Sunteți pe pagina 1din 18

PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH

DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI


MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

MAKALAH
Diajukan sebagai tugas untuk memenuhi mata kuliah
Sistem Keuangan Islam
Dosen Pengampu: Ramzi Ahmad Zuhdi, S.E, MM.

INAS AFIFAH ZAHRA


1406598440

UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH DAN ISLAM
JAKARTA
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
A. Bank Syariah...............................................................................................................
1. Pengertian Bank Syariah.......................................................................................
2. Fungsi Utama Bank Syariah.................................................................................
B. Bank Syariah di Indonesia.........................................................................................
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia...........................................................
2. Tantangan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia..........................................
C. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).....................................................................
1. Pengantar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)...................................................
2. Pengertian MEA......................................................................................................
3. Kerangka Kerja MEA.............................................................................................
D. Peluang dan Tantangan Bank Syariah di Indonesia dalam
Menghadapi MEA 2015.............................................................................................
1. Ekonomi Syariah Jelang MEA...............................................................................
2. Peluang Bank Syariah dalam Menghadapi MEA 2015..........................................
3. Tantangan MEA bagi Bank Syariah di Indonesia...................................................
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................
DAFTAR REFERENSI........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

Tahun 2015 adalah era baru bagi bangsa-bangsa di


kawasan Asia Tenggara atau lebih dikenal dengan ASEAN.
Hubungan

integrasi

perekonomian

dan

perdagangan

akan

semakin solid dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).


Seluruh masyarakat ASEAN sudah seharusnya berbahagia, sebab
MEA diharapkan dapat menciptakan komunitas regional yang di
proyeksikan mampu menjaga stabilitas politik dan keamanan
regional

ASEAN,

pertumbuhan

meningkatkan

ekonomi,

daya

mengurangi

saing,

mendorong

kemiskinan,

dan

meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN.


Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah
selayaknya Indonesia menjadi pelopor dan kiblat pengembangan
industri dan keuangan syariah di ASEAN bahkan dunia. Hal ini
bukan

merupakan

Indonesia

untuk

impian
menjadi

yang
global

mustahil
player

karena

potensi

keuangan

syariah

sangatlah besar. Sehingga Indonesia melalui industri keuangan


dan perbankan syariahnya akan mampu bersaing dalam kancah
MEA.
Untuk mewujudkan semua impian itu, tentu tidak semudah
membalikan

telapak

tangan.

Maka,

peluang-peluang

dan

tantangan bank syariah di Indonesia harus segara teridentifikasi


dengan serinci mungkin sehingga Indonesia siap berkompetisi
secara maksimal menjelang MEA 2015.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Secara istilah, Bank Syariah di definisikan sebagai
suatu

lembaga

keuangan

yang

usaha

pokoknya

memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas


pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan
prinsip syariah.1
Berdasarkan

pengertian

tersebut,

Bank

Syariah

berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada


tata cara bermuamalat dalam Islam, yakni mengacu pada
ketentuan-ketentuan

Al-Quran

dan

Hadits.

Muamalah

adalah ketentuan yang mengatur hubungan manusia


dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun antara
perorangan dan masyarakat.2
2. Fungsi Utama Bank Syariah
Dalam aktivitasnya, Bank Syariah memiliki tiga fungsi
utama3 yaitu :
a. Penghimpun Dana Masyarakat
Bank syariah menghimpun dana dari masayarakat
dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad al1 Sudarsono. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi
dan Ilustrasi. Ekonisia: Yogyakarta. hal. 92
2 Warkum Suwito. 2004. Asas-Asas Bank Islam dan Lembaga-Lembaga
Terkait (Bamui, Takaful, dan Pasar Modal Syariah) di Indonesia. PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta. hal. 5
3 Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Kencana-Prenada Media Group :
Jakarta. hal. 36

wadiah, dan dalam bentuk investasi menggunakan akad


al-mudharabah.
b. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat
Masayarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank
syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan
persyaratan

yang

berlaku.

Menyalurkan

dana

merupakan aktivitas yang penting bagi bank syariah,


karena bank syariah akan mendapatkan return atau
pendapatan yang akan diperoleh bank atas penyaluran
dana tergantung pada akadnya.
c. Pelayanan Jasa Bank
Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat
diberikan bank syariah antara lain jasa pengiriman uang
(transfer), pemindah bukuan, penagihan surat berharga,
kliring, dan letter of credit. Dengan pelayanan jasa,
bank syariah mendapat imbalan berupa fee yang
disebut fee based income.
B. Bank Syariah di Indonesia
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah
menjadi

tolak

ukur

keberhasilan

eksistensi

ekonomi

syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan


menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih
dahulu menerapkan system ini ditengah menjamurnya
bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada
tahun

1998

telah

menenggelamkan

bank-bank

konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan


system

bunganya.

Sementara

perbankan

yang

menerapkan system syariah dapat tetap eksis dan mampu


bertahan.
Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan
global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun
2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan

daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga


keuangan
keuntungan,
pemegang

syariah

tetap

kenyamanan
sahamnya,

stabil
serta

dan

memberikan

keamanan

pemegang

surat

bagi

para

berharga,

peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.


Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank
Muamalat melewati krisis yang terjadi pada tahun 1998
dengan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dan
tidak menerima sepeser pun bantuan dari pemerintah dan
pada krisis keuangan tahun 2008, bank Muamalat bahkan
mampu memperoleh laba Rp 300 miliar lebih.4
Langkah strategis pengembangan perbankan syariah
yang telah di upayakan adalah pemberian izin kepada bank
umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit
Usaha

Syariah

(UUS)

atau

konversi

sebuah

bank

konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini


merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang
Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-undang
pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan
jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Indonesia
Indikasi
1998 200 2004 200 2006 2007 2008 2009
3
5
KP/U
KP/U
KP/U KP/U KP/U KP/U
US
KP/U
US
KP/U
US
US
US
US
US
US
BUS
1
2
3
3
3
3
UUS
8
15
19
20
25
BPRS
76
84
88
92
105
114
Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009.

5
27
131

Keterangan :
4 Profil Muamalat, http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profilmuamalat, diakses 27 Maret 2015, jam 12.13 WIB

6
25
139

BUS
UUS
BPRS
KP/UUS

=
=
=
=

Bank Umum Syariah


Unit Usaha Syariah
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah

Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan


syariah berdasarkan laporan tahunan BI 2009 (Desember
2009). secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah
sungguh

membanggakan

dan

terus

mengalami

peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998


hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank
Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009
(berdasarkan

data

Statistik

Perbankan

Syariah

yang

dipublikasikan oleh Bank Indonesia) jumlah bank syariah


telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum
Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 139 unit
pada periode yang sama.5
2. Tantangan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Menurut Dr.M.Akhyar Adnan, MBA.AK ada beberapa
tantangan dalam perkembangan Bank Syariah di Indonesia
yaitu6 :
a. Kesiapan masyarakat Islam dalam menerima kehadiran
bank berasaskan syariah.
Ada asumsi yang selama ini keliru dipahami ,yakni
bahwa mayoritas masyarakat Muslim sudah demikian
jauhnya dirasuki virus riba, akibatnya adalah selalu saja

5 Statistik Perbankan Syariah,


www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah, diakses 27 Maret 2015,
jam 12.32 WIB
6 Majalah Ilmiah Ekonomika Volume 13 Nomor 2, Mei 2010. Hal 47-74

ada dalih yang diangkat untuk mengelak dari ajakan


kembali ke ajaran Islam secara murni dan konsekuen.
b. Adanya kenyataan empiris manajemen rata-rata
lembaga keuangan atau bank Islam.
Semestinya manajemen bank syariah banyak belajar
dari

manajemen

modern

yang

dipakai

oleh

bank

konvensional, sehingga menjadikan nasabah sebagai


mitra kerja. Dan sebisa mungkin menghindari konflik.
(konflik bisa diantisipasi secara positif dan konstruktif).
c. Adanya tuduhan masyarakat perihal kemurnian bank
syariah yang beroperasi saat ini.
C. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
1. Pengantar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Pada tahun 2003, para pemimpin ASEAN sepakat
bahwa Masyarakat ASEAN harus terbentuk pada tahun
2020. Pada tahun 2007, para pemimpin menegaskan
komitmen kuat mereka untuk mewujudkan Masyarakat
ASEAN dan mempercepat target waktunya menjadi tahun
2015. Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yang terkait
satu dengan yang lain: Masyarakat Politik Keamanan
ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial
Budaya ASEAN.
Dengan demikian, para pemimpin sepakat untuk
mentransformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang
ditandai oleh pergerakan bebas barang, jasa, investasi,
tenaga kerja terampil, dan arus modal yang lebih bebas.
Selanjutnya Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN disusun
dan disahkan pada tahun 2007. Cetak Biru MEA berfungsi
sebagai rencana induk yang koheren yang mengarahkan
pembentukan

MEA.

Cetak

Biru

tersebut

mengidentifikasikan karakteristik dan elemen MEA dengan


target dan batas waktu yang jelas untuk pelaksanaan
berbagai tindakan serta fleksibilitas yang disepakati untuk

mengakomodasi

kepentingan

ASEAN.
Dengan
perdagangan
Masyarakat

seluruh

negara

mempertimbangkan
eksternal
ASEAN

bagi

secara

ASEAN

anggota

pentingnya
dan

keseluruhan

kebutuhan

untuk

tetap

berpandangan terbuka, MEA memiliki karakteristik utama


sebagai berikut: (a) pasar tunggal dan basis produksi; (b)
kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; (c) kawasan
pengembangan ekonomi yang merata; dan (d) kawasan
yang secara penuh terintegrasi ke dalam perekonomian
global.7
2. Pengertian MEA
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam
artian adanya sistem perdagangan bebas antara NegaraNegara ASEAN. Indonesia dan sembilan Negara anggota
ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community
(AEC).8

3. Kerangka Kerja MEA


Mengingat pentingnya perdagangan eksternal bagi
ASEAN dan stategi pembangunan ekonomi di negara
ASEAN yang outward looking, cetak biru MEA memuat 4
kerangka kerja atau pilar MEA, yaitu9 :
a. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi
internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa,
7 Buku Informasi Umum : Masyarakat Ekonomi ASEAN. 2011.
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia,
ditjenkpi.kemendag.go.id, diakses 27 Maret 2015, jam 1:02 WIB
8 Pengertian MEA,
https://www.academia.edu/9060383/masyarakat_ekonomi_ASEAN_201
5_MEA_2015_, diakses 27 Maret 2015, jam 1:09 WIB

investasi, tenanga kerja terampil, dan aliran modal yang


lebih bebas.
b. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi
yang

tinggi,

dengan

elemen

peraturan

kompetisi,

perlindungan konsumen, ha katas kekayaan intelektual,


pengembangan
commerce.
c. ASEAN sebagai

infrastruktur,
kawasan

perpajakan,
dengan

dan

e-

perkembangan

ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan


usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi
ASEAN

untuk

negara-negara

CLMV yang

termuat

dalamInitiative for ASEAN Integration.


d. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh
dengan

perekonomian

global

dengan

elemen

pendekatan koheren dengan ekonomi di luar kawasan,


dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi
global.
Keempat pilar MEA tersebut saling berkaitan satu
sama lain. ASEAN sebagi pasar tunggal dan basis produksi
internasional harus memiliki daya saing ekonomi yang
tinggi, baik sebagai kawasan dalam kerangka persaingan
dengan

kawasan/negara

lain,

maupun

antar

individu

anggota.

9 Bank Indonesia. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015;


Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. PT. Elex Media
Komputindo : Jakarta. hal. 27

D. Peluang dan Tantangan Bank Syariah di Indonesia


dalam Menghadapi MEA 2015
1. Ekonomi Syariah Jelang MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai
tahun ini menjadi tantangan sendiri bagi para pegiat
industri ekonomi syariah. Dengan usia yang bisa dianggap
tidak lagi muda, sudah seharusnya industri ekonomi
syariah siap menyongsong pasar tunggal di kawasan Asia
Tenggara pada 2015. Perbankan syariah yang terbukti
tahan terhadap terpaan krisis, khususnya pada 1998,
menjadi modal menghadapi persaingan bebas di kawasan
regional.
MEA harus dilihat sebagai peluang sehingga mereka
yang terlibat aktif dalam perbankan dan jasa keuangan
syariah semakin terpacu meningkatkan kualitas. Syarat
untuk memenangkan persaingan ini dengan meningkatkan
sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan
negara lain. Pemerintah sudah tentu harus berpihak pada
warga

negaranya.

Upaya

meningkatkan

daya

saing

nasional secara keseluruhan merupakan keharusan. Waktu


yang tersisa menjelang MEA 2015 harus dihadapi dengan
melakukan berbagai aksi nyata.
Salah satu aksi nyata adalah meningkatkan peranan
pemerintah di sektor keuangan syariah. Saat ini, pasar
keuangan syariah di Indonesia lebih banyak digerakkan
oleh pasar. Regulasi yang tidak berpihak pada sektor
keuangan syariah ini mengakibatkan perbankan syariah di
Indonesia masih kalah jika dibandingkan Malaysia.10
2. Peluang

Bank

Syariah

di

Indonesia

dalam

Menghadapi MEA 2015


10 Mohamad Fadhilah Zein. 2015. Ekonomi Syariah Jelang MEA 2015,
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/14/11/14/nf0os952ekonomi-syariah-jelang-mea-2015, diakses 27 Maret 2015, jam 1:47 WIB

Sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di


dunia, sudah sepantasnya Indonesia menjadi kiblat bagi
pengembangan industri keuangan syariah dunia. Hal ini
bukanlah

sesuatu

yang

Indonesia

mempunyai

mustahil,

potensi

mengingat

untuk

menjadi

bahwa
global

player keuangan syariah, khususnya dalam mengahadapi


MEA, diantaranya11 :
a. Jumlah penduduk muslim yang besar menjadi potensi
nasabah industri keuangan syariah;
b. Prospek
ekonomi
yang
cerah,

tercermin

dari

pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi (kisaran 6,0%6,5%) yang ditopang oleh fundamental ekonomi yang
solid;
c. Peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi
investment
investor

grade

untuk

yang

akan

berinvestasi

meningkatkan
di

sektor

minat

keuangan

domestik, termasuk industri keuangan syariah;


d. Memiliki sumber daya alam yang melimpah yang dapat
dijadikan

sebagai

underlying

transaksi

industri

keuangan syariah;
e. Kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah
bersifat terpusat oleh Dewan Syariah Nasional (DSN)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan institusi
yang independen. Sementara di negara lain, fatwa
dapat dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga
peluang terjadinya perbedaan sangat besar.
3. Tantangan MEA bagi Bank Syariah di Indonesia
Industri perbankan syariah terbesar di Indonesia saat
ini baru mampu membukukan aset sekitar US$5,4 miliar
11 Azwar. 2015. Industri Perbankan Syariah Mengahadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA); Peluang dan Tantangan Kontemporer,
http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuanganumum/20434-industri-perbankan-syariah-menghadapi-masyarakatekonomi-asean-mea-2015-peluang-dan-tantangan-kontemporer,
diakses 27 Maret 2015, jam 2:08 WIB

sehingga belum ada yang masuk ke dalam jajaran 25 bank


syariah dengan aset terbesar di dunia 12. Sementara tiga
bank syariah Malaysia mampu masuk ke dalam daftar
tersebut. Hal ini menunjukan bahwa skala ekonomi bank
syariah Indonesia masih kalah dengan bank syariah
Malaysia yang akan menjadi kompetitor utama.
Diantara beberapa tantangan MEA yang

akan

dihadapi oleh bank syariah di Indonesia adalah sebagai


berikut13 :
a. Kondisi pemodalan bank syariah relatif lebih kecil dari
bank konvensional.
Hal ini dapat dilihat dengan menggunakan indikator
rasio

biaya

operasional

terhadap

pendapatan

operasional (BOPO) pada tiga bank sampel untuk


masing-masing kategori terlihat bahwa bank syariah
masih

kalah

efisien

dibanding

dengan

bank

konvensional (Lihat Tabel 1.2). Namun dari sisi Net


Operational Margin (NOM), beberapa bank syariah lebih
unggul. Dari sisi profitabilitas, Return On Asset (ROA)
bank syariah lebih kecil dari bank konvensional, namun
dari sisi Return On Equity (ROE) lebih besar.
Tabel 1.2
Perbandingan Indikator Bank Syariah dan Konvensional
di Indonesia

12 Alamsyah, Halim. 2012. Perkembangan dan Prospek Perbankan


Syariah Indonesia; Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015.
Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, 13
April 2012
13 Azwar, Op.Cit

b. Diferensiasi produk keuangan syariah di Indonesia yang


dinilai masih kurang.
Hal ini disebabkan oleh faktor bisnis model industri
keuangan syariah di Indonesia, khususnya perbankan
syariah, yang lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan di
sektor riil dan sangat menjaga maqasid syariah. Hal ini
berbeda dengan negara lain yang peranan produkproduk di sektor keuangan (pasar uang dan pasar
modal) lebih dominan.
c. Upaya untuk memenuhi gap Sumber Daya Insani (SDI)
dari tenaga kerja domestik agar tidak diisi oleh tenaga
kerja asing
Perlu disadari bahwa salah satu butir kesepakatan
dalam MEA 2015 adalah freedom of movement for
skilled and talented labours. Keberadaan skilled labours
adalah faktor penting dalam menghadapi MEA 2015.
Bila boleh dikatakan, barang, jasa, investasi, dan modal
semua dikendalikan oleh skilled labours. Karena itu
tenaga kerja (SDM) yang mempuni mutlak dibutuhkan
untuk memenangkan tujuan Indonesia dalam MEA.
Secara logika, untuk mengurus dan merebut pasar
domestik saja para praktisi ekonomi islam Indonesia masih
merasa kesulitan, apalagi jika harus menargetkan dan
merebut

pasar

ASEAN

yang

mana

tambahan

target

pasarnya adalah mayoritas dari kalangan non muslim.


Ditambah lagi dengan kompetitor dari negara lain yang
memiliki

persiapan,

strategi,

dan

modal

yang

lebih

mumpuni dibandingkan para paraktisi ekonomi islam di


Indonesia.

Sebagai

mendapatkan

contoh

sokongan

negara

penuh

dari

Malaysia

yang

pemerintahannya

terhadap pengembangan perekonomian secara syariah.

Bagaimana

dengan

Indonesia?

Apakah

dengan

keadaan seperti ini MEA akan menjadi berkah bagi ekonomi


Indonesia terutama melalui jalur syariah?Ataukah tunas
perkembangan ekonomi syariah di tanah air akan sirna
olehnya? Sekali lagi, inilah tantangan kontemporer bagi
perkembangan industri keuangan dan perbankan syariah.

BAB III
KESIMPULAN

Setelah mengkaji berbagai macam peluang dan tantangan


yang akan dihadapi bank syariah di Indonesia menjelang MEA
2015, dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan upaya keras dari
seluruh

praktisi,

mengembangkan

akademisi,
industri

maupun

keuangan

asosiasi
syariah

dalam
nasional.

Keunggulan-keunggulan perbankan syariah nasional seperti; (1)


jumlah penduduk muslim yang besar , (2) prospek ekonomi yang
cerah, (3) kewenangan fatwa DSN yang independen, harus
didorong seoptimal mungkin agar potensi Indonesia menjadi
global player dalam MEA 2015 dapat terwujud.

Adapun tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan


syariah nasional seperti; (1) kondisi pemodalan bank syariah
yang relatif lebih kencil dari konvensional, (2) diferensiasi produk
keuangan yang masih kurang, serta (3) gap antara sumber daya
insani dari tenaga kerja domestik dan asing, tidak dapat
dianggap sebelah mata oleh industri keuangan syariah nasional.
Untuk itu, keterpaduan langkah dan sosialisasi keuangan syariah
sudah

selayaknya

ditingkatkan

agar

industri

ini

semakin

berkualitas dan berkembang dalam kancah persaingan global,


khususnya dalam menyambut MEA 2015.

DAFTAR REFERENSI

Alamsyah,

Halim.

2012.

Perkembangan

dan

Prospek

Perbankan Syariah Indonesia; Tantangan Dalam Menyongsong


MEA 2015. Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI),
Milad ke-8 IAEI, 13 April 2012
Azwar. 2015. Industri Perbankan Syariah Mengahadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA); Peluang dan Tantangan
Kontemporer, http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/150-

artikel-keuangan-umum/20434-industri-perbankan-syariahmenghadapi-masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015-peluang-dantantangan-kontemporer, diakses 27 Maret 2015, jam 2:08 WIB


Bank Indonesia. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015; Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. PT.
Elex Media Komputindo : Jakarta.
Buku Informasi Umum : Masyarakat Ekonomi ASEAN. 2011.
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia,
ditjenkpi.kemendag.go.id, diakses 27 Maret 2015, jam 1:02 WIB
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Kencana-Prenada Media
Group : Jakarta.
Majalah Ilmiah Ekonomika Volume 13 Nomor 2, Mei 2010.
Hal 47-74
Mohamad Fadhilah Zein. 2015. Ekonomi Syariah Jelang
MEA 2015, http://www.republika.co.id/berita/koran/opinikoran/14/11/14/nf0os952-ekonomi-syariah-jelang-mea-2015,
diakses 27 Maret 2015, jam 1:47 WIB
Profil

Muamalat,

http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat, diakses
27 Maret 2015, jam 12.13 WIB
Pengertian MEA,
https://www.academia.edu/9060383/masyarakat_ekonomi_ASEAN
_2015_MEA_2015_, diakses 27 Maret 2015, jam 1:09 WIB

Statistik

Perbankan

Syariah,

www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah, diakses 27 Maret


2015, jam 12.32 WIB
Sudarsono. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Deskripsi dan Ilustrasi. Ekonisia: Yogyakarta.

Warkum

Suwito.

2004.

Asas-Asas

Bank

Islam

dan

Lembaga-Lembaga Terkait (Bamui, Takaful, dan Pasar Modal


Syariah) di Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

S-ar putea să vă placă și