-angka-kematianibu-aki-dan-penyebabnya-di indonesia&catid=40:data&Itemid=54 di akses tanggal 4 Desember
2011
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.
Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta:
Balai penerbit FKUI.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year
book. Inc
World Health organization. 1993. Kader kesehatan masyarakat alih bahasa Adi Heru S. Egc. Jakart
Lampiran 1
FORMAT PENGKAJIAN BALITA
PENGKAJIAN BALITA ( 1 5 TAHUN )
1. Apakah dalam keluarga terdapat balita ?
Diposkan oleh wahyu Teten di 10.36
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2012 (5)
o Juni (5)

terapi moadalitas

askep neuroma akustik

asuhan keperawatan otalgia

asuhan keperawatan komunitas kelompok balita di ma...

asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat

Mengenai Saya
wahyu Teten
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

S-ar putea să vă placă și