Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Facebook
Twitter
RSS
Email
Drop Menu 0
Drop Menu 1
Drop Menu 2
Drop Menu 3
Drop Menu 4
Child Menu 4.1
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memperoleh kurva komposisi sistem fenol air terhadap suhu pada tekanan tetap.
2. Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol air.
B. DASAR TEORI
Sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas (kelarutan) adalah
kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut
(solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat
ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan
suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, Pada system biner fenol air,
terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan
sebagai bagian system yang seragam atau homogeny diantara keadaan submakroskopiknya,
tetapi benar benar terpisah dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik.
Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah.
Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Symbol umum
untuk jumlah fase adalah P, (Dogra SK & Dogra S, 2008 ).
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari
selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah
"tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya
hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa
kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh yang metastabil atau mengendap.
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut
dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu
contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva
parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik
di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas
50C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam
air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan
bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66C maka
komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan
sempurna.
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena
jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutanya
akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva
yang ditunjukan pada gambar 1..
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 set
1 set
1 buah
1 buah
1 buah
D.
CARA KERJA
Susun alat
E. DATA PENGAMATAN
Massa fenol yang ditimbang = 5.32 gram
1. Penambahan aquades, sampai terjadi kekeruhan pertama
No.
Aquades (ml)
Pengamatan
T1
T2
Trata-rata
1.
3.4
keruh
44
43
43,5
No.
Aquades
(ml)
Suhu (oC)
Massa (g)
% Massa
Fenol
Air
T1
T2
Fenol
Air
1.
0,2
5.32
3.6
53
51
52
59.64
40.36
2.
0,3
5.32
3.7
54
51.5
52.75
58.98
41.02
3.
0,4
5.32
3.8
54.5
54
54.25
58.33
41.67
4.
0,5
5.32
3.9
55
54
54.5
57.61
42.39
5.
0,6
5.32
4.0
56
54.5
55.25
57.08
42.92
6.
0,8
5.32
4.2
57
55.5
56.25
55.88
44.12
7.
1,0
5.32
4.4
58
57
57.5
54.73
45.27
8.
1,5
5.32
4.9
59
58.5
58.75
52.05
47.95
9.
2,5
5.32
5.9
62
62
62
47.42
52.58
10.
5,0
5.32
8.4
64
64
64
38.78
61.22
11.
12,5
5.32
15.9
62
63
62
25.07
74.93
12.
15,0
5.32
18.4
60
62
60.5
22.43
77.57
13.
17,5
5.32
20.9
59
61
60
20.29
79.71
14.
20,0
5.32
23.4
57
60
58.5
18.52
81.48
Eksperimen ini akan membuktikan kelarutan sistem biner fenol air. Fenol dan air
kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu
komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih
dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan yang
dipengaruhi oleh perubahan suhu. Pada percobaan ini komponen air selalu ditambahkan dan
jumlah fenolnya tetap sehingga perubahan larutan dari jernih menjadi keruh atau sebaliknya
terjadi pada suhu yang berubah-ubah. Perubahan suhu bergantung pada komposisi atau fraksi
mol kedua zat.
Dari data antara suhu (T) dan fraksi mol yang diperoleh dari percobaan dapat dibuat
grafik sistem biner fenol air, yaitu antara fraksi mol vs suhu (T). Grafik yang terbentuk
seharusnya berupa parabola dimana puncaknya merupakan suhu kritis yang dicapai pada saat
komponen mempunyai fraksi mol tertentu. Pada percobaan suhu kritisnya adalah 64C dengan
komposisi campurannya adalah fraksi mol fenol 0.107 dan fraksi mol airnya 0,893. Ini
menunjukkan kalau pada suhu 62 C, komponen yang berada di dalam kurva merupakan sistem
dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu
fase.
Komponen berada pada satu fase pada saat campurannya larut homogen (jernih),
sedangkan komponen berada pada dua fase ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan
dua lapisan (keruh). Grafik yang terbentuk pada percobaan ini kurang sempurna karena
bentuknya tidak simetris dan kurva lebih dominan di bagian kiri. Paling tidak kurva ini
cenderung membentuk parabola. Kurva ini adalah kurva kelarutan fenol dalam air dan tidak
menunjukkan kelarutan timbal balik fenol terhadap air. Kyrva komposisi system biner fenol air
dapat dilihat pada gambar 2.
3. Yang mempengaruhi keadaan dari keruh menjadi bening dan sebaliknya dari bening ke keruh
yaitu perubahan temperatur.
4. Faktor faktor kelarutan pada percobaan ini antara lain konsentrasi, temperatur, ion senama,
pengadukan, serta luas permukaan.
5. Kelarutan timbal balik sistem biner fenol air mempunyai suhu kritis 64oC.
6. Pada suhu kritisnya nilai fraksi mol fenol 0,107 dan fraksi mol airnya 0,893.
b. Saran
Banyaknya kesalahan yang terjadi dalam praktikum maka, disarankan:
1. Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya praktikan hendaknya melakukan persiapan secara
matang.
2. Saat melaksanakan percobaan, praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengamatan.
3. Praktikan harus lebih hati-hati selama percobaan berlangsung, karena zat yang digunakan adalah
fenol yang apabila terkena kulit dapat menyebabkan luka.
H. DAFTAR PUSTAKA
Dogra,S& Dogra SK .2008. Kimia Fisik dan Soal Soal. UI Press : Jakarta
P.W Atkins . 1999. Kimia Fisika. Erlangga : Jakarta
Tim Dosen Kimia Fisika. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Semarang.
Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
Wahyuni, Sri.2003.Buku Ajar Kimia Fisika 2.Semarang:UNNES.
Mengetahui,
Dosen Pengampu
I. JAWABAN PERTANYAAN
a. Tugas
1. Tulis rumus kimia fenol dan Mrnya!
Fenol mempunyai rumus kimia C6H6O dengan nilai Mr = 94. Rumus strukturnya sebagai berikut.
2. Jika fenol yang digunakan berkadar 95% (b/b) dan massa yang ditimbang sebesar 5,07370
gram, hitung jumlah mol fenol!
Massa fenol =
4,883 gram.
Mol fenol
0,052 mol
3. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan fase? Adakah perbedaan dengan wujudnya?
Fase adalah bagian serba sama dari suatu zat yang dapat dipisahkan secara mekanik
serta serba sama dalam sifat fisika dan kimia, sedangkan wujud merupakan bentuk zat pada suhu
tertentu. Zat pada suhu yang berbeda mungkin mempunyai wujud yang berbeda. Misal air pada
suhu -10C wujudnya padat, sedangkan pada suhu 10C wujudnya cair.
b. Pertanyaan
1. Berapa komposisi campuran fenol dan air dalam % (b/b) pada suhu kritis larutannya?
Massa fenol
= 5,32 g
Fraksi mol fenol = 0,107
Massa air
= 8.4 g
Fraksi mol air
= 0,893
Komposisi campuran dalam %
Fenol :
x 100%= 38.78 %
air :
x 100% = 61.22%
2. Berapa komposisi campuran fenol dan air dalam satuan mol fraksi pada suhu 50C, dimana
sistem berada pada satu fase dan dua fase?
Komposisi campuran pada suhu 50C (diambil dari Trata2 = 52oC)
Xfenol =
= 0.219
% massa fenol
% massa air
= 59.64 %
1.
x 100% = 40.36%
x 100%= 58.98 %
2.
x 100% = 41.02%
x 100% =58.33 %
3.
x 100% = 41.67%
x 100% = 57.61 %
4.
x 100% = 42.39%
x 100% = 57.08 %
5.
x 100% =42.92 %
x 100% = 55.88%
6.
x 100% = 44.12%
x 100% = 54.73 %
7.
x 100% = 45.27%
x 100% =52.05 %
8.
x 100% = 47.95 %
x 100%= 47.42 %
9.
x 100% = 52.58%
10.
x 100% = 61.22%
x 100%= 38.78 %
x 100%= 25.07 %
11.
x 100% = 74.93%
x 100%= 22.43 %
12.
x 100% = 77.57%
x 100%= 20.29 %
13.
x 100% = 79.71%
x 100%= 18.52 %
2.
14.
x 100% = 81.48%
1)
Mol air =
Xfenol =
= 0.2 mol
= 0.219
Mol air =
= 0.214
Mol air =
= 0.201
Mol air =
= 0.187
Mol air =
4) Mol air =
= 0.216 mol
Xfenol =
= 0.206
6) Mol air =
Xfenol =
= 0.233 mol
= 0.194
8) Mol air =
Xfenol =
= 0.272 mol
= 0.171
= 0.327 mol
Xfenol =
= 0.209
= 0.244 mol
Xfenol =
Xfenol =
= 0.222 mol
Xfenol =
= 0.211 mol
= 0.205 mol
Xfenol =
3) Mol air =
= 0.146
= 0.467 mol
= 0.107
= 0.883 mol
Xfenol =
= 0.059
Xfenol =
= 1.022 mol
= 0.052
= 1.161 mol
Xfenol =
= 0.046
= 1.30 mol
= 0.041
Keluargakuadalah
Inspirasiku,:)
Jika Kamu Gagal Mendapatkan Sesuatu, Hanya Satu Hal yang dapat Kamu Lakukan. "TRY
AGAIN" ^_^
Kamis, 16 Januari 2014
LaporanPraktikumKimiaFisikaKelarutanTimbalBalikSistem
BinerFenolAir
KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR
Nur Jannatu Naimah, Jarot Mustika Aji, Mentari Nur Rizkyawati
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Indonesia
karumeenaima@gmail.com, 085724001630
Abstrak
Sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap Pada praktikum
kelarutan timbal balik sistem biner fenol air ini bertujuan untuk memperoleh kurva
komposisi sistem fenol air terhadap suhu pada tekanan tetap dan untuk menentukan
suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol air. Metode yang digunakan pada
percobaan ini dengan menimbang fenol terlebih dahulu kemudian dititrasi dengan
aquades sampai keruh, kemudian campuran tersebut dipanaskan dan diukur suhunya
pada saat terjadi perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih
menjadi keruh. Data yang diperoleh berupa perubahan suhu dan massa aquades yang
digunakan untuk menghitung mol fraksi ari masing-masing komponen yang dapat
dibuat kurva. Kurva yang diperoleh kurva parabola yang mengggambarkan hubungan
antara suhu dengan mol fraksi. Daerah dibawah suhu kritis merupakan daerah dimana
sistem berada pada dua fase (keruh), sedangkan pada daerah diatas suhu kritis, sistem
berada pada satu fase (jernih). Dari pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan
diperoleh suhu kritis T = 66
dengan fraksi mol fenol 0,0671 dan fraksi mol air
0,932.
Kata kunci : kelarutan; suhu kritis; fraksi mol.
Abstract
Phenol binary system - a system that shows the water solubility properties of the tradeoffs
between phenol and water at a certain temperature and pressure remain. In the lab mutual
solubility binary system phenol - water aims to obtain phenol system composition curve - the
water temperature at a constant pressure and to determine the critical temperature the system of
reciprocal solubility of phenol - water . The method used in this experiment with phenol weighed
first and then titrated with distilled water until turbid , and then the mixture was heated and the
temperature at the time of the color change of the solution became clear and cloudy from clear to
cloudy . Data obtained in the form of changes in temperature and mass of distilled water were
used to calculate the mole fraction of each component ari can be made curve . Curve obtained
parabolic curve that depicts the relationship between the temperature of the mole fraction .
Below the critical temperature region is the region where the system is in two phases ( cloudy ) ,
while in the region above the critical temperature , the system is in one phase ( clear ) . Of
observations and calculations have been done obtained the critical temperature T = 66 with
0.0671 mole fraction of phenol and mole fraction of water fraction 0.932 .
Keywords : solubility ; critical temperature ; mole fractions.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam
bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat
berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji, 2005).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Sedangkan Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang
memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap.
Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan
air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen
penyusunnya yaitu fenol atau air.
Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, pada sistem biner fenol air,
terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan
sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi
benar benar terpisah dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran
padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan
campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah
fase adalah P, (Dogra SK & Dogra S, 2008 ).
1.2 Landasan Teori
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut
dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu
contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva
parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik
di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas
50C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam
air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan
bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66C maka
komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan
sempurna.(Sukardjo, 2003).
Temperatur kritis atas Tc adalah batas temperatur dimana terjadi pemisahan fase. Diatas
temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur. Temperatur ini ada geraan
termal yang lebih besar pada kedua kompenen (Atkins PW ,1999).
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena
jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya
akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva
sebagai berikut.
3.1.2
No
Aquades (ml)
Pengamatan
1
5,5
Larutan Keruh
Penambahan aquades, setelah terjadi kekeruhan
No
1
2
Aqudes
(ml)
0,2
0,3
Massa (g)
Fenol
5,37
5,37
Air
5,7
6,0
Suhu (0C)
T1
61 0C
% Massa
T2
54 0C
Fraksi
mol air
T1
T2
T
Fenol
Air
61 57
59
48,5 % 51,95 % 0,8561
61 57,5 59,25 47,22 % 52,78 % 0,8623
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0,4
0,5
0,6
0,8
1,0
1,5
2,5
5,0
12,5
15,0
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
5,37
6,4
6,9
7,5
8,3
9,3
10,8
13,3
18,3
30,8
44,8
61,5 58
62,5 59
64
60
64,5 61
65
63
67 63,5
68
64
65 61
62 58
44
36
59,75
60,75
62
62,75
64
65,25
66
63
60
40
45,62 %
43,76 %
41,72 %
39,28 %
36,6 %
33,2 %
28,76 %
22,68 %
14,84 %
10,7 %
Mol fenol
Mol air
Xf
= 0,1438
= 1 0,1438 = 0,8561
Mol fenol
Mol air
Xf
= 0,1376
= 1 0,1376 = 0,8623
Mol fenol
Mol air
Xf
= 0,0532
= 0,333
Xa
3.
= 0,3167
Xa
2.
= 0,0532
=
=
= 0,0532
= 0,355
= 0,1765
54,38 %
56,24 %
58,28 %
60,72 %
63,4 %
66,8 %
71,24 %
77,32 %
85,16 %
89,3 %
0,8240
0,8781
0,8867
0,8965
0,9066
0,9185
0,932
0,950
0,9698
0,979
Xa
4.
= 1 0,1765 = 0,8240
Mol fenol
Mol air
Xf
= 0,1218
= 1 0,1218 = 0,8781
Mol fenol
Mol air
Xf
= 1 0,1132 = 0,8867
=
Mol air
= 1 0,1034 = 0,8965
=
Mol air
= 0,5167
= 0,0933
= 1 0,0933 = 0,9066
Mol fenol
Mol air
Xf
= 0,053
Xa
8.
= 0,461
= 0,1034
Mol fenol
Xf
= 0,0532
Xa
7.
= 0,416
= 0,1132
Mol fenol
Xf
= 0,0532
Xa
6.
= 0,383
Xa
5.
= 0,0532
=
=
= 0,053
= 0,6
= 0,0814
Xa
9.
= 1 0,0814 = 0,9185
Mol fenol
Mol air
Xf
= 0,0671
= 1 0,0671 = 0,932
Mol air
= 0,0497
= 1 0,0497 = 0,950
Mol air
= 0,0301
= 1 0,0301 = 0,9698
Mol air
Xa
= 0,0532
= 1,711
Xa
Xf
= 0,0532
= 1,016
Xa
Xf
= 0,738
Xa
Xf
= 0,0532
=
=
= 0,053
= 2,489
= 0,0209
= 1 0,0209 = 0,979
Pembahasan
Percobaan ini membuktikan adanya kelarutan sistem biner fenol-air. fenol dan air
kelarutannya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu
komponen penyusunnya yaitu fenol dan air yang mana merupakan bahan yang digunakan. Sifat
fenol itu sendiri yaitu mengandung gugus OH, terikat pada sp 2-hibrida, mempunyai titik didih
yang tinggi, mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH, fenol larut dalam pelarut organik,
berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna, mempunyai massa molar 94,11 gr/mol,
mempunyai titik didih 181,9C, mempunyai titik beku 40,9C. Sedangkan sifat dari air yaitu air
bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar, mempunyai massa molar
18,0153 gr/mol, mempunyai densitas 0,998 gr/cm3, mempunyai titik lebur : 0C, 273,15 K,
32F, mempunyai titik didih 100C, serta mempunyai kalor jenis 4184 J/(kg.K).
Tabung yang berisi air dan fenol dengan perbandingan yang telah ditentukan, dipanaskan
sampai kedua zat tersebut bercampur atau membentuk sistem satu fasa yang ditandai dengan
perubahan campuran dari keruh menjadi jernih.
Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh
menandakan bahwa zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Pada percobaan ini komponen air selalu ditambahkan sedangkan untuk jumlah fenolnya tetap
sehingga perubahan larutan dari jernih menjadi keruh atau sebaliknya terjadi pada suhu yang
berbeda beda tergantung pada komposisi atau fraksi mol kedua zat.
Pada percobaan ini dilakukan pencampuran air-fenol di peroleh larutan yang tidak saling
bercampur yang membentuk dua lapisan, lapisan atas air dan lapisan bawah adalah fenol, hal ini
disebabkan karena air memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada fenol. Setelah terjadi
percampuran antara air dan fenol dalam tabung yang berbeda dengan perbandingan komposisi
yang berbeda pula dengan proses pemanasan dan pendinginan di mana saat mencapai suhu
tertentu larutan ini akan bercampur dan akan saling memisah dan membentuk dua fasa lagi, di
mana larutan tersebut menjadi keruh lagi.
Analisa yang kita gunakan pada percobaan ini antara lain analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif. Analisa kualitatif dapat diartikan sebagai analisa yang didasarkan atas pengamatan
dengan panca indra kita dengan membuktikan ada tidaknya analit. Sedangkan analisa kuantitatif
merupakan analisa yang didasarkan pada perhitungan secara matematis, seperti pengukuran
suhu, perhitung mol air dan fenol, serta perhitungan fraksi mol.
Antara suhu (T) dan fraksi mol (X) yang diperoleh dari percobaan dapat dibuat grafik
sistem biner fenol-air, yaitu antara fraksi mol vs suhu (T). Grafik yang terbentuk berupa parabola
yang puncaknya merupakan suhu kritis yang dicapai pada saat komponen mempunyai fraksi mol
tertentu. Pada percobaan suhu kritisnya adalah 66 C. Ini menunjukkan kalau pada suhu 66 C,
komponen di dalam kurva merupakan sistem dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar
titik kritis komponen merupakan sistem satu fase. Komponen yang berada pada satu fase pada
saat campuran larut atau homogen yang ditandai dengan larutan berwarna jernih, sedangkan
komponen berada pada dua fase ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan dua
lapisan yang ditandai dengan larutan berwarna keruh.
Beradasarkan data percobaan, dapat dibuat grafik sistem biner fenol air, yaitu antara fraksi mol
vs suhu (T). Grafik ini berbentuk parabola dimana puncaknya merupakan suhu kritis (Tc) yang dicapai
pada saat komponen mempunyai fraksi mol tertentu. Suhu kritis dalam percobaan ini adala grafik yang
terbentuk pada percobaan ini membentuk parabola pada suhu 66 C dengan komposisi campurannya
adalah fraksi mol fenol 0,0671 dan fraksi mol airnya 0,932.
Kurva yang dibentuk pada percobaan ini memang bentuknya kurang simetris, dilihat dari
puncak kurva yang dibentuk oleh suhu kritis tidak membelah kurva secara simetris. Hal tersebut
kemungkinan terjadi karena kurang telitinya pengamatan indra saat melihat temperatur pada
termometer. Selain itu, dari grafik tersebut pula menunjukkan bahwa kelarutan sangat
dipengaruhi oleh suhu yang menghasilkan gerakan termal sehingga dua komponen dapat
bercampur. Dengan semakin tingginya temperatur maka semakin banyak volume air yang
ditambahkan. Dan apabila pada percampuran air-fenol diperoleh campuran yang tidak saling
bercampur yang ditandai dengan pembentukan dua lapisan, maka lapisan atasnya adalah air dan
lapisan bawahnya adalah fenol. Hal tersebut karena adanya perbedaan massa jenis pada kedua
larutan setelah dilakukan pemanasan dan pendinginan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah temperatur, konsentrasi,
tekanan, jenis-jenis zat pelarut, ion asing, ion senama, pengadukan, luas permukaan. Semakin
tinggi temperaturnya maka semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya semakin rendah
temperaturnya semakin lambatl kelarutannya. Begitu juga dengan konsentrasi, semakin besar
konsentrasinya maka semakin lambat kelarutannya, dan sebaliknya semakin kecil konsentrasinya
semakin cepat kelarutannya. Zat terlarut yang bersifat polar akan semakin cepat kelarutannya
dalam pelarut polar dan sebaliknya zat terlarut yang bersifat non polar akan semakin cepat
kelarutannya dalam pelarut yang non polar.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Sistem biner fenol air memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air
pada suhu tertentu dan tekanan tetap. .
Setelah dilakukan percobaan ini dapat menyimpulkan bahwa saat fenol yang
ditambahkan kedalam air dengan perbandingan jumlah volume fenol yang tetap dan volume air
yang berbeda-beda, temperatur yang dihasilkan semakin tinggi pada larutan yang jumlah
volume airnya paling banyak. Perubahan yang ditunjukkan dari larutan ini ialah perubahan
warna larutan dari keruh menjadi jernih setelah dipanaskan dan dari jernih menjadi keruh setelah
didiamkan. Perubahan warna tersebut diakibatkan karena zat tersebut mengalami perubahan
kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Pada percobaan ini dihasilkan suhu kritis pada suhu66,5C dengan komposisi
campurannya adalah fraksi mol fenol 0,225 dan fraksi mol airnya 0,775. Dari hasil percobaan
didapatkan kurva parabola akan tetapi tidak simetris. Oleh karena itui, hal ini dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah konsentrasi, temperatur, ion senama, pengadukan, serta
luas permukaan.
4.2 Saran
Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya praktikan hendaknya melakukan persiapan
secara matang dan saat melaksanakan percobaan, praktikan sebaiknya lebih teliti dalam
melakukan pengamatan serta ketika percobaan berlangsung hendaknya praktikan harus lebih
hati-hati karena zat yang digunakan adalah fenol yang apabila terkena kulit dapat menyebabkan
luka.
5. DAFTAR PUSTAKA
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto Purnomo
Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari:Physichal Chemistry.
Darmaji. 2005. Kimia Fisika I. Jambi : Universitas Jambi.
Dogra,S & Dogra SK. 2008. Kimia Fisik dan Soal Soal. Jakarta : UI Press.
Sukardjo. 2003. Dasar-Dasar Kimia Fisika. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan Kimia
FMIPA UNNES
Semarang,30 Oktober 2013
Mengetahui,
Dosen Pengampu
Praktikan,
2. Jika fenol yang digunakan berkadar 95% (b/b) dan massa yang ditimbang sebesar
5,140 gram, hitung jumlah mol fenol!
Massa fenol =
4,883 gram.
Mol fenol
0,052 mol
3. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan fase? Adakah perbedaan dengan wujudnya?
Fase merupakan bagian serba sama dari suatu zat yang dapat dipisahkan secara mekanik
serta serba sama dalam sifat fisika dan kimia, sedangkan wujud merupakan bentuk zat pada suhu
tertentu. Zat pada suhu yang berbeda mungkin mempunyai wujud yang berbeda. Misal air pada
suhu -10C wujudnya padat, sedangkan pada suhu 10C wujudnya cair.
4. Komposisi campuran fenol dan air :
Massa fenol
= 5,37 g
Fraksi mol fenol
= 0,0671
Massa air = 13,3 g
Fraksi mol air
= 0,932
Komposisi campuran :
% Fenol =
x 100 % = 28,76 %
% Air =
x 100 % = 71,24 %
Bisa Kimia
Cari
LANJUT KE KONTEN
PROFIL
o
o
o
o
o
o
PRODUK
SYARAT DAN KETENTUAN
BAHAN KIMIA
EBOOK
KESEHATAN DAN KECANTIKAN
PERALATAN KIMIA & LAB
LAIN LAIN
o
o
o
EDUKASI
SMP
SMA
KULIAH
o
o
o
o
LAYANAN
BIMBINGAN BELAJAR
KONTRIBUTOR
KONSULTASI
PELUANG USAHA
PELUANG USAHA AMS
PELUANG USAHA TRENI (PAYTREN)
PUBLIKASI EBOOK
TIM PENULIS
EVENT
o
o
SPONSORSHIP
PREMIUM SPONSORSHIP
ADVERTORIAL
KONTAK
PRAKTIKUM KIMIA
RATE THIS
Tujuan
cairan
Menggambarkan hubungan antara kelarutan
tersebut dengan temperatur dalam sebuah diagram
fasa
Teori Dasar
Kita mengenal keadaan jenuh, hingga muncul pengertian kelarutan.
Kelarutan dapat besar, sedang atau kecil bergantungpada jenis pelarut dan
temperatur. Secara mikroskopik kita hanya dapat mengamati dua
kemungkinan bila dua cairan dicampurkan, yaitu terjadi satu fasa atau
terjadi 2 fasa. Pertama bila kelarutan timbal balik antara cairan pertama dan
cairan kedua belum terlampaui. Kedua bila salah satu kelarutan antara kedua
campuran tersebut telah terlampaui. Kedua kemungkinan itu dapat
diterangkan secara termodinamik. Bila zat-1 terlarut dalam zat-2. Dengan
anggapan larutan ideal maka potensial kimia komponen-2 dapat dinyatakan
sebagai:
1 = o1 + RT ln X1
dengan o1, potensial kimia zat-1 murni, X1, fraksi mol zat-1
Cara Kerja
1. Siapkan campuran fenol dengan air di dalam 8 buah
tabung reaksi
2. Panaskan tiap campuran dalam penangas air
dengan susunan alatnya sesuai gambar. aduk, catat
temperatur pada saat campuran berubah dari keruh
menjadi jernih. Keluarkan tabung reaksi besar dari
penangas air
3. Bila penimbangan fenol pada pengerjaan 1 kurang
teliti. Tentukan konsentrasi fenol dalam kedua fasa
dengan larutan brom
4. Buatlah dalam tabung reaksi sedng yang bersih.
Campuran 4 gr fenol dengan 6 mL lar CH3OH 1%.
Tentukan temperatur pada saat campuran berubah
jadi jernih
Data Pengamatan
No
Massa
Fenol
Vol
Air
(mL)
T.
Jenih
(Co)
T.
Keruh
(Co)
T.
Rata2
(Co)
57,5
62
53
2,5
64
62
2
63
64,5
3
67
62
68
70
66
5
2
68
65
66,5
64
3,25
66
62
70,5
4,25
72
69
62,5
5,25
70
55
Tabung 1
m H2O = . V = 1 gr/mL . 2 mL = 2 gr
n H2O = 2 gr/(18 gr/mol) = 0,11 mol
Tabung 2
m H2O = . V = 1 gr/mL . 2,5 mL = 2,5 gr
n H2O = 2,5 gr/(18 gr/mol) = 0,138 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,159 mol = 0,32
Tabung 3
m H2O = . V = 1 gr/mL . 3 mL = 3 gr
n H2O = 3 gr/(18 gr/mol) = 0,16 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,181 mol = 0,116
Tabung 4
m H2O = . V = 1 gr/mL . 4 mL = 4 gr
n H2O = 4 gr/(18 gr/mol) = 0,22 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,241 mol = 0,087
Tabung 5
m H2O = . V = 1 gr/mL . 5 mL = 5 gr
n H2O = 5 gr/(18 gr/mol) = 0,27 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,291 mol = 0,72
Tabung 6
m H2O = . V = 1 gr/mL . 3,25 mL = 3,25 gr
n H2O = 3,25 gr/(18 gr/mol) = 0,18 mol
n Fenol = gr/Mr = 1 gr/(94 gr/mol) = 0,01 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,01 mol/0,181 mol = 0,055
Tabung 7
m H2O = . V = 1 gr/mL . 4,25 mL = 4,25 gr
n H2O = 4,25 gr/(18 gr/mol) = 0,236 mol
n Fenol = gr/Mr = 1 gr/(94 gr/mol) = 0,01 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,01 mol/0,237 mol = 0,042
Tabung 8
Fenol + NaCl 1%
V NaCl 1% = 1% x V NaCl = 1% x 3 mL = 0,03 mL
m NaCl = .V = 2,165 gr/mL . 0,03 mL = 0,0649 gr
mol NaCl = m/Mr = 0,0649 gr/(58,5 gr/mol) = 1,1 x 10-3 mol
V H2O = V NaCl Total V NaCl 1% = 3 mL 0,03 mL = 2,97 mL
m H2O = . V = 1 gr/mL . 2,97 mL = 2,97 gr
n H2O = 2,97 gr/(18 gr/mol) = 0,165 mol
n Fenol = gr/Mr = 2 gr/(94 gr/mol) = 0,021 mol
X fenol = n Fenol/n Total = 0,021 mol/0,187 mol = 0,1123
Fenol + CH3OH 1%
V CH3OH 1% = 1% x V CH3OH = 1% x 3 mL = 0,03 mL
m CH3OH = .V = 0,791 gr/mL . 0,03 mL = 0,02373 gr
mol CH3OH = m/Mr = 0,02373 gr/(32 gr/mol) = 7,4 x 10-4 mol
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Publisher. NY,1963
J.M. Wilson et.al. Experiments in Physical Chemistry,
edisi kedua. Pergamon Dress. 1968. hal 47-48
3Klik
5Bagikan
baru)
1Klik
baru)
TERKAIT