Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Tujuan Pembelajaran
penis
Untuk mengetahui relevansi klinis subklasifikasi dan manajemen
yang sesuai pada anomali kongenital hipospadia dan duplikasi
uretra
Untuk mengetahui perbedaan di antara fimosis patologi dan
Perjalanan alami
Pada bayi baru lahir, foreskin masih menempel pada glans. Sebanyak
50 persen, foreskin itu tidak bisa diretraksi cukup jauh untuk visualisasi
meatus. Pada usia 6 bulan kehidupan, 20 persen bisa mengalami
Penanganan Operatif
Sirkumsisi
Sirkumsisi merupakan tindakan operasi yang paling umum dilakukan di
USA, walaupun American Academy of Pediatrics dan UK Royal College
of Obstetrics and Gynaecology telah menyatakan bahwa tidak ada
indikasi medis absolut untuk sirskumsisi pada periode neonatal. Tujuan
sirkumsisi ialah untuk memindahkan berkas kulit secukupnya dengan
kulit prepusium bagian dalam, untuk memperoleh hasil kosmetik yang
adekuat dan selanjutnya mencegah fimosis atau parafimosis.
Mayoritas, sirkumsisi dilakukan atas dasar alasan agama, kultural atau
emosional. Potensi manfaat sirkumsisi masih tetap kontroversial:
sirkumsisi bisa menghilangkan resiko kanker penis dan serviks dan bisa
mengurangi transmisi penyakit menular seksual. Pada beberapa studi
lainnya, akan tetapi, malah menunjukkan hasil yang berlawanan.
Tampak bahwa laki-laki yang tidak bersunat lebi rentan terhadap
penyakit ulkus genital, sementara yang bersunat lebih rentan terhadap
uretritis, yang lebih umum dijumpai pada negara-negara berkembang.
Belum lama ini, ada sejumlah perhatian yang sedang berkembang
tentang dampak psikoseksual dari intervensi ini. Ada beberapa
argumen kontroversial, seperti sugesti bahwa pemotongan ujung saraf
dan hilangnya foreskin yang berlebihan bisa berdampak negatif pada
kepuasan seksual untuk pria dan wanita. Pendapa lainnya ialah banyak
pria yang bersunat lebih suka melakukan seks oral dengan partner
mereka, mungkin karena isu higienis. Peneltian terakhir menunjukkan
bahwa sirkumsisi tanpa anestesi bahkan pada bayi baru lahir, yang
tampaknya belum bisa mengingat keadaan itum justru merupakan
peristiwa yang pengalaman yang menyakitkan. Hal ini bisa
berpengaruh tidak langsung pada sensasi nyeri di usia selanjutnya.
Balanopostitis berulang;
Resiko tinggi Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak laki-laki
dengan malformasi urogenital kongenital seperti pada refluks
vesikoureteral derajat tinggi. Insiden ISK bisa dikurangi hingga 10
kali lipat pada neonati yang disunat.
Teknik sirkumsisi
Tanpa memindahkan/menghilangkan kulit:
manual.
Pembedahan foreskin lainnya: berbagai teknik telah dijelaskan,
menggunakan prinsip Y-V atau Z-plasty. Kerugiannya nialah
foreskin harus diretraksi ;ebih sering setelah operasi untuk
mencegah jaringan parut. Ini merupakan pengalaman yang
menyakitkan untuk anak-anak, dan ketika retraksi amat
traumatik, maka bisa menimbulkan tambahan jaringan parut,
dengan re-stenosis.
(gamabr 60.3).
Eksisi bedah Freehand/tangan bebas: pertama dilakukan insisi
srkular pada prepusium bagian dalam, proksimal dari alur
koronal. Insisi kedua dibuat pada foreskin bagian luar. Kulit
prepusium diantara kedua insisi ini kemudian dieksisi. Luka akan
ditutup terutama denhan jahitan benang yang bisa diabsorpsi.
(gambar 60.4).
ereksi. Untuk hasil kosmetik yang bagus, insisi distal hendaknya hanya
1-2mm dibawah sulkus koronarius glans (gamabr 60.4).
Komplikasi umumnya bisa dihindari dengan memberi perhatian lebih di
pemisahan total glans dari prepusium bagian dalam, menghilangkan
kerah kulit prepusium bagian luar dan dalam secara simetris dan
hemostasis yang baik.
Untuk kenyamanan paska operasi, direkomendasikan untuk
meletakkan blok penis dengan anestesi lokal kerja lama, seperti
bupivakain.
koagulasi bipolar)
Infeksi biasanya sembuh sendiri dan dirawat dengan pergantian
dressing lokal. Nekrotisasi serius jaringan lunak yang terinfeksi
amat jarang.
Jika foreskin yang berlebih direseksi, makan hal ini bisa diatasi
dengan perawatan luka lokal dengan krim pemisah, dengan kulit
penis dibiarkan sembuh untuk dengan maksud sekunder.
Pemulihan Foreskin
Walaupun tidak ada data ilmiah untuk pentingnya foreskin bagi
pengalaman seksual, beberapa pria bersunat mengklain bahwa
problem seksual mereka timbul sebagai akibat dari hilangnya foreskin
itu. Maka hal ini menjadi tantangan dalam merestorasi foreskin.
Banyak peralatan yang telah dicoba untuk merentangkan foreskin dan
untuk mencoba memulihkan glans, tapi tindakan ini tidak efektif.
Sejumlah teknik pembedahan telah dikembangkan. Akan tetapi,
problem yang paling penting ialah bahwa belahan kulit penis berambut
sedikit, dan hampir tidak ada bagian kulit lain yang bisa digunakan
sebagai graft atau flap. Teknik yang paling baru menggunakan splitthickness skin grafting untuk merestorasi panjang foreskin.
HIPOSPADIA
Tindakan operatif
Rekonstruksi bedah untuk hipospadia direkomendasikan karena aspek
fungsional, psikologis dan kosmetik. Teknik pembedahan hendaknya
merestorasi tiga fungsi utama penis: tabung untuk bisa miksi
langsung, kemungkinan hubungan seksual dan sebagai bagian dari
organ reproduksi. Rekonstruksi idealnya harus selesai sebelum umur
2,5 tahun. Akan ada jaringan parut minimal dan kulit penis yang akan
terus bertumbuh seriring umur. Pada usia ini, pelatihan toilet dimulai.
Jika selesai sebelum usia 2,5 tahun, anak-anak mungkin tidak akan
mengingat pengalaman operasinya. Operasoi pertama bisa dilakukan
sebelum usia 10-12 bulan. Kadang-kadang, operasi kedua dibutuhkan,
yang hendaknya dilakukan sebelum 6 bulan kemudian. Kebutuhan
akan operasi kedua bervariasi pada literatur, dari 2 hingga 20 persen.
Ini dipengaruhi oleh keparahan hipospadia dan teknik yang digunakan.
RIWAYAT
Menurut sejarah, tercatat tiga periode pembedahan hipospadia. Pada
abad ke-19, Thiersch dan Duplay mendeskripsikan teknik dimana pelat
uretra ditubularisasikan. Pada abad ke 20, operasi multitahap menjadi
Koreksi korda
Korda berasal dari perlekatan hipoplasia kulit ventral dari struktur
dasar, melekat pada pelat uretra di permukaan ventral korpus
kavernosum, dan korpus spongiosum distal yang atresia, yang
bercabang ke lateral dari meatus ektopik ke glans.
Korda dikoreksi dengan degloving kulit penis, diseksi yang cekatan
pada pelat uretra dan diseksi lateral korpus spongiosum dan sayap dari
glans. Hanya pada kasus jarang (5 persen), plicature bagian dorsal
korpus kavernosus yang dibutuhkan.
Uretroplasty
Pada kaus pelat uretra yang lebar, ini bisa disederhanakan dengan
tubularisasi untuk membentuk uretra baru (teknik Thiersch- Dupay)
(gamabr 60.6).
Jika pelat uretra sempit, maka uretroplasti on-lay yang dilakukan. Flap
dari ventral belahan kulit bisa dirotasikan ke dalam defek (perimeatal
based-flap; juga disebut dengan prosedur flip-flap, Mathieu 1932)
(gambar 60.7). Pedikel flap prepusium dorsal (on-lay island flap, Elder
1987) atau graft bebas bisa pula digunakan. Seperti pada graft bebas,
mukosa bukal atau alternatif mukosa kandung kemih, lebih banyak
dipilih. Pada tahun 1994, Snodgrass mendeskripsikan sebuah teknik
dimana pelat uretra diinsisi secara longitudinal untuk memungkinkan
penutupan ventral pelat itu (tubularized incised plate (TIP) uretroplasti)
(gambar 60.8). Pada celah dimana insisi itu dibuat, mukosa uretra bisa
beregenerasi. Celah ini secara alternatif bisa ditutup dengan flap
mukosa bukal. Dewasa ini, TIP uretrolasty merupakan teknik yang
paling sering dipakai untuk perbaikan hipospadia proksimal dan distal
oleh karena cukup sederhana dan memberikan hasil kosmetik yang
bisa diterima; tingkat komplikasinya pun dibawah 10 persen.
Pada situasi kurvatura ventral amat signifikan dan pelat uretra yang
amat pendek, maka pelat uretra tidak bisa lagi dimanfaatkan. Pada
kasus ini, flap tubularisasi pada foreskin dorsal yang berlebihan bisa
menggantikan uretra. Hal ini dikenal dengan tubed prepucial island
flap (Wacksman 1986). Defek panjang bisa direkonstruksi kembali
dengan flap ini. Akan tetapi, karena anastomosis sirkular, striktur lebih
sering terjadi dengan teknik ini.
Pada kasus proksimal hipospadia yang parah dngan korda dan kulit
prepusium yang kurang, prosedur dua-tahap bisa menjadi opsi alternaif
(Durham Smith, Bracka: Smith 1981; Bracka 1995). Tahap pertama
Duplikasi penis
Duplikasi bisa total atau parsial, dengan plana sagital atau horisontal,
dan dengan atau tanpa duplikasi uretra. Hal ini sering dihubungkan
dengan anus imperforata dan abnormalitas regional lainnya. Penis dan
skrotum bisa mengalami transposisi (bukan pergantian skotum yang
edematous dibawah tuberkel genital), memerlukan bedah kosmetik
untuk mengoreksi transposisi penoskrotal. Jika korpus spongiosum
absen, maka uretra spongiosum juga bisa membesar, menyebabkan
Agenesis Penis
Diferensiasi abnormal tuberkel genital pada usia 6 minggu bisa
menyebabkan agenesis penis. Seringkali, hal ini berhubungan dengan
anomali lainnya, yang sering inkompatibel dengan kehidupan. Sekitar
25 % merupakan fenomena tersendiri. Skrotum tetap normal dan
uretra membuka ke perineum anterior atau ke rektum atau terbentuk
tidak adekuat.
Mikrophalus
Perkembangan penis bisa mengalami retardasi oleh karena tidak
adekuatnya androgen dasar. Alternatifnya, penis bisa berkembang
secara abnormal pada kondsi endokrin normal. Hal ini sering
dihubungkan dengan anomali lainnya, seperti penis aksesorius, penis
yang terbenam, cryptorchidism dan anomali organ lainnya.
Amat penting pada situasi ini untuk mempertimbangkan sex rearing
(pengasuhan kelamin) dan untuk memasukkan spesialis genetik,
endokrindan pediari pada rencana perawatan. Amat jarang genetik
pria tampak dengan fenotip wanita.
Hipospadia mid-shaft
GAP
Prosedur flip flap
On-lay island flap
Hipospadia proksimal
TIP
On-lay island flap
Tubed prepucial island flap
TIP
Prosedur dua tahap yang
direncanakan