Sunteți pe pagina 1din 6

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal 20 Februari 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh
Nama peserta

: dr. Muhammad Awaludin

Dengan judul/topik

: Sindrom Neuroleptik Maligna (SNM)

Nama Pendamping

: dr. Yudith Kurniawaty, dr. Janny I.Adam

Nama Wahana

: RS. Prof.Dr. V.L.Ratumbuysang Manado

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama Peserta Presentasi


dr. Deviana Ogilve
dr. Michael Tungka
dr. Yulia Rawis
dr. Stevie Moningka
dr. Alfrid Robot
dr. Vellysia Lindo
dr. Winny Korayan
dr. Stenly Laguhi
dr. Kenny Najoan

No

Tanda Tangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya
Pendamping

Pendamping

(dr. Yudith Kurniawaty)

(dr. Janny I. Adam)

Portofolio
Nama Peserta : dr.Muhammad Awaludin
Nama Wahana : RS. Prof. Dr.V.L. Ratumbuysang Manado
Tanggal Presentasi :20 Februari 2015

Nama Pendamping : dr.Yudith Kurniawaty , dr. Janny. I. Adam

Tempat Presentasi : RS. Prof. Dr.V.L. Ratumbuysang Manado


Obyektif presentasi :
Tinjauan pustaka
Keilmuwan
Diagnostik
Neonatus

Keterampilan

Penyegaran

Manajemen
Anak

Masalah
Dewasa

Istimewa

Remaja
Bayi
Tujuan : Mengetahui definisi, patofisiologi, gambaran klinik, dan penanganannya
Bahan bahasan
Cara membahas

Tinjauan Pustaka
Diskusi

Riset
Presentasi dan diskusi

Lansia

Bumil

Kasus

Audit

Email

Pos

Data utama untuk bahan diskusi


1. Definisi :
sindrom yang terjadi akibat komplikasi yang berbahaya dari penggunaan obat antipsikotik.
Menurut DSM IV : sebagai gangguan rigiditas otot berat, peningkatan temperatur dan gejalan lainnya yang terkait (misalnya diaphoresis, disfagia,
inkontinensia,perubahan tingkat kesadaran dari konfusi sampai dengan koma,mutisme, tekanan darah meningkat atau tidak stabil, peningkatan
CPK yang berkaitan dengan penggunaan neuroleptik.
2. Etiologi :
Semua kelas antipsikotik termasuk neuroleptik potensi rendah, neuroleptik potensi tinggi dan antipsikotik tipikal. Sering pada pasien dengan
pengobatan haloperidol dan chlorpromazine
Penggunaan dosis tinggi antipsikotik (terutama neuroleptic potensi tinggi), antipsikotik aksi cepat dengan dosis dinaikkan dan penggunaan
antipsikotik injeksi long acting
Penggunaan neuroleptic yang tidak konsisten dan penggunaan obat psikotropik lainnya, terutama lithium, dan juga terapi kejang listrik.
3. Faktor Resiko :
Pasien dengan riwayat episode SNM sebelumnya beresiko untuk rekuren. Resiko rekurensi tersebut berhubungan dengan jarak waktu antara
episode SNM dan penggunaan anti psikotik. Apabila pasien diberikan antipsikotik dalam 2 minggu episode SNM, 63% akan rekurensi. Jika
lebih dari 2 minggu, presentasenya hanya 30%.
Sindrom otak organik, gangguan mental non skizofrenia, penggunaan litium, riwayat ECT, penggunaan neuroleptik injeksi
4. Diagnosis :
Kriteria DSM IV : Kriteria tersebut mencakup hiperpireksia dan rigiditas otot, dengan satu atau lebih tanda-tanda penting seperti ketidak
stabilan otonom, perubahan sensorik, peningkatan kadar CK dan Myoglobinuria.
5. Etiologi
Semua kelas anti psikotik berhubungan dengan SNM termasuk neuroleptik potensi rendah, neuroleptik potensi tinggi dan antipsikotik atipikal.
SNM sering pada pasien dengan pengobatan haloperidol dan chlorpromazine.
Penggunaan dosis tinggi antipsikotik (terutama neuroleptik potensi tinggi), antipsikotik aksi cepat dengan dosis dinaikan dan penggunaan
antipsikotik injeksi long acting.
Faktor lain berhubungan dengan farmakoterapi. Penggunaan neuroleptik yang tidak konsisten dengan penggunaan obat psikotropik lainnya,
terutama lithium dan juga terapi kejang listrik.

6. Gejala Klinik :
Sindrom neuroleptik maligna merupakan reaksi idiosinkratik yang tidak tergantung pada kadar awali obat dalam darah. Sindrom tersebut dapat
terjadi pada dosis tunggal neuroleptik (phenotiazine, thioxanthene, atau neuroleptikal atipikal), biasanya berkembang dalam 4 minggu pertama
setelah dimulainya pengobatan dengan neuroleptik. SNM sebagian besar berkembang dalam 24-72 jam setelah pemberian obat neuroleptik atau
perubahan dosis (biasanya karena peningkatan)7. Sindroma neuroleptik maligna dapat menunjukkan gambaran klinis yang luas dari ringan
sampai dengan berat. Gejala disregulasi otonom mencakup demam, diaphoresis, tachipnea, takikardi dan tekanan darah meningkat atau labil.
Gejala ekstrapiramidal meliputi rigiditas, disfagia, tremor pada waktu tidur, distonia dan diskinesia. Tremor dan aktivitas motorik berlebihan
dapat mencerminkan agitasi psikomotorik. Konfusi, koma, mutisme, inkotinensia dan delirium mencerminkan terjadinya perubahan tingkat
kesadaran
7. Patofisiologi
Defisiensi dopamin atau blokade dopamin yang menyebabkan SNM. Pengurangan aktivitas dopamin di area otak (hipotalamus, sistem
nigrostriatal, traktus kortikolimbik) dapat menerangkan terjadinya gejala klinik SNM. Pengurangan dopamin di hipotalamus dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan set point sehigga terjadi demam dan juga dapat menyebabkan ketidakstabilan otonom. Di sistem nigrostriatal dapat
menyebabkan rigiditas, di sistem traktus kortikolimbik dapat menyebabkan perubahan kesadaran. Perubahan status mental disebabkan karena
blokade reseptor dopamin di sistem nigrostriatal dan mesokortikal.Jalur dopaminergik saraf:
1. Jalur nigrostriatal : dari substansia nigra ke ganglia basalis
Gangguan : mengatur fungsi gerakan, EPS
2. Jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik.
Gangguan : memori, sikap, kesadaran, proses stimulus
3. Jalur mesocortikal : dari tegmental area menuju frontal cortex
Gangguan : kognisi, fungsi sosial, komunikasi, respons terhadap stress
4. Jalur tuberoinfendibular : dari hipotalamus ke kelenjar pituitari
Gangguan : pelepasan prolactin

8. Laboratorium :

Pemeriksaan Creatin Kinase, Aminotransfarases (AST), Alanine aminotransferase (ALT),

Pemeriksaan Leukosit
4

9. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita Sindrom Neuroleptic Maligna adalah Rhabdiomiolisis

Sepsis

Sindrom Distress respirasi

10. Terapi

Penatalaksaan yang paling penting adalah menghentikan semua anti psikotik dan terapi suportif.

Pada sebagian besar kasus, gejala akan mereda dalam 1-2 minggu.

SNM yang dipercepat dengan depot injeksi anti psikotik long action dapat bertahan selama sebulan

Daftar Pustaka
a. Hal, RCW., Chopman, M., 2006, Neuroleptic Malignant Syndrome in the Elderly: Diagnostic Criteria, Incidence, Risk Factors,
Pathophysiology, and Treatment, Clinical geriatry Vol 14 No. 5, John Hopskins Medicine.
b. .Nicholson, D., Chiu., W., 2004, Neuroleptic malignant syndromem, Geriatrics August 2004 Volume 59, Number 8
c. Khaldarov, V, 2000, Benzodiazepines for Treatment of Neuroleptic Malignant Syndrome, Hospital Physician.

Hasil Pembelajaran
1. Kesadaran akan kondisi pasien dan pertimbangan diagnosis dengan gelaja yang relevan pada neuroleptik merupakan hal utama dalam
mendiagnosis dini.

2. Pemantauan gejala-gejala pada SNM setelah mendapatkan pengobatan neuroleptik dapat membantu diagnosis dini
3.

Diagnosis dini dan pemberhentian obat segera akan menghentikan perkembangan dari gejala yang lebih buruk.

4. Komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita Sindrom Neuroleptic Maligna adalah Rhabdiomiolisis
5. Penatalaksaan yang paling penting adalah menghentikan semua anti psikotik dan terapi suportif.
6. Pada sebagian besar kasus, gejala akan mereda dalam 1-2 minggu.
7. SNM yang dipercepat dengan depot injeksi anti psikotik long action dapat bertahan selama sebulan

S-ar putea să vă placă și