Sunteți pe pagina 1din 20

BAB I.

PRESENTASI KASUS

A. ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama

: Ny. Kamonang

Usia

: 42 tahun

Pekerjaan

: Karyawan Swasta

Alamat

: Selumit Pantai RT 08 No. 3

Status

: Sudah Menikah

Keluhan Utama

: Pusing Berputar

Keluhan Tambahan

: Mual, Muntah

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke Puskesmas Sebengkok dengan keluhan pusing berputar sejak 2 hari
yang lalu. Apabila melihat sekeliling seakan lingkungan pasien berputar. Pusing dirasakan tibatiba saat bangun tidur, saat pasien menoleh ke kiri dan ke kanan, dan saat pasien mencoba duduk.
Hingga pasien tidak dapat berdiri. Pusing dirasakan di seluruh bagian kepala, terus-menerus
sepanjang hari, terasa lebih berat apabila pasien bergerak dan membuka mata, dan berkurang
apabila pasien tiduran dan memejamkan mata. Aktifitas pasien yang harus dilakukan dengan
berdiri atau berjalan, seperti jalan ke kamar mandi dibantu. Selain itu pasien juga merasakan
1

mual dan muntah sebanyak 5 kali selama 2 hari ini. Awalnya muntah berisi makanan namun
lama-lama hanya berisi cairan saja.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat sakit maag (lambung). Pasien pernah mengalami keluhan seperti
ini setahun yang lalu. Pasien tidak pernah dirawat di RS. Riwayat hipertensi, diabetes melitus,
dan stroke disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien pernah mengalami hal yang sama seperti pasien.

Riwayat Kebiasaan Pribadi


Pasien tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok. Pasien jarang berolahraga.
Pasien sering telat makan dan tidur larut malam.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak Sakit Ringan

Kesadaran

: Komposmentis

Berat Badan

: 68 kg

Tinggi Badan

: 150 cm
2

Tekanan Darah

: 110/80 mmHg

Frekuensi Nadi

: 78 x/menit

Frekuensi Napas

: 20 x/menit

Suhu

: 36,3 C

Tinjauan Sistem
Mata : Kedua konjungtiva tidak pucat, kedua sklera tidak ikterik.
THT

: Telinga: kedua liang telinga lapang dan tidak terdapat serumen dan sekret.
Hidung: Bentuk normal, tidak ada sekret dan tidak ada deviasi septum.
Tenggorokkan: uvula di tengah, tonsil T1/T1, mukosa merah muda.

Leher : Kelenjar Getah Bening tidak teraba membesar.


Thorax :
Paru

: Ins: pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri.


Pal: vokal fremitus simetris kanan dan kiri.
Per: kedua lapang paru sonor.
Aus: Bunyi Nafas Dasar vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-.

Jantung : Ins: pulsasi ictus cordis terlihat.


Pal: Pulsasi ictus cordis teraba.
Per: batas jantung dalam batas normal.
3

Aus: bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).


Abdomen

: Ins: perut datar.


Aus: Bising usus (+) 5x/menit.
Per: timpani.
Pal: supel, nyeri tekan epigastrium (+).

Extremitas

: akral hangat, Capillary refill time < 2, edema (-).

Status Neurologis
Rangsangan selaput otak

: Kaku kuduk Brudzinski I Laseque >70/>70

Saraf Otak

Kernig -/Brudzinski II -/Hoffman Trommer -/-

N. I

: Normosmia.

N. II

: Visus kasar baik, buta warna (-), funduskopi tidak dilakukan.

N. III, IV, VI : Bola mata simetris, ptosis -, eksoftalmos -, enoftalmos -, strabismus -, diplopia -.
Pupil bulat, isokor, ditengah, RCL +/+, RCTL +/+, refleks akomodasi +/+.
N. V

: Buka tutup mulut baik, gerak rahang baik, reflex cornea +/+, reflex maseter -.

N. VII

: Sikap wajah simetris, lagoftalmos -/-, angkat alis dan kerut dahi baik.
4

Sulcus nasolabialis tidak mendatar.


N. VIII

: Nistagmus -, vertigo +, tes gesek jari +/+, tes suara bisik baik/baik.

N. IX, X

: Arcus faring simetris, uvula ditengah, palatum mole intak.


Reflex oculocardiak +/+, reflex sinus caroticus +.

N. XI

: Angkat bahu +/+, menoleh kanan dan kiri baik.

N. XII

: Posisi lidah dalam mulut simetris, tremor -, fasikulasi -, atrofi -, julur lidah baik.

Sensibilitas

Eksteroseptif : Baik.
Proprioseptif : Baik.
Motorik
5555 I 5555

Normotonus, Eutrofi.

5555 I 5555
Koordinasi

: Tes telunjuk hidung : kurang baik.


Tes jari-jari

: kurang baik.

Romberg

:+

Romberg dipertajam : +

Sistem Reflexs

:
5

Refleks Fisiologis

Refleks patologis

Sistem Otonom

: Bisep ++/++

KPR ++/++

Trisep ++/++

APR ++/++

: Babinski -/Gordon -/-

Oppenheim -/-

Schaeffer -/-

Hoffman Trommer -/-

Miksi

: Baik.

Defekasi

: Baik.

Keringat

: Baik.

Fungsi Luhur :
Memori

: Baik.

Bahasa

: Baik.

Kognitif

: Baik.

Afek & Emosi : Baik.

C. DIAGNOSA
Klinik

Chaddock -/-

: Vertigo
6

Etiologi

: Benign Paroksismal Postural Vertigo

Topis

: Sistem vestibular

D. TERAPI
Diet

: Biasa

Medikamentosa

: Dimenhidrinat 3 x 50mg
Ranitidine 2 x 150mg
Domperidone 3 x 10mg
Vitamin Bkompleks 2 x 1

E. PROGNOSIS
Ad vitam

: ad bonam

Ad functionam

: ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bona

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN

Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih anak anak, kita
pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar, terasa atau terlihat
sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo.
Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi rumah sakit atau
praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat
disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat dibedakan jumlah penderita vertigo yang
mengunjungi praktek dokter spesialis Telinga-Hidung-Tenggorok atau penyakit Saraf.
Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual, muntah dan
mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan apparatus vestibular
dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis batang otak.
Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda misalnya pusing,
pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau merasakan badan atau dunia
sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik.
Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda yang tidak saling tergantung.
Pertama. System vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi.
Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot member informasi
menyangkut hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Yang ketiga, penglihatan member
persepsi dari sensasi posisi, kecepatan, dan orientasi. Yang terakhir, semua sensasi ini di
integrasikan pada batang otak dan serebelum.

B. DEFINISI
Vertigo berarti sensasi bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila penderita
merasa dirinya yang bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif bila penderita melihat
sekelilingnya yang bergerak atau berputar.
8

C. ANATOMI
Jaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo :
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di vestibulum, reseptor cahaya di
retina, reseptor mekanis di kulit, otot, dan persendian.
2. Saraf aferen, berperan menghantarkan impuls ke pusat-pusat keseimbangan di otak: saraf
vestibular, saraf optic, saraf spinoserebelaris.
3. Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum, korteks serebri, hipotalamus, pusat
saraf otonom di batang otak, inti okulomotorius, formation retikularis.

D. PATOFISIOLOGI
Keseimbangan

yang

normal

membutuhkan

bahwa

kita

secara

akurat

dapat

mengidentifikasi posisi kita terhadap lingkungan, dapat mengidentifikasi gerakan kita dan
mengontrol gerakan kita. Tugas ini dilakukan oleh seperangkat system saraf yang
mengkoordinasi informasi sensorik mengenai kita dan lingkungan.
Penglihatan (vision) mensuplai informasi mengenai posisi dan gerakan objek, somatosensorik (rasa raba dan proprioseptif) memberi masukan mengenai posisi dari tubuh serta bagianbagiannya, dan input dari vestibular memberikan informasi mengenai gerak kepala dan posisi
kepala sehubungan dengan gravitasi, input sensorik ini kemudian di olah di otak, yang kemudian
menciptakan tingkah yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan dan orientasi
sewaktu kita melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.
Tetapi bila oleh suatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, impuls yang berasal dari
kanalis semisirkularis mencapai nucleus motorik otot-otot mata (nistagmus), medula spinalis
(rasa tidak mantap dari kecenderungan untuk jatuh pada waktu berjalan dan berdiri) dan pusat
otonom dalam formation retikularis (berkeringat, pucat).
9

E. ETIOLOGI
1. Penyakit system vestibular perifer
Benda asing, radang (labirinitis), trauma, perdarahan, gangguan saraf VIII (karena
trauma, infeksi)
2. Penyakit susunan saraf pusat :
Iskemia otak, infeksi, trauma kepala, tumor, epilepsy.
3. Kelainan endokrin (hormonal) :
Hipotiroid, hipoglikemik, menstruasi, menopause.
4. Kelainan psikiatri :
Depresi, neurosa, cemas, fobia.
5. Kelainan mata.
6. Intoksikasi makananan, minuman, dan obat-obatan :
Streptomisin, antikonvulsan, antihipertensi, penenang, alcohol, gentamisin kinin.

F. KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di
perifer (telinga dalam, atau saraf vestibular).

Vertigo Sentral
10

Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum.
Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi
gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi
motorik, rasa lemah.
Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan koordinasi. Penderita
gangguan serebelar mungkin mempunyai kesulitan dalam melaksanakan gerak supinasi dan
pronasi tangannya secara berturut-turut (dysdiadokinesia).
Percobaan tunjuk hidung (penderita disuruh menunjuk jari pemeriksaan dan
kemudian setelah itu menunjuk hidungnya) dilakukannya dengan buruk dan terlihat adanya
gejala atakia.

Vertigo Perifer
Lamanya vertigo berlangsung :
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh
perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering
penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala,
pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala
menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu

11

Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada
penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak, dan
gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak
terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.

G. DIAGNOSIS
Anamnesa
Kata-kata yang digunakan penderita untuk menyatakan vertigo atau gangguan
keseimbangan lainnya beragam. Harus ditanyakan apakah ada pengaruh sikap atau perubahan
sikap terhadap munculnya vertigo. Posisi mana yang dapat memicu vertigo. Penting ditanyakan
keadaan apalagi, selain perubahan posisi, yang dapat membuat gejala vertigo bertambah berat.
Sesekali ditemukan penderita mengeluh bahwa masukan visual saja cukup untuk mencetuskan
vertigo.
Keluhan rasa tidak stabil pada gangguan vestibular menjadi lebih buruk bila fiksasi
penglihatan dihilangkan. Lain halnya gangguan serebelum, ketidakseimbangan tidak dipengaruhi
oleh atau bertambah buruk oleh fiksasi visual. Salah satu keadaan yang dapat mengganggu
penderita dengan gangguan vestibular ialah rasa disorientasi (orientasi terganggu). Ada penderita
yang aparat vestibular perifernya rusak, mengeluhkan osilopsia (= suatu ilusi bahwa benda yang
diam tampaknya bergerak maju mundur).
Gangguan vestibular sering mengakibatkan nausea (rasa enek) dan bila dapat
mengakibatkan muntah, keadaan ini lebih mencolok pada lesi perifer dan kurang pada penyakit
serebelar. Vertigo yang berasal dari gangguan di telinga dalam umumnya timbul mendadak.
Permulaan yang gradual cenderung berasal dari susunan saraf pusat. Gejala yang timbul
intermiten dijumpai pada penyakit telinga dalam. Dan gejala yang terus menerus dicurigai
adanya kelainan di susunan saraf pusat. Umumnya lebih sentral letak kelainannya, lebih lama
berlangsungnya keluhan vertigo. Bila keluhan vertigo meningkat bila penderita berubah posisi,
hal ini menunjukkan bahwa gangguan ada di system vestibular, baik yang perifer maupun yang
12

sentral. Bila vertigo timbul hanya pada posisi tertentu, dicurigai ada disfungsi otolit, seperti pada
vertigo posisional benigna.

Pemeriksaan
1. Gejala objektif daripada vertigo ialah adanya nistagmus
Nistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya (misalnya jerk dan pedunlar), menurut
bidang gerakannya (horizontal, rotatoar, vertical, campuran), arah gerakan, amplitude dan
lamanya nistagmus berlangsung. Dianggap berasal dari susunan saraf pusat (sentral) yaitu
nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah arah, nistagmus yang sangat aktif namun
tanpa vertigo. Didapat pada gangguan vestibular perifer yaitu nistagmus yang rotatoar.
2. Tes Romberg dipertajam
Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya, tumit
kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan dilipat pada dada
dan mata kemudian ditutup. Orang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih.
3. Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah dengan
kecepatan seperti berjalan biasa. Harus berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak selama
tes ini. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular. Kedudukan akhir dianggap
abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
4. Salah tunjuk (past pointing)
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk
pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi dan

13

kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi)
demikian juga dengan gangguan serebelar.
5. Maneuver Nylen Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan gangguan
sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita disuruh duduk di
tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat tidur
dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang
dengan kepala melihat lurus, dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita
disuruh tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.
6. Tes kalori
7. Elektronistagmografi
8. Posturografi

H. PENGOBATAN
1. Terapi kausal
Obati penyebab dasarnya
2. Terapi simptomatik (medikamentosa)
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat
terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik.
Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa
minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

Anti Histamin

14

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat
meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin
yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik sentral ini ada kaitannya
dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi
(mengantuk).
BETAHISTIN
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga
dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan
di lambung, rasa enek, dan sesekali rash di kulit.
BETAHISTIN MESYLATE (MERISLON)
Dapat diberikan dengan dosis 6 mg (1 tablet) 12 mg, 3 kali sehari per oral.
BETAHISTIN DI HCL (BETASERC)
Dapat diberikan dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari.
DIMENHIDRINAT (DRAMAMINE)
Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg 50 mg (1 tablet), 4 kali
sehari. Efek samping ialah mengantuk.
DIFHENHIDRAMIN HCL (BENADRYL)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg,
4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.

Antagonis Kalsium
15

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine
(Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular
karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium.
CINNARIZINE (STUGERONE)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap
akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg
sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa
kering dan rash di kulit.

Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetic (anti muntah). Namun tidak
semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil)
sangat efektif untuk nausea namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
PROMETHAZINE (PHENERGAN)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas
obat ini ialah 4 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral
atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah
sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat
Fenotiazine lainnya.
KHLORPROMAZINE (LARGACTIL)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini
dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang
lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

Obat Simpatomimetik
16

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik
yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
EFEDRIN
Lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat
obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah
insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah gugup.

Obat Penenang Minor

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita
yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi
kabur.
LORAZEPAM
Dosis dapat diberikan 0,5 mg 1 mg
DIAZEPAM
Dosis dapat diberikan 2 mg 5 mg.

Obat anti kolinergik

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan
dapat mengurangi gejala vertigo.

SKOPOLAMIN

17

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai
khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg 0,6 mg, 3 4 kali sehari.

3. Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan
keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan
adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di
susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadangkadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan
untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan
keseimbangan. Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.
5. Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari
kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
18

7. Melirikkan mata kea rah horizontal dan vertikal.


8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi
pada objek yang diam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM. Vertigo Tujuh Keliling , Jakarta, Balai Penerbit FKUI 2001.
2. Smith WS, Johnston SC, Easton JD. Hauser SL. Eds. In: Harrisons Neurology in Clinical
Medicine, New York, McGraw Hill 2006.
19

20

S-ar putea să vă placă și