Sunteți pe pagina 1din 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Alas kaki merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan aktivitas.
Saat ini, alas kaki yang beredar di Indonesia memiliki bermacam-macam bentuk,
merk, bahan, serta ukuran yang disesuaikan dengan penggunanya, misalnya alas
kaki olahraga yang terbuat dari bahan yang lentur namun kuat sehingga nyaman
saat digunakan. Dalam pemilihan alas kaki, terdapat bebrapa faktor penting yang
dipertimbangkan yakni tampilan, harga, warna, serta kenyamanan. Namun
demikian, faktor yang paling signifikan dalam pemilihan alas kaki adalah
kenyamanan dan ketepatan ukuran sebab ukuran yang tidak sesuai akan
menyebabkan timbulnya rasa kurang nyaman, bahkan dalam jangka waktu
tertentu akan menyebabkan rasa sakit pada kaki. Kedua aspek tersebut dapat
dicapai dengan pengukuran dimensi antropometri yang akurat serta efisien (Kos
dan Duhovnik, 2002)
Standar ukuran alas kaki yang sering dipakai di Indonesia adalah Paris
Stick, dimana sistem ukuran ini juga dipakai hampir diseluruh dunia (Wardayati,
2013). Selain sistem Paris Stick, beberapa sistem ukuran alas kaki yang dipakai di
Indonesia adalah sistem UK, US, serta Mondopoint yang menjadi Standar
Nasional Indonesia (bsn.go.id, 2013). Semua sistem ukuran tersebut bukan
ditujukan untuk populasi penduduk Indonesia sehingga besar kemungkinan tidak
tepat apabila diterapkan untuk penduduk Indonesia. Selain itu, sistem yang ada
pada umumnya mempertimbangkan dimensi panjang kaki, hanya sedikit sistem
ukuran yang mempertimbangkan lebar kaki padahal dimensi yang perlu
diperhatikan tidak hanya panjang dan lebar kaki saja, tetapi juga kontur kaki
(Goonetillekc dkk., 2000). Dimensi kaki biasanya diukur secara konvesional
menggunakan alat-alat seprti measuring tape, calipers, measuring boards, dan
penggaris. Semua alat ukur ini mudah digunakan serta murah. Akan tetapi meiliki

kekurangan yakni belum mampu menggambarkan kontur kaki secara utuh. Selain
itu keakuratan pengukuran manual rendah karena anatomi yang kompleks serta
terdapat lekukan-lekukan pada telapak serta jari kaki (Taha dkk., 2014). Oleh
sebab itu, repeatabilitas pengukuran manual buruk serta kinerja pengukuran tiap
orang akan menghasilkan variansi yang besar (Yu dkk., 2013). Untuk mengatasi
masalah tesebut diperlukan sistem pengukuran yang tepat dimana selain mampu
mengukur panjang dan lebar kaki, juga mampu menggambarkan kontur kaki
secara keseluruhan. Metode pemindaian tiga dimensi (3D scanning) mampu
memperoleh data antropometri bagian tubuh manusia (Rochini dkk., 2001)
merupakan alternatif yang tepat dalam memenuhi kebutuhan pengukuran yang
menyeluruh, valid dan reliabel.
Saat ini, pemindaian secara tiga dimensi dapat dilakukan dengan beberapa
alat yakni Cyberware WB4, Cyberware Model 15, Digibot II, Applied Research
Hand-Held Scanner, Autoscan (Borghese dkk., 1998) serta Kinect. Akan tetapi
dari keenam alat tersebut yang memiliki harga paling terjangkau adalah Kinect.
Kinect merupakan suatu alat pendeteksi sensor yang pada umumnya digunakan
dalam game, akan tetapi sejalan dengan perkembangan teknologi, Kinect dapat
dimanfaatkan sebagai sensor input tiga dimensi (3D). Oleh karena itu, dalam
penelitian ini akan dilakukan optimasi parameter pengukuran antropometri kaki
berbasis 3D scanning.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah menguji validitas serta reliabilitas pengukuran antropometri
kaki menggunakan 3D scanner serta melakukan optimasi pengukuran secara tiga
dimensi berbasis 3D scanning.

1.3. Asumsi dan Batasan Masalah


Asumsi dan batasan masalah pada penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Pengukuran dilakukan hanya pada dimensi tubuh bagian telapak kaki


sebanyak 7 (tujuh) variabel yang diukur, yakni foot length (panjang kaki),
forefoot width (lebar kaki), forefoot girth (lingkar kaki), heel width (lebar
tumit), height of the highest toe (tebal jari), height of the external ankle
(tinggi mata kaki) serta height of the achilles insertion in calcaneus.
2. Kaki yang digunakan sebagai subjek pengukuran merupakan kaki sebelah
kanan.
3. Subjek pengukuran semua bertangan kanan (right-handed) atau bukan kidal.
4. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali untuk masing-masing responden,
pertama pengukuran manual, kedua pengukuran dengan menggunakan 3D
scanner.
5. Pengukuran manual dianggap valid dan reliabel karena sebagai pembanding
untuk pengukuran dengan menggunakan 3D scanner.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui validitas dan reliabilitas pengukuran antropomtri kaki ssecara
3D.
2. Mengatahui faktor apa saja yang mempengaruhi pengukuran antropometri
kaki menggunakan 3D Scanner.
3. Mengetahui interaksi faktor manakah yang memberikan hasil pengukuran
yang paling valid dan reliabel.
4. Merancang sistem pengukuran antropometri menggunakan 3D scanner yang
baik dan benar.

1.5. Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah metode baru
dalam pengukuran antropometri yang hasil pengukurannya valid serta reliabel,
serta menghasilkan model dalam bentuk 3D yang dapat menampilkan bentuk
kontur kaki sebagai pertimbangan pembuatan produk, salah satunya adalah alas
kaki yang ergonomis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa ini, konsumen memilih alas kaki hanya berdasarkan pada panjang
dan lebar kaki, namun diketahui bahwa bentuk tiga dimensi kaki mampu
membantu pencocokan alas kaki yang baik (Nacher dkk., 2014). Namun
permasalahnnya adalah pembuatan model kaki tiga dimensi akan sulit dilakukan
apabila mengandalkan pengukuran secara manual. Hal ini mampu diatasi dengan
memanfaatkan pemindaian secara tiga dimensi (3D scanning).
Penelitian mengenai 3D telah dilakukan oleh Borghese (1998) yakni
merancang sistem pemindaian tiga dimensi dimana alat yang digunakan adalah
Auotoscan. Penelitian ini berdasar pada kekurangan alat 3D scanner terdahulu
yakni Cyberware yang masih memiliki kekurangan yakni keterbatasan pengunaan
alat pada objek yang besar serta terbatasnya jangkauan dalam memindai. Oleh
karena itu diciptakanlah alat 3D scanner yang portable serta mampu
mengkombinasikan fleksibilitas dan akurasi. Auotoscan ini terdiri dari laser
pointer, sepasang kamera video, real time image processor (Elite system) serta
computer. Keterbatasan alat ini adalah sudut antara dua kamera video paling tidak
sebesar 60 derajat untuk menjamin akurasi yang tinggi pada data 3D. Dalam
pemindaian wajah, diperlukan bidang panjang sebesar 0,5m x 0,5m, dimana
kamera video diatur menggunakan lensa macro-zoom, diletakkan secara vertical
0,5m dari lantai dan kamera lainnya 1,5m dari atas, sejauh 1,2 m dari kamera.
Kekurangan pada Autoscan ini adalah waktu pemindaian sebesar 100 titik
perdetik serta beban total yang besar, yakni memiliki berat total 15 kg (termasuk
Elite system dan kamera).
Sedangkan Taha dkk. (2014) merancang sistem pengukuran kaki secara
tiga dimensi menggunakan sensor Kinect sebagai alat untuk mengukur
antropometri kaki. Dengan memutar scanner mengelilingi kaki subjek sebesar
3600, akan didapatkan gambar yang sempurna. Penggunaan hand-held scanner

tidak digunakan dalam penelitian ini mengingat getaran yang disebabkan oleh
tangan sebagai akibat dari kelelahan otot, radius scanning yang tidak konsisten
atau jarak minimum antara obyek dan sensor selama proses scanning. Oleh karena
itu untuk menghindari permasalah tersebut, maka dibuat sebuah rig yang mampu
berputar secara otomatis. Rig tersebut dibuat dari papan segitiga dengan tiga buah
roda di tiap sudutnya. Diatas rig ini kemudian diletakkan Kinect sebagai
perangkat input sehingga Kinect bias bergerak bebas mengelilingi subjek ukur
dengan

tidak

melupakan

kekonsistenan

putarannya.

Proses

pemindaian

memerlukan waktu selama 30 detik untuk proses scanning kaki. Kemudian


gambar hasil pemindaian diproses untuk menghasilkan model watertight 3D dan
diubah kedalam format STL. File ini lalu di-import ke software CAD untuk
diukur. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa low cost 3D scanner terbukti
akurat dalam pengukuran antropometri kaki manusia.

Gambar 2.1 Rig papan peletakan Kinect (Taha dkk., 2014)


Penelitian lain yang memanfaatkan Kinect yakni mengenai scanning 3D
seluruh tubuh manusia (Tong dkk., 2012). Pada penelitian ini menggunakan tiga
buah Kinect untuk menghindari interference phenomena, dimana Kinect pertama
digunakan untuk mengambil gambar pada tubuh bagian atas, Kinect kedua untuk
tubuh bagian bawah, serta Kinect ketiga untuk pengambilan gambar tubuh bagian
tengah dari arah yang berlawanan yang akan diperoleh hasil dalam waktu yang
singkat serta dengan biaya yang rendah.
Saat ini banyak penelitian mengenai pengukuran antropometri dengan
berbasis 3D. Salah satunya adalah penelitian mengenai analisis akomodasi helm

(Meunier dkk., 2000). Cara pengukuran dilakukan dengan 3D laser scanning


yakni Cyberware 3030 RGB scanner, dimana pemilihan alat ini berdasar pada
kemampuannya dalam menggambarkan kondisi kepala. Selain 3D scanner, juga
digunakan beberapa alat yaitu Shapeanalysis (software dari Beecher Research
Company) yang berfungsi mengabungkan file. Selain pengukuran secara 3D, juga
dilakukan pengukuran secara manual untuk mengetahui perbandingan di antara
kedua cara tersebut yang mendapatkan hasil bahwa perbedaan signifikan
ditemukan sebanyak 6 dari 13 titik.
Tabel 2.1 Tabel Peta Penelitian
Alat yang
digunakan
Kinect
Cyberware
Autoscan
FastScan
CT Scan
IEEE 1394 Camera
Keterangan :

Tujuan Penelitian
Scanning
Antropometri
Taha dkk., 20141
Tong dkk., 20123
Meunier dkk., 20002
Borghese dkk., 19982
Nacher dkk., 20141
Niu dkk., 20092
1
Coudert dkk., 2014

Objek: Kaki

Objek: Kepala

Objek: Seluruh Tubuh

Berdasarkan tabel 2.1 mengenai ringkasan penelitian yang telah dilakukan,


peneliti menyadari bahwa pembuatan sistem pengukuran antropometri kaki
berbasis Kinect belum dilakukan secara mendetail serta sebatas perbandingan
dengan pengukuran manual. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai
optimasi faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pengukuran antropometri kaki
secara 3D scanning sehingga mendapatkan hasil pengukuran yang valid dan
reliabel.

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Antropometri
Kata antropometri secara harfiah berarti pengukuran tubuh manusia yang
berasal dari bahasa Yunani, yakni anthropos yang berarti manusia dan metron
yang berarti ukuran. Antropometri merupakan cabang dari ilmu ergonomi yang
berhubungan dengan pengukuran tubuh, terutama pengukuran ukuran tubuh,
bentuk, kekuatan serta kapasitas kerja (Pheasant, S., 2003). Data antropometri
digunakan dalam ergonomi untuk menentukan dimensi fisik dari ruang kerja,
peralatan, perabot dan pakaian sehingga fit the task to the man (Grandjean,
1980).
Data antropometri sendiri bisa mendapatkan hasil yang bebeda antara satu
populasi dengan populasi lainnya dimana dipengaruhi oleh beberap faktor. Faktor
tersebut adalah:
a. Keacakan/Random. Meskipun data kelompok populasi yang sudah jelas
sama jenis kelamin, suku, bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya,
namun masih aka nada perbedaan signifikan antara berbagai macam
masyarakat.
b. Jenis Kelamin. Secara distribusi statistik ada perbedaan signifikan antara
dimensi tubuh pria dan wanita, oleh karena itu data antropometri untuk
keduanya selalu disajikan terpisah.
c. Suku Bangsa. Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa menjadi
penting karena meningkatnya jumlah migrasi dari satu negara ke negara
lainnya.
d. Usia. Hal ini jelas berpengaruh karena antropometri anak-anak akan
berbeda dengan orang dewasa.
e. Jenis Pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan membutuhkan adanya
persyaratan tertentu dalam seleksi karyawan/staff.
f. Pakaian. Bervariasinya jenis pakaian karena beragamnya iklim yang
berada di satu tempat berbeda dengan tempat lainnya.

g. Faktor Kehamilan pada Wanita. Faktor ini berpengaruh saat berkaitan


dengan perancangan produk dan analisis perancangan kerja.
h. Cacat Tubuh Secara Fisik. Orang yang memiliki kekurangan fisik pada
tubuhnya membutuhkan penanganan yang berbeda saat mendesain suatu
fasilitas umum.

3.2. Pengukuran Antropometri


Cara pengukuran antropometri terbagi menjadi dua, yakni pengukuran secara
langsung (konvensional) serta pengukuran secara tidak langsung (digital). Dalam
pengukuran secara konvensional, diperlukan alat pengukuran antropometri yakni:
1. Kursi antropometri
2. Meter tape
3. Kaliper
4. Timbangan berat badan
5. Stadiometer
6. Penggaris
7. Sliding caliper
8. Spreading caliper
9. Skinfold caliper
10. Segmometer (Pulat, 1992)
Kemudian untuk pengukuran antropometri secara digital, terbagi menjadi
dua cara yakni pengukuran secara dua dimensi dan tiga dimensi. Untuk
pengukuran secara dua dimensi menggunakan metode fotografi yang memerlukan
alat berupa kamera serta papan/tiang kalibrasi untuk perbandingan ukurannya.
Sedangkan pada pengukuran secara tiga dimensi, digunakan alat berupa 3D
scanner, dimana terdapat berbagai macam merk dan jenis, diantaranya
menggunakan 3D laser scanner, YETI, bahkan dengan Kinect sekalipun.
Baik pengukuran dengan menggunakan metode konvensional maupun
dengan metode digital memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kelebihan dari pengukuran konvensional adalah mudah diterapkan karena
menggunakan alat yang mudah ditemui serta berbiaya relatif rendah, sedangkan
kekurangannya adalah penggunaan waktu yang tidak efisien serta membutuhkan
banyak tenaga.

Sedangkan kelebihan dari pengukuran secara digital adalah penggunaan


waktu yang cepat serta tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan
pengukuran konvensional. Namun metode ini juga memiliki kekurangannya yakni
membutuhkan alat khusus sehingga tidak mudah diterapkan.
Dalam pengukuran antropometri ini, dipilih sembilan dimensi yang akan
diukur yakni:
1. Foot length
Panjang kaki, diukur dari ujung jari yang paling panjang hingga ujung
tumit
2. Forefoot width
Lebar kaki yang merupakan jarak dari tulang pangkal ibu jari s.d. tulang
pangkal jari kelingking
3. Forefoot girth
Keliling lingkaran kaki yang diukur dari titik tulang pangkal ibu jari
melewati tulang pangkal jari keliling sampai kembali ke titik tulang
pangkal ibu jari.
4. Heel width
Jarak horizontal/lebar tumit kaki
5. Height of the highest toe
Jarak vertikal dari permukaan lantai s.d. permukaan kuku dari jari yang
tertinggi
6. Height of the external ankle
Jarak vertikal dari permukaan lantai s.d. tulang mata kaki
7. Height of the Achilles insertion in Calcaneus
Jarak vertical dari permukaan lantai s.d. lekukan bagian Achilles.

Gambar 3.1 Dimensi Ukur Antropometri Kaki (Ncher dkk., 2014)

10

3.3. 3D Scanning
Banyak aplikasi gambar computer seperti animasi, permainan computer
human computer interaction, dan virtual reality yang membutuhkan model 3D
nyata dari tubuh manusia (Tong dkk., 2012). Dengan menggunakan teknologi
pemindaian tiga dimensi (3D scanning), misalnya structured light atau laser scan,
model manusia yang detil bisa diciptakan (Allen dkk., 2003).
Alat yang berfungsi untuk memindai objek kemudian menggambarkannya
dalam bentuk tiga dimensi kita sebut sebagai 3D scanner. Dari pandangan
pengguna, 3D scanner merupakan alat untuk menggabungkan koordinat 3D area
dari permukaan objek yang bekerja:
a. Secara otomatis dan sistematis
b. High rate (ratusan atau ribuan titik perdetik)
c. Mendapatkan hasil (misalnya koordinat 3D) secara cepat.
Dalam aktivitas sehari-hari, 3D scanner digunakan untuk bermacam-macam
aplikasi, diantaranya adalah:
a. Secara tetap dalam posisi yang tidak berubah-ubah (misalnya pada lini
produksi untuk quality control)
b. Mobile system pada tripo untuk aplikasi jangkauan dekat hingga menegah,
serta
c. Airbone system untuk aplikasi topografi (Boehler dan Marbs, 2014)
Saat ini terdapat bermacam-macam alat untuk memindai secara tiga dimensi
(3D scanner), misalnya Cyberware WB4, Cyberware Model 15, Digibot II,
Applied Research Hand-Held Scanner, Autoscan (Borghese dkk., 1998). Namun
kelima alat tersebut memiliki kelemahan dari segi biaya yang cenderung mahal
(Taha, 2014), sebagai contoh harga dari Cyberware Whole Body Color 3D
Scanner sebesar $240,000 (Tong, 2012). Selain kelima 3D scanner tersebut,
terdapat sebuah alternatif 3D scanner yang memiliki harga relatif lebih murah
yakni Kinect dengan harga sebesar $150.

3.4. Design of Experiment (DOE)

11

Eksperimen merupakan sebuah tes atau rangkaian tes dimana perubahan


terhadap variabel input atau faktor dari sistem dapat diamati dan diidentifikasi
mengenai alasan perubahan pada respon keluaran.
Montgomery (2003) mengemukakan bahwa teknik desain eksperimen
berbasis statistik sangat berguna dalam dunia rekayasa untuk meningkatkan
kinerja proses manufaktur. Teknik ini dapat memberikan efek berupa:
1. Peningkatan hasil proses
2. Mengurangi variabilitas dalam proses dan kesesuaian lebih dekat pada
nilai target
3. Mengurangi waktu pengembangan dan desain
4. Mengurangi biaya operasi
Dalam desaign of experiment, terdapat beberapa konsep, yakni:
1. Variabel dependen dan independen
Variabel dependen merupakan variabel yang nilainya bergantung pada
variabel lain sedangkan variabel independen merupakan variabel pendahulu
atau dengan kata lain variabel yang tidak teroengaruh oleh variabel lain.
2. Extranous varible
Merupakan variabel independen yang tidak berhubungan dengan tujuan
penelitian, tapi mungkin bisa mempengaruhi variabel dependen.
3. Control
Merupakan istilah teknis yang digunakan ketika kita merancang studi
meminimalkan efek dari extranous variable.
4. Confounded relationship
Ketika keadaan dimana saat variabel dependen tidak bebas dari pengaruh
extranous variable, hubungan antara variabel dependen dan independen
dikatakan confounded oleh extranous variable.
5. Treatments
Merupakan kondisi yang berbeda dimana grup kontrol dan eksperimetal
berada.
6. Eksperimen
Merupakan proses menguji kebenaran hipotesis statistik yang berkaitan
dengan beberapa masalah penelitian, yang dikenal sebagai percobaan.

12

Dalam ekperimen, terdapat beberapa strategi, yakni:


1. Best guess approach
Merupakan eksperimen dengan dasar trial and error, dimana tidak bisa
menjamin bahwa hasil eksperimen merupakan solusi terbaik yang diperoleh.
2. One factor at a time
Strategi ini tidak efisien karena memerlukan banyak tes dan tidak
mepertimbangkan adanya kemungkinan interaksi antar faktor sehingga bisa
menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan kondisi aktualnya.
3. Factorial approach
Merupakan strategi yang lebih baik dari dua strategi sebelumnya, sebab
strategi ini mempertimbangkan adanya interaksi antar faktor sehingga bisa
mendapatkan hasil yang mendekati kondisi aktual.

3.5. Uji Validitas


Validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan uji validitas menunjukkan tingkat
ketepatan suatu instrument untuk mengukur apa yang harus diukur. Jadi validitas
suatu instrument berhubungan dengan tingkat akurasi dari suatu alat mengukur
apa yang akan diukur. Validitas sendiri terbagi menjadi tiga yakni validitas isi,
construct dan kriteria. Validitas isi terbagi lagi menjadi validitas muka dan logika,
validitas construct terbagi menjadi validitas metode multivariate dan faktorial
serta validitas kriteria terbagi menjadi validitas prdiktif dan konkuren. Untuk uji
validitas construct digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson sebagai
berikut:
n

i=1

i=1

i=1

n x i yi x i y i
r xy=

Keterangan:

i=1

( ) )(

n x 2i

xi
i=1

i=1

( ) )

n y 2i

yi

i=1

13

rxy adalah koefisien korelasi antara variable X dan variable Y


xi adalah nilai data ke-i untuk kelompok variable X
yi adalah nilai data ke-i untuk kelompok variable Y
n adalah banyak data

3.6. Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah sejauh mana hasil yang konsisten dari waktu ke waktu
dan representasi akurat dari total populasi yang diteliti. Atau dengan kata lain
bahwa reliabilitas merupakan tingkat ketetapan suatu instrument mengukur apa
yang harus diukur. Ada beberapa teknik reliabilitas yang termasuk ke dalam
prosedur konsistensi internal diantaranya banyak digunakan adalah teknik belah
dua (split-half), Kuder-Richardson 20, Kuder-Richardson 21 serta Alpha
Cronbach. Berikut rumus Alpha Cronbach:
2

n
s
r 11 =
1 2 i
n1
st

( )(

Keterangan:
r11 adalah indeks reliabilitas instrument
n adalah banyaknya butir instrument
si2 adalah variansi butir ke-i
st2 adalah variansi total
3.7. Two Level Factorial Designs
Dalam penelitian ini digunakan desain faktorial dua level, yakni suatu
rancangan faktorial yang tediri dari k faktor, dimana tiap faktor terbagi menjadi
dua level yaitu level rendah (-) dan level tinggi (+). Pada umumnya desain
faktorial ini kita sebut sebagai desain faktorial 2k dimana k merupakan jumlah
faktor atau variabel independen. Penelitian ini akan menggunakan tiga buah faktor
(variable independen) yakni faktor A, B, serta C sehingga total treatment
sebanyak 23 terdapat 8 treatment. Dengan begitu, setiap responden akan diukur
secara tiga dimensi menggunakan 3D scanner sebanyak 8 kali.

14

3.8. Multivariate Analysis of Variance (MANOVA)


MANOVA merupakan perluasan dari ANOVA dimana pada ANOVA
menggunakan satu variabel dependen sedangkan pada MANOVA jumlah
dependen variabel yang dihitung lebih dari satu. ANOVA dan MANOVA
dinyatakan dalam bentuk umum berikut ini (Hair Jr., 2010)
Analysis of Variance
Y 1=X 1+ X 2+ X 3 ++ X n
(metric)

(nonmetric)

Multivariate Analysis of Variance


Y 1+ Y 2+ Y 3+ +Y n= X 1+ X 2 + X 3 ++ X n
(metric)

(nonmetric)

Selain mampu menganalisis variansi multi dependen variabel, MANOVA


juga memiliki kelebihan lain yakni memperoleh statistical power yang lebih besar
dibanding dengan ANOVA saat jumlah variable dependen sama dengan atau
kurang dari lima.
Sama seperti ANOVA, dalam MANOVA juga terdapat beberapa sel yang
merupakan bentuk dari kombinasi variable independen. Jumlah sampel di tiap sel
tersebut

harus

lebih

besar

dari

jumlah

variable

dependen

dimana

direkomendasikan adalah sebesar 20 observasi per sel dan jumlahnya sama di tiap
selnya.
Sedangkan menurut Lauter, J. (1978) ukuran sampel akan berbeda
tergantung pada jumlah grup serta variable dependen yang akan ditampilkan
dalam table 3.1 berikut ini:

15

Tabel 3.1 Ukuran sampel yang dibutuhkan per grup untuk mencapai statistical
power lebih dari 0,80 dalam MANOVA

Effect size
Very Large
Large
Medium
Small

3
Jumlah Variabel
Dependen
2
4
6
8
1
16 18 21
3
2
33 38 42
6
4
56 66 72
4
9
16
125 145
8
0

Jumlah Grup
4
Jumlah Variabel
Dependen
2
4
6
8

5
Jumlah Variabel
Dependen
2
4
6
8

14

18

21

23

16

21

24

27

29

37

44

46

34

44

52

58

50

64

74

84

60

76

90

100

115 145

16
5

185 135

17
0

200 230

16

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Objek Penelitian


Objek dalam penelitian ini adalah pengukuran antropometri kaki dengan
subjek sebanyak 15 orang wanita kisaran umur 19-23 tahun dengan ukuran kaki
37.

4.2. Alat Penelitian


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. 3D scanner sebagai piranti input 3D scanning antropometri kaki.
2. Software Skanect
3. Software MeshLab
4. Software SPSS 16
5. Software Microsoft Excel
6. Jangka Sorong
7. Penggaris
8. Meteran baju
9. 3 Buah Roda
10. Papan Akrilik Peletakan 3D scanner
11. Papan Akrilik Penyangga Kaki
12. Motor brusless

4.3. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yakni sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Pengumpulan data melalui studi pustaka untuk melakukan kajian terhadap
penelitian sebelumnya sebagai gambaran awal mengenai latar belakang, metode
dan parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2. Eksperimen

17

Sebelum dilakukan eksperimen, terlebih dahulu menentukan faktor apa saja


yang mungkin berpengaruh, berapa level yang akan digunakan dalam tiap
faktor, jumlah run percobaan, jumlah responden (sampel) yang diambil,
parameter yang diukur. Untuk setiap treatment akan dilakukan replikasi
sebanyak 3 kali dengan tujuan repeatability untuk mengestimasi kesalahan
eksperimental, meningkatkan kepresisian, serta menghindari nilai degree of
freedon (DoF) sebesar 0 (nol) saat melakukan uji ANOVA (untuk distribusi
normal) atau Kruskal-Wallis Test (untuk distribusi non normal/ metode non
parametrik)

4.4. Tahapan dan Diagram Alir Penelitian


Tahapan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Pustaka dan Studi Pendahuluan
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui hasil penelitian sebelumnya
yang terkait dengan penelitian saat ini, dimana hasil studi pustaka tersebut bisa
digunakan sebagai medium level dalam pembuatan DOE. Sedangkan studi
pendahuluan dilakukan untuk mengetahui secara umum parameter apa saja
yang mempengaruhi proses 3D scanning sehingga bisa dijadikan sebagai faktor
dalam penyusunan DOE.
2. Menentukan Variabel Independen
Dari hasil studi pendahuluan akan diketahui berbagai variabel
independen yang mempengaruhi proses pengukuran dimensi telapak kaki
secara tiga dimensi kemudian untuk lebih memfokuskan objek penelitian, maka
akan digunakan variabel independen yang dianggap paling berpengaruh
terhadap hasil dari proses 3D scanning dimensi telapak kaki tersebut, yakni
jarak 3D scanner dengan kaki sebagai simbu (jari-jari), tinggi 3D scanner,
tinggi alas kaki, serta kecepatan rotasi 3D scanner. Dalam penelitian ini,
variabel independen kita sebut sebagai faktor.
3. Menentukan Variabel Dependen
Variabel dependen berfungsi sebagai parameter yang akan diukur. Dalam
penelitian ini, variabel dependen kita sebut sebagai parameter. Variabel

18

dependen dalam penelitian ini adalah nilai pengukuran pada dimensi telapak
kaki.
4. Melakukan Design of Experiment (DOE)
Setelah mengetahui variabel yang akan digunakan, maka selanjutnya
disusun desain eksperimennya, yang meliputi faktor (variabel independen),
level dan jumlah replikasi. Level yang akan digunakan untuk masing-masing
faktor adalah 3 yakni low, medium dan high, sedangkan jumlah replikasi
sebanyak 3 kali untuk setiap kombinasi yang ada. Jika faktor, level dan
replikasi sudah ditentukan, maka selanjutnya membuat kombinasi berdasarkan
faktor dan level tersebut.
5. Mengukur dimensi telapak kaki secara manual.
Setelah dilakukan pengukuran secara manual, perlu dihitung nilai rata-rata dari
tiap dimensi pengukuran. Kemudian diuji apakah hasil pengukuran tersebut
reliabel serta valid. Jika hasilnya belum reliabel dan valid, maka perlu
dilakukan perhitungan ulang.
6. Melakukan Percobaan Aktual
Langkah selanjutnya adalah melakukan percobaan tiap treatment secara
langsung. Namun yang akan diujikan hanya sebagian dari hasil kombinasi, hal
tersebut di karenakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan fractional
factorial design, untuk memastikan kepresisian hasil (repeatability) maka
dilakukan 3 kali replikasi.
Hasil percobaan tersebut akan dicatat sebagai nilai parameter dari
masing-masing kombinasi. Karena ada 3 kali replikasi, maka nantinya nilai
tersebut akan dicari rata-ratanya sebagai respon dari masing-masing kombinasi.
Selain itu juga perlu dicari nilai rata-rata dari tiap dimensi kemudian diuji
reabilitas dan validitasnya.
7. Melakukan optimasi sistem pengukuran secara tiga dimensi
Setelah diketahui respon dari masing-masing treatment, maka dapat
dilakukan uji multivariate analysis of variance (MANOVA) untuk distribusi
normal atau Kruskal-Wallis Test untuk metode non parametrik, supaya
mengetahui apakah ada faktor yang berpengaruh terhadap respon penelitian
(baik masing-masing faktor maupun faktor interaksi). Kemudian menyusun
model regresi untuk analisis residual, dimana analisis tersebut dilakukan untuk

19

mengecek model yang dibangun, melihat apakah ada kesalahan time series atau
tidak serta mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen.
8. Menentukan Kombinasi Optimal
Hasil dari pengujian statistik tersebut kemudian bisa digunakan untuk
menentukan treatment mana yang mendapatkan hasil yang optimal dari
parameter pengukuran, yakni dengan memilih faktor yang memiliki pengaruh
signifikan atau tidak memberikan error yang paling besar terhadap respon.
9. Menarik Kesimpulan dan Saran
Jika hasil perbandingan tersebut sudah memenuhi target penelitian, maka
selanjutnya dapat ditarik hasil dan kesimpulan mengenai kombinasi optimal
dari parameter proses pengukuran teknik pengukuran antropometri 3D
scanning. Dari kondisi tersebut juga bisa diberikan saran untuk penelitian ke
depannya.

20

Gambar 4.1 Diagram alir penelitian

21

4.5. Gant Chart Penelitian


Tabel 4.1 Gant Chart Penelitian
Kegiatan
Penetapan tema
penelitian dan studi
pustaka
Penyusunan proposal
Revisi proposal
Pilot study
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Pembuatan kesimpulan
dan laporan akhir

Maret
April
Mei
Juni
Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

22

BAB V
PENUTUP

Demikian proposal penelitian ini dibuat. Besar harapan peneliti agar


proposal ini disetujui dan memberikan manfaat untuk semua pihak. Atas perhatian
dan kerjasama yang diberikan, peneliti mengucapkan terimakasih.

23

DAFTAR PUSTAKA

Allen, B., Curless, B. dan Popovic, Z., 2003, The Space of Human Body Shapes:
Reconstruction and Parameterization from Range Scans. ACM Transactions
on Graphics, vol. 22, no. 3, pp. 587594.
BAPM,

2008,

Instrumen

Penelitian,

URL:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19641
2051990031BAMBANG_AVIP_PRIATNA_M/Makalah_November_2008.pdf, (diakses
online 3 April 2014).
Boehler, W., dan Marbs, A., 2014, 3D Scanning Instruments, URL:
http://i3mainz.fh-mainz.de/sites/default/files/public/data/p05_Boehler.pdf,
(diakses online 2 April 2014).
mer
Bsn.go.id, 2013, Ukuran Alas kaki Pengukuran dan Penandaan Sistem
Mondopoint,
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/15986,

URL:
(diakses

online 25 Maret 2014).


Coudert, T., Vacher, P., Smits, C. dan Zande, M.V., 2014, A Method to Obtain 3D
Foot Shape Deformation During the Gait Cycle, URL: http://www.univvalenciennes.fr/congres/3D2006/Abstracts/117-Coudert.pdf, (diakses online
25 Maret 2014).
Goonetillekc, R.S., Luximon, A. dan Tsui, K.L., 2000, The Quality of Footwear
Fit: What we know, dont know and should know, Proceeding of the IEA
2000/HFES 200 Congress.
Grandjean, E., 1980, Fitting the Task to the Man: An Ergonomic Approach. Taylor
and Francis, London.
Hair Jr., J.F., Black, W.C., Babin, B.J. dan Anderson, R.E., 2010 ,Multivariate
Data Analysis, 7th edition, Pearson Prentice Hall.

24

Kos, L. dan Duhovnik, J., 2002, A System For Footwear Fitting Analysis,
International Design Conference, May 14 17.
Lauter, J., 1978, Sample Size Requirement for the T2 Test of MANOVA (Tables
for One-Way Classification), Biometrical Journal, vol. 20, pp. 389-406.
Meunier, P., Tack, D., Ricci, A., Bossi, L. dan Angel, H., 2000, Helmet
accommodation analysis using 3D laser scanning, Applied Ergonomics, vol.
31, pp. 361-369.
Microsoft.com,

2014,

Kinect

for

Windows

Feature,

UR:

http://www.microsoft.com/en-us/kinectforwindows/discover/features.aspx,
(diakses online 2 April 2014).
Montgomery, D.C., 2003,

Applied Statistic and Probability for Engineers,

3thedition, John Wiley And Sons, New York.


Ncher, B., Alcntara, E., Alemany, S., Garca-Hernndez, J. , dan Juan, A., 2014,
3D Foot Digitizing and Its Application to Footwear Fitting, URL:
users.dsic.upv.es/~ajuan/research/2004/Juan04_04b.pdf, (diakses online 2
April 2014).
Niu, J., Li, Z. dan Salvendy, G., 2009, Multi-Resolution Description of ThreeDimensional Anthropometric Data for Design Simplification, Applied
Ergonomics, vol. 40, pp. 807810.
Nurcahyanto, G., 2014, Ebook Uji Instrumen Penelitian: Uji Instrumen
Penelitian,

URL:

http://ikhtiarnet.files.wordpress.com/2013/03/uji-

instrumen-penelitian-validitas-reliabilitas-tingkat-kesukaran-dan-dayapembeda1.pdf, (diakses online 3 April 2014).


Pheasant, S., Bodyspace Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work,
2ndedition, Taylor and Francis, London.
Rocchini, C., Cignoni, P., Montani, C., Pingi, P. dan Scopigno, R., 2001, A Low
Cost 3D Scanner Based on Structured Light, Eurographics Vol. 20 No. 3.
Skanect.manct.com, 2014, 3D Scanning, Fast Easy and Low-Cost, URL:
http://skanect.manctl.com/, (diakses online 12 Maret 2014).

25

Taha, Z., Aris, M.A., Ahmad, Z., Hassan, M.H.A. dan Sahim, N.N., A Low Cost
3D Foot Scanner for Custom-Made Sports Shoes, Applied Mechanics and
Materials vol. 440 pp. 369-372.
Tong, J., Zhou, J., Liu, L., Pan, Z. dan Yan, H., 2012, Scanning 3D Full Human
Bodies Using Kinects, IEEE Transactions on Visualization and Computer
Graphics, vol. 18, no. 4.
Wardayati, K.T., 2013, Alasan Sistem Ukuran Alas kaki Beragam, URL:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/08/alasan-sistem-ukuran-alas
kaki-beragam, (diakses online 25 Maret 2014).
Wignjosoebroto, S., 2008, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Surabaya, Prima
Printing.
Yu, A., Yick, K.L., Ng, S.P. dan Yip, J., 2013, 2D and 3D Anatomical Analyses of
Hand Dimensions for Custom-Made Gloves, Applied Ergonomics, vol. 44,
pp. 381-392.

S-ar putea să vă placă și