Sunteți pe pagina 1din 3

Patofisiolgi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti atau
nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, melewati masa inkubasi antara 4 - 6 hari,
virus berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue
adalah APC (Antigen Presenting Cells) di mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag
jaringan seperti sel Kupffer dari hepar.1
Mekanisme imunologis ini berperan dalam terjadinya DBD dan DSS, dimana respons
imun yang diketahui berperan yaitu :
a. Respons humoral
Berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis
dimediasi oleh komplemen dan sitotoksisitas oleh antibodi. Antibodi virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit dan makrofag (hipotesis
antibody dependent enhancement,ADE)
b. Limfosit T
Baik T helper maupun T sitotoksik, keduanya berperan dalam respon imun seluler
terhadap virus dengue. Diferensiasi dari T helper, yaitu TH1 akan memproduksi IFN, IL2, dan limfokin, sedangkan TH2 akan memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10
c. Monosit dan makrofag
Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dan opsonisasi antibodi. Namun
proses fagositosis virus akan meningkatkan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh
makrofag.
d. Komplemen
Aktifasi komplemen oleh kompleks imun akan menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.
Infeksi virus dengue akan mengaktifkan makrofag yang akan memfagositosis kompleks
virus-antibodi non netralisasi sehingga virus berada di dalam makrofag. Terjadinya infeksi
makrofag ini menyebabkan aktivasi T-helper dan T-sitotoksik sehingga akan diproduksi limfokin
dan IFN. IFN akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi TNF, IL-1, PAF, IL-6 yang
merupakan berbagai mediator inflamasi serta pelepasan histamin yang mengakibatkan disfungsi
sel endotel dan akan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a juga memberi
kontribusi terhadap kebocoran plasma. Disfungsi endotel juga akan berperan terhadap efek
koagulopati yang timbul pada DBD.1
Dalam DBD dan Dengue Shock Syndrome (DSS) terjadi peningkatan akut permeabilitas
vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan

hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20% pada
kasus-kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi serosa, efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi . Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing
hanya dapat menjelaskan satu atau beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan
secara utuh keseluruhan fenomena. Beberapa teori lain tentang patogenesis DBD adalah The
Secondary Heterologous Infection Hypothesis, Hipotesis Virulensi Virus, Teori Mediator, Peran
Endotoksin, dan Teori Apoptosis.

Infeksi Virus Dengue

Perbanyak diri di hepar

Terbentuk komplek antigen-antibodi

Mengaktivasi sistem komplemen

PGE2 Hipotalamus

Dilepaskan C3a dan C5a (peptida)

histamine

Hepatomegali

Mual-Muntah

Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Peningkatan suhu

Permeabilitas membran meningkat

tubuh
Kebocoran plasma

PAF, C3a, C5a,


TN, INF, IL-1, IL-2,
IL-6

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi

Kerusakan endotel
pembuluh darah

Kekurangan volume cairan


depresi fungsi megakariosit

Ke ekstravaskuler

Trombositopenia

Efusi pleura dan asites

Gangguan pertukaran gas

Intoleransi activity

Merangsang dan
Mengaktivasi faktor
pembekuan
Dalam jangka waktu lama
menurun dan terjadi DIC

Perdarahan
Gangguan perfusi jaringan
Hipoksia jaringan

Asidosis Metabolik

Kematian

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam.
3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006. p.1709-13.

S-ar putea să vă placă și