Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI
(CARSINOMA NASOFARING)
DI RUANG KEMUNING RSUP NTB
A. Pengertian
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala
dan leher
yang terbanyak
tersembunyi di
ditemukan di
belakang tabir
Indonesia. Nasofaring
langit-langit dan
terletak di
2.
3.
Letak geografis
4.
Rasial
5.
6.
Genetik
7.
Kebiasaan hidup
8.
Pekerjaan
9.
Lingkungan
kebiasaan
iritasi
masak
dengan
bahan
bumbu
kimia,
masak
asap
kayu
tertentu,
bakar,
kebiasaan
Kebudayaan
11.
Sosial ekonomi
12.
C. Patofisiologi
Jaringan yang normal terdiri dari sel-sel yang dewasa
yang beraneka ragam besar dan bentuknya. Tiap sel mempunyai
nukleus
yang
besarnya
sama.
Di
dalam
tiap
nukleus
terdapat
akan
menentukan
perjalanan
selanjutnya
dari
susunan
sehingga
histologi
dapat
dilihat
pada
bahan
jaringan
melalui
mikroskop
dan
dapat
diketahui
dari
bagian
pertumbuhan
sel
yang
abnormal
adalah
metastase.
Sel-sel
yang
maligna
diyakini
bahwa
adanya
Infeksi virus
( Virus SV 4)
Gangguan mekanisme
pengendalian pertumbuhan
normal
Ketakutan
(Kecemasan)
Lumen distal
Multiorgan failure
Sepsis
Brokiaktasis
Syok
Sepsis
Ggn
pertukaran gas
Nyeri
Metastase
Hematogen/Limfogen/Langsung
Kompetisi
Pemakaian Nutrisi,
rangsangan organ
Proksimal
viseral melalui
transmitor H1,
serotonin (5 HT3),
Host Cytokine
Sumbatan
partial/total
Penekanan reseptor
Pada lobus paru,
prostalagnin,
serotonin, bradikinin,
norefinefrin, ion
hidrogen, ion kalium
dan subtance P
Resiko infeksi
Gangguan Nutrisi
Kelemahan /Intoleransi aktivitas
Peningkatan
suhu
tubuh
Diplopia
Neuralgia trigeminal
Keratinizing
Non Keratinizing.
b. Undiffeentiated
epidermoid
carcinoma
carcinoma
-
Transitional
Lymphoepithelioma.
c. Adenocystic carcinoma
2. Menurut bentuk dan cara tumbuh
a. Ulseratif
b. Eksofilik: Tumbuh keluar seperti polip.
anaplastic
c. Endofilik:
Tumbuh
di
bawah
mukosa,
agar
sedikit
lebih
Indonesia
Cina
Tipe WHO
29%
35%
14%
23%
57%
42%
4. Klasifikasi TNM
Menurut UICC (1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut:
T1 = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring.
T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.
T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.
T4 = Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf otak.
N1 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama,
mobil, soliter dan berukuran kurang/sama dengan 3 cm.
N2 = Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama dengan
ukuran lebih dari 3 cm tetapi kurang dari 6 cm, atau
multipel dengan ukuran besar kurang dari 6 cm, atau
bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang
dari 6 cm.
N3 = Metastasis ke kelenjar getah bening ukuran lebih besar
dari 6 cm.
M0 = Tidak ada metastasis jauh.
M1 = Didapatkan metastasis jauh.
Penentuan Stadium
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
T1
T2
T3
T1 3
T4
Semua T
Semua T
N0
N0
N0
N1
N0 1
N0 3
Semua N
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
Lokasi:
1
Fossa Rosenmulleri.
Atap nasofaring.
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan CT Scan daerah kepala dan leher
2. Pemeriksaan serologi Ig A anti EA dan IgA anti VCA untuk
virus Epstein Barr
3. Biopsi nasofaring dari hidung atau dari mulut
H. Penatalaksanaan Medis
1.
Radiotherapi
2.
Diseksi leher
3.
Pembesaran terasiklin
4.
Faktor transfer
5.
Interfiran
6.
Kemotherapi
7.
Serotherapi
8.
Vaksin
9.
Antivirus
rasa
nyaman
(nyeri)
berhubungan
dengan
Ca.
nyeri
pada
Nasofaring
2. Ganguan
pola
tidur
berhubungan
dengan
rasa
kepala.
3. Cemas
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakitnya.
4. Ketergantungan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan keadaan umum lemah ditandai
5. Kurangnya
pengetahuan
perawatan
dan
tentang
pengobatan
proses
berhubungan
penyakit,
dengan
diet,
kurangnya
informasi.
J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Ganguan
pola
tidur
berhubungan
dengan
rasa
nyeri
pada
kepala.
Tujuan: Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil:
o
Rencana tindakan:
Lingkungan
yang
nyaman
dapat
membantu
meningkatkan tidur/istirahat.
Mengetahui
perubahan
dari
hal-hal
yang
10
Mengetahui
tidur
yang
faktor
penyebab
lain
dialami
gangguan
dan
pola
dirasakan
pasien.
dalam
tidur,
teknik
relaksasi
akan
pasien.
Rasional
Untuk
mengetahui
terpenuhi
atau
tidaknya
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
penyakitnya.
Tujuan: rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil:
o
o Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
tentang
11
Untuk
menentukan
dialami
pasien
tingkat
sehingga
kecemasan
yang
perawat
bisa
Agar
terbina
rasa
perawat-pasien
saling
sehingga
percaya
pasien
antar
kooperatif
pasien
untuk
ikut
serta
dalam
tindakan
keperawatan.
Rasional: Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan
keikutsertaan
tindakan
pasien
dapat
dalam
mengurangi
melakukan
beban
pikiran
pasien.
kesehatan
lain
selalu
berusaha
memberikan
12
6) Berikan
kesempatan
pada
keluarga
untuk
mendampingi
pemenuhan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Rencana Tindakan:
pasien
sehingga
dapat
diberikan
2) Anjurkan
pasien
diprogramkan.
untuk
mematuhi
diet
yang
telah
13
Rasional
Kepatuhan
terhadap
komplikasi
diet
terjadinya
dapat
mencegah
hipoglikemia
hiperglikemia.
Mengetahui
perkembangan
berat
badan
pasien
ke
dalam
jaringan
menurun,pemberian
sehingga
diet
yang
gula
sesuai
pengetahuan
dan
tentang
pengobatan
proses
berhubungan
penyakit,
dengan
diet,
kurangnya
informasi.
Tujuan:
o
14
Kriteria Hasil:
o
Pasien
mengetahui
perawatan
dan
tentang
proses
pengobatannya
dan
penyakit,
dapat
diet,
menjelaskan
Pasien
dapat
melakukan
perawatan
diri
sendiri
pasien/keluarga
tentang
1) Kaji
tingkat
pengetahuan
Untuk
memberikan
informasi
pada
mana
informasi
atau
pengetahuan
Agar
dengan
perawat
dapat
menggunakan
memberikan
kata-kata
penjelasan
dan
kalimat
sehingga
kesalahpahaman.
tidak
menimbulkan
15
dalam
akan
tindakan
lebih
yang
kooperatif
dilakukan,
dan
cemasnya
berkurang.
Gambar-gambar
dapat
membantu
mengingat
16
DAFTAR PUSTAKA
Soetom
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Airlangga.
Surabaya.
Rothrock,
C.
J.
(2000).
Perencanaan
Asuhan
Keperawatan
Tenggorokan.
Laboratorium
Ilmu
Penyakit
THT