Sunteți pe pagina 1din 42

FACT NATURE IN DOPLANG, BLORA

Facebook
Twitter
RSS
Email

Kimia Itu Indah


chemistry is ilmu yang mempelajari tentang berbagai jenis reaksi kimia dan senyawasenyawa yang ada di alam semesta
INDAH PUJI RAHAYU. Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Drop Menu 0

Drop Menu 1

Child Menu 1.1

Child Menu 1.2

Child Menu 1.3

Drop Menu 2

Child Menu 2.1

Child Menu 2.2

Child Menu 2.3

Drop Menu 3

Child Menu 3.1

Child Menu 3.2

Child Menu 3.3

Drop Menu 4
Child Menu 4.1

Child Menu 4.2

Child Menu 4.3

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN


TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR
Diposkan oleh kimia itu indah di 18.050 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Categories :
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR
NAMA
: INDAH PUJI RAHAYU
NIM
: 4301409017
TANGGAL : 26 OKTOBER 2011
KELOMPOK : 5 (LIMA)
DOSEN
: Ir. SRI WAHYUNI . M,Si

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memperoleh kurva komposisi sistem fenol air terhadap suhu pada tekanan tetap.
2. Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol air.
B. DASAR TEORI
Sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas (kelarutan) adalah
kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut
(solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat
ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan
suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, Pada system biner fenol air,
terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan
sebagai bagian system yang seragam atau homogeny diantara keadaan submakroskopiknya,
tetapi benar benar terpisah dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik.
Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah.

Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Symbol umum
untuk jumlah fase adalah P, (Dogra SK & Dogra S, 2008 ).
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari
selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah
"tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya
hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa
kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh yang metastabil atau mengendap.
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut
dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu
contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva
parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik
di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas
50C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam
air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan
bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66C maka
komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan
sempurna.
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena
jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutanya
akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva
yang ditunjukan pada gambar 1..

Gambar 1. komposisi campuran fenol air


L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing adalah
mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen pada suhu kritis (Tc). Sistem
ini mempunyai suhu kritis (Tc) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada saat dua zat
bercampur secara homogen dengan komposisi Cc. Pada suhu T1 dengan komposisi di antara
A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fase
(keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, Tc), sistem berada pada satu
fase (jernih).
Temperature kritis atas Tc adalah batas atas temperature dimana nterjadi pemisahan
fase.Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur.Temperatur ini ada
gerakan termal yang lebih besar menghasilkan kemampuan campur yang lebih besar pada kedua
komponen, (Atkins PW, 1999).
Beberapa system memperlihatkan temperatur kritis Tc . dimana dibawah temperature itu
kedua komponen bercampur dalam segala perbandingan dan diatas temperature itu kedua
komponen membentuk dua fase. Salah satu contohnya adalah air-trietilamina. Dalam hal ini pada
temperature rendah kedua komponen lebih dapat campur karena komponen-komponen itu
membentuk kompleks yang lemah, pada temperature lebih lebih tinggi kompleks itu terurai dan
kedua komponen kurang dapat bercampur, ( Atkins PW ,1999).
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat:
1. Tabung reaksi diameter 4 cm
2. Sumbat tabung
3. Pengaduk
4. Gelas kimia 400 ml
5. Kaki tiga dan kasa
6. Pembakar
7. Buret 50 ml
8. Statif dan klem
9. Termometer
b. Bahan
1. Fenol
2. Aquades

1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 set
1 set
1 buah
1 buah
1 buah

D.

CARA KERJA

Susun alat

E. DATA PENGAMATAN
Massa fenol yang ditimbang = 5.32 gram
1. Penambahan aquades, sampai terjadi kekeruhan pertama
No.

Aquades (ml)

Pengamatan

T1

T2

Trata-rata

1.

3.4

keruh

44

43

43,5

2. Penambahan aquades, setelah terjadi kekeruhan

No.

Aquades
(ml)

Suhu (oC)

Massa (g)

% Massa

Fenol

Air

T1

T2

Fenol

Air

1.

0,2

5.32

3.6

53

51

52

59.64

40.36

2.

0,3

5.32

3.7

54

51.5

52.75

58.98

41.02

3.

0,4

5.32

3.8

54.5

54

54.25

58.33

41.67

4.

0,5

5.32

3.9

55

54

54.5

57.61

42.39

5.

0,6

5.32

4.0

56

54.5

55.25

57.08

42.92

6.

0,8

5.32

4.2

57

55.5

56.25

55.88

44.12

7.

1,0

5.32

4.4

58

57

57.5

54.73

45.27

8.

1,5

5.32

4.9

59

58.5

58.75

52.05

47.95

9.

2,5

5.32

5.9

62

62

62

47.42

52.58

10.

5,0

5.32

8.4

64

64

64

38.78

61.22

11.

12,5

5.32

15.9

62

63

62

25.07

74.93

12.

15,0

5.32

18.4

60

62

60.5

22.43

77.57

13.

17,5

5.32

20.9

59

61

60

20.29

79.71

14.

20,0

5.32

23.4

57

60

58.5

18.52

81.48

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum ini dilakukan percobaan suatu pencampuran dengan komposisi tertentu di
mana campuran campuran ini mengalami pemanasan dan pendinginan pada suhu kelarutannya
masing masing. Pada pencampuran air fenol di peroleh larutan yang tidak saling bercampur
yang membentuk dua lapisan , lapisan atas air dan lapisan bawah adalah fenol, hal ini di
sebabkan karena air memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada fenol. Setelah terjadi
percampuran antara air dan fenol dalam tabung yang berbeda dengan perbandingan kompsisi
yang berbeda pula, di lakukan pemanasan kemudian pendinginan, di mana saat mencapai suhu
tertentu larutan ini akan bercampur dan akan saling memisah dan membentuk dua fasa lagi, di
mana larutan tersebut menjadi keruh lagi.
Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan jernih menjadi keruh,
menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan
suhu. Pada percobaan ini komponen air selalu ditambahkan dan jumlah fenolnya tetap sehingga perubahan larutan
dari jernih menjadi keruh atau sebaliknya terjadi pada suhu yang berubah-ubah. Perubahan suhu bergantung pada
komposisi atau fraksi mol kedua zat.

Eksperimen ini akan membuktikan kelarutan sistem biner fenol air. Fenol dan air
kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu
komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih
dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan yang
dipengaruhi oleh perubahan suhu. Pada percobaan ini komponen air selalu ditambahkan dan
jumlah fenolnya tetap sehingga perubahan larutan dari jernih menjadi keruh atau sebaliknya
terjadi pada suhu yang berubah-ubah. Perubahan suhu bergantung pada komposisi atau fraksi
mol kedua zat.
Dari data antara suhu (T) dan fraksi mol yang diperoleh dari percobaan dapat dibuat
grafik sistem biner fenol air, yaitu antara fraksi mol vs suhu (T). Grafik yang terbentuk
seharusnya berupa parabola dimana puncaknya merupakan suhu kritis yang dicapai pada saat
komponen mempunyai fraksi mol tertentu. Pada percobaan suhu kritisnya adalah 64C dengan
komposisi campurannya adalah fraksi mol fenol 0.107 dan fraksi mol airnya 0,893. Ini
menunjukkan kalau pada suhu 62 C, komponen yang berada di dalam kurva merupakan sistem
dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu
fase.
Komponen berada pada satu fase pada saat campurannya larut homogen (jernih),
sedangkan komponen berada pada dua fase ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan

dua lapisan (keruh). Grafik yang terbentuk pada percobaan ini kurang sempurna karena
bentuknya tidak simetris dan kurva lebih dominan di bagian kiri. Paling tidak kurva ini
cenderung membentuk parabola. Kurva ini adalah kurva kelarutan fenol dalam air dan tidak
menunjukkan kelarutan timbal balik fenol terhadap air. Kyrva komposisi system biner fenol air
dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Kurva komposisi fenol air hasil percobaan


Bentuk kurva yang diperoleh kurang sesuai dengan teori, hal ini mungin disebabkan
karena hal-hal berikut.
1. Kekurangtelitian praktikan saat percobaan, misalnya pada saat membaca termometer.
2. Validitas alat yang digunakan.
3. Kesalahan analisa data.
Setelah dilakukan percobaan ini, ternyata saat fenol yang ditambahkan kedalam air
dengan perbandingan jumlah volume fenol yang tetap dan volume air yang berbeda-beda,
temperatur yang dihasilkan semakin tinggi pada larutan yang jumlah volume airnya paling
banyak. Perubahan yang ditunjukkan dari larutan ini ialah, perubahan warna larutan dari keruh
menjadi jernih setelah dipanaskan dan dari jernih menjadi keruh setelah didiamkan. Perubahan
warna tersebut diakibatkan karena zat tersebut mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi
oleh perubahan suhu.
Analisa yang kita gunakan pada percobaan ini antara lain analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif. Analisa kualitatif dapat diartikan sebagai analisa yang didasarkan atas pengamatan
dengan panca indra kita dengan membuktikan ada tidaknya analit. Sedangkan analisa kuantitatif
merupakan analisa yang didasarkan pada perhitungan secara matematis, seperti pengukuran
suhu, perhitung mol air dan fenol, serta perhitungan fraksi mol.
G. SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Keadaan dimana terjadinya perubahan warna dari keruh menjadi jernih dan kembali lagi dari
jernih menjadi keruh termasuk salah satu contoh kelarutan timbal balik.
2. Temperatur akan semakin tinggi apabila semakin banyak volume air yang digunakan.

3. Yang mempengaruhi keadaan dari keruh menjadi bening dan sebaliknya dari bening ke keruh
yaitu perubahan temperatur.
4. Faktor faktor kelarutan pada percobaan ini antara lain konsentrasi, temperatur, ion senama,
pengadukan, serta luas permukaan.
5. Kelarutan timbal balik sistem biner fenol air mempunyai suhu kritis 64oC.
6. Pada suhu kritisnya nilai fraksi mol fenol 0,107 dan fraksi mol airnya 0,893.
b. Saran
Banyaknya kesalahan yang terjadi dalam praktikum maka, disarankan:
1. Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya praktikan hendaknya melakukan persiapan secara
matang.
2. Saat melaksanakan percobaan, praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengamatan.
3. Praktikan harus lebih hati-hati selama percobaan berlangsung, karena zat yang digunakan adalah
fenol yang apabila terkena kulit dapat menyebabkan luka.
H. DAFTAR PUSTAKA
Dogra,S& Dogra SK .2008. Kimia Fisik dan Soal Soal. UI Press : Jakarta
P.W Atkins . 1999. Kimia Fisika. Erlangga : Jakarta
Tim Dosen Kimia Fisika. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Semarang.
Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
Wahyuni, Sri.2003.Buku Ajar Kimia Fisika 2.Semarang:UNNES.

Mengetahui,
Dosen Pengampu

Semarang, 26 Oktober 2011


Praktikan,

Ir. Sri Wahyuni, M.Si


NIP.

Indah Puji Rahayu


NIM. 4301409017

I. JAWABAN PERTANYAAN
a. Tugas
1. Tulis rumus kimia fenol dan Mrnya!
Fenol mempunyai rumus kimia C6H6O dengan nilai Mr = 94. Rumus strukturnya sebagai berikut.

2. Jika fenol yang digunakan berkadar 95% (b/b) dan massa yang ditimbang sebesar 5,07370
gram, hitung jumlah mol fenol!
Massa fenol =
4,883 gram.

Mol fenol

0,052 mol

3. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan fase? Adakah perbedaan dengan wujudnya?
Fase adalah bagian serba sama dari suatu zat yang dapat dipisahkan secara mekanik
serta serba sama dalam sifat fisika dan kimia, sedangkan wujud merupakan bentuk zat pada suhu
tertentu. Zat pada suhu yang berbeda mungkin mempunyai wujud yang berbeda. Misal air pada
suhu -10C wujudnya padat, sedangkan pada suhu 10C wujudnya cair.
b. Pertanyaan
1. Berapa komposisi campuran fenol dan air dalam % (b/b) pada suhu kritis larutannya?
Massa fenol
= 5,32 g
Fraksi mol fenol = 0,107
Massa air
= 8.4 g
Fraksi mol air
= 0,893
Komposisi campuran dalam %
Fenol :
x 100%= 38.78 %
air :
x 100% = 61.22%
2. Berapa komposisi campuran fenol dan air dalam satuan mol fraksi pada suhu 50C, dimana
sistem berada pada satu fase dan dua fase?
Komposisi campuran pada suhu 50C (diambil dari Trata2 = 52oC)
Xfenol =

= 0.219

Xair = 1- 0,219 = 0,781


Sistem berada dalam 2 fase pada suhu di atas 64C.
Sistem berada dalam 2 fase pada suhu di bawah 64C.
J. LAMPIRAN
1.

Menghitung % massa fenol dan air

% massa fenol

% massa air

= 59.64 %

1.

x 100% = 40.36%

x 100%= 58.98 %

2.

x 100% = 41.02%

x 100% =58.33 %

3.

x 100% = 41.67%

x 100% = 57.61 %

4.

x 100% = 42.39%

x 100% = 57.08 %

5.

x 100% =42.92 %

x 100% = 55.88%

6.

x 100% = 44.12%

x 100% = 54.73 %

7.

x 100% = 45.27%

x 100% =52.05 %

8.

x 100% = 47.95 %

x 100%= 47.42 %

9.

x 100% = 52.58%

10.

x 100% = 61.22%

x 100%= 38.78 %

x 100%= 25.07 %

11.

x 100% = 74.93%

x 100%= 22.43 %

12.

x 100% = 77.57%

x 100%= 20.29 %

13.

x 100% = 79.71%

x 100%= 18.52 %

2.

14.

x 100% = 81.48%

Menghitung Fraksi mol Fenol dan Fraksi mol Air


Kadar Fenol = 99%
Massa Fenol = 99% x 5.32 = 5.27 gram
Mol Fenol =
= 0.056 mol

1)

Mol air =
Xfenol =

= 0.2 mol
= 0.219

Xair = 1 0.219 = 0.781


2)

Mol air =

= 0.214

Xair = 1 0.214 = 0.786


5)

Mol air =

= 0.201

Xair = 1 0.201 = 0.799


7)

Mol air =

= 0.187

Xair = 1 0.187 = 0.813


9)

Mol air =

Xair = 1 0.146 = 0.854

4) Mol air =

= 0.216 mol

Xfenol =

= 0.206

6) Mol air =
Xfenol =

= 0.233 mol
= 0.194

8) Mol air =
Xfenol =

= 0.272 mol
= 0.171

Xair = 1 0.171 = 0.829

= 0.327 mol

Xfenol =

= 0.209

Xair = 1 0.194 = 0.816

= 0.244 mol

Xfenol =

Xfenol =

Xair = 1 0.206 = 0.878

= 0.222 mol

Xfenol =

= 0.211 mol

Xair = 1 0.209 = 0.791

= 0.205 mol

Xfenol =

3) Mol air =

= 0.146

10) Mol air =


Xfenol =

Xair = 1 0.107 = 0.893

= 0.467 mol
= 0.107

11) Mol air =

= 0.883 mol

Xfenol =

= 0.059

Xair = 1 0.059 = 0.941


13) Mol air =

Xair = 1 0.046 = 0.954

Xfenol =

= 1.022 mol
= 0.052

Xair = 1 0.052 = 0.948

= 1.161 mol

Xfenol =

12) Mol air =

= 0.046

14) Mol air =


Xfenol =
Xair = 1 0.041 = 0.959

= 1.30 mol
= 0.041

Keluargakuadalah
Inspirasiku,:)
Jika Kamu Gagal Mendapatkan Sesuatu, Hanya Satu Hal yang dapat Kamu Lakukan. "TRY
AGAIN" ^_^
Kamis, 16 Januari 2014

LaporanPraktikumKimiaFisikaKelarutanTimbalBalikSistem
BinerFenolAir
KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR
Nur Jannatu Naimah, Jarot Mustika Aji, Mentari Nur Rizkyawati
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Indonesia
karumeenaima@gmail.com, 085724001630
Abstrak

Sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap Pada praktikum
kelarutan timbal balik sistem biner fenol air ini bertujuan untuk memperoleh kurva
komposisi sistem fenol air terhadap suhu pada tekanan tetap dan untuk menentukan
suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol air. Metode yang digunakan pada
percobaan ini dengan menimbang fenol terlebih dahulu kemudian dititrasi dengan
aquades sampai keruh, kemudian campuran tersebut dipanaskan dan diukur suhunya
pada saat terjadi perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih
menjadi keruh. Data yang diperoleh berupa perubahan suhu dan massa aquades yang
digunakan untuk menghitung mol fraksi ari masing-masing komponen yang dapat
dibuat kurva. Kurva yang diperoleh kurva parabola yang mengggambarkan hubungan
antara suhu dengan mol fraksi. Daerah dibawah suhu kritis merupakan daerah dimana
sistem berada pada dua fase (keruh), sedangkan pada daerah diatas suhu kritis, sistem
berada pada satu fase (jernih). Dari pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan
diperoleh suhu kritis T = 66
dengan fraksi mol fenol 0,0671 dan fraksi mol air
0,932.
Kata kunci : kelarutan; suhu kritis; fraksi mol.
Abstract

Phenol binary system - a system that shows the water solubility properties of the tradeoffs
between phenol and water at a certain temperature and pressure remain. In the lab mutual
solubility binary system phenol - water aims to obtain phenol system composition curve - the
water temperature at a constant pressure and to determine the critical temperature the system of
reciprocal solubility of phenol - water . The method used in this experiment with phenol weighed
first and then titrated with distilled water until turbid , and then the mixture was heated and the
temperature at the time of the color change of the solution became clear and cloudy from clear to
cloudy . Data obtained in the form of changes in temperature and mass of distilled water were
used to calculate the mole fraction of each component ari can be made curve . Curve obtained
parabolic curve that depicts the relationship between the temperature of the mole fraction .
Below the critical temperature region is the region where the system is in two phases ( cloudy ) ,
while in the region above the critical temperature , the system is in one phase ( clear ) . Of
observations and calculations have been done obtained the critical temperature T = 66 with
0.0671 mole fraction of phenol and mole fraction of water fraction 0.932 .
Keywords : solubility ; critical temperature ; mole fractions.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam
bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat
berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji, 2005).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Sedangkan Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang
memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap.
Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan
air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen
penyusunnya yaitu fenol atau air.

Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, pada sistem biner fenol air,
terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan
sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi
benar benar terpisah dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran
padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan
campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah
fase adalah P, (Dogra SK & Dogra S, 2008 ).
1.2 Landasan Teori
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut
dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu
contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva

parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik
di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas
50C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam
air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan
bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66C maka
komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan
sempurna.(Sukardjo, 2003).
Temperatur kritis atas Tc adalah batas temperatur dimana terjadi pemisahan fase. Diatas
temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur. Temperatur ini ada geraan
termal yang lebih besar pada kedua kompenen (Atkins PW ,1999).
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena
jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya
akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva
sebagai berikut.

Gambar 1. komposisi campuran fenol air


L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XAdan XF masing-masing adalah mol
fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen pada suhu kritis (Tc). Sistem ini
mempunyai suhu kritis (Tc) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur
secara homogen dengan komposisi Cc. Pada suhu T1 dengan komposisi di antara A1 dan B1 atau
pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fase (keruh).
Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, Tc), sistem berada pada satu fase
(jernih) (Tim Dosen Kimia Fisika, 2013).
1.3 Tujuan Praktikum
Dalam percobaan kelarutan timbal balik sistem biner fenol air ini bertujuan untuk
memperoleh kurva komposisi sistem fenol air terhadap suhu pada tekanan tetap dan untuk
menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol air.
2. METODE
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah, tabung reaksi diameter 4 cm, penyumbat tabung, buret 50 ml,
pengaduk, statif, beaker glass 400 ml, penangas (waterbath), dan termometer sedangkan bahan
yang digunakan adalah fenol dan aquades.
2.2 Cara Kerja
Prosedur yang dilakukan ada beberapa tahapan. Tahap pertama dengan menimbang tabung
dalam keadaan bersih dan kering kemudian mengisi tabung dengan fenol dan menimbangnya
lagi sampai diperoleh massa fenol 5 gram dan meyusun ulang kembali alatnya. Lalu mengisi buret
dengan aquades. Menyusun alat percobaan seperti gambar :

Gambar 2. Susunan alat untuk percobaan sistem biner fenol - air


Selanjutnya melakukan titrasi dengan aquades ke dalam tabung yang berisi fenol sampai
menjadi keruh untuk pertama kalinya, mencatat volume aquades yang ditambahkan sampai
terjadi kekeruhan ini selanjutnya dipanaskan dalam penangas 90 0C sambil diaduk perlahan
dan konstan. Mencatat suhu pada saat campuran berubah jernih (T 1) pemanasan dilanjutkan
hingga suhu naik menjadi T1 + 4 0C. Tabung reaksi dikeluarkan dari penangas dan membiarkan
suhunya turun kembali dalam di udara kembali sambil diaduk, lalu mencatat suhu pada saat
campuran terjadi kekeruhan lagi (T2) dan menghitung suhu rata-rata (T). Melakukan titrasi secara
kontinu hingga volume aquades yang ditambahkan 20 ml.
2.3 Variabel Pengamatan
Variabel yang digunakan dalam percobaan kelarutan timbal balik sistem fenol air yaitu :
1. Suhu (T) yang merupakan suhu rata rata dari awal mengukur suhu hingga campuran jernih
setelah dipanaskan dan suhu pada saat terjadi kekeruhan kembali pada campuran.
2. Fraksi mol (X) merupakan perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua
komponen-komponen. Dalam percobaan ini menggunakan mol fraksi fenol.
dan
Keterangan :

XA = fraksi mol zat A


nA = mol zat A
XB = fraksi mol zat B
nB = mol zat B

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilaksanakan diperoleh data sebagai berikut :
Kadar fenol yang digunakan : 99 %
Massa fenol yang digunakan : 5,06 gram
3.1.1 Penambahan aquades, setelah terjadi kekeruhan

3.1.2

No
Aquades (ml)
Pengamatan
1
5,5
Larutan Keruh
Penambahan aquades, setelah terjadi kekeruhan
No
1
2

Aqudes
(ml)
0,2
0,3

Massa (g)
Fenol
5,37
5,37

Air
5,7
6,0

Suhu (0C)

T1
61 0C
% Massa

T2
54 0C
Fraksi
mol air

T1
T2
T
Fenol
Air
61 57
59
48,5 % 51,95 % 0,8561
61 57,5 59,25 47,22 % 52,78 % 0,8623

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

0,4
0,5
0,6
0,8
1,0
1,5
2,5
5,0
12,5
15,0

5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37

6,4
6,9
7,5
8,3
9,3
10,8
13,3
18,3
30,8
44,8

61,5 58
62,5 59
64
60
64,5 61
65
63
67 63,5
68
64
65 61
62 58
44
36

59,75
60,75
62
62,75
64
65,25
66
63
60
40

45,62 %
43,76 %
41,72 %
39,28 %
36,6 %
33,2 %
28,76 %
22,68 %
14,84 %
10,7 %

Kadar Fenol = 99%


Massa Fenol = 99 % x 5,06 = 5,0094 gram
Mr Fenol = 94
Mol Fenol =
= 0,053 mol
Mr air = 18
1.

Mol fenol

Mol air
Xf

= 0,1438
= 1 0,1438 = 0,8561

Mol fenol

Mol air
Xf

= 0,1376
= 1 0,1376 = 0,8623

Mol fenol

Mol air
Xf

= 0,0532
= 0,333

Xa
3.

= 0,3167

Xa
2.

= 0,0532

=
=

= 0,0532
= 0,355
= 0,1765

54,38 %
56,24 %
58,28 %
60,72 %
63,4 %
66,8 %
71,24 %
77,32 %
85,16 %
89,3 %

0,8240
0,8781
0,8867
0,8965
0,9066
0,9185
0,932
0,950
0,9698
0,979

Xa
4.

= 1 0,1765 = 0,8240

Mol fenol

Mol air
Xf

= 0,1218
= 1 0,1218 = 0,8781

Mol fenol

Mol air
Xf

= 1 0,1132 = 0,8867
=

Mol air

= 1 0,1034 = 0,8965
=

Mol air

= 0,5167
= 0,0933
= 1 0,0933 = 0,9066

Mol fenol

Mol air
Xf

= 0,053

Xa
8.

= 0,461
= 0,1034

Mol fenol

Xf

= 0,0532

Xa
7.

= 0,416
= 0,1132

Mol fenol

Xf

= 0,0532

Xa
6.

= 0,383

Xa
5.

= 0,0532

=
=

= 0,053
= 0,6
= 0,0814

Xa
9.

= 1 0,0814 = 0,9185

Mol fenol

Mol air
Xf

= 0,0671
= 1 0,0671 = 0,932

10. Mol fenol

Mol air

= 0,0497
= 1 0,0497 = 0,950

11. Mol fenol

Mol air

= 0,0301
= 1 0,0301 = 0,9698

12. Mol fenol

Mol air

Xa

= 0,0532
= 1,711

Xa

Xf

= 0,0532
= 1,016

Xa

Xf

= 0,738

Xa

Xf

= 0,0532

=
=

= 0,053
= 2,489
= 0,0209

= 1 0,0209 = 0,979

Dari data diatas, didapatkan grafik seperti dibawah ini :


Grafik 1. Kurva mol fraksi air vs T
a.

Pembahasan
Percobaan ini membuktikan adanya kelarutan sistem biner fenol-air. fenol dan air
kelarutannya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu
komponen penyusunnya yaitu fenol dan air yang mana merupakan bahan yang digunakan. Sifat
fenol itu sendiri yaitu mengandung gugus OH, terikat pada sp 2-hibrida, mempunyai titik didih
yang tinggi, mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH, fenol larut dalam pelarut organik,
berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna, mempunyai massa molar 94,11 gr/mol,
mempunyai titik didih 181,9C, mempunyai titik beku 40,9C. Sedangkan sifat dari air yaitu air
bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar, mempunyai massa molar
18,0153 gr/mol, mempunyai densitas 0,998 gr/cm3, mempunyai titik lebur : 0C, 273,15 K,
32F, mempunyai titik didih 100C, serta mempunyai kalor jenis 4184 J/(kg.K).
Tabung yang berisi air dan fenol dengan perbandingan yang telah ditentukan, dipanaskan
sampai kedua zat tersebut bercampur atau membentuk sistem satu fasa yang ditandai dengan
perubahan campuran dari keruh menjadi jernih.
Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh
menandakan bahwa zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Pada percobaan ini komponen air selalu ditambahkan sedangkan untuk jumlah fenolnya tetap
sehingga perubahan larutan dari jernih menjadi keruh atau sebaliknya terjadi pada suhu yang
berbeda beda tergantung pada komposisi atau fraksi mol kedua zat.
Pada percobaan ini dilakukan pencampuran air-fenol di peroleh larutan yang tidak saling
bercampur yang membentuk dua lapisan, lapisan atas air dan lapisan bawah adalah fenol, hal ini
disebabkan karena air memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada fenol. Setelah terjadi
percampuran antara air dan fenol dalam tabung yang berbeda dengan perbandingan komposisi
yang berbeda pula dengan proses pemanasan dan pendinginan di mana saat mencapai suhu
tertentu larutan ini akan bercampur dan akan saling memisah dan membentuk dua fasa lagi, di
mana larutan tersebut menjadi keruh lagi.
Analisa yang kita gunakan pada percobaan ini antara lain analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif. Analisa kualitatif dapat diartikan sebagai analisa yang didasarkan atas pengamatan
dengan panca indra kita dengan membuktikan ada tidaknya analit. Sedangkan analisa kuantitatif
merupakan analisa yang didasarkan pada perhitungan secara matematis, seperti pengukuran
suhu, perhitung mol air dan fenol, serta perhitungan fraksi mol.
Antara suhu (T) dan fraksi mol (X) yang diperoleh dari percobaan dapat dibuat grafik
sistem biner fenol-air, yaitu antara fraksi mol vs suhu (T). Grafik yang terbentuk berupa parabola
yang puncaknya merupakan suhu kritis yang dicapai pada saat komponen mempunyai fraksi mol
tertentu. Pada percobaan suhu kritisnya adalah 66 C. Ini menunjukkan kalau pada suhu 66 C,
komponen di dalam kurva merupakan sistem dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar

titik kritis komponen merupakan sistem satu fase. Komponen yang berada pada satu fase pada
saat campuran larut atau homogen yang ditandai dengan larutan berwarna jernih, sedangkan
komponen berada pada dua fase ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan dua
lapisan yang ditandai dengan larutan berwarna keruh.
Beradasarkan data percobaan, dapat dibuat grafik sistem biner fenol air, yaitu antara fraksi mol
vs suhu (T). Grafik ini berbentuk parabola dimana puncaknya merupakan suhu kritis (Tc) yang dicapai
pada saat komponen mempunyai fraksi mol tertentu. Suhu kritis dalam percobaan ini adala grafik yang
terbentuk pada percobaan ini membentuk parabola pada suhu 66 C dengan komposisi campurannya
adalah fraksi mol fenol 0,0671 dan fraksi mol airnya 0,932.

Kurva yang dibentuk pada percobaan ini memang bentuknya kurang simetris, dilihat dari
puncak kurva yang dibentuk oleh suhu kritis tidak membelah kurva secara simetris. Hal tersebut
kemungkinan terjadi karena kurang telitinya pengamatan indra saat melihat temperatur pada
termometer. Selain itu, dari grafik tersebut pula menunjukkan bahwa kelarutan sangat
dipengaruhi oleh suhu yang menghasilkan gerakan termal sehingga dua komponen dapat
bercampur. Dengan semakin tingginya temperatur maka semakin banyak volume air yang
ditambahkan. Dan apabila pada percampuran air-fenol diperoleh campuran yang tidak saling
bercampur yang ditandai dengan pembentukan dua lapisan, maka lapisan atasnya adalah air dan
lapisan bawahnya adalah fenol. Hal tersebut karena adanya perbedaan massa jenis pada kedua
larutan setelah dilakukan pemanasan dan pendinginan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah temperatur, konsentrasi,
tekanan, jenis-jenis zat pelarut, ion asing, ion senama, pengadukan, luas permukaan. Semakin
tinggi temperaturnya maka semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya semakin rendah
temperaturnya semakin lambatl kelarutannya. Begitu juga dengan konsentrasi, semakin besar
konsentrasinya maka semakin lambat kelarutannya, dan sebaliknya semakin kecil konsentrasinya
semakin cepat kelarutannya. Zat terlarut yang bersifat polar akan semakin cepat kelarutannya
dalam pelarut polar dan sebaliknya zat terlarut yang bersifat non polar akan semakin cepat
kelarutannya dalam pelarut yang non polar.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Sistem biner fenol air memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air
pada suhu tertentu dan tekanan tetap. .
Setelah dilakukan percobaan ini dapat menyimpulkan bahwa saat fenol yang
ditambahkan kedalam air dengan perbandingan jumlah volume fenol yang tetap dan volume air
yang berbeda-beda, temperatur yang dihasilkan semakin tinggi pada larutan yang jumlah
volume airnya paling banyak. Perubahan yang ditunjukkan dari larutan ini ialah perubahan
warna larutan dari keruh menjadi jernih setelah dipanaskan dan dari jernih menjadi keruh setelah
didiamkan. Perubahan warna tersebut diakibatkan karena zat tersebut mengalami perubahan
kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Pada percobaan ini dihasilkan suhu kritis pada suhu66,5C dengan komposisi
campurannya adalah fraksi mol fenol 0,225 dan fraksi mol airnya 0,775. Dari hasil percobaan
didapatkan kurva parabola akan tetapi tidak simetris. Oleh karena itui, hal ini dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah konsentrasi, temperatur, ion senama, pengadukan, serta
luas permukaan.

4.2 Saran
Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya praktikan hendaknya melakukan persiapan
secara matang dan saat melaksanakan percobaan, praktikan sebaiknya lebih teliti dalam
melakukan pengamatan serta ketika percobaan berlangsung hendaknya praktikan harus lebih
hati-hati karena zat yang digunakan adalah fenol yang apabila terkena kulit dapat menyebabkan
luka.
5. DAFTAR PUSTAKA
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto Purnomo
Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari:Physichal Chemistry.
Darmaji. 2005. Kimia Fisika I. Jambi : Universitas Jambi.
Dogra,S & Dogra SK. 2008. Kimia Fisik dan Soal Soal. Jakarta : UI Press.
Sukardjo. 2003. Dasar-Dasar Kimia Fisika. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan Kimia
FMIPA UNNES
Semarang,30 Oktober 2013
Mengetahui,
Dosen Pengampu

Praktikan,

Ir. Sri Wahyuni, M.Si

Nur Jannatu Naimah

LAMPIRAN (JAWABAN PERTANYAAN)


I. Pertanyaan
1. Tuliskan rumus kimia fenol dan hitung massa molekulnya (Mr)!
Fenol mempunyai rumus kimia C6H5OH dengan nilai Mr = 94. Rumus strukturnya
sebagai berikut.

2. Jika fenol yang digunakan berkadar 95% (b/b) dan massa yang ditimbang sebesar
5,140 gram, hitung jumlah mol fenol!
Massa fenol =
4,883 gram.
Mol fenol

0,052 mol

3. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan fase? Adakah perbedaan dengan wujudnya?
Fase merupakan bagian serba sama dari suatu zat yang dapat dipisahkan secara mekanik
serta serba sama dalam sifat fisika dan kimia, sedangkan wujud merupakan bentuk zat pada suhu

tertentu. Zat pada suhu yang berbeda mungkin mempunyai wujud yang berbeda. Misal air pada
suhu -10C wujudnya padat, sedangkan pada suhu 10C wujudnya cair.
4. Komposisi campuran fenol dan air :
Massa fenol
= 5,37 g
Fraksi mol fenol
= 0,0671
Massa air = 13,3 g
Fraksi mol air
= 0,932
Komposisi campuran :
% Fenol =
x 100 % = 28,76 %
% Air =

x 100 % = 71,24 %

5. Komposisi campuran fenol air :


Komposisi campuran pada suhu 50C (diambil dari Trata2= 59 C)
XF = 0,1438
XA = 1 - 0,1438 = 0,8561
Sistem berada dalam 2 fase pada suhu di atas dan dibawah 66 C.

Bisa Kimia
Cari
LANJUT KE KONTEN

PROFIL

o
o
o
o
o
o

PRODUK
SYARAT DAN KETENTUAN
BAHAN KIMIA
EBOOK
KESEHATAN DAN KECANTIKAN
PERALATAN KIMIA & LAB
LAIN LAIN


o
o
o

EDUKASI
SMP
SMA
KULIAH

o
o
o
o

LAYANAN
BIMBINGAN BELAJAR
KONTRIBUTOR
KONSULTASI
PELUANG USAHA
PELUANG USAHA AMS
PELUANG USAHA TRENI (PAYTREN)
PUBLIKASI EBOOK

TIM PENULIS

EVENT

BEASISWA & KARIR

o
o

SPONSORSHIP
PREMIUM SPONSORSHIP
ADVERTORIAL

KONTAK

PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KELARUTAN


TIMBAL BALIK
1 APRIL 2014 KRISNADWI TINGGALKAN KOMENTAR

RATE THIS

Tujuan

Mempelajari kelarutan timbal balik antara dua

cairan
Menggambarkan hubungan antara kelarutan
tersebut dengan temperatur dalam sebuah diagram
fasa

Teori Dasar
Kita mengenal keadaan jenuh, hingga muncul pengertian kelarutan.
Kelarutan dapat besar, sedang atau kecil bergantungpada jenis pelarut dan
temperatur. Secara mikroskopik kita hanya dapat mengamati dua
kemungkinan bila dua cairan dicampurkan, yaitu terjadi satu fasa atau
terjadi 2 fasa. Pertama bila kelarutan timbal balik antara cairan pertama dan
cairan kedua belum terlampaui. Kedua bila salah satu kelarutan antara kedua
campuran tersebut telah terlampaui. Kedua kemungkinan itu dapat
diterangkan secara termodinamik. Bila zat-1 terlarut dalam zat-2. Dengan
anggapan larutan ideal maka potensial kimia komponen-2 dapat dinyatakan
sebagai:
1 = o1 + RT ln X1
dengan o1, potensial kimia zat-1 murni, X1, fraksi mol zat-1

Kurva aliran 1 01 terhadap X1


tertera pada gambar. garis utuh adalah kurva larutan ideal. Garis a dan b
menggambarkan kurva larutan nyata dengan penyimpangan negatif dari
larutan ideal. Pada kurva larutan ideal dan garis b, potensial kimia
komponen-1 selalu lebih rendah dibandingkan dengan potensial kimia zat-1
murni. Hal ini menunjukkan bahwa bila dalam larutan masih ada fasa zat-1
murni. Maka fasa ini akan berpindah ke fasa larutan dan larut sempurna.
Kurva s menunjukkan bahwa bila fraksi mol zat-1 kurang dari suatu harga
tertentu(s). Potensial kimia komponen-1 lebih rendah dari potensial kimia
zat-1 murni, berarti proses kelarutan masih dapat berlangsung.

Alat dan Bahan

Tabung reaksi sedang 8x


Tabung reaksi besar 1x
Gelas kimia 1 L 1x
Pengaduk lingkar 1x
Termometer
Alat pembakar
Statif, klem
Fenol 20 gr
Larutan NaCl 1% 6 mL
Larutan CH3OH 1% 6mL
Aquades

Cara Kerja
1. Siapkan campuran fenol dengan air di dalam 8 buah
tabung reaksi
2. Panaskan tiap campuran dalam penangas air
dengan susunan alatnya sesuai gambar. aduk, catat
temperatur pada saat campuran berubah dari keruh
menjadi jernih. Keluarkan tabung reaksi besar dari
penangas air
3. Bila penimbangan fenol pada pengerjaan 1 kurang
teliti. Tentukan konsentrasi fenol dalam kedua fasa
dengan larutan brom
4. Buatlah dalam tabung reaksi sedng yang bersih.
Campuran 4 gr fenol dengan 6 mL lar CH3OH 1%.
Tentukan temperatur pada saat campuran berubah
jadi jernih

Data Pengamatan
No

Massa
Fenol

Vol
Air
(mL)

T.
Jenih
(Co)

T.
Keruh
(Co)

T.
Rata2
(Co)
57,5

62

53

2,5

64

62

2
63
64,5
3

67

62
68

70

66

5
2

68

65

66,5
64

3,25

66

62
70,5

4,25

72

69
62,5

5,25

70

55

T Fenol + NaCl 1% C0| 73 | 71 |


T Fenol + Metanol C0| 68 | 63 |
Mr Fenol =94 gr/mol
Mr H2O = 18 gr/mol
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
Mr CH3OH = 32 gr/mol
H2O = 1 gr/mL
NaCl = 2,165 gr/mL
CH3OH = 0,791 gr/mL

Tabung 1
m H2O = . V = 1 gr/mL . 2 mL = 2 gr
n H2O = 2 gr/(18 gr/mol) = 0,11 mol

n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol


X fenol = 0,021 mol/(0,021 mol + 0,11 mol) = 0,16

Tabung 2
m H2O = . V = 1 gr/mL . 2,5 mL = 2,5 gr
n H2O = 2,5 gr/(18 gr/mol) = 0,138 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,159 mol = 0,32

Tabung 3
m H2O = . V = 1 gr/mL . 3 mL = 3 gr
n H2O = 3 gr/(18 gr/mol) = 0,16 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,181 mol = 0,116

Tabung 4
m H2O = . V = 1 gr/mL . 4 mL = 4 gr
n H2O = 4 gr/(18 gr/mol) = 0,22 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,241 mol = 0,087

Tabung 5
m H2O = . V = 1 gr/mL . 5 mL = 5 gr
n H2O = 5 gr/(18 gr/mol) = 0,27 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,291 mol = 0,72

Tabung 6
m H2O = . V = 1 gr/mL . 3,25 mL = 3,25 gr
n H2O = 3,25 gr/(18 gr/mol) = 0,18 mol
n Fenol = gr/Mr = 1 gr/(94 gr/mol) = 0,01 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,01 mol/0,181 mol = 0,055

Tabung 7
m H2O = . V = 1 gr/mL . 4,25 mL = 4,25 gr
n H2O = 4,25 gr/(18 gr/mol) = 0,236 mol
n Fenol = gr/Mr = 1 gr/(94 gr/mol) = 0,01 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,01 mol/0,237 mol = 0,042

Tabung 8

m H2O = . V = 1 gr/mL . 5,25 mL = 5,25 gr


n H2O = 5,25 gr/(18 gr/mol) = 0,291 mol
n Fenol = gr/Mr = 1 gr/(94 gr/mol) = 0,01 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,01 mol/0,291 mol = 0,034

Fenol + NaCl 1%
V NaCl 1% = 1% x V NaCl = 1% x 3 mL = 0,03 mL
m NaCl = .V = 2,165 gr/mL . 0,03 mL = 0,0649 gr
mol NaCl = m/Mr = 0,0649 gr/(58,5 gr/mol) = 1,1 x 10-3 mol
V H2O = V NaCl Total V NaCl 1% = 3 mL 0,03 mL = 2,97 mL
m H2O = . V = 1 gr/mL . 2,97 mL = 2,97 gr
n H2O = 2,97 gr/(18 gr/mol) = 0,165 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,187 mol = 0,1123

Fenol + CH3OH 1%
V CH3OH 1% = 1% x V CH3OH = 1% x 3 mL = 0,03 mL
m CH3OH = .V = 0,791 gr/mL . 0,03 mL = 0,02373 gr
mol CH3OH = m/Mr = 0,02373 gr/(32 gr/mol) = 7,4 x 10-4 mol

V H2O = V CH3OH V CH3OH 1% = 3 mL 0,03 mL = 2,97 mL


m H2O = . V = 1 gr/mL . 2,97 mL = 2,97 gr
n H2O = 2,97 gr/(18 gr/mol) = 0,165 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,1867 mol = 0,1125

Pembahasan

Pada percobaan kelarutan timbal balik ini. diawali dengan menyiapkan 8


campuran fenol air dengan berbagai komposisi. Tiap campuran dipanaskan
pada penangas air dan diaduk hingga jernih. saat inilah dilakukan
pencatatan temperatur. Setelah itu campuran dikeluarkan dari penangas dan
tunggu sampai terjadi perubahan fasa lagi menjadi keruh. catat lagi
suhunya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui pengaruh suhu
terhadap kelarutan suatu zat. Campuran Fenol air pada suhu kamar tidak
larut sempurna. Terlihat adanya dua fasa. fasa dimana fenol telah jenuh
dengan air dan saat air telah jenuh dengan fenol. Namun saat dipanaskan,
setelah mencapai suhu tertentu campuran akan menjadi bening, hal ni
terjadi karena fenol telah telah larut sempurna dalam air. Kemudian
dilakukan pendinginan yang dimaksudkan untuk mengetahui suhu saat
campuran fenol dan air kembali menjadi 2 fasa.
Hal tersebut berkaitan dengan derajat kebebasan :
F= CP+2
Pada percobaan, tekanan diatur tetap dan mengakibatkan derajat kebebasab
berubah. Persamaan menjadi
F=CP+1
Pada diagram, ditunjukkan adanya titik maksimum. Titik tersebut disebut
titik konsulut ata yang merupakan batas atas temperatur saat terjadi
pemisahan fasa
Adanya penambahan CH3OH dan NaCl pada prosedur dimaksudkan
untuk melihat pengaruhnya terhadap kelarutan zat terlarut. CH3OH dapat
menyebabkan efek salting in, yaitu bertambahnya kelarutan, hal ini terjadi
karena adanya ikatan hidrogen yang terjadi antara CH3OH dan air.
Sedangkan NaCl akan memberi pengaruh berlawanan. Yaitu efek salting out,
yaitu berkurangnya kelarutan suatu zat karena adanya penambahan zat
tertentu.

Kesimpulan

Temperatur mempengaruhi kelarutan timbal balik


CH3OH dapat memberi efek salting in
NaCL dapat memberi efek salting out
Kondisi dari percobaan mempengaruhi derajat
kebebasan

Daftar Pustaka

G.W. Castellan. Physical Chemistry Edisi kedua.

1971, hal 327 330


A.W. Francis. Liquid Equilibriums. Interscience

Publisher. NY,1963
J.M. Wilson et.al. Experiments in Physical Chemistry,
edisi kedua. Pergamon Dress. 1968. hal 47-48

About these ads


BAGIKAN INI:

3Klik

5Bagikan

Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)

Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)

Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang

untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)


pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)

baru)

Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

1Klik

Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang

untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)

baru)

Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru)

Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)

TERKAIT

Pemisahan Dengan Corong Pisah


dalam "Praktikum Kimia"

Laporan Praktikum Esterifikasi Fischer : Sintesis Metil Benzoat


dalam "Praktikum Kimia"

Pemisahan Campuran : Distilasi


dalam "Materi Pelajaran"
CH3OHDERAJAT KEBEBASANDIAGRAM FASAFRAKSI MOLKELARUTANKIMIA FISIKLAPORAN
PRAKTIKUMNACLSALTING INSALTING OUTTEMPERATURTIMBAL BALIKTITIK JENUH

S-ar putea să vă placă și

  • Laju Inversi Gula
    Laju Inversi Gula
    Document12 pagini
    Laju Inversi Gula
    Nisrina Rizkia
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Praktikum Laju Reaksi Dan Tetapan Laju
    Laporan Praktikum Laju Reaksi Dan Tetapan Laju
    Document14 pagini
    Laporan Praktikum Laju Reaksi Dan Tetapan Laju
    Edi Siswanto
    100% (4)
  • Laju Inversi Gula
    Laju Inversi Gula
    Document12 pagini
    Laju Inversi Gula
    Nisrina Rizkia
    Încă nu există evaluări
  • Laju Inversi Gula
    Laju Inversi Gula
    Document12 pagini
    Laju Inversi Gula
    Nisrina Rizkia
    Încă nu există evaluări
  • 7 Jurnal Aries 57-61
    7 Jurnal Aries 57-61
    Document6 pagini
    7 Jurnal Aries 57-61
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Cover Nitrogen
    Cover Nitrogen
    Document11 pagini
    Cover Nitrogen
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Asam Dan Basa
    Asam Dan Basa
    Document24 pagini
    Asam Dan Basa
    Tony Redzza Saputra
    100% (1)
  • 7 Yani Entisol
    7 Yani Entisol
    Document7 pagini
    7 Yani Entisol
    Natur Yasinka
    Încă nu există evaluări
  • Metabolisme Lipid (Biokimia)
    Metabolisme Lipid (Biokimia)
    Document4 pagini
    Metabolisme Lipid (Biokimia)
    Denny Setiadi
    100% (2)
  • TP Ti 01
    TP Ti 01
    Document6 pagini
    TP Ti 01
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • An Crumb Rubber Meliputi
    An Crumb Rubber Meliputi
    Document11 pagini
    An Crumb Rubber Meliputi
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Chapter II PDF
    Chapter II PDF
    Document22 pagini
    Chapter II PDF
    Angga Saputra
    Încă nu există evaluări
  • 1009005011-2-BAB 1.yuli Darmawan
    1009005011-2-BAB 1.yuli Darmawan
    Document7 pagini
    1009005011-2-BAB 1.yuli Darmawan
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Acakan 2
    Acakan 2
    Document3 pagini
    Acakan 2
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Jenis-Jenis Produk Karet Dan Produksinya
    Jenis-Jenis Produk Karet Dan Produksinya
    Document35 pagini
    Jenis-Jenis Produk Karet Dan Produksinya
    Rahman1014051034
    90% (10)
  • Happy Anniv 5month
    Happy Anniv 5month
    Document6 pagini
    Happy Anniv 5month
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • An Crumb Rubber Meliputi
    An Crumb Rubber Meliputi
    Document11 pagini
    An Crumb Rubber Meliputi
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • TP Ti 01
    TP Ti 01
    Document6 pagini
    TP Ti 01
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Bab I, V, Daftar Pustaka
    Bab I, V, Daftar Pustaka
    Document87 pagini
    Bab I, V, Daftar Pustaka
    Alfan Kurnianto
    Încă nu există evaluări
  • Bab II Tinjauan Pustaka
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Document8 pagini
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Bunga GLory
    100% (1)
  • 2BL00897 PDF
    2BL00897 PDF
    Document22 pagini
    2BL00897 PDF
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Biokimia Gizi
    Biokimia Gizi
    Document8 pagini
    Biokimia Gizi
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Laju Inversi Gula
    Laju Inversi Gula
    Document7 pagini
    Laju Inversi Gula
    Kartika Trianita
    Încă nu există evaluări
  • Nonov Chem
    Nonov Chem
    Document11 pagini
    Nonov Chem
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Seliwanof
    Seliwanof
    Document4 pagini
    Seliwanof
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Home
    Home
    Document4 pagini
    Home
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Bisa Kimia
    Bisa Kimia
    Document79 pagini
    Bisa Kimia
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Happy Anniv 5month
    Happy Anniv 5month
    Document6 pagini
    Happy Anniv 5month
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări
  • Bisa Kimia
    Bisa Kimia
    Document79 pagini
    Bisa Kimia
    Madesta Dewi Oravi Erpa
    Încă nu există evaluări