Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
10, 11, 12
ditangguhkan
sampai
3, 5
kuretase, dan
kekambuhan.
Pada
kasus
ini
dijelaskan
gigi molar desidua kedua, dan perpindahan mesial secara parial membentuk
bikuspid kedua (Gbr. 1). Computed tomografi (CT) scan mengungkapkan
perluasan baik pada lempeng bukal maupun lingual kortikal dari mandibula
posterior kanan oleh lesi kistik. Gigi molar pertama bagian bawah juga termasuk
yang terkena lesi, sedangkan lesi tidak terjadi di bikuspid kedua yang terbentuk
secara terpisah atau molar desidua kedua (Gbr. 2A dan B). Setelah suntikan media
kontras secara intravena, lesi dianggap sebagai kista, karena menunjukkan sedikit
peningkatan dan tidak terlihat seperti jaringan lunak di sekitarnya misalnya otot
(Gambar 2C). Berdasarkan temuan klinis dan radiografi, ditetapkan diagnosis
kerja kista dentigerous.
Gambar 1.
Gambar 2.
Enukleasi dari lesi dilakukan di bawah anestesi umum. Selama operasi, lesi
kistik, yang menutup molar pertama permanen bagian bawah, mudah dipisahkan
dari tulang sekitarnya karena memiliki kapsul yang jelas. Desidua pertama dan
molar kedua juga diekstraksi. Namun, bikuspid kedua yang terbentuk secara
parsial dan molar kedua bawah permanen dibiarkan tidak terganggu. Seluruh
spesimen kemudian diserahkan untuk pemeriksaan histopatologi.
Pemeriksaan kotor mengungkapkan lesi monositik. Pada tampilan
mikroskopis daya rendah, lesi kistik terlihat terutama dilapisi oleh lapisan tipis
nonkeratinizing berlapis epitel skuamosa. Peradangan minimal ditemukan pada
fibrosa tebal dinding jaringan ikat. Di daerah fokal, lapisan epitel tumbuh ke
bawah ke dalam jaringan ikat yang mendasari (Gambar. 3A). Epitel yang
menginvasi jaringan ikat ini menunjukkan lapisan basal sel kolumnar dengan inti
hiperkromatik yang menunjukkan polaritas berlawanan dan vakuolisassi
sitoplasma basilar (Gbr. 3B). Sel-sel epitel suprabasal kohesif secara bebas dan
menyerupai retikulum stellata. Dengan demikian diagnosis patologis terakhir
adalah ameloblastoma unikistik tipe mural (Gambar. 3C).
Gambar 3.
Diskusi
CT, pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970, merupakan alat yang
sangat penting untuk mendiagnosis lesi dan rencana perawatan. Keunggulan CT
dibanding dengan pemeriksaan radiografi konvensional dalam deteksi dan
deliniasi lesi intraossea dan dampaknya terhadap jaringan yang berdekatan telah
ditunjukkan dalam banyak penelitian.2,
13, 14
disajikan dalam skala nilai yang disebut unit Hounsfield (HU). Dalam kasus kami,
kemungkinan udara yang terkandung dalam lesi diperoleh dari pemeriksaan
noncontrast, karena lesi lebih hyperdense dibandingkan dengan udara (-1000 HU).
Setelah suntikan media kontras secara intravena, ada sedikit peningkatan dalam
lesi, menyarankan pada lesi kistik, karena angiogenesis tumor berkorelasi positif
dengan nilai atenuasi CT.15 Pada titik ini, sifat kistik lesi jelas, tetapi diagnosis
lebih lanjut tidak layak karena adadnya fakta bahwa penyelidikan yang terbatas
telah dilakukan mengenai pola kepadatan ameloblastoma unikistik, keratocysts
odontogenik, dan kista dentigerous.16
Biopsi dari lesi kistik pericoronal besar biasanya diperlukan, karena jenis
lesi mungkin termasuk kista dentigerous, keratocyst odontogenik, ameloblastoma
unikistik
atau
konvensional,
fibroma
ameloblastik,
adenomatoid
tumor
dilakukan, dan lesi dianggap sebagai kista dentigerous. Hanya setelah enukleasi
bisa dilakukan diagnosis secara definitif sebagai ameloblastoma unikistik.
Untungnya, ameloblastoma unikistik memiliki perilaku biologis yang kurang
agresif dan prognosis yang lebih baik bahkan setelah perawatan bedah
konservatif. Namun, kami masih menyarankan biopsi insisi dilakukan sebelum
operasi untuk lesi radiolusen pericoronal besar, karena lesi yang lebih agresif
seperti keratocysts odontogenik atau ameloblastoma konvensional mungkin bisa
ditemui.
3, 12
terutama pada populasi yang lebih muda, mengingat dampak yang merusak pada
perkembangan rahang, fungsi pengunyahan, pertumbuhan wajah, dan aspek-aspek
psikososial.4, 5, 6, 10, 11, 17 Porgrel et al18 menganjurkan bahwa enukleasi diikuti oleh
kuretase dan cryospray nitrogen cair atau kauterisasi solusi Carnoy akan sesuai
untuk ameloblastoma unikistik. Pada lesi yang lebih luas, marsupialisasi mungkin
menjadi alternatif pengobatan, karena mudah dilakukan dan aman, dan dapat
mengurangi ukuran lesi serta morbiditas bedah. 11 Marsupialisasi dilaporkan
bermanfaat sebagai manajemen awal dan sebagai modalitas pengobatan yang
lebih efektif dan lebih baik untuk lesi kistik pada pasien remaja. 10, 12 Nakamura et
al10 melaporkan 24 rangkaian ameloblastoma unikistik yang diobati dengan
marsupialization dan menemukan regresi atau penurunan ukuran lesi menjadi
kurang dari setengah ukuran awal pada 16 lesi. Oleh karena itu, ketika
merencanakan pengobatan ameloblastoma unikistik, masalah estetik pasien,
fungsi pengunyahan, pertumbuhan wajah, kualitas hidup, dan morbiditas potensial
yang disebabkan oleh intervensi bedah harus diperhitungkan.
Mengenai ameloblastoma unikistik, kekambuhan setelah pengobatan
dilaporkan pada ~7-25%1, 12, 19 dan terkait dengan jenis histologis, tempat asal, dan
modalitas pengobatan awal.
4,
17
diberikan untuk tipe mural.5, 7, 8, 18, 19 Intervensi konservatif umumnya lebih disukai
untuk ameloblastoma unikistik di mandibula tetapi tidak disarankan bagi
ameloblastoma unikistik pada rahang atas, karena osteoarchitecture spons rahang
atas memfasilitasi penyebaran tumor dan dekat dengan struktur vital seperti orbit,
fossa pterygomaxillary, dan cranium.3,
17, 19