Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Marasmus adalah kekurangan kalori dalam diit yang berlangsung lama yang
akan menimbulkan gejala undernutrition yaitu pertumbuhan kurang atau terhenti,
anak masih menangis walaupun telah mendapat minum/susu, sering bangun waktu
malam, konstipasi/diare, jaringan bawah kulit menghilang, kulit keriput, lemak pipi
menghilang sehingga seperti wajah orang tua. (Mansjoer, 2000).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada
bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau
sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain
seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi,
gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.
(Dr. Solihin, 1990).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25
jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah
beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat
di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak,
gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin. Pemberian terapi
1
cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah
diare berat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Marasmus?
2. Apa klasifikasi dari Marasmus?
3. Apa etiologi dari Marasmus?
4. Bagaimana patofisiologi dari Marasmus?
5. Bagaimana pathway dari Marasmus?
6. Apa manifestasi klinis dari Marasmus?
7. Apa komplikasi dari Marasmus?
8. Apa pemeriksaan penunjang dari Marasmus?
9. Bagaimana penatalaksanaan dati Marasmus?
10. Bagaimana pencegahan dari marasmus?
11. Bagaimana pengkajian keperawatan pada anak dengan Marasmus?
12. Bagaimana diagnosa keperawatan pada anak dengan Marasmus?
13. Bagaimana intervensi keperawatan pada anak dengan Marasmus?
14. Bagaimana implementasi keperawatan pada anak dezngan Marasmus?
15. Bagaimana evaluasi keperawatan pada anak dengan Marasmus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Marasmus
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Marasmus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 Pengertian
Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energi karena kelaparan, semua
unsur diet kurang. Marasmus terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat,
penyakit usus menahun, kelainan metabolik atau infeksi menahun seperti
tuberkolosis. (Arisman, 2004).
Marasmus adalah kekurangan kalori dalam diit yang berlangsung lama yang
akan menimbulkan gejala undernutrition yaitu pertumbuhan kurang atau terhenti,
anak masih menangis walaupun telah mendapat minum/susu, sering bangun waktu
malam, konstipasi/diare, jaringan bawah kulit menghilang, kulit keriput, lemak pipi
menghilang sehingga seperti wajah orang tua. (Mansjoer, 2000).
Marasmus adalah malnutrisi energi protein berat yang disebabkan oleh
defisiensi makanan sumber energi (kalori) dapat terjadi bersama/tanpa di sertai
defisiensi protein. (Betz, 2002).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. (Suriyadi, 2001).
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa marasmus
adalah suatu penyakit malnutrisi energi protein berat akibat dari kurang mendapat
masukan makanan dalam waktu lama yang ditandai dengan penurunan berat badan
dan atropi jaringan tubuh secara bertahap terutama subkutan sehingga anak tampak
lebih tua dengan kulit keriput dan turgor kulit menurun.
Etiologi dari penyakit marasmus antara lain masukkan zat gizi yang tidak
adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik dan
malabsorbsi, malformasi congenital pada saluran pencernaan, penyakit ginjal
menahun, keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004).
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital. (Nelson,1999).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai
pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat
berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan
atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
2.4 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004). Dalam keadaan
5
2.5 Pathway
Sosial Ekonomi
Rendah
Malabsorbsi, dan
infeksi
Kegagalan
melakukan sintesa
protein dan kalori
6
Hilangnya
Turgor kulit
lemak
batalan
menurun
kulit
MK : Kerusakan intregitas kulit
amino
Atrofi
esensial
dan
MKAsam
: Keterlambatan
pertumbuhan
produksi
albumin
menurun
dan perkembangan
Anoreksia
dan diare
j) Baggy pants
2.7 Komplikasi
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
Hipotermi
Hipoglikemia
Kekurangan elektrolit dan cairan tubuh
Postur tubuh kecil pendek
Mengalami gangguan bicara
Gangguan perkembangan
Penurunan skor tes IQ
Penurunan perkembangn kognitif
Penurunan integrasi sensori
Gangguan pemusatan perhatian
Gangguan penurunan rasa percaya diri
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1
Penatalaksanaan Medis
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
a. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
b. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperi masalah diare berat.
c. Pengkajian riwayat status social ekonomi. Kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji maifestasi klinis, monitor hasil laboratorium,
timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
Secara garis besar, penanganan Kurang Kalori Protein (KKP) berat
dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal
ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
10
terhadap
hipoglikemi,
hipotermi,
dan
dehidrasi
Pencegahan jika ada ancaman perkembangan renjatan septik
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan
vitamin, anemia berat dan payah jantung.
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di rumahsakit di
c. Tahap Rehabilitasi
Intake kalo 150-175 kal/kgBB/hari. Bentuk dan jenis makanan
disesuaikan dengan apa yang mungkin dapat diberikan di rumah,
kemampuan digesti dan absorbs meningkat.
d. Tahap Pembinaan
Bimbingan pembinaan orang tua untuk memberikan makanan
yang sesuai dengan kebutuhan.
2.9.2
Pentalaksanaan Keperawatan
a. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energy yang paling baik untuk bayi.
b. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 tahun ke atas.
c. Pencegahan penyakit infeksi dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan.
d. Pemberian imunisasi
e. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah
kehamilan terlalu kerap.
f. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang
adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
g. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di
daerah yang endemis kurang gizi dengan cara penimbangan
berat badan tiap bulan.
2.10
Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan
baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan
prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan
gizi. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber
energi yang paling baikuntuk bayi. Ditambah dengan pemberian makanan
tambahan bergizi pada umur 6 tahun ke atas. Penyuluhan/pendidikan gizi
tentang pemberian makanan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.
Identitas pasien
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi
2.
3.
4.
karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap
tampak relatif normal selama beberapa waktu sebelum menjadi
menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi
atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian
lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar
sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Prenatal
Berisi pemeriksaan kehamilan, keluhan selama hamil,
riwayat, kenaikan berat badan selama hamil, imunisasi TT,
golongan darah ibu dan ayah.
2) Natal
Tanyakan pada keluarga pasien: Tempat melahirkan,
lama dan jenis persalinan (spontan/SC), penolong persalinan,
cara untuk memudahkan persalinan, komplikasi waktu lahir.
3) Postnatal
Tanyakan Kondisi bayi (BB dan TB), adanya anak
mengalami penyakit, masalah menyusui, dan riwayat penyakit
sebelumnya:
Penyakit yang pernah dialami
Kecelakaan yang dialami
Pernah makan obatobatan ,zat/subtansi kimia
Komsumsi obat-obatan bebas
Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya
Biasanya pada penderita marasmus memiliki riwayat prematur, diit
yang tidak baik dan sering sakit-sakitan karena terjadi penurunan
ketahanan tubuh.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien, atau menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung,
DM.
d. Riwayat Imunisasi
Pada umunya anak dengan sudah mendapatkan imunisasi
secara lengkap.
14
No
Jenis Imunisasi
1.
BCG
2.
DPT (I,II,III)
3.
Polio
Waktu pemberian
(I,II,III,IV)
4.
Campak
5.
Hepatitis
Tinggi
badan: ...
2) Waktu tumbuh gigi : bulan, Tanggal gigi: .
3) Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat:
Berguling
Duduk
Merangkap
Berdiri
Berjalan
Senyum kepada orang lain pertama kali
bicara pertama kali
Berpakaian tanpa bantuan
f. Riwayat Nutrisi
1) Pemberian ASI
Pertama kali disusui
:
Cara pemberian
:
Lama pemberian
:
Asi diberikan sampai umur :
Pemberian susu formula: diberikan mulai usia berapa, jumlah
yang diberikan tiap kali pemberian, adanya riwayat alergi dll.
2) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
No
Usia
Jenis Nutrisi
Lama Pemberian
1.
15
2.
Biasanya marasmus dapat terjadi pada anak dengan
pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan
tambahan yang cukup
g. Riwayat Psikosoial
Berisi tentang lingkungan tempat tinggal anak, apakah anak
tinggal di rumah sendiri atau dirumah saudara, di lingkungan
perdesaan atau daerah perkotaan. Hubungan anak dengan keluarga dan
pengasuh anak (apakah di asuh oleh orang tua sendiri atau orang lain).
h. Riwayat Spiritual
Berisi tentang dukungan keluarga kepada anak dan kegiatan
keagamaan yang sedang dilakukan.
i. Riwayat Hospitalisasi
Berisi tentang:
Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap (dikaji
karena klien tidak sadar)
5.
6.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran umum klien mengalami penurunan kesadaran (apati)
terdapat pada penderita marasmus yang berat.
b. Tanda-tanda Vital
TD
: Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah
dibandingkan dengan anak sehat seumuran dengannya.
Suhu : peningkatan suhu tubuh
Nadi : bradikardi
RR
: frekuensi pernafasan yang mengurang / RR rendah
c. Head to toe
1) Kepala :
Lingkar kepala biasanya lebih kecil dari ukuran normal,
- Rambut : Warnanya lebih muda dan terlihat kusam
(coklat, kemerah-merahan ) mudah lepas bila ditarik,
rambut kering dan mudah patah, adakalanya tampak rambut
yang
-
kering,
tipis
dan
mudah
rontok, berserabut,
Hidung
2) Leher
Biasanya leher mengalami kaku kuduk
3) Dada
- Torax/ paru
ronchi.
- Jantung
: Tidak jarang terdapat bradikardi
4) Abdomen
Abdomen kembung dan datar, ada acites, hati teraba membesar,
bising usus meningkat, suara hipertympani.
5) Extremitas
- Ekstremitas:
Atas: Lingkar lengan atas standar normal, akral hangat.
Bawah: Edema tungkai.
- Otot-Otot
Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas, lemas.
6) Kulit
Hilangnya lemak diotot dan dikulit karena makanan kurang
mengandung kalori dan protein, keadaan turgor kulit menurun,
CRT:
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pengukuran Antropometri
BB: Berat badan menurut usia < 60% dari berat badan normal usianya .
Lingkar lengan dibawah 14 cm.
b. Pemeriksaan Laboratorium,
Menurut Markum,1996 menunjukkan:
1) Pemeriksaan Laboratorium
- kadar hemoglobin yang agak rendah
- penurunan albumin, kolesterol, dan glukosa dalam serum
- kadar globumin dapat normal atau meningkat sehingga
perbandingan albumin dan globumin dapat terbalaik kurang
-
dari 1
kadar asam amino esensial dalam plasma relative lebih
rendah daripada asam amino non esensial
18
1) Observasi riwayat nutrisi, timbang berat pasien dalam batas normal atau
kurang dari batas normal.
Rasional : Identifikasi defisiensi nutrisi pasien.
2) Monitor adanya penurunan berat badan.
Rasional : Mengawasi penurunan BB/efektivitas intervensi nutrisi
3) Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, kulit kering dan perubahan
pigmentasi).
Rasional : tanda-tanda dehidrasi terlihat sangat jelas untuk menentukan pasien
kekurangan nutrisi.
4) Monitor penampilan pasien rambut kering, kusam dan mudah patah.
Rasional : rambut kering, kusam dan mudah patah menjadi indikasi pasien
kekurangan nutrisi.
5) Monitor intake nutrisi.
Rasional : Mengawasi masukan kalori/ kualitas kekurangan konsumsi
makanan
6) Beri makanan sedikit dalam frekuensi sering dan berikan selingan.
Rasional : Makanan sedikit menurunkan kelemahan & meningkatkan
pemasuka serta mencegah distensi gaster
7) Observasi dan catat kejadian mual dan muntah.
Rasional : mual dan muntah dapat meningkatkan kehilangan cairan berlebih
pada pasien.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam membuat rencana diit.
Rasional : Membantu membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
9) Pantau pemeriksaan lab, misal : Hb, Ht, Bun, Albumin, Protein, Transferin,
besi ferum.
Rasional :
10) Berikan obat sesuai indikasi (Vitamin dan suplemen mineral).
Rasional : Kebutuhan penggantian masukan oral yang buruk/ desifiensi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan tidak terjadi gangguan integritas
kulit.
Kriteria hasil :
- Integritas kulit yang baik dan dipertahankan.
- Tidak terdapat luka atau lesi pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan pemahanan dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit.
Intervensi :
1) Monitor kulit akan adanya kemerahan.
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien.
20
2) Anjurkan pasien mandi rutin 2kali sehari dan Berikan lotion pada daerah yang
tertekan.
Rasional : untuk meningkatkan personal hyegiene.
3) Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.
Rasional : mobilisasi untuk menghindari tertekannya bagian tubuh yang dapat
mengakibatkan dekubitus.
4) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih.
Rasional : mempertahankan hyegiene pasien.
5) Menganjurkan pasien untuk menghindari adanya injury pada kulit.
Rasional : injury pada kulit dapat merusak integritas kulit.
3. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak mengalami gangguan
dalam tumbuh kembang.
Kriteria hasil :
- Nutrisi adekuat
- Mendapat diet yang dianjurkan
- Pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal
- Kemampuan kognitif dalam batas normal dan sesuai
- Mendapat perawatan yang sesuai
Intervensi :
1) Gunakan suara yang lembut dan pelan saat berbicara dengan pasien
Rasional : menghindari trauma pada anak sebagai reaksi hospitalisasi.
2) Tingkatkan aktivitas fisik pasien sesuai dengan kemampuan
Rasional : menghidarkan pasien dari resiko atropi otot.
3) Diskusikan dengan keluarga untuk membuat dasar kognitif
Rasional :mengasah kemampuan kognitif pasien.
4) Buat rutinitas untuk pasien
Rasional : aktivitas pada pasien sesuai perkembangan untuk melatih sensoris
dan motorik pasien.
5) Hindari untuk menyudutkan pasien dan membantah pasien.
Rasional : menyudutkan pasien dan membantah pasien dapat menimbulkan
trauma bagi pasien.
3.4 Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pengaplikasian intervensi keperawatan
sesuai dengan jadwal dan dilaksanaan berdasarkan prosedur yang benar.
Implementasi keperawatan dicatat oleh perawat sesuai waktu dan tanggal yang sesuai
dan dapat dipertanggung jawabkan oleh perawat.
3.5 Evaluasi Keperawatan
1. Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2. Tidak terjadi gangguan integritas kulit
3. Pasien tidak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
BAB IV
21
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada
balita terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan multifaktorial antara
lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan. Diagnosis
ditegakan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu
anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.Pencegahan terhadap marasmus ditujukan
pada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik.
Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein, dan
penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan
rehabilitasi.
4.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama agar terhindar
dari penyakit marasmus diharapkan kepada setiap individu untuk mengetahui dan
mempelajari marasmus.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Betz, L & Linda S. 2002. Buku Saku Pediatrik. Alih Bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Carpenito, L. J. 2001. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Alih Bahasa: Monica Ester,
dkk. Jakarta: EGC.
22
Doengoes ME. 2000. Nursing Care Plans Guide Line for Planning and Documenting Patien
Care. Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa. Jakarta: EGC.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1981. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam Rangka
Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan.
Departemen Kesehatan RI, 1997. Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. 1997. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta.
Direktorat
Bina
Gizi
Masyarakat,
Ditjen
Binkesmas
Depkes.1997.
Pedoman
Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada
Balita, Jakarta.
London School of Hygiene and Tropical Medicine. 1998. Dietary Management of PEM (Not
Published).
Nelson. & Behman, Kliegman. 2000. Nelson Teks Book Of Pediatric. Edisi 15. Volume 2.
Alih Bahasa: A Samik Wahab. Jakarta: EGC.
Nuchsan. A. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar pada Balita. Cermin Dunia Kedokteran
no. 134:10-11.
Wong, L. D & Whaleys. 2004. Pedoman Klinis Asuhan Keperawatan Anak. Alih Bahasa:
Monica Ester. Jakarta: EGC.
Waterlaw JC. 1992. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold, London.
WHO. 1998. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children, WHO
Searo.
23