Sunteți pe pagina 1din 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Marasmus adalah kekurangan kalori dalam diit yang berlangsung lama yang
akan menimbulkan gejala undernutrition yaitu pertumbuhan kurang atau terhenti,
anak masih menangis walaupun telah mendapat minum/susu, sering bangun waktu
malam, konstipasi/diare, jaringan bawah kulit menghilang, kulit keriput, lemak pipi
menghilang sehingga seperti wajah orang tua. (Mansjoer, 2000).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada
bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau
sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain
seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi,
gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.
(Dr. Solihin, 1990).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25
jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah
beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat
di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak,
gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.

Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin. Pemberian terapi
1

cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah
diare berat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Marasmus?
2. Apa klasifikasi dari Marasmus?
3. Apa etiologi dari Marasmus?
4. Bagaimana patofisiologi dari Marasmus?
5. Bagaimana pathway dari Marasmus?
6. Apa manifestasi klinis dari Marasmus?
7. Apa komplikasi dari Marasmus?
8. Apa pemeriksaan penunjang dari Marasmus?
9. Bagaimana penatalaksanaan dati Marasmus?
10. Bagaimana pencegahan dari marasmus?
11. Bagaimana pengkajian keperawatan pada anak dengan Marasmus?
12. Bagaimana diagnosa keperawatan pada anak dengan Marasmus?
13. Bagaimana intervensi keperawatan pada anak dengan Marasmus?
14. Bagaimana implementasi keperawatan pada anak dezngan Marasmus?
15. Bagaimana evaluasi keperawatan pada anak dengan Marasmus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Marasmus
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Marasmus.
2

3. Untuk mengetahui etiologi dari Marasmus.


4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Marasmus.
5. Untuk mengetahui pathway dari Marasmus.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Marasmus.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari Marasmus.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Marasmus.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Marasmus.
10. Untuk mengetahui pencegahan dari marasmus
11. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada anak dengan marasmus
12. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada anak dengan marasmus.
13. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada anak dengan Marasmus.
14. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada anak dengan marasmus.
15. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada anak dengan marasmus.

BAB II
PEMBAHASAN
3

2.1 Pengertian
Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energi karena kelaparan, semua
unsur diet kurang. Marasmus terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat,
penyakit usus menahun, kelainan metabolik atau infeksi menahun seperti
tuberkolosis. (Arisman, 2004).
Marasmus adalah kekurangan kalori dalam diit yang berlangsung lama yang
akan menimbulkan gejala undernutrition yaitu pertumbuhan kurang atau terhenti,
anak masih menangis walaupun telah mendapat minum/susu, sering bangun waktu
malam, konstipasi/diare, jaringan bawah kulit menghilang, kulit keriput, lemak pipi
menghilang sehingga seperti wajah orang tua. (Mansjoer, 2000).
Marasmus adalah malnutrisi energi protein berat yang disebabkan oleh
defisiensi makanan sumber energi (kalori) dapat terjadi bersama/tanpa di sertai
defisiensi protein. (Betz, 2002).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. (Suriyadi, 2001).
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa marasmus
adalah suatu penyakit malnutrisi energi protein berat akibat dari kurang mendapat
masukan makanan dalam waktu lama yang ditandai dengan penurunan berat badan
dan atropi jaringan tubuh secara bertahap terutama subkutan sehingga anak tampak
lebih tua dengan kulit keriput dan turgor kulit menurun.

2.2 Klasifikasi Marasmus


1. KEP (Kurang Energi Protein) Ringan
Bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna
kuning
2. KEP Sedang
Bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah
(BGM).
4

3. KEP Berat atau Gizi Buruk


Bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCHS. Pada KMS
tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP sedang, sehingga
untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku Median
WHO-NCHS.
2.3 Etiologi

Etiologi dari penyakit marasmus antara lain masukkan zat gizi yang tidak
adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik dan
malabsorbsi, malformasi congenital pada saluran pencernaan, penyakit ginjal
menahun, keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004).

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital. (Nelson,1999).

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai
pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat
berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan
atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

2.4 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004). Dalam keadaan
5

kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan


memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa
jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
Pada keadaan ini yang menyolok ialah pertumbuhan yang kurang atau terhenti
diserati atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya kelainan
demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh
memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus
didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk
memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi
kebutuhan energi, akan tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan
metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh
karena itu pada marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang
normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.

2.5 Pathway
Sosial Ekonomi
Rendah

Malabsorbsi, dan
infeksi

Kegagalan
melakukan sintesa
protein dan kalori
6

Hilangnya
Turgor kulit
lemak
batalan
menurun
kulit
MK : Kerusakan intregitas kulit

Intake kurang dari kebutuhan


Daya
Keadaan
Resiko
tahan
infeksi
umum
tubuh
Marasmus
saluran
menurun
lemah
nafas
MK
:
Resiko
Infeksi
Defisiensi protein dan
kalori

amino
Atrofi
esensial
dan
MKAsam
: Keterlambatan
pertumbuhan
produksi
albumin
menurun
dan perkembangan

Anoreksia
dan diare

MK : nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

2.6 Manifestasi Klinis

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan


kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit
sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan
pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum
menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi
otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mulamula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi
biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. Selain itu manifestasi
marasmus adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Badan kurus kering tampak seperti orang tua


Lethargi
Irritable
Kulit keriput (turgor kulit jelek)
Ubun-ubun cekung pada bayi
Jaingan subkutan hilang
Malaise
Kelaparan
Apatis

j) Baggy pants

2.7 Komplikasi
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)

Hipotermi
Hipoglikemia
Kekurangan elektrolit dan cairan tubuh
Postur tubuh kecil pendek
Mengalami gangguan bicara
Gangguan perkembangan
Penurunan skor tes IQ
Penurunan perkembangn kognitif
Penurunan integrasi sensori
Gangguan pemusatan perhatian
Gangguan penurunan rasa percaya diri

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akitbat hipoplasia
kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam
makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbs. Selain itu dapat ditemukan kadar
albumin serum yang menurun. Pemeriksaan rafiologis juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB

b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi


dengan TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak
dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan
jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah
50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada
laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium: albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,
transferin.

2.9 Penatalaksanaan
2.9.1

Penatalaksanaan Medis
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang

kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
a. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
b. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperi masalah diare berat.
c. Pengkajian riwayat status social ekonomi. Kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji maifestasi klinis, monitor hasil laboratorium,
timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
Secara garis besar, penanganan Kurang Kalori Protein (KKP) berat
dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal
ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
10

mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan


keadaan gizi. Upaya pengobatan, meliputi:
a. Pengobatan/pencegahan
b.
c.
d.
e.

terhadap

hipoglikemi,

hipotermi,

dan

dehidrasi
Pencegahan jika ada ancaman perkembangan renjatan septik
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan
vitamin, anemia berat dan payah jantung.
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di rumahsakit di

bagi dalam bebrapa tahap, yaitu:


a. Tahapan Stabilisasi (Initial)
Tahap Awal
24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau
asidosis dengan pemberian cairan IV.
1) Cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau
Ringer Laktat, Dextrose 5%.
2) Mula-mula diberikan 60ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
3) Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam
berikutnya.
4) Cairan diberikan 200ml/kg/BB/hari.
b. Tahapan Transisi/Penyesuaian terhadap pemberian makanan
Memberikan bentuk, jenis, dan cara pemberian makanan yang
sesuai dengan kemampuan digesti dan absorbsi penderita.
1) Porsi kecil tapi sering (6-12x pemberian sehari).
2) Umur <1 tahun/BB<7kg: Cair-semi solid seperti makanan bayi,
ASI.
3) Umur >1 tahun/BB>7kg: Semi solid-solid berupa makanan
anak 1 tahun bentuk cair, kemudian lunak, dan makanan padat.
4) Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak
30-60kal/kgBB/hari atau rata-rata 50 kal/kgBB/hari, dengan
protein 1-1,5 gr/kgBB/hari/.
5) Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150175 kal/kgBB/hari, dengan protein 3-5 gr/kgBB/hari.
6) Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini kurang
lebih 7-10 hari.
11

c. Tahap Rehabilitasi
Intake kalo 150-175 kal/kgBB/hari. Bentuk dan jenis makanan
disesuaikan dengan apa yang mungkin dapat diberikan di rumah,
kemampuan digesti dan absorbs meningkat.
d. Tahap Pembinaan
Bimbingan pembinaan orang tua untuk memberikan makanan
yang sesuai dengan kebutuhan.
2.9.2

Pentalaksanaan Keperawatan
a. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energy yang paling baik untuk bayi.
b. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 tahun ke atas.
c. Pencegahan penyakit infeksi dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan.
d. Pemberian imunisasi
e. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah
kehamilan terlalu kerap.
f. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang
adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
g. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di
daerah yang endemis kurang gizi dengan cara penimbangan
berat badan tiap bulan.

2.10

Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan
baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan
prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan
gizi. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber
energi yang paling baikuntuk bayi. Ditambah dengan pemberian makanan
tambahan bergizi pada umur 6 tahun ke atas. Penyuluhan/pendidikan gizi
tentang pemberian makanan

yang adekuat merupakan usaha pencegahan

jangka panjang. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di


daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap
bulan. Pentingnya deteksi dan intervensi dini mengingat penyebabnya sangat
kompleks, pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif
dari semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga
pihak orang tua, keluarga, pemerintah.
12

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.

Identitas pasien
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi

2.

makanan penggantinya atau sering diserang diare.


Identitas penanggung jawab
Berisi data Nama orangtua, Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan,

3.

Status Pernikahan, Hubungan dengan klien, Alamat, Suku, Bangsa.


Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun) dan menunjukkan
gangguan kekurangan gizi. Biasanya pada penderita marasmus sering
dibarengi dengan diare, peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan,

4.

penurunan nafsu makan dan perubahan aktifitas.


Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai
dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan
kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar
13

karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap
tampak relatif normal selama beberapa waktu sebelum menjadi
menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi
atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian
lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar
sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Prenatal
Berisi pemeriksaan kehamilan, keluhan selama hamil,
riwayat, kenaikan berat badan selama hamil, imunisasi TT,
golongan darah ibu dan ayah.
2) Natal
Tanyakan pada keluarga pasien: Tempat melahirkan,
lama dan jenis persalinan (spontan/SC), penolong persalinan,
cara untuk memudahkan persalinan, komplikasi waktu lahir.
3) Postnatal
Tanyakan Kondisi bayi (BB dan TB), adanya anak
mengalami penyakit, masalah menyusui, dan riwayat penyakit
sebelumnya:
Penyakit yang pernah dialami
Kecelakaan yang dialami
Pernah makan obatobatan ,zat/subtansi kimia
Komsumsi obat-obatan bebas
Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya
Biasanya pada penderita marasmus memiliki riwayat prematur, diit
yang tidak baik dan sering sakit-sakitan karena terjadi penurunan
ketahanan tubuh.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien, atau menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung,
DM.
d. Riwayat Imunisasi
Pada umunya anak dengan sudah mendapatkan imunisasi
secara lengkap.

14

No

Jenis Imunisasi

1.

BCG

2.

DPT (I,II,III)

3.

Polio

Waktu pemberian

Reaksi setelah pemberian

(I,II,III,IV)
4.

Campak

5.

Hepatitis

e. Riwayat Tumbuh Kembang


1) Pertumbuhan Fisik:

Berat badan: ...

Tinggi

badan: ...
2) Waktu tumbuh gigi : bulan, Tanggal gigi: .
3) Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat:
Berguling
Duduk
Merangkap
Berdiri
Berjalan
Senyum kepada orang lain pertama kali
bicara pertama kali
Berpakaian tanpa bantuan
f. Riwayat Nutrisi
1) Pemberian ASI
Pertama kali disusui
:
Cara pemberian
:
Lama pemberian
:
Asi diberikan sampai umur :
Pemberian susu formula: diberikan mulai usia berapa, jumlah
yang diberikan tiap kali pemberian, adanya riwayat alergi dll.
2) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

No

Usia

Jenis Nutrisi

Lama Pemberian

1.
15

2.
Biasanya marasmus dapat terjadi pada anak dengan
pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan
tambahan yang cukup
g. Riwayat Psikosoial
Berisi tentang lingkungan tempat tinggal anak, apakah anak
tinggal di rumah sendiri atau dirumah saudara, di lingkungan
perdesaan atau daerah perkotaan. Hubungan anak dengan keluarga dan
pengasuh anak (apakah di asuh oleh orang tua sendiri atau orang lain).
h. Riwayat Spiritual
Berisi tentang dukungan keluarga kepada anak dan kegiatan
keagamaan yang sedang dilakukan.
i. Riwayat Hospitalisasi
Berisi tentang:
Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap (dikaji
karena klien tidak sadar)

5.

Pola-pola Fungsi Kesehatan


a. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada penderita marasmus mula-mula bayi mungkin rewel,
tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang atau mengalami
penurunan nafsu makan dan mual muntah. Pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan
orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer.
b. Pola Eliminasi
Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut
diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi
mukus dan sedikit. Tetapi penderita marasmus biasanya sangat
sering disertai dengan diare.
c. Pola aktivitas latihan
Penderita marasmus biasanya mengalami gangguan dengan
aktifitasnya karena mengalami kelemahan tubuh yang disebabkan
16

adanya gangguan metabolisme. klien tampak lesu dan kurang


bergairah serta pada anak yang lebih tua terjadi penurunan
produktivitas kerja.
d. Pola istirahat dan tidur
Anak dengan marasmus biasanya sering rewel karena selalu
merasa lapar meskipun sudah diberi susu sehingga sering terbangun
di malam hari.
e. Pola mekanisme dan koping stress
Anak sering menangis, juga setelah mendapat makan oleh
sebab masih merasa lapar.

6.

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran umum klien mengalami penurunan kesadaran (apati)
terdapat pada penderita marasmus yang berat.
b. Tanda-tanda Vital
TD
: Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah
dibandingkan dengan anak sehat seumuran dengannya.
Suhu : peningkatan suhu tubuh
Nadi : bradikardi
RR
: frekuensi pernafasan yang mengurang / RR rendah
c. Head to toe
1) Kepala :
Lingkar kepala biasanya lebih kecil dari ukuran normal,
- Rambut : Warnanya lebih muda dan terlihat kusam
(coklat, kemerah-merahan ) mudah lepas bila ditarik,
rambut kering dan mudah patah, adakalanya tampak rambut
yang
-

kering,

tipis

dan

mudah

rontok, berserabut,

rapuh, pudar, depigmentasi


Muka
: Tampak seperti wajah orang tua. Seluruh tubuh
/ lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna
lebih muda daripada warna kulit anak sehat. Anak terlihat
sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian

besar lemak dan otot-ototnya.


Mata
: Pada penderita marasmus biasanya konjungtiva
anemis
17

Hidung

: Pada penderita marasmus biasanya terpasang

sonde untuk memenuhi intake nutrisi, terdapat secret.


Mulut
: Biasanya terdapat lesi dan mukosa bibir kering.
Disertai adanya tanda luka di sudut-sudut mulut

2) Leher
Biasanya leher mengalami kaku kuduk
3) Dada
- Torax/ paru

: Ada tarikan dinding dada, wheezing,

ronchi.
- Jantung
: Tidak jarang terdapat bradikardi
4) Abdomen
Abdomen kembung dan datar, ada acites, hati teraba membesar,
bising usus meningkat, suara hipertympani.
5) Extremitas
- Ekstremitas:
Atas: Lingkar lengan atas standar normal, akral hangat.
Bawah: Edema tungkai.
- Otot-Otot
Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas, lemas.
6) Kulit
Hilangnya lemak diotot dan dikulit karena makanan kurang
mengandung kalori dan protein, keadaan turgor kulit menurun,
CRT:

lebih dari 3 detik, kulit tampak

keriput. Kulit kering,

hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis


terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa
popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
7.

Pemeriksaan Diagnostik
a. Pengukuran Antropometri
BB: Berat badan menurut usia < 60% dari berat badan normal usianya .
Lingkar lengan dibawah 14 cm.
b. Pemeriksaan Laboratorium,
Menurut Markum,1996 menunjukkan:
1) Pemeriksaan Laboratorium
- kadar hemoglobin yang agak rendah
- penurunan albumin, kolesterol, dan glukosa dalam serum
- kadar globumin dapat normal atau meningkat sehingga
perbandingan albumin dan globumin dapat terbalaik kurang
-

dari 1
kadar asam amino esensial dalam plasma relative lebih
rendah daripada asam amino non esensial
18

umummnya kadar immunoglobulin normal atau meningkat


kadar IgA normal, kadar IgA sekretori rendah
uji toleransi glukosa menunjukkan gambaran tipe diabetic
uji turbiditas timol meninggi
pemeriksaan air kemih menunjukkan peningkatan sekresi

hidroksiprolin dan adanya aminoasi dunia


2) Pada biopsy hati ditemukan perlemahan kadang-kadang demikian
hebatnya sehingga hamper semua sela hati mengandung lemak
besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi
sel mononukleus.
3) Pada pemeriksaan autopsi menunjukkan kelainan pada hampir
semua organ tubuh, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis
tulang, atrofi virus usus, detrofi system limfoid dan atrofi kelenjar
timus.
c. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
2.
3.
4.
5.

intake yang kurang.


Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.
Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.3 Perencanaan Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang.
Tujuan : Setelah diberi asuhan keperawatan pasien mendapat nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat badan ideal dan
tinggi badan.
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
- Tidak terdapat tanda-tanda malnutrisi.
- Tidak terjadi penurunan berat badan.
Intervensi :
19

1) Observasi riwayat nutrisi, timbang berat pasien dalam batas normal atau
kurang dari batas normal.
Rasional : Identifikasi defisiensi nutrisi pasien.
2) Monitor adanya penurunan berat badan.
Rasional : Mengawasi penurunan BB/efektivitas intervensi nutrisi
3) Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, kulit kering dan perubahan
pigmentasi).
Rasional : tanda-tanda dehidrasi terlihat sangat jelas untuk menentukan pasien
kekurangan nutrisi.
4) Monitor penampilan pasien rambut kering, kusam dan mudah patah.
Rasional : rambut kering, kusam dan mudah patah menjadi indikasi pasien
kekurangan nutrisi.
5) Monitor intake nutrisi.
Rasional : Mengawasi masukan kalori/ kualitas kekurangan konsumsi
makanan
6) Beri makanan sedikit dalam frekuensi sering dan berikan selingan.
Rasional : Makanan sedikit menurunkan kelemahan & meningkatkan
pemasuka serta mencegah distensi gaster
7) Observasi dan catat kejadian mual dan muntah.
Rasional : mual dan muntah dapat meningkatkan kehilangan cairan berlebih
pada pasien.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam membuat rencana diit.
Rasional : Membantu membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
9) Pantau pemeriksaan lab, misal : Hb, Ht, Bun, Albumin, Protein, Transferin,
besi ferum.
Rasional :
10) Berikan obat sesuai indikasi (Vitamin dan suplemen mineral).
Rasional : Kebutuhan penggantian masukan oral yang buruk/ desifiensi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan tidak terjadi gangguan integritas
kulit.
Kriteria hasil :
- Integritas kulit yang baik dan dipertahankan.
- Tidak terdapat luka atau lesi pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan pemahanan dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit.
Intervensi :
1) Monitor kulit akan adanya kemerahan.
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien.

20

2) Anjurkan pasien mandi rutin 2kali sehari dan Berikan lotion pada daerah yang
tertekan.
Rasional : untuk meningkatkan personal hyegiene.
3) Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.
Rasional : mobilisasi untuk menghindari tertekannya bagian tubuh yang dapat
mengakibatkan dekubitus.
4) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih.
Rasional : mempertahankan hyegiene pasien.
5) Menganjurkan pasien untuk menghindari adanya injury pada kulit.
Rasional : injury pada kulit dapat merusak integritas kulit.
3. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak mengalami gangguan
dalam tumbuh kembang.
Kriteria hasil :
- Nutrisi adekuat
- Mendapat diet yang dianjurkan
- Pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal
- Kemampuan kognitif dalam batas normal dan sesuai
- Mendapat perawatan yang sesuai
Intervensi :
1) Gunakan suara yang lembut dan pelan saat berbicara dengan pasien
Rasional : menghindari trauma pada anak sebagai reaksi hospitalisasi.
2) Tingkatkan aktivitas fisik pasien sesuai dengan kemampuan
Rasional : menghidarkan pasien dari resiko atropi otot.
3) Diskusikan dengan keluarga untuk membuat dasar kognitif
Rasional :mengasah kemampuan kognitif pasien.
4) Buat rutinitas untuk pasien
Rasional : aktivitas pada pasien sesuai perkembangan untuk melatih sensoris
dan motorik pasien.
5) Hindari untuk menyudutkan pasien dan membantah pasien.
Rasional : menyudutkan pasien dan membantah pasien dapat menimbulkan
trauma bagi pasien.
3.4 Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pengaplikasian intervensi keperawatan
sesuai dengan jadwal dan dilaksanaan berdasarkan prosedur yang benar.
Implementasi keperawatan dicatat oleh perawat sesuai waktu dan tanggal yang sesuai
dan dapat dipertanggung jawabkan oleh perawat.
3.5 Evaluasi Keperawatan
1. Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2. Tidak terjadi gangguan integritas kulit
3. Pasien tidak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
BAB IV
21

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada
balita terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan multifaktorial antara
lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan. Diagnosis
ditegakan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu
anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.Pencegahan terhadap marasmus ditujukan
pada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik.
Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein, dan
penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan
rehabilitasi.
4.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama agar terhindar
dari penyakit marasmus diharapkan kepada setiap individu untuk mengetahui dan
mempelajari marasmus.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Betz, L & Linda S. 2002. Buku Saku Pediatrik. Alih Bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Carpenito, L. J. 2001. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Alih Bahasa: Monica Ester,
dkk. Jakarta: EGC.

22

Doengoes ME. 2000. Nursing Care Plans Guide Line for Planning and Documenting Patien
Care. Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa. Jakarta: EGC.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1981. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam Rangka
Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan.
Departemen Kesehatan RI, 1997. Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. 1997. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta.
Direktorat

Bina

Gizi

Masyarakat,

Ditjen

Binkesmas

Depkes.1997.

Pedoman

Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada
Balita, Jakarta.
London School of Hygiene and Tropical Medicine. 1998. Dietary Management of PEM (Not
Published).
Nelson. & Behman, Kliegman. 2000. Nelson Teks Book Of Pediatric. Edisi 15. Volume 2.
Alih Bahasa: A Samik Wahab. Jakarta: EGC.
Nuchsan. A. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar pada Balita. Cermin Dunia Kedokteran
no. 134:10-11.
Wong, L. D & Whaleys. 2004. Pedoman Klinis Asuhan Keperawatan Anak. Alih Bahasa:
Monica Ester. Jakarta: EGC.
Waterlaw JC. 1992. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold, London.
WHO. 1998. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children, WHO
Searo.

23

S-ar putea să vă placă și