Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
ameloblastoma sangat berbeda dari yang lainnya. Ini memiliki kecenderungan untuk menjadi
lebih agresif dan memiliki peningkatan insiden kekambuhan.
Ameloblastoma memiliki tingkat rekurensi yang tinggi setelah terapi, yakni 23% pada
ameloblastoma multikistik dan 14% pada ameloblastoma unikistik. Rekurensi dapat terjadi
karena ameloblastoma memiliki sel satelit yang dapat berinvasi. Rekurensi kemungkinan
dapat timbul karena tidak sempurnanya tindakan operasi.
Pendapat mengenai terapi yang paling memadai untuk ameloblastoma bervariasi dan
mencakup faktor-faktor seperti kemungkinan terapi akhir, kemungkinan mengendalikan
penyakit dengan operasi nanti jika didiagnosis kambuh, usia pasien, derajat gangguan fungsi
dan pertumbuhan dan kemungkinan pemeriksaan follow-up.
Sebuah multidisiplin pendekatan diperlukan untuk pasien rehabilitasi lengkap, termasuk
tulang mencangkok, penempatan direncanakan implan, dan prostetik yang bekerja. Kadangkadang peran orthodontist di pendekatan multidisiplin ini adalah untuk membuat optimal
hubungan oklusal dan ruang yang cukup untuk memungkinkan rekonstruksi sukses terkena
daerah rahang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis
dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada
perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada
Gambar 2.1. Kemungkinan Sumber Penyebab Ameloblastoma (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP.
Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Missouri : Mosby, 1997: 136-143
plate yang berdekatan dengan daerah invasi, dan berlanjut ke jaringan lunak yang
berdekatan.
Pada tahap awal, tulang keras dan mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap
berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa
lunak pada penekanan dan dapat memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan
pembesarannya, maka tumor tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan
memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak. Ketika menembus mukosa,
permukaan tumor dapat menjadi memar dan mengalami ulserasi akibat penguyahan.
Pada tahap lebih lanjut, kemungkinan ada rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi
tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang
penting. Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder.
2.4. Tipe Ameloblastoma
Ada tiga
tipe subtipe secara klinis untuk tujuan terapi antara lain tipe solid/multikistik, tipe
unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.
Gambar 2.2. Ameloblastoma Subtipe Klinis A. Tipe multikistik B. Tipe Unikistik C. Tipe Periferal (Sapp
JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed.
Missouri: Mosby, 1997: 136-143.)
2.4.1.
terjadi pada anak yang usianya lebih kecil dari 10 tahun dan relatif jarang terjadi
pada usia 10 sampai 19 tahun. Tumor ini menunjukan angka prevalensi yang sama
pada usia dekade ketiga sampai dekade ketujuh. 7
Tidak ada predileksi jenis kelamin yang signifikan. Sekitar 85% tumor ini
terjadi pada mandibula, paling sering pada daerah molar di sekitar ramus asendens.
Sekitar 15% tumor ini terjadi pada maksila biasanya pada regio posterior. 8
Tumor ini biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan pada saat
pemeriksaan radiografis. Ameloblastoma tipe konvensional tidak menimbulkan
keluhan subjektif pada pasien dan baru menimbulkan keluhan subjektif ketika
ukurannya telah membesar. Pembengkakan pada tulang yang tidak menimbulkan
rasa sakit dan ekspasi tulang kortikal bukal dan lingual adalah salah satu ciri khas
dari ameloblastoma tipe ini. Jika tidak diterapi, lesi akan tumbuh lambat
membentuk massa yang masif. 12
Rasa sakit dan parastesia jarang terjadi bahkan pada tumor yang besar. Tumor
ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis antara lain variasi dalam
bentuk folikular, pleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat bermacam tipe
histologis tapi hal ini tidak mempengaruhi terapi maupun prognosis.12
Tipe solid atau multikistik tumbuh invasif secara lokal memiliki angka
kejadian rekurensi yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain
tumor ini memiliki kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis. 8
Ameloblastoma tipe solid/multikistik ini ditandai dengan angka terjadi
rekurensi sampai 50% selama 5 tahun pasca terapi. Oleh karena itu, ameloblastoma
tipe solid atau multikistik harus dirawat secara radikal (reseksi dengan margin
jaringan normal disekeliling tumor). Pemeriksaan rutin jangka panjang bahkan
seumur hidup diindikasikan untuk tipe ini. 9
Gambar 2.3. Adanya Tampilan Multilokular Ameloblastoma besar pada sudut mandibula, dengan
ekspansi ekstensif (panah solid) dan resorpsi gigi yang bersebelahan panah terbuka).
(Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 4 ed. United Kingdom:
Elsevier Health Sciences; 2006.)
2.4.2.
Tipe Unikistik
Ameloblastoma tipe unikistik ini memiliki persentase sebesar 10 15% dan
lebih sering ditemukan pada pasien dengan usia muda sekitar umur 20-30 tahun,
50% dari tumor ini ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih
dari 90% ameloblastoma unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.5
Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara
klinis
maupun
secara
radiografis
walaupun
beberapa
diantaranya
tidak
rekurensi yang tinggi yaitu sekitar 60%. Dengan demikian enukleasi simple
merupakan terapi yang tidak sesuai untuk lesi ini dan terapi yang lebih radikal
dengan osteotomi periferal atau terapi krio dengan cairan nitrogen atau keduanya
lebih sesuai untuk tumor ini. 11
Terapi bedah konservatif seperti kuretase telah digunakan untuk menangani
ameloblastoma unikistik. Bila epitelium ameloblastic telah penetrasi ke jaringan
ikat di sebelahnya, terapi bedah yang lebih ekstensif terhadap tulang di sekitarnya
harus dilakukan. Tingkat rekurensi rata-rata 14%. Follow up jangka panjang
dibutuhkan dalam kasus ini.
2.4.3.
dikenal
dengan
nama
ekstraosseus
70% dari ameloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula, dari bagian
ramus dari anterior mandibula sampai foramen mandibula paling sering terkena. 12
Ameloblastoma periferal biasanya muncul sebagai nodul keras bertangkai pada
gingiva atau mukosa alveolar, berukuran 0,5 2 cm, tanpa ulserasi dan rasa sakit.
Ciri-cirinya tidak spesifik, dan sebagian besar lesi secara klinis menyerupai
fibroma. Pada beberapa kasus, permukaan tulang alveolar mengalami sedikit erosi,
namun keterlibatan tulang yang signifikan tidak terjadi. Tumor jenis ini tidak
seagresif 2 tipe ameloblastoma sebelumnya. Tingkat rekurensi rata-rata 8% dan
tingkat prognosisnya cukup baik.
Gambar 2.5 Periferal Ameloblastoma (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral
and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Missouri : Mosby, 1997: 136-143)
Sejumlah
pola
histologis
digambarkan
dalam
ameloblastoma.
Beberapa
seperti
kumpulan sel yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan nukleus dari inti dan
membrannya. Proses ini dikenal dengan nama "Reverse Polarization"16
Secara kasar, ameloblas terdiri dari jaringan kaku yang berwarna keabu-abuan
yang memperlihatkan daerah kistik yang mengandung cairan kuning yang bening.
Ameloblastoma secara dekat menyerupai organ enamel, walaupun kasus-kasus yang
berbeda dapat dibedakan dari kemiripan mereka untuk tahap-tahap odontogenesis yang
berbeda. 16
Ameloblastoma menunjukan berbagai macam variasi pola histologi bergantung
pada arah dan derajat differensiasi sel tumor. Klasifikasi WHO membagi ameloblastoma
secara histologis terdiri dari follikular, pleksiform, acanthomatous, sel granular dan tipe
sel basal. 1,5
2.5.1.
Tipe Folikular
9
Gambar 2.6 Ameloblastoma Tipe Follikular (Belal, M. S. Dental News, Volume V, Number I,
1998)
2.5.2.
Tipe Pleksiform
Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai dengan kehadiran sel tumor yang
berbentuk seperti pita yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain. Stroma
terbentuk dari jaringan ikat yang longar dan edematous fibrous yang mengalami
degenerasi kistik. 5
Ameloblastoma pleksiform, terdiri dari jaringan epitel yang dapat berubah,
dan merupakan lapisan sel berasal dari jaringan epitel. Kemudian berubah menjadi
well-formed desmosomal junctions, simulating spindle cell layers.
(1).
Selsel yang
Gambar 2.7
Ameloblastoma
Sumber: Acharya, S. J Clin Exp Dent. 2011;3(4):e343-7
2.5.3.
Tipe
Pleksiform
Tipe Acanthomatous
Ameloblastoma tipe ini ditandai dengan karakteristik adanya squamous
11
2.5.4.
Tipe Sel Granular (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and
Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Missouri : Mosby, 1997: 140.)
12
2.5.5.
Tipe yang paling umum adalah jenis folikular dan plexiform, tampak seperti tiang
yang tinggi, membentuk lapisan peripheral disekeliling neoplastik. Secara mikroskopis
ameloblastoma tersusun dari jaringan epitelium, terpisah oleh jaringan fibrous dan
dihubungkan oleh jaringan penghubung (jaringan Stroma). 5
Walaupun pola histologis yang berbeda telah memunculkan berbagai nama-nama
untuk menjelaskan lesi tersebut, namun gambaran klinisnya adalah sama. 5
Ameloblastoma terkadang perkembangnnya ditemukan didalam dinding kista
odontogenik. Tergantung pada tahap perkembangan tumor, berbagai istilah digunakan
untuk menjelaskan perubahan-perubahan seperti intarluminal, mural dan amelobalstoma
invasif. 5
Istilah amelobastoma intraluminal digunakan ketika ameloblastoma berkembang
kedalam lumen dan tidak menganggu dinding kista.
Istilah ameloblastoma mural digunakan ketika amelobalstoma dijumpai didinding
kista dan masih dibatasi oleh dinding-dinding kista. Pada dua situasi tumor ini secara
komplit dibatasi didalam kista, suatu pendekatan bedah yang lebih konversatif sering
dilakukan. 5
Istilah ameloblastoma invasif digunakan ketika tumor tersebut telah meluas keluar
dinding kista dan kedalam tulang yang berbatasan atau kedalam jaringan lunak atau
ketika tumor berkembang dari epitel lain selain dari epitel kista. Suatu prosedur bedah
yang lebih radikal sering disarankan untuk keadaan ini. 12
13
2.6.1.
Multiokular
Pada tipe ini, tumor menunjukkan gambaran bagianbagian yang terpisah oleh septa tulang yang memperluas membentuk masa tumor.
Gambaran multiokular ditandai dengan lesi yang besar dan memberikan gambaran
seperti soap bubble. Ukuran lesi yang sebenarnya tidak dapat ditentukan karena
lesi tidak menunjukkan garis batasan yang jelas dengan tulang yang normal.
Resopsi akar jarang terjadi tapi kadang-kadang dapat dilihat pada beberapa lesi
yang tumbuh dengan cepat. 6
Gambar 2.11 Multilokular Ameloblastoma (http://www.radpod.org/2007/08/01/ameloblastoma/)
2.6.2.
Unilokular
14
15
Gambar 2.13
(b)
(a) Ameloblastoma Multilokuler menyerupai busa sabun atau sarang lebah. (b) Unilokuler
di regio anterior. (1)
(a)
(b)
16
(a)
Gambar 2.15
(b)`
(a) Tampak radiolusen meluas diregio molar ketiga, gigi terdorong hingga dasar ramus, dan
menekan kanalis. (b ) Foto Postero-Anterior memperlihatkan kerusakan tulang, sedemikian
besar, meliputi ramus pada sisi bukal dan lingual. (1)
2.7. Diagnosis
Dari pemeriksaan klinis, radiologis dan patologi anatomi dapat didiagnosa bahwa
tumor tersebut ameloblastoma. Biasanya tidak sulit untuk mendiagnosa pertumbuhan
tumor ini dengan bantuan rontgenogram dan dari data klinis, kelenjar limfe tidak
terlibat.7
Dalam menentukan diagnosis, dilakukan pengumpulan data yang mencakup
riwayat penyakit, juga riwayat medis dan sosial pasien. Persepsi pasien terhadap durasi
lesi sangat penting karena lesi yang tumbuh lama menunjukan proses perkembangan atau
jinak. 3
Gejala yang terkait rasa sakit dan peka terhadap palpasi adalah tanda proses
inflamasi atau infeksi, meskipun keganasan juga dapat menimbulkan gejala tersebut,
terutama pada tahap akhir penyakit. Gejala lain seperti paresthesia atau rasa baal dapat
berhubungan dengan tekanan pada syaraf karena massa tumor. 12
Perubahan pada lesi seperti pembesaran secara bertahap dapat merupakan tanda
neoplasia, sementara massa yang fluktuatif merupakan proses reaktif. Berkurangnya rasa
nyeri adalah tanda proses inflamasi atau infeksi yang berada dalam proses penyembuhan,
17
sementara munculnya rasa nyeri pada massa yang sebelumnya asimptomatik dapat
merupakan indikasi adanya transformasi menjadi keganasan. 12
Pemeriksaan untuk menentukan diagnosis:
Pemeriksaan klinis
Pada ameloblastoma, penampakan klinis yang paling umum adalah
adanya pembesaran tanpa rasa nyeri pada rahang. Perubahan neurosensorik
jarang terjadi, meskipun pada tumor yang besar. Pertumbuhan yang lambat
juga merupakan petunjuk, dimana tumor yang tidak diobati dapat
menimbulkan perubahan wajah yang nyata. Terkadang dapat terjadi
maloklusi dental, nyeri dan paresthesia pada area yang terpengaruh.
Peningkatan ukuran lesi dapat menyebabkan asimetri wajah, perpindahan
posisi gigi geligi yang menyebabkan maloklusi, gigi mengalami resorpsi
akar, kehilangan gigi geligi, peningkatan mobilitas gigi, dan fraktur
patologis. Peningkatan ukuran ini disebabkan karena ekspansi tulang dan
invasi lesi ke dalam jaringan lunak. Paresthesia juga dapat disebabkan
akibat ameloblastoma yang menekan percabangan nervus trigeminal yang
berfungsi sebagai saraf sensoris untuk daerah maksila dan mandibula. 6
Pada pemeriksaan ekstraoral dan intraoral terdapat beberapa
parameter lesi yang dievaluasi meliputi : 9
o Lokasi
o Ukuran
o Karakter (makula, ulcer, massa)
o Warna, termasuk penilaian homogenitas warna
o Morfologi permukaan (halus, pebbly, granular, verrucous)
o Batas tepi (halus, irregular, tidak jelas, berbatas tegas)
o Konsistensi terhadap palpasi
o Gejala lokal
o Distribusi lesi jika multiple atau konfluen
Gambar 2.16
18
19
Gambar 2.16
Pemeriksaan radiologis
Tampak radiolusen unilokular atau multilokular dengan tepi berbatas
tegas. Tumor ini juga dapat memperlihatkan tepi kortikal yang berlekuk,
suatu gambaran multilokular dan resobsi akar gigi yang berkontak dengan
lesi tanpa pergeseran gigi yang parah dibanding pada kista. Tulang yang
terlibat digantikan oleh berbagai daerah radiolusen yang berbatas jelas dan
lesi memberi suatu bentuk seperti sarang lebah atau gelembung sabun.
Kemungkinan juga ada radiolusen berbatas jelas yang menunjukkan suatu
ruang tunggal.8
Pada pasien dengan pembengkakan di rahang, langkah pertama dalam
diagnosis adalah radiografi panoramik. Namun, jika pembengkakan yang
keras dan fixed dengan jaringan yang berdekatan, CT-scan disarankan.
Meskipun dosis radiasi jauh lebih tinggi di CT-scan, perlunya
mengidentifikasi kontur lesi, isinya dan ekstensinya ke dalam, membuatnya
lebih dipilih untuk diagnosis. Foto polos tidak menunjukkan interfaces
antara tumor dan soft tissues yang normal, hanya interface antara tumor dan
tulang yang normal yang dapat dilihat. Aksial view dalam gambar CT-scan
dengan kontras dan koronal juga aksial view dalam magnetic resonance
imaging (MRI) jelas menunjukkan kedua jenis interface. Meskipun tidak
ada perbedaan yang cukup antara MRI dan CT untuk mendeteksi komponen
kistik tumor, untuk memvisualisasikan proyeksi papiler ke dalam rongga
kistik, MRI sedikit lebih unggul. MRI sangat penting untuk mengetahui
gambaran yang tepat dari suatu ameloblastoma maksilaris yang advanced
dan dengan demikian dapat menentukan prognosis dari operasi.6
o
Radiografi:
20
21
diperhatikan
kecenderungan
neoplasma
yang
dapat
menyerang
penting pada daerah wajah dan leher. Dengan CT dan MRI, dapat menentukan tingkat
tumor secara akurat. 7
Ameloblastoma yang besar dapat membuat hilangnya fungsi rahang dan kesulitan
menelan makanan. Selanjutnya, kurangnya nutrisi dapat menyebabkan hipoproteinemi.
Pasien juga berisiko perdarahan karena ulserasi dan dapat menunjukkan gejala anemia.2
Dua faktor yang diasumsikan menjadi penyebab hipoproteinemi pada
ameloblastoma kistik yang besar: dinding kista bertindak sebagai membran
22
semipermeabel; dan kebocoran cairan intrakistik secara langsung melalui lubang pada
dinding kista. Beberapa penulis mengemukakan bahwa kista odontogenik berkualitas
membran semipermeabel dan memiliki kemampuan untuk mentransfer protein secara
positif. Kadar albumin cairan kista odontogenik hampir sama dengan serum albumin. Hal
ini mungkin berdasarkan berat molekul albumin yang lebih kecil dari globulin; sehingga
mudah berpindah melalui membran. Ameloblastoma bersifat odontogenik juga dan
formasi kista sering ditemukan pada pasien dengan kelainan tersebut. Dalam kondisi ini,
mungkin protein diserap melalui dinding kista dan ditransfer ke dalam rongga kista. 2
2.10. Terapi
Terapi tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang yang luas,
dengan atau tanpa rekonstruksi. Radiasi tampaknya merupakan kontraindikasi akan
bahaya merangsang osteoradionekrosis atau kondisi malignant. Hanya dalam kasus
tertentu di mana operasi mungkin tidak dapat dilakukan karena destruktif, penggunaan
radioterapi dapat disubtansikan. Pada beberapa literatur juga ditemukan indikasi untuk
dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen sklorosan sebagai pilihan terapi.
Pemeriksaan kembali (follow up pasca operasi) penting karena hampir 50% kasus
rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca operasi. 5
Terapi untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada di bawah tumor. Hasilnya kemudian dirujuk untuk
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan biopsi, hal ini akan menentukan terapi yang
selanjutnya dilakukan. Setelah eksisi, harus dilanjutkan dengan elektrodesikasi atau
dengan dirawat lukanya dengan larutan Karnoy.5
Terapi bedah ameloblastomas dapat dibagi menjadi tiga tahap:10
Eksisi tumor
Rekonstruksi
Rehabilitasi
Pendapat mengenai terapi yang paling memadai untuk ameloblastoma bervariasi
dan mencakup faktor-faktor seperti kemungkinan terapi akhir, kemungkinan
mengendalikan penyakit dengan operasi nanti jika didiagnosis kambuh, usia pasien,
derajat gangguan fungsi dan pertumbuhan dan kemungkinan pemeriksaan follow-up.1
Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk
mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Sebuah
ameloblastoma yang dilakukan eksisi, memiliki tingkat rekurensi sebesar 50%-90%.
Hal ini sangat sulit diprediksi tergantung dari jenis ameloblastoma yang menyerang.
Ameloblastoma mempunyai reputasi untuk mengalami kekambuhan kembali setelah
23
dsingkirkan. Hal ini disebabkan sifat lesi tersebut menginvasi secara lokal pada
penyingkiran yang tidak adekuat. 6
Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati
ameloblastoma antara lain:6
2.10.1.Enukleasi
Enukleasi merupakan penyingkiran tumor dengan mengikisnya dari
jaringan normal yang ada disekelilingnya. Lesi unikistik, khususnya yang lebih
kecil hanya memerlukan enukleasi dan seharusnya tidak dirawat secara
berlebihan. 6
Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Weder
(1950) pada suatu diskusi menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan
prosedur yang paling tidak efisien untuk dilakukan. Enukleasi menyebabkan
kasus rekurensi hampir tidak dapat dielakkan, walaupun sebuah periode laten
dari pengobatan yang berbeda mungkin memberikan hasil yang salah. Kuretase
tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah diinvasi oleh sel tumor. 6
Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka.
Kadang-kadang tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat
pada periosteum, maka harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi
biasanya dapat diangkat dari tulang. Gunakan sisi yang konveks dari kuret
dengan tarikan yang lembut. Saraf dan pembuluh darah biasanya digeser ke
samping dan tidak berada pada daerah operasi. Ujung tulang yang tajam
dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-gigi yang berada di
daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan terapi khusus. Jika devitalisasi
diperlukan, terapi endodontik sebelum operasi dapat dilakukan. 6
Dalam hal terapi ameloblastoma disebutkan oleh Abdulai (2011), bahwa
enukleasi hanya memiliki manfaat yang terbatas dalam terapinya. Pada anakanak, bagaimanapun, terutama pada mereka yang menderita jenis unilokular,
enukleasi dapat digunakan untuk 'menambah waktu' mandibula agar mencapai
pertumbuhan lebih lanjut sebelum melakukan terapi yang lebih tepat.1
Tulang kompak dari batas bawah mandibula mungkin akan terkikis, tetapi
tidak mungkin untuk diinvasi, maka jika diinginkan atas dasar klinis umum dan
bedah untuk menyelamatkan bagian tulang ini, lalu sebagai resiko yang
diperhitungkan, margin klinis dan radiologis lesi dapat dianggap sebagai margin
yang sebenarnya.1
24
yang
ekstrem:
konsentrasi
cairan
intraseluler
meningkat, kadar air intraseluler berkurang, sel mengkerut, membran sel rusak,
terbentuk kristal es di intraseluler maupun di ekstraseluler. 17
Aparatus terdiri atas sebuah kontainer yang terisi dengan gas cair
bertekanan tinggi. Gas cair dapat berupa gas nitrogen dengan temperatur
-1960C; atau gas karbondioksida, gas N2O2, dan gas freon dengan suhu yang
berkisar antara -200C sampai -900C. Probe terhubung dengan kontainer melalui
tabung. Probe diarahkan ke jaringan abnormal. Waktu yang dibutuhkan untuk
merusak jaringan abnormal tergantung dengan suhu, ukuran lesi, dan tipe
jaringan. 17
2.10.3.Eksisi Blok
Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi. Eksisi
sebuah
bagian
tulang
dengan
adanya
kontinuitas
tulang
mungkin
2.10.4.Osteotomi Peripheral
Osteotomi peripheral merupakan suatu prosedur yang mengeksisi tumor
yang komplit tetapi pada waktu yang sama suatu jarak tulang dipertahankan
untuk memelihara kontuinuitas rahang sehingga kelainan bentuk, kecacatan dan
kebutuhan untuk pembedahan kosmetik sekundser dan resorasi prostetik dapat
dihindari. Prosedur tersebut didasari pada observasi yang mana batas inferior
kortikal dari badan horizontal, batas posterior dari ramus asenden dan kondilus
tidak secara keseluruhan di invasi oleh proses tumor. Daerah ini tahan dan kuat
karena terdiri dari tulang kortikal yang padat. Regenerasi tulang akan dimulai
dari daerah tersebut meskipun hanya suatu rim tipis dan tulang yang tersisa. 8
2.10.5.Kauterisasi
Kauterisasi merupakan pengeringan atau elektrokoagulasi lesi, termasuk
sejumlah jaringan normal disekelilingnya. Kauterisasi tidak umum digunakan
sebagai bentuk terapi primer, namun merupakan terapi yang lebih efektif
dibanding kuretase. 14
2.10.6.Reseksi Tumor
26
Reseksi tumor sendiri dari reseksi total dan reseksi segmental termasuk
hemimaksilektomi
dan
hemimandibulektomi.
Apabila
ameloblastoma
Gambar 2.18
Pola Insisi pada Hemimandibulektomi (Keith
DA. Atlas of Oral and Maxillofacial Surgery.Philadelphia;W.B.Saunder
Company, 1992: 243).
lain muskulus depressor labii inferior, depressor anguli oris dan platysma.
Bagian mandibula yang akan direseksi dibebaskan dari perlekatannya dari
mukosa oral dengan hati-hati. Setelah itu, komponen rahang yang mengandung
massa tumor dieksisi dengan margin yang cukup. Bagian margin dari defek
bedah harus dibiopsi untuk pemeriksaan untuk menentukan apakah reseksi yang
dilakukan cukup atau tidak. Jika bagian itu bebas dari tumor, bagian ramus dan
kondilus mandibula harus dipertahankan untuk digunakan pada rekonstruksi
yang akan datang. Ramus paling baik dipotong secara vertikal. Ketika
mandibula disartikulasi, maka ada resiko pendarahan karena insersi temporalis
dan otot pterygoid lateral dipisahkan. Hal ini dapat dihindari dengan
membiarkan kondilus dan prosessus koronoid berada tetap in situ. Setelah
hemimandibulektomi, penutupan luka intraoral biasanya dilakukan dengan
penjahitan langsung.
Gambar 2.19
sukses pada
delapan pasien dengan satu pasien gagal dan yang lain tidak komplit karena
kekambuhan tumor. Dengan kemajuan rekayasa biomaterial, peneliti sekarang
melihat metode lain rekonstruksi dan salah satu teknik terbaru yang
menggunakan bioimplant mengandung BMP-7 seperti yang dijelaskan oleh
Clokie dan Sndor (2008). Sepuluh pasien dengan cacat mandibula besar setelah
30
matrix
(DBM)
disuspensikan
dalam
medium
fase-balik
untuk
Gambar
Titanium
Reconstruction
Plat
(Alfaro,
F.
H.
2.25
2012.
Mandibular
2.10.8.Prognosis
Prognosis dalam hal pengobatan tumor ini baik jika kita memperhatikan
angka kematian, tetapi jika kemampuan tumor untuk menyerang secara lokal
dan menghancurkan dengan pertumbuhan yang luas ke dalam jaringan dari
wajah dan rahang diperhatikan, maka harus disimpulkan bahwa itu adalah tumor
yang serius dan satu di antara metode pengobatan yang paling memadai harus
dipilih.1
Rekurensi kemungkinan dapat timbul karena tidak sempurnanya tindakan
operasi, yaitu : (1) pada jaringan spongiosa, sebaiknya tindakan yang dilakukan
harus
lebih cepat
sebaiknya 1 cm
jaringan sehat
disekitarnya harus turut diambil. (2) Jaringan kortikal sebaiknya direseksi secara
31
terpisah, (3) Mukosa yang melapisi prosesus alveolar, sebaiknya direseksi juga.
5,10
pada
ameloblastoma
dengan
disekitarnya
akan
pertumbuhannya,
graft
tulang.
Pengambilan
mengikutsertakan
memberikan
cenderung
hasil
meluas
total
jaringan
yang
tulang
optimal.
melaui
massa
yang
Mengingat
marrow
space,
tumor
sehat
pola
bila
33
BAB III
KESIMPULAN
Ameloblastoma merupakan suatu tumor epitelial odontogenik yang berasal dari
jaringan pembentuk gigi, bersifat jinak, tumbuh lambat, penyebarannya lokal invasif dan
destruktif serta mengadakan proliferasi kedalam stroma jaringan ikat dan pada umumnya
tidak bermetastasis. Ada tiga tipe subtipe secara klinis antara lain tipe solid/multikistik, tipe
unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.
Ameloblastoma secara histologis terdiri dari follikular, pleksiform, acanthomatous, sel
granular dan tipe sel basal. Secara radiologis, gambaran ameloblastoma muncul sebagai
gambaran radiolusensi yang multiokular atau uniokular
Dalam menentukan diagnosis, diperlukan antara lain pengumpulan data yang mencakup
riwayat penyakit, riwayat medis dan sosial pasien, dan juga diperlukan pemeriksaan dari
pemeriksaan
klinis,
pemeriksaan
radiologi
dan
pemeriksaan
patologi
anatomi.
34