Sunteți pe pagina 1din 14

ASUHAN KEPERAWATAN POLA PERSEPSI PADA PASIEN

POST OP LAPARATOMY DI RSUD DR PROF SOEKANDAR


MOJOSARI MOJOKERTO

Disusun Oleh :
ANIK TRI
MAULINA F.
INDAH S.
PATRIL T.
SARI N.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2013

Asuhan Keperawatan yang berhubungan dengan Pola Persepsi


Definisi Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia
memperoleh pengetahuan baru.
Benyamin B. Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994) menyebutkan sensasi sebagai
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis,
atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.
Dapat disimpulkan bahwa sensasi adalah penerimaan stimulus lewat indera sedangkan
persepsi yaitu menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
1) Gangguan Otak
Kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik
2) Gangguan jiwa

3)

a)

Keadaan emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi

b)

Psikosa dapat menyebabkan halusinasi

Pengaruh lingkungan sosiobudaya


Mempengaruhi persepsi karena penilaian sosiobudaya yang berbeda.

Persepsi menurut para ahli


Banyak ahli lain yang mencoba membuat definisi dari persepsi. Beberapa di antaranya
adalah :
1) Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan
diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu,
sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo
Walgito).
2) Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus
oleh organisme atau individu, sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Davidoff).
3) Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu
(Bower).
4) Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu (Gibson).

5) Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah persepsi sosial.
Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang
bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang
dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam
diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai
objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson).
6) Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu
(Krech).
7) Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk
tanggapan yang terjadi dalam diri individu, sehingga individu sadar akan segala
sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
8) Persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi
secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya.
( Marat, 1981)
9) Persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan
perasaan yang kemudian ditafsirkan (Riggio, 1990).
10) Persepsi adalah suatu aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan
rangsangan-rangsangan

yang

sampai

kepadanya

melalui

alat

inderanya,

menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu


(lingkungan pergaulan) hidupnya (Sabri, 1993)
11) Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera (Drever, dalam Sasanti, 2003).
Perubahan persepsi
1. Halusinasi
Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang
terjadi dalam keadaan sadar/bangun
2. Ilusi
Interpretasi atau penilaian yang salah tentang pencerapan yang sungguh terjadi pada
panca indera, mis: bunyi angin didengarnya seperti dipanggil nama, bayangan daun
dilihat seperti orang

3. Depersonalisasi

Perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti
biasa lagi, mis: pengalaman diluar tubuh/ OBE, salah satu bagian tubuhnya bukan
kepunyaannya lagi
4. Derealisasi
Perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan kenyataan, mis:
merasakan segala sesuatu seperti dalam mimpi
5. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Mis: anastesi, parastesi, gg penglihatan, perasaan nyeri, makropsia/mikropsia
6. Gangguan psikofisologik
Gejala atau gangguan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh gangguan emosi,
mis: pada kulit urtikaria, pada otot dan tulang LBP, pada pernafasan timbul
sesak/asma, pada jantung terjadi palpitasi, pencernaan mual/muntah diare, perkemihan
sering berkemih, mata berkunang2, telinga tinitus
7. Agnosia
Ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan pencerapan sebagai akibat
kerusakan otak.
Proses keperawatan dan perubahan persepsi sensori
Pengkajian
Hal-hal penting selama pengkajian dalam sistem sensori persepsi :
1. Kebiasaan promosi kesehatan, misal: kebiasaan membersihkan mata/telinga, aktivitas
rekreasi, kebiasaan dalam bekerja.
2. Orang yang berisiko: lansia, jenis pekerjaan, gangguan jiwa.
3. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri
4. Lingkungan, terkait dengan kondisi bahaya, mis: tangga, kran air panas/dingin yang
tidak bertanda, lantai yang licin, benda tajam
5. Tingkat sosialisasi klien dan metode komunikasi
6. Status mental, meliputi: penampilan dan perilaku fisik, kemampuan kognitif dan
stabilitas emosional
7. Pemeriksaan fisik pada panca indera

Diagnosa Keperawatan
Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk perubahan sensori persepsi :
1. Perubahan sensori/persepsi (penglihatan) b.d. Efek dari penuaan, efek dari operasi
2.

mata sementara
Perubahan sensori/persepsi (auditori) b.d efek samping obat, lingkungan yang berisik

3.
4.
5.
6.
7.

Perubahan sensori/persepsi (kinestetik) b.d efek tirah baring


Perubahan sensori/persepsi (gustatori) b.d efek samping kemotera pi
Perubahan sensori/persepsi (halusinasi) pendengaran b.d menarik diri
Defisit perawatan diri b.d kehilangan penglihatan, penurunan sensasi taktil.
Gangguan harga diri b.d kehilangan pendengaran

Perencanaan dan implementasi


1.

Rencana perawatan bergantung pada penilaian perawat tentang persepsi dan

2.

penerimaan klien tentang perubahan yang terjadi dalam dirinya.


Prioritas perawatan harus diatur dengan mempertimbangkan mengenai luasnya

3.

4.

perubahan sensori yang terjadi


Tujuan perawatan klien yang mengalami perubahan sensori-persepsi:
Klien memelihara fungsi indera yang ada saat ini
Menyediakan stimulus yang bermakna di lingkungan
Menyediakan lingkungan yang aman
Mampu melakukan perawatan diri
Klien dapat terlibat aktif dalam kegiatan sosial
Tidak terjadi perubahan sensori yang semakin buruk
Perawatan klien harus melibatkan peran aktif keluarga

Aplikasi Persepsi Melalui Panca Indera


Beragam stimulus tersebut merupakan dasar dalam pembentukan persepsi yang datang dari
banyak sumber melalui:
1)
Indera penglihatan (visual)
2)
Indera pendengaran (auditori)
3)
Indera perabaan (taktil)
4)
Indera penciuman (olfaktori)
5)
Indera pengecap/rasa (gustatori)
Persepsi melalui indera penghilatan
Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan
stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat
menyadari apa yang dilihat. Secara alur dapat dikemukakan bahwa proses persepsi
berlangsung sebagian berikut :
1. Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan yang bersifat kealamaan ( fisis)
2. Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris, proses ini merupakan
proses fisiologi
3. Di otak sebagian pusat susunan urat syaraf terjadilah proses yang akhirnya individu
dapat menyadari atau mempersepsikan tentang apa yang diterima melalui alat
indera.proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses psiklogi
Persepsi melalui indera pendengaran
Telinga dapat dibagi atas beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi
atau tugas sendiri-sendiri, yaitu :

1. Telinga bagian luar : merupakan bagian yang menerima stimulus dari luar.
2. Telinga bagian tengah : merupakan bagian yang meneruskan stimulus yang diterima
oleh telinga bagian luar, jadi bagian ini merupakan transformer.
3. Telinga bagian dalam : merupakann reseptor yang sensitif yang merupakan saraf-saraf
penerima.
Apabila individu dapat menyadari apa yang di dengar, maka individu dapat
mempersepsikan apa yang didengar, dan terjadilah suatau pengamatan atau persepsi
Persepsi Melalui Indera Penciuman
Sel-sel peneriama atau reseptor bau terletak dalam hidung sebelah dalam. Stimulusnya
berujud benda-benda yang bersifat khemis atau gas yang dapat menguap, dan mengenai
alat-alat penerima yang ada dalam hidung, kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris ke
otak, dan sebagai respons dari stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang
diciumnya yaitu bau diciumnya.
Persepsi Melalui Indera pengecap
Indera pengecapan terdapat di lidah.stimulusnya merupakan benda cair.zat cair itu
mengenai ujung srl penerima yang terdapat pada lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh
syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsikan
tentang apa yang dicecap itu. Memgenai rasa ini ada 4 macam :
Pahit, manis, asin, asam
Persepsi Melalui Indera Kulit
Indera ini dapat merasakan rasa sakit, raabaan, tekanaan dan temperature. Tetapi tidak
semua bagian dari kulit dapat menerima rasa-rasa ini Cuma pada bagian tertentu saja yang
dapat meneriama stimulus-stimulus tertentu. Serta stimulus yang dapat menimbulkan rasa
sakit dapat bersifat khemis maupun electrical dan sebangsanya yang pada pokoknya
stimulus itu cukup kuat menimbulkan kerusakan pada kulit, dan hal ini menimbulkan rasa
sakit.
Tabel Panca indera
Indera
Penglihatan
Pendengaran
Perasa/ pengecapan
Penciuman
Peraba

Stuktur
Mata

Stimulus
Gelombang cahya

Reseptor
Sel batang dan sell

Telinga
Lidah
Hidung
Kulit

Gelombang suara
Senyawa kimia
Senyawa kimia
Tekanan

kerucut
Sel-sel rambut
Ujung saraf perasa
Sel-sel rambut
Sel-sel saraf

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Kurang Perawatan Diri, mandi/hygiene


Definisi
Kurang Perawatan Diri, mandi/hygiene : Keadaan dimana individu mengalami kegagalan
kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan mandi/aktivitas kebersihan untuk
diri sendiri.
Batasan Karakteristik
Mayor :
Kurangnya kemampuan untuk mandi sendiri (termasuk membasuh keseluruhan tubuh,
menyisir rambut, menggosok gigi, melakukan perawatan kulit dan kuku serta
menggunakan tata rias)
Faktor yang berhubungan
Patofisiologi :
Berhubungan dengan kelemahan otot sekunder akibat (uraikan)
Berhubungan dengan keadaan koma
Berhubungan tidak berfungsinnya atau kehilangan anggota gerak
Tindakan yang berhubungan :
Berhubungan dengan keletihan pasca operatif dan nyeri
Situasional :
Berhubungan dengan nyeri
Berhubungan dengan keletihan
Berhubungan dengan ansietas
Kriteria Hasil
Individu akan :
1. Mengidentifikasi kesukaan akan aktivitas perawatan diri (waktu, lokasi, produk)
2. Mendemontrasikan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan.
3. Berpartisipasi secara fisik dan atau verbal dalam aktivitas pemberian makanan,
mengenakan pakaian, ke kamar mandi, mandi.
Intervensi :
1. Mandikan pada pagi awal atau sebelum tidur untuk menghindari pemakaian
pakaian yang tidak perlu.
2. Observasi kemampuan pasien untuk melaksanakan perawatan mulut, menyisir
rambut dan higien yang lain.
3. Berikan keamanan pasien dalam melakukan mandi/higien
4. Ajari tata cara mandi menggunakan bak atau pancuran untuk persiapan pulang ke
rumah.

Ansietas
Definisi :
Keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini)
dan aktivasi system saraf autonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas,
nonspesifik.
Batasan Karakteristik :
Mayor :
Dimanifestasikan oleh gejala-gejala dari tiga kategori : fisiologis, emosional, dan kognitif.
Gejala bervariasi sesuai dengan tingkat ansietas.
Faktor yang berhubungan
Patofisiologis :
Setiap faktor yang mengganggu kebutuhan dasar manusia terhadap kenyamanan dan
keamanan
Situasional :
Berhubungan dengan rasa takut nyeri
Berhubungan dengan ancaman atau konsep diri sekunder terhadap perubahan status
Berhubungan dengan perubahan lingkungan sekunder akibat hospitalisasi
Berhubungan dengan ancaman integritas biologis sekunder terhadap sekarat, penyakit,
prosedur invasif
Maturasional :
Berhubungan dengan konsep diri
Kriteria Hasil
Individu akan :
1. Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
2. Menghubungkan peningkatan kenyamanan psikologi dan fisiologis
3. Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas
Intervensi
1. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati, berbicara dengan dengan perlahan dan
tenang dengan kalimat pendek dan sederhana.
2. Singkirkan stimulasi yang berlebihan (tempatkan di ruangan yang tenang)

3. Berikan aktivitas ringan yang dapat menurunkan ketegangan/cemas (melihat ke


atas, control pernafasan, menurunkan bahu, memperlambat pikiran, mengubah
suara, music, terapi aroma, latihan relaksasi)(Fishel, 1998).
4. Kolaborasi jika mengalami ansietas kronik
Ketakutan
Definisi :
Keadaan dimana seseorang individu atau kelompok mengalami suatu perasaan gangguan
fisiologis atau emosional yang berhubungan dengan suatu sumber yang dapat diidentifikasi
yang dirasakan sebagai bahaya.

Batasan Karakteristik
Mayor :
Perasaan takut yang tiba-tiba, kekhawatiran.
Perilaku menghindari, kurangnya perhatian , penyempitan focus terhadap bahaya.
Minor :
Berhubungan dengan perilaku : menangis, menyerang
Berhubungan dengan somatic-verbal : gemetar, hipertensi, mual/muntah, diare
Faktor-faktor yang berhubungan :
Patofisiologi :
Berhubungan dengan : penyakit terminal, kehilangan fungsi tubuh/bagian tubuh
Tindakan yang berhubungan :
Berhubungan dengan : perawatan RS, Operasi, anestesi, prosedur invasive, radiasi.
Situasional :
Berhubungan dengan kehilangan control sekunder akibat : nyeri, lingkungan baru, kurang
pengetahuan, keberhasilan, kegagalan, kehilangan orang terdekat.
Maturasional :
Berhubungan dengan : perpisahan dari teman sebaya, orang asing, gelap, hantu, monster
Kriteria Hasil
Orang dewasa akan :
1. Menceritakan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis
2. Membedakan situasi yang nyata dari situasi yang dibayangkan
3. Menggambarkan pola koping yang efektif dan tidak efektif

4. Mengidentifikasi respon penanganan diri


Anak akan :
1. Mendiskusikan ketakutannya
2. Menceritakan peningkatan kenyamanan psikologis
Intervensi
1. Bicara perlahan-lahan dan dengan tenang
2. Gunakan pernyataan langsung yang sederhana (hindari mendetail)
3. Berikan suasana yang tidak mengancam secara emosional
4. Ajarkan teknik relaksasi :
a. Bernafas dengan irama lambat
b. Relaksasi progresif dari sekelompok otot tertentu
c. Melatih diri sendiri
5. Pada anak terima ketakutan anak dan berikan suatu penjelasan
Takut akan gelap : beri anak lampu pada malam hari
Takut pada anjing, kucing : biarkan anak untuk melihat dari jauh, jangan
memaksakan menyentuhnya.

LAPORAN KASUS
PADA PASIEN DENGAN POST OP LAPARATOMY
Tanggal pengkajian

: 20 Februari 2013

Jam

: 16.00 WIB

Tanggal MRS

: 17 Februari 2013

No RM

: 123456

Ruang

: Mataram

Diagnosa masuk

: PAI

Identitas Pasien
Nama

: Ny. N

Umur

: 30 tahun

Agama

: Islam

Jenis kelamin

: laki-laki

Suku/bangsa

: jawa/Indonesia

Status perkawinan

: menikah

Alamat

: Pungging

Keluhan utama
Saat pengkajian

: nyeri pada luka oprasi sudah berkurang daripada kemarin

Saat MRS

: nyeri perut sampai di daerah pinggang

Pola Persepsi :

Pasien post op laparatomy (PAI) hari ke-2 mengatakan nyeri luka oprasi sdh berkurang
daripada kemarin, saat pengkajian saat ini didapatkan pasien ingin mandi tapi takut
bergerak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan badannya bau, masih terpakai pakaian OK,
Rambut kotor, Kuku panjang dan kotor, Gigi kotor disertai mulut bau, penampilan lusuh,
Tidak banyak/takut gerak karena penyakitnya, terdapat luka op laparatomy, belum mandi
sejak MRS, . T = 130/80 mmHg, N= 96 x/mnt RR=18 x/mnt, O2 SPO2 100%.

ASUHAN KEPERAWATAN
Nama/umur : Ny. N / 30 th
2013
No RM
: 123456
Mataram
Dokter yang merawat : dr. Zainul Sp.B
Tanggal
dan jam
20-22013
Jam
16.00

Data dan
Diagnosa
Keperawatan

Rencana Keperawatan

DS : Pasien
mengatakan ingin
mandi tapi takut
bergerak.

1. Mandikan pada pagi,sore

DO :

pakaian yang tidak perlu.


2. Observasi kemampuan pasien

T = 130/80 N= 96
RR=18 O2 SPO2
100%
Badan bau, masih
terpakai pakaian OK,
Rambut kotor.
Kuku panjang dan
kotor,
Gigi kotor disertai
mulut bau,
penampilan lusuh,
Tidak/takut banyak
gerak karena
penyakitnya,
terdapat luka op

atau sebelum tidur untuk


menghindari pemakaian

untuk melaksanakan
perawatan mulut, menyisir
rambut dan higien yang lain.
3. Berikan keamanan pasien
dalam melakukan
mandi/higien
4. Ajari tata cara mandi
menggunakan bak atau
pancuran untuk persiapan
pulang ke rumah.

Tgl MRS : 17 Februari


Ruang

Tgl KRS :
Tindakan Keperawatan

1. Memandikan pasien,
menggosokkan gigi dan
memakaikan pakaian yang bersih.
2. Observasi kemampuan pasien
untuk melaksanakan perawatan
mulut, menyisir rambut dan
higien yang lain.
3. Memberikan keamanan pasien
dalam melakukan mandi/higien
4. Mengajari tata cara mandi
menggunakan bak atau pancuran
untuk persiapan pulang ke rumah.

Evaluasi
Keperawatan

Nama
Perawat

S : Pasien habis
mandi
mengatakan
merasa segar.

Maulina

O : Pasien
Nampak
Fresh/segar,
badan tidak bau,
gigi bersih dan
tidak bau.
T=125/76 N=90
RR=18 O2
SPO2 100%
A : Masalah
teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi

laparatomy, Tidak
mandi sejak MRS.

selajutnya

S-ar putea să vă placă și