Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
131420129780026
131420129820030
131420129830031
131420129920040
131420129930041
131420130010049
131420130020050
Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami tentang Gangguan integumen parasit &
insekta skabies, tineacapatis,tinea pedis dengan baik dan tepat waktu guna
memenuhi tugas perkuliahan. Makalah ini kami buat sebagai pedoman
atau
panduan dalam ilmu keperawatan bagi mahasiswa dan mahasiwi ilmu kesehatan
khususnya bagi mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu keperawatan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
untuk itu kami mengharapkan banyak banyak masukan dan saran untuk
perbaikan dalam penyusunan makalah brikutnya.Harapan penulis semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususya mahasiswa
keperawatan.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.....................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
ii
DAFTAR ISI..................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................
B. Tujuan..........................................................................................
1
2
BAB II ISI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Definisi ........................................................................................
Klasifikasi ...................................................................................
Etiologi ........................................................................................
Manifestasi Klinis .......................................................................
Patofisiologi.................................................................................
Penatalaksanaan...........................................................................
Pemeriksaan Penunjang ..............................................................
Komplikasi...................................................................................
3
4
5
6
9
10
14
16
18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya.
Manusia adalah tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam
tubuh atau pada kulit. Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk
mendapatkan makanan dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar
menyebabkan masalah kesehatan manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di
seluruh dunia dan banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai
contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di seluruh dunia mendapatkan kutu
setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit kulit yang disebabkan
oleh parasit contohnya yaitu scabies.
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman
Sarcotes scabie yaitu seperti tungau yang memparasitkan diri pada kulit
manusia yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul,
vesikel bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di
Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di
Jawa Barat. Amiruddin dkk., dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr.
Soetomo Surabaya, menunjukkan insidens penderita skabies selama 20082010 adalah 2,7%. Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang
mendapatkan insidens skabies 0,6% pada tahun 1995-1998.
Agen
mikotik
adalah
jamur
yang
merupakan
salah
satu
penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas
pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan
jamur dermatofita(jamur yang menyerang kulit).
B. Tujuan
1. Memenuhi tugas sistem integumen.
2. Agar mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan memberikan asuhan
keperawatan pada gangguan parasit dan insekta.
BAB II
ISI
A. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman
parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan
yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan
produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan,
dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu
tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.(Handoko, 2007)
Tinea kapatis (ringworm of the scalp) adalah kelainan pada kulit dan
rambut kepala,alis, dan bulu mata. (Wisnu, 2005)
Tinea pedis adalah infeksi dermatofit pada kaki, terutama di sela jari
dan telapak kaki terutama yang memakai kaus dan sepatu yang tertutup.
Keadaan lembab dan panas merangsang pertumbuhan jamur. Tinea mannum
adalah dermatofitosis pada tangan. Semua bentuk di kaki dapat terjadi di
tangan. (Wisnu, 2005)
B. Klasifikasi
1. Skabies
1) Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
2) Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia
laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap
tungau scabies.
3) Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah
anjing, kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak
terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genetalia eksterna.
Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak dengan
binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena
kutu binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
4) Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat
tinea
pedis
ialah
epidermophyton,
D. Manifestasi Klinis
1) Skabies
1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya
dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena
infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang tungau tersebut.
3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulit menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi
biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan
ketiak bagian depan, areola mammae (wanita) dan lipatan glutea,
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki
bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa
dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik
ini, merupakan hal yang paling diagnostik.
Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit
sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit
berlangsung
lama,
dapat
timbul
likenifikasi,
impetigo,
da
reaksi
peradangan
akut
yang
berat
berupa
anak sering tertular dari temannya dan penularan dapat juga terjadi
pada satu keluarga. Penyebab dapat diisolasi dari sisir, sikat, kursi,
topi dan alas-alas pencukur rambut. Mula-mula jamur tersebut
mengadakan kolonisasi pada permukaan kulit lalu terjadi reaksi
peradangan bergantung pada hospes, genera/spesies jamur penyebab
dan lokasi lesi. Organisms tersebut bertahan bertahun-tahun pada
tubuh pasien, sehingga orang tersebut menjadi karier. Ketegangan atau
trauma dapat menimbulkan eksaserbasi.
Infeksi jamur yang menular pada tangkai rambut sehingga
dijumpai pada anak anak. Bercak bercak kemerahan dengan
pembentukan skuma. Postula atau popula kecil pada bagian tepi lesi.
Rambut menjadi rapuh, mudah patah pada permukaan kulit kepala
3) Tinea pedis
1. Tipe papulo-skuamosa hiperkeratotik kronik
Jarang didapati vesikel dan pustule, sering pada tumit dan tepi kaki
dan kadang-kadang sampai ke punggung kaki. Eritema dan plak
hiperkeratotik diatas daerah lesi yang mengalami likenifikasi.
Biasanya simetris, jarang dikeluhkan dan kadang-kadang tak begitu
dihiraukan oleh penderita.
2. Tipe intertiginosa kronik
Manifestasi klnis berupa fisura pada jari-jari, sering pada sela jari kaki
ke-4 dan 5, basah dan maseri disertai bau yang tak enak.
3. Tipe subakut
Lesi intertrignosa berupa vesikel atau pustula. Dapat sampai ke
punggung kaki dan tumit dengan eksudat yang jernih, kecuali bila
mengalami infeksi skunder. Proses subakut dapat diikuti dengan
selulitis, limfangitis, limpadenitis, dan erysipelas.
4. Tipe akut
Gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau. Lebih sering menyerang
pria. Kondisi hiperhidrosis dan maserasi pada kaki, statis vasukar, dan
bentuk sepatu yang kurang baik terutama merupakan predisposisi
untuk mengalami infeksi.
Tinea pedis yang tersering adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari
IV dan jari V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis, dapat
meluas ke bawah jari (subdigital) dan telapak kaki. Kelainan pada
kulit berupa kelompok vesikel. Sering terjadi maserasi pada sela jari
terutama sisi lateral berupa kulit putih dan rapuh, berfisura dan sering
di sertai bau. Bila kulit yang mati di bersihkan, akan terlihat kulit baru
yang pada umumnya telah di serang jamur. Bentuk klinis ini dapat
berlangsuung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan
atau tanpa keluhan. Pada suatu ketika dapat disertai infeksi sekunder
oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis dan
erisipelas, dengan gejala-gejala konstitusi
E. Patofisiologi
1. Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies,
akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena
bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang
10
dalam
jaringan
keratin
yang
mati.Hifa
ini
11
12
dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif
pada 50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-turut
dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian
digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan
dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan
iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di tambahkan
air 2-3 bagian.
5) Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal.
Pengguanaanya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih.
Merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah
pada manusia. Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan
skabies klasik, hanya perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies
subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu
diberikan antibiotik sistemik.
2. Tinea
Penatalaksanaan tinea menurut Mansjoer Arief (2000).
1) Penatalaksanaan medis
a. Diagnosis yang tepat
b. Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas,
keamanan, daerah yang terkena yakni lokasi dan luas lesi.
Stadium penyakit (akut atau kronis), jamur penyebab, karena
adanya perbedaan kepekaan terhadap obat, serta harga sehingga
dapat ditentukan apakah akan diberikan obat oral, topikal, atau
pun kombinasi.
c. Mengefektifkan cara penggunaan obat :
Obat-obat sistemik dan topikal yang digunakan antara lain :
Sistemik :
1. Griseofulvin
Bersifat
pungistatik
dan
bekerja
hanya
terhadap
dermatofit.Dosis 0,5 -1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 -0,5
gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kg BB. Dosis
tunggal atau terbagi dan absopsi meningkat bila diberikan
bersama makanan berlemak. Sediaan mikrosize500 mg, setara
dengan sediaan ultra mikrosize 333 mg. Lama pengobatan
13
bergantung
pada
lokasi
penyebab,
dan
keadaan
lebih
kurang
bulan.
Efeksampingnya
aktifitas
invitro
luas
dan
bersifat
2) Penatalaksanaan keperawatan
a. Menghilangkan atau mencegah fakto predisposisi. Fakttor
tersebut antara lain adalah kelembabapan karena keringat atau
lingkungan yang panas, iritasi oleh baju, orang sakit yang
berbaring lama, friksi lipatan kulit pada orang gemuk, imunitas
rendah.
b. Manghilangkan
sumber
penularan
baik
dari
manusia,
14
mikroskop.
4) Tes tinta Burrow.
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus
dengan alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yang
karakteristik berbelok-belok karena adanya tinta yang masuk. Tes ini
mudah sehingga dapat dikerjakan pada bayi/anak dan pasien
nonkooperatif.
5) Kuretasi terowongan.
Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak
papul, lalu kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi
15
minyak mineral. Cara ini dilakukan pada bayi, anak-anak dan pasien
nonkooperatif.
2. Tinea
Menurut Mansjoer (2004), pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan
pada penderita penyakit tinea, bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit,
rambut dan kuku. terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan
alkohol 70% kemudian dilakukan :
a. Kulit berambut halus (glabrous skin ). Kelainan dikerok dengan pisau
tumpul steril. Sisik kulit dikumpulkan pada gelas obyek.
b. Kulit berambut. Spesimen yang harus diambil adalah skauma, tunggul
rambut dan isi rambut folikel. Sampel rambut diambil dengan forsep
dan skauma dikerok dengan skapel tumpul. Rambut yang diambil
adalah rambut yang goyah (mudah dicabut) pada daerah lesi.
Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan
bahan untuk melihat kemungkinan adanya flouresensi didaerah lesi
pada kasus-kasus tinea kapitis tertentu.
c. Kuku, bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit, dipotong lalu
dikerok sedalam dalamnya hingga mengenai seluruh tebal kuku. bahan
dibawah kuku diambil juga.Sediaan basah dibuat dengan meletakkan
bahan diatas gelas obyek, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH
20%.Tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan. Pemanasan diatas
api kecil mempercepat proses pelarutan. Pada saat mulai keluar uap,
pemanasan cukup. Bila terjadi penguapan, akan terbentuk kristal KOH
sehingga mengganggu pembacaan.
H. Komplikasi
1. Skabies
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat
timbul
a. Dermatitis akibat garukan.
b. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis,
folikulitis, dan furunkel.
c. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat
16
2. Tinea
1) Tinea kapitis
a. Kerontokan, alopesia permanen
b. Setelah dewasa anak-anak dengan kepala yang gatal dan
terbentuk
patch
atau
kerontokan
rambut
total
akan
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman
parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan
yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan
produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan,
dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu
tuma gatal Sarcoptes scabei.
Tinea kapatis (ringworm of the scalp) adalah kelainan pada kulit
dan rambut kepala,alis, dan bulu mata. (Mansjoer Arif, 2004)
Tinea pedis adalah infeksi dermatofit pada kaki, terutama di sela
jari dan telapak kaki terutama yang memakai kaus dan sepatu yang tertutup.
18
DAFTAR PUSTAKA
Wisnu, I Made, dkk. 2005. Penyakit Kulit yang Umum diIndonesia. Jakarta; PT
Medical multi Media.
Harahap, Marwali. 2007. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Iskandar, T. 2003. Invasi ulang scabies (Sarcoptes scabiei) pada kerbau lumpur
(Bos bubalus) dengan pengobatan salep asuntol 50 WP konsentrasi 2% dan
perubahan patologik kulit. Penyakit Hewan. 23: 21- 23.
Djuanda, A., Hamzah,M. Aisah, S. 2010. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.