Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
HIV dan M. tuberculosis keduanya merupakan patogen intraseluler
yang saling berinteraksi baik pada tingkat populasi, klinis, maupun seluler.
Progresivitas TB menjadi aktif sejak awal paparan lebih besar pada ODHA
dibandingkan dengan pada non ODHA.
Gejala TB pada populasi HIV umumnya non spesifik. Penderitapenderita yang mempunyai riwayat batuk lebih dari 3 minggu, sputum
produktif dan berat badan turun harus dicurigai TB. Namun gejala-gejala
tersebut (demam, keringat malam, berat badan turun, kelelahan) dapat juga
disebabkan
oleh
AIDS
(AIDS
Waisting
Syndrome).
Infeksi
Tuberculosis?
Mengetahui bagaimana penatalaksanaan HIV AIDS dan Tuberculosis?
Mengetahui asuhan keperawatan HIV AIDS dan Tuberculosis?
BAB 2
LANDASAN TEORI
Reaksi
hipersensitivitas
tipe
lambat
yang
terjadi,
Manifestasi
Kompleks primer, tuberculin skin test posi
Meningeal, military dan pleura
Gastrointestinal, tulang dan sendi dan
Sekitar 8 tahun
3 tahun kedepan
2.1.5
Manifestasi Klinis
Gejala TB pada populasi HIV umumnya non spesifik. Penderitapenderita yang mempunyai riwayat batuk lebih dari 3 minggu, sputum
produktif dan berat badan turun harus dicurigai TB. Namun gejala5
IMS
Herpes Zoster (shingles)
Pnemonia berulang
Bakteriemia
(terutama
salmonella
typhimurium)
Berat badan turun (>10 kg atau >20% dari
Gejala
berat semula)
Diarhe (>1 bulan)
Nyeri waktu menelan (gejala kandidiasis
esophagus)
Rasa terbakar di kaki (neropati perifer)
Jaringan parut Herpes Zoster
Tanda-tanda
Pemeriksaan Diagnostik
6
Penatalaksanaan
1) Terapi Tuberkulosis
Secara umum, pada ODHA dengan TB yang masih sensitif
terhadap pengobatan, regimen standar selama 6 bulan sudah
memberi
hasil
sputum
negatif
secara
tepat
dan
angka
pengobatan
penderita
dengan
koinfeksi
HIV-TB.
Perempuan hamil
jika tersedia.
Tidak boleh menggunakan
EFV pada trimester pertama
TDF biasanya merupakan
Koinfeksi
atau TB
pilihan.
HIV AZT atau TDF + 3TC (FTC) + Mulai terapi ARV segera
EFV
setelah
terapi TB
dapat
kronik aktif
merupakan
panduan
lini
pertama.
WHO merekomendasikan bahwa lini pertama regimen ART
mengandung dua nukleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
ditambah satu non nukleoside reverse transcriptase inhibitor (NRT).
Kombinasi ini bagus, relatif lebih murah memiliki formulasi
generik dan FDC, dan menjaga kelas baru yang ampuh (protease
inhibitor) untuk regimen lini kedua. Panduan lini pertama yang
direkomendasikan pada orang dewasa yang belum pernah
mendapat terapi ARV.
Pada penderita yang sudah menerima ARV bila kemudian
terjangkit TB, maka regimen harus disesuaikan agar cocok dengan
OAT yang dipilih itu. Setelah terapi TB lengkap maka ARV dapat
diteruskan atau diganti tergantung keadaan klinis dan imunologis
penderita. Waktu yang optimal untuk memulai ART dalam
kaitannya awal terapi TB belum jelas.
Prioritas terutam pada pasien dengan koinfeksi TB HIV
adalah memulai terapi TB, diikuti dengan kortimoksasol dan ARV.
a. Pengobatan TB pada ODHA yang belum dalam pengobatan
ARV.
Bila belum dalam pengobatan ARV pengobatan TB dapat
segera dimulai. Jika psien dalam pengobatan TB maka
diteruskan pengobatan TB nya sampai dapat ditoleransi dan
setelah
itu
diberi
pengobatan
ARV. Keputusan
untuk
terapi
TB
10
berbasis
NVP
terpaksa
digunakan
bersamaan
dengan
tidak
sejakawal terapi).
mungkin Mulai terapi TB
diperiksa
setelah
terapi
TB
Lini pertama
TB muncul
2 NRTI + EFV
2 NRTI + NVP
EFV
Ganti dengan EFV atau
teruskan dengan 2 NRTI +
NVP. Triple NRTI dapat
dipertimbangkan
digunakan selama 3 bulan
jika NVP dan EFV tidak
Lini kedua
2 NRTI + Pls
dapat digunakan.
Mengingan
rifampisin
tidak bersamaan dengan
LPV/r,
menggunakan
dianjurkan
panduan
LPV/r
jika
menggunakan
kontrimoksasol
secara
substansial
mengurangi
ditemukan
mempunyai
riwayat
mengkonsumsi
13
14
2.2.3
Intervensi
15
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan kriteria
Intervensi
Rasional
Reisko tinggi
hasil
Pasien akan bebas
Observasi tanda-tanda
Untuk mengetahui
infeksi b/d
infeksi oportunistik
vital.
penurunan
dan komplikasinya,
Monitor tanda-tanda
kekebalan
kriteria hasil :
infeksi baru.
tubuh
Gunakan tehnik
Mencegah pasien
(imunosupresi)
tindakan infasif.
infeksi oportunis,
di rumah sakit.
Mencegah
memberikan tindakan.
bertambahnya infeksi
Anjurkan pasien
Meyakinkan diagnosis
eksudat
metode mencegah
terpapar terhadap
lingkungan yang
patogen.
Kumpulkan spesimen
Mempertahankan
Kolaborasi pemberian
2.
antibiotik
Gunakan masker
adekuat untuk
Bersihan jalan
respirasi, kriteria
informasi ini
nafas inefeksif
hasil:
sekret purulen.
b/d adanya
RR 16-20x/menit
Gunakan sarung
Mencegah transmisi
sumbatan
Sianosis (-)
tangan untuk
lain
sekeret/sputum
Intolerani
tubuh.
Monitor respon
Pasien
16
aktivitas b/d
berpartisipasi
fisiologis terhadap
hari ke hari.
kelemahan,
dalam kegiatan,
aktivitas.
pertukaran
kriteria hasil:
Berikan bantuan
oksigen,
malnutrisi,
takikardi selama
kelelahan
aktivitas
Jadwalkan perawatan
jika karena
menggangu istirahat.
meningkatkan
Mengurangi kebutuhan
kebutuhan metabolik.
BAB 3
PENUTUP
17
2.1 Kesimpulan
HIV dan M. tuberculosis keduanya merupakan patogen intraseluler
yang saling berinteraksi baik pada tingkat populasi, klinis, maupun seluler.
Progresivitas TB menjadi aktif sejak awal paparan lebih besar pada ODHA
dibandingkan dengan pada non ODHA.
Gejala TB pada populasi HIV umumnya non spesifik. Penderitapenderita yang mempunyai riwayat batuk lebih dari 3 minggu, sputum
produktif dan berat badan turun harus dicurigai TB. Namun gejala-gejala
tersebut (demam, keringat malam, berat badan turun, kelelahan) dapat juga
disebabkan oleh AIDS (AIDS Waisting Syndrome). Infeksi Mycobacterium
Avium Complex (MAC), infeksi Citomegalovirus (CMV), keganasan atau
3
DAFTAR PUSTAKA
Amin Z, Bahar A. Tuberculosis paru, In: Sudoyo AW, Setiyohadi S, Alwi I,
Simadibrata M, Setiadi S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
5. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing: 2009
18
19