Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Skenario
Mrs. Anita, a 39 year old woman in her first pregnancy delivered twin sons 2h
ago. There were no signifiant antenatal complications. She had been prescribed
ferrous sulphate and folic acid during the pregnancy as anemia prophylaxis, and her
last hemoglobin was 10.9 g/dl at 38 weeks.
The fetuses were within normal range for growth and liquor volume on serial
scan estimations. A vaginal delivery was planned and she went into spontaneous labor
at 38 weeks and 4 days. The labor had been unremarkable and the midwife recorded
both placenta as appearing complete.
As this was twin pregnancy, an intravenous cannula had been inserted when
labor was established. The lochia has been heavy since delivery but the woman is now
bleeding very heavily and passing large clots of blood.
On arrival in the room you find that the sheets are soaked with blood and there
is also approxiamtely 500 ml of blood clot in a kidney dish on the bed.
You act as the doctor in public health centre and be pleased to analyse this case.
The woman is conscious but drowsy and pale.
Height = 155cm; weight 50 kg
In the examination findings
The temperature is 35.9 C, BP 120/70 mmHg and HR 112/min.
The peripheral extremities are cold. The uterus is palpable to the umbilicus and felt
soft. The abdomen is otherwise soft and non-tender. On vaginal inspection there is a
second-degree tear which has been sutured but you are unable to assess further due to
the presence of profuse bleeding.
The midwife sent blood tests 30min ago because she was concerned about the blood
loss at the time.
Haemoglobin
Mean cell volume
White cell count
Platelets
International Normalized Ratio (INR)
Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)
Sodium
Potassium
Urea
Creatinine
II.
7.2 g/dL
99.0 fL
3.200/mm
131.000/mm
1.3
39 s
138 mmol/L
3.5 mmol/L
5.2 mmol/L
64 mol/L
Klarifikasi Istilah
1. Ferrous sulphate : suatu rumus kimia FeSO4 yang merupakan preparat besi
oral.
2. Folid acid : Asam folat
3. Anemia prophylaxis : pencegahan penyakit dan pengobatan preventif dari
anemia.
4. Serial scan estimations :
5. Placenta : organ yang menjadi ciri khas mamalia sejati pada saat kehamilan,
menghubungkan ibu dan bayinya, mengadakan sekresi endokrin dan
pertukaran selektif substansi yang dapat larut serta terbawa darah melalui
lapisan rahimdan bagian trofoblas yang mengandung pembuluh darah.
6. Intravenous cannula : pipa yang dimasukkan ke dalam suatu pembuluh darah
vena.
7. Twin pregnancy : satu kehamilan dengan dua janin
8. Lochia : cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
9. INR : tes darah yang mengukur derajat pengenceran darah.
10. APTT : waktu tromboplastin parsial yang diaktifkan.
III.
Identifikasi Masalah
1. Mrs. Anita, a 39 year old woman in her first pregnancy delivered twin sons 2h
ago. There were no signifiant antenatal complications. The fetuses were within
normal range for growth and liquor volume on serial scan estimations.
2. She had been prescribed ferrous sulphate and folic acid during the pregnancy
as anemia prophylaxis, and her last hemoglobin was 10.9 g/dl at 38 weeks.
3. A vaginal delivery was planned and she went into spontaneous labor at 38
weeks and 4 days. The labor had been unremarkable and the midwife recorded
both placenta as appearing complete.
4. As this was twin pregnancy, an intravenous cannula had been inserted when
labor was established.
5. The lochia has been heavy since delivery but the woman is now bleeding very
heavily and passing large clots of blood. (CHIEF COMPLAIN)
6. On arrival in the room you find that the sheets are soaked with blood and there
is also approxiamtely 500 ml of blood clot in a kidney dish on the bed.
7. The woman is conscious but drowsy and pale.
Height = 155cm; weight 50 kg
In the examination findings
The temperature is 35.9 C, BP 120/70 mmHg and HR 112/min.
The peripheral extremities are cold. The uterus is palpable to the umbilicus
and felt soft. The abdomen is otherwise soft and non-tender. On vaginal
inspection there is a second-degree tear which has been sutured but you are
unable to assess further due to the presence of profuse bleeding.
8. Pemeriksaan laboratorium :
Haemoglobin
7.2 g/dL
Mean cell volume
99.0 fL
White cell count
3.200/mm
Platelets
131.000/mm
International Normalized Ratio (INR)
1.3
Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)
39 s
Sodium
138 mmol/L
Potassium
3.5 mmol/L
Urea
Creatinine
IV.
5.2 mmol/L
64 mol/L
Analisis Masalah
1. Mrs. Anita, a 39 year old woman in her first pregnancy delivered twin sons 2h
ago. There were no signifiant antenatal complications. The fetuses were within
normal range for growth and liquor volume on serial scan estimations.
a. Bagaimana etiologi terjadinya kehamilan kembar? (ari, eva, intan)
Fetus kembar biasanya merupakan hasil dari fertilisasi dari 2 ovum
yang berbeda (dizygotic/fraternal twins). Biasanya sedikit pada
fertilisasi 1 ovum yang selanjutnya membelah. Namun etiologi belum
diketahui secara pasti.
b. Bagaimana hubungan usia ibu, kehamilan pertama dan kehamilan
gemelli dengan perdarahan yang dialami? (rizka hazem)
c. Bagaimana kriteria cairan ketuban yang dikatakan normal? (rizka
hazem)
d. Bagaimana proses terjadinya kehamilan kembar? (ari, eva, intan)
e. Bagaimana fisiologi ibu yang mengalami kehamilan kembar? (zakiah,
abram)
f. Bagaimana ANC pada kehamilan kembar? (nutrisi dll) (zakiah, abram)
g. Bagaimana kriteria kehamilan kembar dan penegakan diagnosis? (ari,
eva, intan)
h. Apa komplikasi kehamilan kembar dan kehamilan usia tua? (zakiah,
abram)
2. She had been prescribed ferrous sulphate and folic acid during the pregnancy
as anemia prophylaxis, and her last hemoglobin was 10.9 g/dl at 38 weeks.
a. Bagaimana pemberian ferrous sulfat dan asam folat? (dosis, waktu dan
cara pemberian) (dita maureen)
b. Apa makna klinis nilai Hb 10.9 g/dl pada usia kehamilan 38 minggu?
(dita maureen)
c. Bagaimana hubungan keadaan ibu pada anemia profilaksis dengan
perdarahan postpartum? (febri, erna)
3. A vaginal delivery was planned and she went into spontaneous labor at 38
weeks and 4 days. The labor had been unremarkable and the midwife recorded
both placenta as appearing complete.
a. Bagaimana kriteria kehamilan kembar boleh dilahirkan pervaginam?
(zakiah, abram)
b. Bagaimana kriteria plasenta dikatakan keluar komplit? (dita maureen)
4. As this was twin pregnancy, an intravenous cannula had been inserted when
labor was established.
a. Apa indikasi, fungsi, dan cara pemasangan cannula
intravena?
(zakiah, abram)
b. Adakah komplikasi pemasangan cannula intravena? (ari, eva, intan)
Ada berbagai komplikasi kanulasi intravena yang berupa
gangguan mekanis, fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut berupa:
insersi kanula
vena
b. Bagaimana kriteria lochia normal? (isi, volume, warna, bau, dst) (dita
maureen)
c. Bagaimana tatalaksana awal perdarahan yang masif? (febri, erna)
6. On arrival in the room you find that the sheets are soaked with blood and there
is also approxiamtely 500 ml of blood clot in a kidney dish on the bed.
a. Bagaimana persentase kehilangan darah pada kasus ini (sesuai BB) dan
masuk ke dalam grade berapa? (shelia, manda, cuni)
b. Bagaimana hubungan derajat kehilangan darah dengan manifestasi
klinis? (shelia, manda, cuni)
c. Bagaimana tatalaksana dan managemen kehilangan darah 500ml pada
kasus? (febri, erna)
7. The woman is conscious but drowsy and pale.
Height = 155cm; weight 50 kg
In the examination findings
The temperature is 35.9 C, BP 120/70 mmHg and HR 112/min.
The peripheral extremities are cold. The uterus is palpable to the umbilicus
and felt soft. The abdomen is otherwise soft and non-tender. On vaginal
inspection there is a second-degree tear which has been sutured but you are
unable to assess further due to the presence of profuse bleeding.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal
dari
hasil
8. Pemeriksaan laboratorium :
Haemoglobin
7.2 g/dL
Mean cell volume
99.0 fL
White cell count
3.200/mm
Platelets
131.000/mm
International Normalized Ratio (INR)
1.3
Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)
39 s
Sodium
138 mmol/L
Potassium
3.5 mmol/L
Urea
5.2 mmol/L
Creatinine
64 mol/L
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari
hasil
Diagnosis
Kemungkinan
Syok
Atonia uteri
Pucat
Robekan
Lemah
lahir
Menggigil
Plasenta lengkap
Tali
Perdarahan
segera
Perdarahan segera
o
akibat
Perdarahan segera
Plasenta
sebagian
traksi
Retensio
selaput
Perdarahan lanjutan
Uterus
lengkap
putus
berlebihan
pusat
jalan
Perdarahan segera
berkontraksi Tertinggalnya
dr
tetapi tinggi fundus sebagian
plasenta
tdk berkurang
Shock neurogenik
blm lahir )
Anemia
Demam
Perdarahan segera
Inversio uteri
Perdarahan
Perdarahan
segera
intraabdominal / vaginum )
o
terlambat
(perdarahan
Shock
Denyut
nadi
Ruptura uteri
ibu
cepat
k.
l.
m.
n.
V.
VI.
VII.
VIII.
Learning Issue
1. Anatomi organ reproduksi (rizka, hazem, dita, maureen)
2. PPH (febri, erna, shelia, manda, cuni)
3. Gemelli (zakiah, abram, ari, eva, intan)
Sintesis
Keranggka Konsep
Kesimpulan
1. Gemelli
DEFINISI
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu kehamilan dengan
dua janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat berupa kehamilan
ganda/gemeli (2 janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5
janin) dan seterusnya. Kehamilan multiple terjadi jika dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi (dizigotik) atau jika satu ovum yang dibuahi membelah
secara dini hingga membentuk dua embrio (monozigotik).
Superfetasi adalah fertilisasi dan perkembangan ovum ketika janin telah
berada di dalam uterus. Sedangkan superfekundasi adalah fertilisasi ovum
melalui inseminasi setelah ovum difertilisasi. Superfekundasi mengacu kepada
pembuahan dua ovum dalam jangka waktu pendek, namun bukan pada waktu
koitus yang sama dan tidak harus oleh sperma pria yang sama.
EPIDEMIOLOGI
Frekuensi kembar monozigotik relative konstan di suluruh dunia, yaitusekitar
4 per 1000 kelahiran. Sebaliknya, frekuensi kembar dizigotik bervariasi dalam
setiap ras di suatu negara dan dipengaruhi oleh usia ibu (meningkat dari 3 per
1000 kelahiran pada ibu berusia di atas 20 tahun hingga 14 per 1000 kelahiran
pada ibu berusia 35 40 tahun) serta paritas. Di Indonesia, terdapat satu kasus
kembar siam untuk setiap 200.000 kelahiran.
a. Ras
Angka kelahiran kembar mendekati 1 dari 90 kehamilan di AmerikaUtara.
Insiden lebih tinggi terjadi di Afrika yaitu 1 dari 20 kelahiran. Di Asia
gemelli jarang terjadi.Di Jepang misalnya 1 per 155 kelahiran.
b. Hereditas
Wanita kembar non-identik memberikan kemungkinan bayi kembar 1 dari
60 kelahiran. Sebaliknya seorang ayah yang kembar non-identik memiliki
kemungkinan bayi kembar hanya 1 dari 125 kelahiran.
c. Usia maternal dan riwayat kehamilan
Dapat terjadi sindroma transfusi fetal, pada janin yang mendapat darah
lebih banyak terjadi hidramnion, polistemia, edema dan pertumbuhan
hereditas,
umur
dan
paritas
tidak
atau
sedikit
sekali
DIAGNOSIS
Gejala dan tanda
Hidramnion banyak ditemukan pada kehamilan ganda, sehingga adanya
hidramnion harus menimbulkan kewaspadaan.
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tua kehamilan
Polihidramnion;
Auskultasi
Palpasi satu atau lebih fetus pada fundus setelah melahirkan satu bayi.
Laboratorium
Nilai hematokrit dan hemoglobin serta jumlah seldarah merah menurun,
berhubungan dengan peningkatan volume darah.Anemia mikrositik hipokrom
sering kali muncul pada kehamilan kembar. Pada trimester kedua, kebutuhan
fetus terhadap besi (Fe) melebihi kemampuan maternal untuk mensuplai Fe 7.
Pada tes toleransi glukosa sering kali didapat gestasional DM dan gestasional
hipoglikemi. Pada kehamilan kembar, chorionic gonadotropin pada urin,
Roentgen foto abdomen. Namun cara ini sudah jarang dilakukan karena
adanya bahaya penyinaran.
MANIFESTASI KLINIK
Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati
PENANGANAN PERSALINAN
Kehamilan kembar perlu perhatian
khusus.
Rekomendasi
untuk
diperlakukan
seperti
biasa
jika
bayi
letaknya
terkendali pada fundus uteri agar bagian bawah janin masuk dalam panggul.
Janin kedua turun dengan cepat sampai ke dasar panggul dan lahir spontan
karena jalan lahir telah dilalui bayi pertama.
Jika janin kedua dalam posisi lintang, denyut jantung janin tidak
teratur, terjadi prolaps funikuli, solusio plasenta atau persalinan spontan tidak
terjadi dalam 15 menit, maka janin perlu dilahirkan dengan tindakan obstetrik
karena risiko akan meningkat dengan meningkatnya waktu. Dalam hal letak
lintang dicoba mengadakan versi luar, namun jika tidak berhasil maka segera
dilakukan versi-ekstraksi tanpa narkosis. Pada janin dengan letak memanjang
dapat dilakukan ekstraksi cunam pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada
letak sungsang. Seksio sesaria dapat dilakukan pada kehamilan kembar atas
indikasi janin pertama letak lintang, prolaps funikuli dan plasenta previa.
Masuknya dua bagian besar dari janin ke dalam panggul sangat luas.
Kesulitan ini diatasi dengan mendorong kepala atau bokong yang belum
masuk benar ke dalam rongga panggul keatas untuk memungkinkan janin
yang lain lahir lebih dulu.
Kesulitan lain yang mungkin terjadi adalah interlocking. Janin
pertama dalam letak sungsang dan janin kedua dalam presentasi kepala.
Setelah bokong lahir, dagu janin pertama tersangkut pada leher janin kedua.
Jika keadaan ini tidakdapat dilepaskan, dilakukan dekapitasi atau seksio
sesaria.
Segera setelah bayi kedua lahir, ibu disuntikkan oksitosin 10 IU dan
tinggi fundus uteri diawasi. Jika tampak tanda-tanda plasenta lepas, maka
plasenta dilahirkan dan diberi 0,2 mg methergin. Kala IV diawasi secara
cermat dan cukup lama agar perdarahan post partum dapat diketahui dini dan
dapat segera ditangani.
Interval antara lahirnya bayi pertama dan kedua biasanya 5 15 menit,
dengan waktu rata-rata 11 menit. Kelahiran bayi kedua yang kurang dari 5
menit setelah bayi pertama akan menimbulkan trauma persalinan. Sementara
kelahiran bayi kedua yang lebih dari 30 menit dapat menimbulkan insufisiensi
uteroplasental, karena berkurangnya volume uterus dan juga dapat terjadi
solusio plasenta sebelum bayi dilahirkan.
KOMPLIKASI
Komplikasi pada ibu dan janin pada keadaan hamil kembar lebih besar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Angka kematian parinatal pada
kehamilan kembar cukup tinggi. Kembar monozigotik 2,5 kali lebh tinggi dari
pada angka kematian kembar dizigotik. Risiko terjadinya abortus pada salah
satu fetus atau keduanya tinggi. Pada trimester pertama kehamilan reabsorbsi
satu janin atau keduanya mungkin terjadi. Anemia sering kali ditemukan pada
kehamilan kembar karena kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan
volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan sel darah merah
mengakibatkan kadar hemoglobin menjadi turun.
Pada tahun 2006 Angka kejadian persalinan prematur di Amerika
(umur kehamilan 37 minggu) pada kehamilan kembar sebesar 61%. Angka ini
jauh melampaui kehamilan tunggal premature yaitu sebesar 11%.
Frekuensi terjadinya hipertensi, preklamsia dan eklamsia meningkat
pada kehamilan kembar. Perdarahan antepartum karena permukaan plasenta
yang jelek pada kehamilan kembar sehingga plasenta mudah terlepas.
Kematian yang paling umum terjadi pada salah satu janin adalah membelitnya
tali pusar. Bahaya yang perlu diperhatikan pada kematian satu janin adalah
koagulopati konsumtif berat yang dapat mengakibatkan disseminated
intravascular coaglopathy.
Berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada kehamilan
kembar dari pada kehamilan tunggal. Sebanyak 59% dari kelahiran kembar
memiliki berat badan lahir rendah (< 2500 g) Hal ini disebabkan oleh
pertumbuhan janin yang terbatas serta persalinan preterm. Pada kehamilan
kembar juga memungkinkan terjadi hambatan pertumbuhan intra urin. Pada
kehamilan dizigotik, perbedaan ukuran yang mencolok biasanya disebabkan
oleh plasentasi yang tidak sama. Satu tempat plasenta menerimasuplai darah
yang lebih baik dibandingkan yang lainnya.
PROGNOSIS
Bahaya bagi ibu dengan kehamilan kembar lebih tinggi dari pada
kehamilan tunggal. Hal ini dikarenakan pada kehamilan kembar, ibu lebih
sering mengalami anemia, pre-eklampsia, operasi obstetrik dan perdarahan
postpasrtum sehingga prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada
kehamilan tunggal, dimana resiko terjadi toksemia gravidarum, hidramnion,
anemia, pertolongan obstetri operatif dan perdarahan post partum lebih tinggi.
Angka kematian perinatal tinggi terutama karena premature, prolaps tali pusat,
solusio plasenta dan tindakan obstetrik karena kelainan letak janin.
Kematian bayi kedua lebih tinggi dari pada bayi pertama karena lebih
sering terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah bayi pertama lahir, lebih
banyak terjadi prolapsus funikuli, solusio plasenta, serta kelainan letak pada
janin kedua.
Daftar Pustaka
1. Abdul BS, Gulardi HW, Biran A, Djoko W, editor. Buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Ed. 1. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2002.
2. Febrianto H.N. Perdarahan Pasca Persalinan. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sriwijaya. 2007.
3. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan, Ed. IV, cetakan III. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
4. Williams Obstretics 21 st Ed: F.Gary Cunningham (Editor), Norman F.Grant
M, Kenneth J,.,Md Leveno, Larry C.,Iii,Md Gilstrap,John C.,Md
Hauth, Katherine D., Clark, Katherine D.Wenstrom, by McGraw-Hill
Profesional (April 2, 2001)