Sunteți pe pagina 1din 36

Tugas PSR TC.

31 03

LAPORAN PERANCANGAN
SISTEM JARINGAN DIGITAL MICROWAVE RADIO
R26 Bandung R25A Cimahi

Dibuat oleh:
Ahmad Fajar Sholahuddin
Nim. 05321003
Kelas. 3A

PRODI TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2008

DAFTAR ISI
Link R26 Bandung R25A Cimahi
1. Ruang Lingkup ..

2. Spesifikasi Perancangan

3. Data Topografi ...

4. Perancangan Path Profile ...

4.1 Hasil Simulasi S/W ..

4.2 Analisa Hasil Simulasi .

5. Perhitungan Link Budgeg (Link Budget Calculation) ...

10

5.1. Free Space Loss (FSL)

10

5.2. Receive Signal Level (RSL)

10

5.3. Thermal Fade Margin ..

11

5.4. Performance Objective .

11

5.4.1. Quality .

11

5.4.2. Availability ..

12

5.4.3. Outage Time

12

6. Lembar Perhitungan Link (Path Calculation Sheet) 13


7. Kesimpulan dan Analisa .

18

7.1. Analisa1 8
7.2. Kesimpulan .

19

Link R26 Bandung R27 Nagrek


1. Ruang Lingkup . 21
2. Spesifikasi Perancangan ... 21
3. Data Topografi .. 22
4. Perancangan Path Profile .. 24
4.1 Hasil Simulasi S/W 24
4.2 Analisa Hasil Simulasi 25
5. Perhitungan Link Budget (Link Budget Calculation) ... 26
5.1 Free Space Loss (FSL) 26
5.2 Receive Signal Level (RSL) 26
5.3 Thermal Fade Margin .. 27
2

5.4 Performance Objective .. 27


5.4.1

Quality .. 27

5.4.2

Availability ... 28

5.4.3

Outage Time . 29

6. Lembar Perhitungan Link (Path Calculation Sheet) 33


7. Kesimpulan dan Analisa 33
7.1 Analisa 33
7.2 Kesimpulan 34

Link R26 Bandung R25A Cimahi


Gambar 1 Pengaturan parameter simulasi path profile untuk link Bandung Cimahi
6
Gambar 2. Terrain profile link R26 Bandung R25A Cimahi; k = 1,33
7
Gambar 3. Terrain profile link R26 Bandung R25A Cimahi; k = 1 .
8
Gambar 4. Terrain profile link R26 Bandung R25A Cimahi; k = 0.5 .
8
Gambar 5 Obstacle sebesar 1,5 dB dihasilkan karena perancangan tinggi antenna
yang kurang benar
9
Tabel 1 Spesifikasi link radio

Tabel 2 identitas site .

Table 3 Data Topografi lintasan Bandung Cimahi .

Link R26 Bandung R27 Nagrek


Gambar 1. Terrain profile link R26 Bandung R27 Nagrek; k = 1,33 ... 24
Gambar 2. Terrain profile link R26 Bandung R27 Nagrek; k = 0.5 .. 25
Gambar 3. Terrain profile link R26 Bandung R27 Nagrek; k = 2,5 .. 25
Tabel 1 spesifikasi link radio yang digunakan 22
Table 2 Identitas site 22
Table 3 Data Topografi lintasan Bandung Nagrek ... 23

Daftar Pustaka .. 35

LAPORAN PERANCANGAN
SISTEM JARINGAN DIGITAL MICROWAVE RADIO
R26 BANDUNG R25A CIMAHI
1.

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Berikut ini adalah ruang lingkup pecancangan sistem jaringan digital microwave radio link
antara Bandung Cimahi (R26 R25A), meliputi:

Membuat preliminary link analisis dan preliminary perancangan path profile untuk link
radio microwave.

Site survey, meliputi perancangan Path profile dengan menggunakan peta topografi
berskala:50.000, dengan membaca latitude dan longitude sepanjang lintasan radio.

Field Path Surver, meliputi pembacaan kontur lintasan radio pada peta topografi 1:50000
sebagai acuan untuk menentukan ketinggian di sepanjang area LOS pada link radio, serta
menentukan bentuk topografinya.

Simulasi S/W, meliputi simulasi path profile link radio ke dalam software winprof untuk
mengatur ketinggian antenna agar terpenuhi syarat LOS (dipenuhi juga dengan adanya
variasi vegetasi yang melingkupi area antar hop pada link yang disebutkan).

Link analisis dilakukan setelah path profile selesai, untuk menentukan link budget suatu
link radio.

Menganalisis Path Calculation link radio, pengaruh parameter yang digunakan (faktor k,
frekuensi, tinggi antenna dan Fresnel zone) terhadap kinerja radio.

Menganalisis Quality, Availability dan Outage time dari perancangan link.

2.

SPESIFIKASI PERANCANGAN

Radio yang digunakan : S.I.C.E Microwave Long Haul PDH Radio Links.
Spesifikasi radio yang digunakan:
No
1.

Item / Parameter
Digital radio equipment :

Spesifikasi

1. Transmitter

Vendor
ERICSSON

Ket
MINILINK
-E

Frekuensi Tx

7121 MHz (R26-R27A)

Daya Output RF

+21 dBm 2 dB

Tipe Modulasi

C-QPSK

Data Rate

34 Mbps
5

2. Receiver

2.

Frekuensi Rx

7289 MHz (R26-R25A)

Receiver Threshold

-78 dBm

Level
- Antenna

Polarisasi

Tipe

Antenna Parabola

antenna :

Gain

42,5 dBi

Horizontal/

- Feeder

3.
4.
5.

vertikal

Jenis

Coaxial ubalanced

Product code

TZC 750 24

attenuasi
BER
Data rate
Tx Rx spacing

D = 2,4 m

92 dB/km
1 x 10-6
34 Mbit/s
168 (datarate : 34 Mbps)
Table 1 Spesifikasi Radio Link

75

Spesifikasi Site bagian jawa barat berikut site name, facing name masing-masing dengan
latitude dan latitutenya:
Name
Site
Bandung
Facing Cimahi

3.

Site/Facing No.
Long. East
R26
107 o 36 19
R27
107 o 32 6
Table 2 Identitas site

Lat. South
54o 54 50
6o 53 9

Tinggi site
40 m
40 m

DATA TOPOGRAFI

Data topografi berisi table yang memuat informasi tentang banyaknya point yang digunakan,
bentang jarak antar hop terhitung dengan perbandingna skala peta 1:50000, vegetasi sepanjang
lintasan, dan altitude sepanjang lintasan yang memenuhi LOS. Dalam hal ini, penulis telah
menghitung jarak lintasan link yang memehuhi criteria LOS (Line Of Sight) antara Bandung
Cimahi sepanjang 7,75 km.

No.
0
1
2
3
4
5
6

Jarak
(km)
0
0.25
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50

Bandung Cimahi (7,75 km LOS)


Tinggi
Vegetasi No.
Jarak
(m)
(km)
716
kota
16
4.00
716
17
4.25
716
18
4.50
716
19
4.75
703
20
5.00
703
21
5.25
703
22
5.50
6

Tinggi
(m)
700
724
724
724
724
724
724

Vegetasi
sawah

Kota

7
1.75
703
23
5.75
724
8
2.00
716
24
6.00
724
9
2.25
716
sawah
25
6.25
724
10
2.50
716
26
6.50
724
11
2.75
716
27
6.75
724
12
3.00
716
Kampung 28
7.00
724
13
3.25
716
26
7.25
749
14
3.50
716
30
7.50
749
15
3.75
700
sawah
31
7.75
749
Keterangan tinggi vegetasi (dalam meter):
Kota
: 30
Sawah
:1
Kampung
: 15
Table 3 Data Topografi lintasan Bandung Cimahi

4.

Sawah

Kota

PERANCANGAN PATH PROFILE

Setelah diketahui bentuk topografi sepanjang lintasan yang mensyaratkan LOS pada masingmasing titik di Bandung Cimahi, didapatkan simulasi Path Profile menggunakan software
WINPROF berdasarkan data-data di atas untuk kondisi persentase freznel zone sebesar 60 %,
frekuensi Tx = 7121 MHz, dan factor k yang berbeda.

Gambar 1 Pengaturan parameter simulasi path profile untuk link Bandung Cimahi
Gambar di atas menjelaskan perancangan link radio antara Bandung Cimahi memakai
ketinggian H1 (Bandung) = 60 m dan H2 (Site Cimahi) = 60 m; frekuensi yang digunakan =
7,121 GHz; persentasi freznel zone = 60 %; dan koefisien k = 1,33 (atmosfer normal).

4.1 HASIL SIMULASI S/W


Hasil simulasi di bawah ini menjelaskan beberapa kondisi yang akan terjadi jika ditentukan
perubahan pada parameter maupun perancangan system radio. Pembacaan kontur dan jenis
vegetasi pada table 3 diatas diinputkan sebagai referensi mencari LOS.
Pengaruh factor k terhadap path profile link radio
7

a. Kondisi factor k = 1 (atmosfer normal)

Gambar 2. Terrain profile link R26 Bandung R25A Cimahi; k = 1,33


b. Kondisi factor k =1

Gambar 3. Terrain profile link R26 Bandung R25A Cimahi; k = 1

c. Kondisi factor k =0,5

Gambar 4. Terrain profile link R26 Bandung R25A Cimahi; k = 0.5

Pengaruh ketinggian pemasangan antenna terhadap path profile link radio

Gambar 5 Obstacle sebesar 1,5 dB dihasilkan karena perancangan tinggi antenna yang
kurang benar
4.2 ANALISA HASIL SIMULASI
9

Analisa path profile link radio yang dipengaruhi oleh koefisien k, daerah freznel zone, dan
ketinggian penempatan antenna sehigga memenuhi afilabilitas Line Of Sight (LOS) dan area
gelombang elektromagnetik sepanjang lintasan radio yang membentuk eliptik.
a. Pengaruh koefisien k
Nilai k yang digunakan (k = 4/3; k = 1; k = 0,5) pada gambar di atas menunjukkan kondisi
atmosfer bumi yang akan mempengaruni LOS sinyal pada link radio. Gambar 2, gambar 3, dan
gambar 4 di atas memperlihatkan nilai koefisien k yang berbeda-beda akan mempengaruhi LOS
juga akan berpengaruh.
b. Pengaruh ketinggian antenna
Antenna merupakan perangkat yang mengubah sinyal ke bentuk gelombang elektromagnetik.
Pasangan antenna (Tx dan Rx) pada path profile radio ini juga mengisyaratkan adanya LOS,
sehingga diperhitungkan juga ketinggian antenna yang dibutuhkan untuk koefisien k yang
berbeda-beda sehingga area freznel zone masih dapat terpenuhi. Pada beberapa gambar di atas
digunakan ketinggian antenna sebesa 60 meter baik near end maupun far end-nya, untuk
menghindari vegerasi yang lebih tinggi yang mungkin akan menghalangi daerah freznel zone.
Contoh gambar 5 memperlihatkan ketinggian far end (Cimahi) sebesar 35 m sehingga
menyebabkan obstacle.
c. Pengaruh freznel zone pada path profile link radio
Freznel zone merupakan area gelombang elektromagnetik yang dipancarkan yang membentuk
suatu cincin eliptik dari near end ke far endnya. Nilai persentasi yang umum digunakan dan
telah teruji adalah sebesar 60%. Nilai ini mempertimbangkan cost dan qualitas link radionya.
Semakin tinggi nilai persentasenya, maka area freznel zone akan semakin lebar, tetapi
membutuhkan cost yang cukup banyak pula. Pada gambar di atas dipakai nilai 60 %.

5.

PERHITUNGAN LINK BUDGET (LINK BUDGET CALCULATION)

5.1 Free Space Loss (FSL)


Dipakai:
F = 7,121 GHz.
D = 7,75 km
FSL

= 92.4 + 20 log f (GHz) + 20 log d (Km)


= 92.4 + 20 log 7,121 + 20 log 7.75 (km)
= 92,4+ 17,051 + 17,786
= 127,237 dB

5.2 Received Signal Level (RSL)


Dengan menggunakan data-data pada spesifikasi, hasil simulasi dan perhitungan didapat datadata untuk menentukan parameter RSL, yaitu:
10

PTX
GTX
GRX
LTX

LTX

= +21 dBm
= 42,5 dBi
= 42,5 dBi

TXL L X
100

dimana :
TXL = total panjang saluran feeder (m)
LX = Rugi-rugi saluran feeder (dB)

LRX
LCONN
LCONN
LD/C
LEQ
FSL
LDIFF

= 0,598 dB
= 4 x 0,25 dB
= 1 dB
= 0 dB
= 0 dB
= 127,237 dB (Perhitungan di atas)
= 0 dB (simulasi menggunakan nilai K = 1,33)

Maka RSL didapat dengan rumus :


RSL = (PTX + GTX + GRX) (LTX + LRX + LCONN + LD/C + LEQ + FSL + LDIFF)
RSL = (21+42,5+42,5)-(0,598 + 0,598 + 1 + 0 + 0 + 127,237 + 0) dBm
RSL = (106 127,237) dBm
RSL = - 23,433 dBm

EIRP ( PTX GTX G RX ) ( LTX LRX LCONN LD LEQ )


C

= (21 + 42,5 + 42,5) (0,598 + 0,598 + 1 + 0 + 0)


= 106 2,916
= 103,804 dBm
5.3 Thermal Fade Margin
Thermal Fade Margin menunjukan selisih antara Received Signal Level (RSL) dengan Received
Threshold Level
Link R26 Bandung R25A Cimahi
RSL = --23,433 dBm
11

Received Threshold Level (Cmin) = -78 dBm


Thermal Fade Margin = RSL Cmin = -23,433 (- 78) dB
Thermal Fade Margin, FM(dB) = 54,567 dBm.
5.4 Performance Objective
5.4.1 Quality
Kualitas suatu link radio ditentukan oleh beberapa parameter berikut, yaitu :
Free Space Loss
Fade Margin
Carrier to Noise Ratio
Availability
Outage Time
5.4.2

Availability

Availability menunjukkan persentase (p) total waktu layanan dalam kurun waktu tertentu dan
pada panjang link (link length) pada saat kejadian dimana system BER sama dengan atau lebih
baik dari harga objektif kualitas minimumnya.
Availability antara Link R26 Bandung R25A Cimahi adalah:
FM (dB) = 30 log d(Km) + 10 log [6 A B f(GHz)] 10 log (1-p) -70
A = factor kekasaran (roughness factor)
= 1 (untuk bumi yang cukup kasar)
B = factor konversi dari worst month ke annual probability
= untuk daerah dataran.
f = frekuensi kerja yang digunakan 7,121 GHz.
p

= system availability dan (1-p) adalah system outage

Jadi, perhitungannya:
Diketahui: FM (dB) sebesar 52,962
FM (dB)

= 30 log d(Km) + 10 log [6 A B f(GHz)] 10 log (1-p) - 70

54,567 dB

= 30 log 7,75 + 10 log [6 x 1 x x 7,121] 10 log (1-p) - 70

10log (1 - p) = 26,68 + 10,29 - 54,567 70


10log (1 - p) = - 87,597
Log(1 p)

= - 8,7597

1p

= log-1 (-8,7597)

1P

= 1,74 x 10-9
12

= 1- 1,74 x 10-9

= 0,999999

P (dalam %) = Availabilitas = 99.9999%


5.4.3 Outage Time (sec)
Link radio Bandung (R26) Cimahi (R25A)
Untuk outage time dalam satu tahun, dihitung dari unavailability yaitu 0.0001%, maka outage
time untuk link radio untuk satu tahun yaitu :
Outage Time = 365,25 hari/tahun x 24 jam/hari x 60 menit/jam x 60 menit/detik x 0.0001/100
= 31,5576 detik.

13

6.

LEMBAR PERHITUNGAN LINK (PATH CALCULATION SHEET)

Ref.
NO
1
1

DESCRIPTION
2
Site Name : R26 Bandung
Altitude

: 716 m

Latitude

: 54o 54 50 S

Calculated

UNIT

REMARK

Values
3

5
Tx

Longitude : 107o 36 19 E
Facing Name : R25A Cimahi
Altitude

: 749 m

Latitude

: 6o 53 9 S

Rx

Longitude : 107o 32 6 E
Site A Antenna Height (AGL)

60

60

Above ground level, ini diperlukan


4

untuk menentukan path inclination


Site B Antenna Height (AGL)
Above ground level, ini diperlukan

untuk menentukan path inclination


Antenna Type

Parabola

Masukan tipe dan jenis antena,


6

size
Antenna Gain
Masukan gain antena (dBi) yang

42,5

dBi

akan diinstal di site ini. Informasi


7

ini ada pada spesifikasi antenanya


Transmission Line Type
Masukan tipe dan jenis saluran
(feeder line) yang digunakan, size

Coaxial

Product code:

unbalanced

TZC 750 24

75

etc
Transmission Line Loss

92

Masukan karakteristik redaman


saluran (feeder line) dari saluran
yang akan digunakan untuk
menghubungkan antena dengan
perangkat Pemancar dan
Penerimanya.
14

dB/km

Transmission Line Length

65

meter

Masukan panjang saluran feeder


yang akan digunakan untuk
menginterkoneksi perangkat
Pemancar dan Penerimanya.
10

Transmission Line Loss

0,598

dB

TXL = tinggi

Informasi ini berdasarkan

antenna + 5

perhitungan dari saluran yang

meter

digunakan per spesifikasi.

LTX = 92 dB/km

Lf = (TXL x LTX) 100 , dimana


TXL = Panjang saluran feeder (m)
LTX = Rugi-rugi saluran feeder
11

(dB)
Connector Loss

0,25

dB

dB

dB

7,75

Km

dimana perhitungan dibuat.


Frequency

7,121

GHz

Tx

Masukan freuensi kerja dari

7,289

GHz

Rx

Masukan jumlah loss konektor


yang digunakan. Informasi ini ada
di data sheet connector
Biasanya sampai f =3GHz, 0.25
12

dB/connector
Divider/Combiner Loss
Dalam hal sistem menggunakan
divider atau combiner, masukan
loss dari perangkat tersebut. Info

13

ini ada pada data sheet pabrik


Equipment Tolerance
Jika ada komponen lainnya yang
akan merngintrodusir loss antara
perangkat radio dan antenna ,

14

masukan loss semua item ini.


Path Length
Masukan jarak antara dua site

15

16

perangkat radio

Tx-Rx spacing =

Free Space Attenuation

168
FSL = 92.4 + 20

131,349
15

dB

Informasi ini berdasarkan

log 7,121 + 20

perhitungan redaman atmosfere

log 7.75 (km)

antara dua site.


FSL = 92.4 + 20 Log d + 20 Log f
D = jarak lintasan (Km)
17

F = frekuensi kerja (Ghz)


Difraction Loss

dB

Jika lintasan mengenai obstruksi

Line Of Sight
Terpenuhi

dan menghasilkan difraksi pada


60% Fresnell Zone, masukan
18

harga tersebut.
Radio Type

Minilink-E

Kapasitas data

Masukan tipe/model perangkat

Vendor:

rate = 34 Mbit/s

radio yang digunakan. Info ini

Ericsson

Tipe Modulasi =

untuk referensi saja.


19

Transmitter Power

C-QPSK
+21

dBm

-43,249

dBm

Masukan daya output Pemancar.


Info ini diperoleh dari spesifikasi
20

pabriknya.
Received Signal Level

PTX

= 36

Informasi ini diperoleh dari

dBm

perhitungan Level Sinyal yang

GTX

= 32 dBi

diinginkan di input radio

GRX

= 32 dBi

penerimanya.

LTX

= 4,55

RSL = (PTX + GTX + GRX) (LTX +

dB

LRX + LCONN + LD/C + LEQ + FSL +

LRX

LDIFF)

dB

= 4,55

LCONN = 1 dB
Dimana;

LD/C

= 0 dB

RSL

= Received Signal Level

LEQ

= 0 dB

PTX

= Daya Output Pemancar

FSL

GTX

= Gain antena pemancar

118,114 dB

GRX

= Gain antena penerima

LDIFF

LTX

= Loss saluran feeder di

TX
16

= 0 dB

LRX

= Loss saluran feeder di

RX
LCONN = Loss konektor

21

LD/C

= Loss Divider/Combiner

LEQ

= Loss Equip Tolererance

FSL

= Free Space Loss

LDIFF = Difraction Loss


Effective Isotropically Radiated

103,804

dBm

= 36

Power

dBm

Infomarsi ini berdasarkan

GTX

= 32 dBi

perhitungan daya emisi/radiasi

GRX

= 32 dBi

pancaran isotropis dari satu site ke

LTX

= 4,55

site lawannya. Info ini bisa

dB

digunakan untuk tujuan

LRX

peraturan/polycy setempat.

dB

EIRP = (PTX + GTX + GRX) (LTX

LCONN = 1 dB

+ LRX + LCONN + LD/C + LEQ)

LD/C

= 0 dB

LEQ

= 0 dB

Dimana:
EIRP

= Effective Isotropically
Radiated Power

PTX

= Daya Output Pemancar

GTX

= Gain antena pemancar

GRX

= Gain antena penerima

LTX

= Loss saluran feeder di

TX
LRX

= Loss saluran feeder di

RX
LCONN = Loss konektor
LD/C
22

PTX

= Loss Divider/Combiner

LEQ
= Loss Equip Tolererance
Receiver Threshold level

10-6

Criteria
Masukan karateristik performansi
radio penerima sebagai fungsi dari
BER pada minimum level yanag
17

BER

= 4,55

dikehendaki.

23

Receiver Threshold Level

-78

dBm

Referensi nilai

Masukan level threshold radio

Cmin berasal

penerima yang mana

dari datasheet

dispesifikasikan pada kriteria


threshold. Informasi ini ada pada
24

spesifikasi pabrik radionya.


Thermal fade Margin

54,567

dB

RSL = -23,433

Informasi ini berdasarkan

dBm

perhitungan ratio/perbedaan antara

Cmin = -78 dBm

unfaded RSL dan Receiver level


25

thresholdnya.
Worst Month Availability

26

Dihitung berdasarkan ITU-R P.530


Worst Month Outage Time

2,592

27

Dihitung berdasarkan ITU-R P.530


Annual Availability

99,9999

28

Dihitung berdasarkan ITU-R P.530


Annual Outage Time

31,5576

Sec

%
Sec

Dihitung berdasarkan ITU-R P.530

7.

KESIMPULAN DAN ANALISA

7.1 ANALISA
Hasil data-data yang diperoleh melalui sebuah perancangan path profile antara R26 Bandung
R25A Cimahi, dapat dianalisa beberapa hal, antara lain:
Perancangan path link radio yang berpasangan mensyaratkan adanya Line Of Sight
sepanjang lintasan untuk dapat saling terkoneksi antara 2 ujung link hop. Kondisi LOS ini
tidak akan tercapai tanpa adanya Site survey dan Field survey. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui dan menentukan kontur sepanjang lintasan yang memenuhi LOS sinyal. LOS
tersebut akan berpengaruh terhadap level sinyal yang akan sampai ke antenna penerima.
Dari hasil simulasi path profile menggunakan winprof dapat dianalisa beberapa hal yaitu:
Factor koefisien k menunjukkan perubahan kondisi atmoster yang berakibat terjadinya
perubahan permukaan bumi. Semakin kecil nilai k (k < 4/3 atmosfer normal) maka
18

permukaan bumi akan semakin melengkung (terlihat naik). Nilai k ini akan menentukan
pemilihan tinggi antenna yang dipakai sesuai dengan penentuan persentase freznel zone.
Perancangan link radio ini menggunakan nilai freznel zone 60 %.
Penentuan kontur pada peta topografi membantu dalam pembacaan path profile di software,
khusunya dalam masalah penentuan tinggi antenna. Tinggi antenna diusahakan
menghasilkan daerah freznel zone yang aman terhadap pemotongan area tersebut oleh
kondur bumi. Tinggi antenna yang dipakai oleh Tx dan Rx adalah 60 m.
Free space loss (FSL) dipengaruhi oleh frekuensi kerja dan jarak antar link hop. Kedua nilai
ini sebanding dengan besar FSL yang dihasilkan.
Fade margin merupakan selisih antara RSL dengan receive Threshold Level (referensi
berasal dari datasheet vendor). Fade margin akan menentukan kualitas link yang tahan
terhadap fade. Semakin besar nilai FM, maka link tersebut akan semakin tahan terhadap
fade. Begitu pula sebaliknya.
Receive Signal Level (RSL) menunjukan level daya di receiver. Besar atau kecilnya RSL
bergantung terhadap besar kecilnya Receive Threshold Level (C min) untuk menunjukan
kualitas fade margin. RSL harus berada lebih besar atau sama dengan Received Threshold
Level dan tidak boleh lebih kecil dari level thresholdnya.
System gain digunakan untuk mengimbangi besar daya sinyal yang ditransmisikan agar
sampai di penerima setelah dikurangi total Loss dan rugi-rugi. Nilai system gain yang
semakin besar akan meningkatkan performansi link, availability, dan outage time.

7.2 KESIMPULAN
1) Perancangan link radio microwave mensyaratkan secara mutlak adanya LOS (line of sight).
2) Dalam pra perancangan link, dibutuhkan site survey untuk menganalisa kontur bumi
sepanjang lintasan radio yang dipakai. Selain itu dapa dilakukan field survey, dengan
berkunjung langsung ke lokasi site dan menelusuri sepanjang lintasan. Keduanya harus
memenuhi LOS.
3) Simulasi perancangan path profile link radio perlu dilakukan untuk mendesain LOS antar
hop yang dipengaruhi oleh koefisien k yang berbeda-beda, tinggi antenna, kontur bumi,
pemantulan sinyal, persentase freznel zone, pemilihan frekuensi kerja, dan penentuan
tempat link. Factor-faktor ini juga akan menentukan besar kecilnya availability dan outage
time yang dihasilkan.

19

4) Factor-faktor lain yang akan menentukan LOS dan performansi antar link hop yang
terkoneksi adalah Free Space Loss(FSL), Rugi-rugi komponen, Received Signal Level
(RSL), Fade Margin, dan Sistem Gain.

20

LAPORAN PERANCANGAN
SISTEM JARINGAN DIGITAL MICROWAVE RADIO
R26 Bandung R27 Nagrek

Dibuat oleh:
Ahmad Fajar Sholahuddin
Nim. 05321003
Kelas. 3A

PRODI TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2008

LAPORAN PERANCANGAN
21

SISTEM JARINGAN DIGITAL MICROWAVE RADIO


R26 BANDUNG R27 NAGREK
1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Berikut ini adalah ruang lingkup pecancangan sistem jaringan digital microwave radio link
antara Bandung Nagrek (R26 R27), meliputi:

Membuat preliminary link analisis dan preliminary perancangan path profile untuk link
radio microwave.

Site survey, meliputi perancangan Path profile dengan menggunakan peta topografi
berskala 1:50.000, dengan membaca latitude dan longitude sepanjang lintasan radio.

Field Path Surver, meliputi pembacaan kontur lintasan radio pada peta topografi 1:50000
sebagai acuan untuk menentukan ketinggian di sepanjang area LOS pada link radio, serta
menentukan bentuk topografinya.

Simulasi S/W, meliputi simulasi path profile link radio ke dalam software winprof untuk
mengatur ketinggian antenna agar terpenuhi syarat LOS (dipenuhi juga dengan adanya
variasi vegetasi yang melingkupi area antar hop pada link yang disebutkan).

Link analisis dilakukan setelah path profile selesai, untuk menentukan link budget suatu
link radio.

Menganalisis Path Calculation link radio, pengaruh parameter yang digunakan (faktor k,
frekuensi, tinggi antenna dan Fresnel zone) terhadap kinerja radio.

Menganalisis Quality, Availability dan Outage time dari perancangan link.

2. SPESIFIKASI PERANCANGAN
No
1.

Item / Parameter
Digital radio equipment :

Spesifikasi

3. Transmitter

Vendor
IMTEL

Ket

INSTITUTE

Frekuensi Tx

2684,99 MHz

Daya Output RF

+30 dBm

Tipe Modulasi

QPSK

(R26-R27)

4. Receiver

2.

Frekuensi Rx

2566,99 MHz

Receiver Threshold

-83 dBm

BER = 10-6

Level
- Antenna
Tipe

Case SS Grain (parabola)


22

Gain

30 dBi

Diameter

1,8 meter

- Feeder

LDF5-50

Jenis
3.
4.
5.
6

1 dB/100 m

attenuasi
BER
Data rate
Tx Rx spacing
Konektor loss

1 x 10-6
34 Mbit/s
168 (datarate : 34 Mbps)
0,25 dB
Tabel 1 spesifikasi link radio yang digunakan

Spesifikasi Site bagian jawa barat berikut site name, facing name masing-masing dengan
latitude dan latitutenya:
Site
Facing

Name
Bandung
Nagrek

Site/Facing No.
R26
R27

Long. East
107 o 36 19
107 o 53 20

Lat. South
54o 54 50
7o 1 43

Tinggi site
40 m
40 m

Table 2 Identitas site

3. DATA TOPOGRAFI
Data topografi berisi table yang memuat informasi tentang banyaknya point yang digunakan,
bentang jarak antar hop terhitung dengan perbandingna skala peta 1:50000, vegetasi sepanjang
lintasan, dan altitude sepanjang lintasan yang memenuhi LOS. Dalam hal ini, penulis telah
menghitung jarak lintasan link yang memehuhi criteria LOS (Line Of Sight) antara Bandung
Nagrek sepanjang 33 km.

No.

Jarak
(km)

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
5,5
6
6,5
7
7,5
8

Tinggi
(m)
753
753
704
696
696
686
686
687
687
687
669
673
673
670
670
665
672

Bandung Nagrek (33 km LOS)


No.
Jarak
Vegetasi
(km)
34
kota
35
36
37
38
39
kota
40
41
42
43
44
sawah
45
46
47
48
49
50

23

Tinggi
(m)
668
668
668
684
668
580
580
597
597
622
622
644
669
669
702
702
702

Vegetasi
sawah

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

8,5
9
9,5
10
10,5
11
11,5
12
12,5
13
13,5
14
14,5
15
15,5
16
16,5

672
663
664
668
664
664
664
665
665
665
665
664
664
663
667
667
667

51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66

702
727
727
757
792
757
775
800
800
800
775
840
750
750
925
1025

daratan

Pohon

Keterangan tinggi vegetasi:


Kota
= 30 m
Sawah
=1m
Daratan = 6 m
Pohon
= 10 m

4. PERANCANGAN PATH PROFILE


Setelah diketahui bentuk topografi sepanjang lintasan yang mensyaratkan LOS pada masingmasing titik di Bandung Cimahi, didapatkan simulasi Path Profile menggunakan software
WINPROF berdasarkan data-data di atas untuk kondisi persentase freznel zone sebesar 60 %,
frekuensi 2684.99 MHz, dan factor k yang berbeda.
4.1 HASIL SIMULASI S/W

24

Gambar 1. Terrain profile link R26 Bandung R27 Nagrek; k = 1,33

Gambar 2. Terrain profile link R26 Bandung R27 Nagrek; k = 0.5

25

Gambar 3. Terrain profile link R26 Bandung R27 Nagrek; k = 2,5


4.2 ANALISA HASIL SIMULASI
Hasil simulasi di atas memberikan penjelasan mengenai beberapa hal, diantaranya:

Area freznel zone ditentukan oleh pemilihan Frekuensi kerja yang digunakan dan jarak
sepanjang lintasan. Simulasi di atas menggunakan frekuensi kerja 2685 MHz (hampir
mendekati nilai 2684,99 MHz---dikarenakan keterbatasn software hanya mampu
menginputkan nilai integer). Jika dibandingkan dengan perancangan link hop R26 Bandung
R25A Cimahi, nampak nilai frekuensi kerja yang lebih rendah akan memperbesar area
freznel zone. Sekilas hop R26 Bandung Nagrek R27 memperlihatkan freznel zone yang
nampak lebih runcing. Padahal jika diambil panjang lintasan yang sama, akan nampak
bahwa frekuensi yang lebih rendah menghasilkan freznel zone yang lebih besar.
Keruncingan cincin gelombang elektromagnetik ini dipengaruhi juga oleh jarak lintasan
link. Semakin panjang lintasan, maka freznel zone akan semakin menyempit.

Perancangan antenna menggunakan tinggi 40 m di kedua hop. Tinggi antenna ini tidak
mengharuskan desain yang sama, asalkan memenuhi criteria LOS dan terhindar dari adanya
reflection maupun refraction.

PERHITUNGAN LINK BUDGET (LINK BUDGET CALCULATION)

5.1 Free Space Loss (FSL)


Dipakai:
26

f = 2648,99 GHz.
D = 33 km
FSL = 92.4 + 20 log f (GHz) + 20 log d (Km)
= 92.4 + 20 log 2,64899 + 20 log 33 (km)
= 92,4+ 30,37 + 8,579
= 131,349 dB
5.2 Received Signal Level (RSL)
Dengan menggunakan data-data pada spesifikasi, hasil simulasi dan perhitungan didapat datadata untuk menentukan parameter RSL, yaitu:

PTX
GTX
GRX
LTX

LTX

= 30 dBm
= 30 dBi
= 30 dBi

TXL L X
100

dimana :
TXL = total panjang saluran feeder (m)
LX = Rugi-rugi saluran feeder (dB)

LRX
LCONN
LCONN
LD/C
LEQ
FSL
LDIFF

= 0,45 dB
= 4 x 0,25 dB
= 1 dB
= 0 dB
= 0 dB
= 131,349 dB (Perhitungan di atas)
= 0 dB (simulasi menggunakan nilai K = 1,33)

maka RSL didapat dengan rumus :


RSL = (PTX + GTX + GRX) (LTX + LRX + LCONN + LD/C + LEQ + FSL + LDIFF)
RSL = (30+30+30) - (0,45 + 0,45 + 1 + 0 + 0 + 131,349 + 0) dBm
RSL = (90 133,249) dBm
RSL = - 43,249 dBm

27

EIRP ( PTX GTX G RX ) ( LTX LRX LCONN LD LEQ )


C

= (30 + 30 + 30) (0,45 + 0,45 + 1 + 0 + 0)


= 90 1,9
= 88,1 dBm
5.3 Thermal Fade Margin
Thermal Fade Margin menunjukan selisih antara Received Signal Level (RSL) dengan Received
Threshold Level
Link R26 Bandung R27 Nagrek
RSL = -43,249 dBm
Received Threshold Level (tabel 1, Spesifikasi), Cmin = - 83 dBm
Thermal Fade Margin = RSL Cmin = -43,249 dBm (- 83) dBm
Thermal Fade Margin, FM(dB) = 39,751 dBm.

5.4 Performansi Objektif


5.4.1 Quality
Kualitas suatu link radio ditentukan oleh beberapa parameter berikut, yaitu :
Free Space Loss
Fade Margin
Carrier to Noise Ratio
Availability
Outage Time
Sistem gain
5.4.2

Availability

Availability menunjukkan persentase (p) total waktu layanan dalam kurun waktu tertentu dan
pada panjang link (link length) pada saat kejadian dimana system BER sama dengan atau lebih
baik dari harga objektif kualitas minimumnya.
Availability antara Link R26 Bandung R27 Nagrek adalah:
FM (dB) = 30 log d (Km) + 10 log [6 A B f(GHz)] 10 log (1-p) -70
A = factor kekasaran (roughness factor)
= 1 (untuk bumi yang cukup kasar)
B = factor konversi dari worst month ke annual probability
28

= untuk daerah dataran.


f = frekuensi kerja yang digunakan 2,68499 GHz.
p

= system availability dan (1-p) adalah system outage

Jadi, perhitungannya:
Diketahui: FM (dB) sebesar 52,962
FM (dB)

= 30 log d(Km) + 10 log [6 A B f (GHz)] 10 log (1-p) - 70

39,751 dB

= 30 log 33 + 10 log [6 x 1 x x 2,68499] 10 log (1-p) - 70

10log (1 - p) = 45,56 + 6,05 39,751 70


10log (1 - p) = - 58,141
Log (1 p)

= - 5,8141

1p

= log-1 (- 5,8141)

1P

= 1,53 x 10-6

= 1- 1,53 x 10-6

= 0,9999985

P (dalam %) = Availabilitas = 99.99985%

5.4.3

Outage Time (sec)

Link radio Bandung (R26) Nagrek (R27)


Untuk outage time dalam satu tahun, dihitung dari unavailability yaitu 100% - p(%). Maka
outage time untuk link radio untuk satu tahun yaitu :
(100 p)% = (100 99,99985)% = 0,00015%
Outage Time = 365,25 hari/tahun x 24 jam/hari x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 0,00015/100
= 47,3364 detik

5.

LEMBAR PERHITUNGAN LINK (PATH CALCULATION SHEET)


Ref.
NO
1

Calculated

DESCRIPTION

Value
3

2
Site Name : R26 Bandung
Altitude

: 753 m

Latitude

: 54o 54 50 S

REMARK

Tx

Longitude : 107o 36 19 E
Facing Name : R27 Nagrek
Altitude

UNIT

Rx

: 1025 m
29

Latitude

: 7o 1 43 S

Longitude : 107 53 20 E
Site A Antenna Height (AGL)
3

Above ground level, ini diperlukan

40

Above ground level, ini diperlukan

40

untuk menentukan path inclination


Antenna Type

Case SS

Masukan tipe dan jenis antena, size

Grain

untuk menentukan path inclination


Site B Antenna Height (AGL)
4

(parabola)
Antenna Gain
6

Masukan gain antena (dBi) yang akan


diinstal di site ini. Informasi ini ada

30

dBi

pada spesifikasi antenanya


Transmission Line Type
7

Masukan tipe dan jenis saluran

(feeder line) yang digunakan, size etc


Transmission Line Loss
Masukan karakteristik redaman
saluran (feeder line) dari saluran yang
8

akan digunakan untuk

dB/100 m

45

meter

menghubungkan antena dengan


perangkat Pemancar dan
Penerimanya
Transmission Line Length
Masukan panjang saluran feeder yang
9

akan digunakan untuk


menginterkoneksi perangkat
Pemancar dan Penerimanya.
Transmission Line Loss
Informasi ini berdasarkan
perhitungan dari saluran yang

10

digunakan per spesifikasi.

Lf = (TXL x LTX) 100 , dimana


TXL = Panjang saluran feeder (m)
LTX = Rugi-rugi saluran feeder (dB)

30

dB

Connector Loss
Masukan jumlah loss konektor yang
11

digunalkan. Informasi ini ada di data


sheet connector

0,25

dB

dB

dB

33

Km

Biasanya sampai f =3GHz, 0.25


dB/connector
Divider/Combiner Loss
Dalam hal sistem menggunakan
12

divider atau combiner, masukan loss


dari perangkat tersebut. Info ini ada
pada data sheet pabrik
Equipment Tolerance
Jika ada komponen lainnya yang

13

akan merngintrodusir loss antara


perangkat radio dan antenna ,
masukan loss semua item ini.
Path Length

14

Masukan jarak antara dua site dimana


perhitungan dibuat.
Frequency

15

2,68499

Masukan freuensi kerja dari

2,56699

perangkat radio
Free Space Attenuation

GHz

Informasi ini berdasarkan


perhitungan redaman atmosfere
16

antara dua site.

131,349

dB

dB

FSL = 92.4 + 20 Log d + 20 Log f


D = jarak lintasan (Km)
F = frekuensi kerja (Ghz)
Difraction Loss
Jika lintasan mengenai obstruksi dan
17

menghasilkan difraksi pada 60%


Fresnell Zone, masukan harga

18

tersebut.
Radio Type

Imtel

Masukan tipe/model perangkat radio


yang digunakan. Info ini untuk

Institute
RRU 2.5A

31

Tx
Rx

referensi saja.

Transmitter Power
19

Masukan daya output Pemancar. Info


ini diperoleh dari spesifikasi

+30

dBm

- 43,249

dBm

88,1

dBm

pabriknya.
Received Signal Level
Informasi ini diperoleh dari
perhitungan Level Sinyal yang
diinginkan di input radio
penerimanya.
RSL = (PTX + GTX + GRX) (LTX + LRX
+ LCONN + LD/C + LEQ + FSL + LDIFF)
Dimana;
20

RSL

= Received Signal Level

PTX

= Daya Output Pemancar

GTX

= Gain antena pemancar

GRX

= Gain antena penerima

LTX

= Loss saluran feeder di TX

LRX

= Loss saluran feeder di RX

LCONN = Loss konektor

21

LD/C

= Loss Divider/Combiner

LEQ

= Loss Equip Tolererance

FSL

= Free Space Loss

LDIFF = Difraction Loss


Effective Isotropically Radiated
Power
Infomarsi ini berdasarkan
perhitungan daya emisi/radiasi
pancaran isotropis dari satu site ke
site lawannya. Info ini bisa
digunakan untuk tujuan
peraturan/polycy setempat.
EIRP = (PTX + GTX + GRX) (LTX +
LRX + LCONN + LD/C + LEQ)
32

Dimana:
EIRP

= Effective Isotropically
Radiated Power

PTX

= Daya Output Pemancar

GTX

= Gain antena pemancar

GRX

= Gain antena penerima

LTX

= Loss saluran feeder di TX

LRX

= Loss saluran feeder di RX

LCONN = Loss konektor


LD/C

= Loss Divider/Combiner

LEQ
= Loss Equip Tolererance
Receiver Threshold level Criteria
Masukan karateristik performansi
22

radio penerima sebagai fungsi dari

1 x 10-6

BER

- 83

dBm

39,751

dB

3,89

Sec

99,99985

47,3364

Sec

BER pada minimum level yanag


dikehendaki.
Receiver Threshold Level
Masukan level threshold radio
23

penerima yang mana dispesifikasikan


pada kriteria threshold yang di
tunjukan pada (19). Informasi ini ada
pada spesifikasi pabrik radionya.
Thermal fade Margin
Informasi ini berdasarkan

24

perhitungan ratio/perbedaan antara


unfaded RSL dan Receiver level

25
26
27

28

thresholdnya.
Worst Month Availability
Dihitung berdasarkan ITU-R P.530
Worst Month Outage Time
Dihitung berdasarkan ITU-R P.530
Annual Availability
Dihitung berdasarkan ITU-R P.530
Annual Outage Time
Dihitung berdasarkan ITU-R P.530

7. KESIMPULAN DAN ANALISA


7.1 Analisa
33

Berdasarkan data-data dan hasil simulasi yang dilakukan oleh penulis dapat dianalisa
beberapa hal antara lain:
a. Penggunaaan frekuensi kerja yang berbeda antara Tx dan Rx dimaksudkan untuk
membedakan komunikasi duplex antar hop tersebut ketika radio difungsikan sebagai Tx
atau Rx. Perbedaan nilai frekuensi ini juga digunakan untuk menghindari interferensi sinyal
pada kanal frekuensi yang berdekatan. Penentuan frekuensi yang penulis pakai ditentukan
berdasarkan data rate yang dipakai (4 Mbps) dan Tx-Rx spacing. Data rate digunakan
sebagai acuan penentuan frekuensi kerja. Sedangkan Tx-Rx spacing untuk menentukan
Channel yang dipakai di sisi penerima.
b. Perhitungan link budget melibatkan unsure FSL, RSL, dan Fade margin. Ketiga factor ini
akan menentukan availability dan outage time pada performansi link radio.
c. Free space loss (FSL) ditentukan oleh jarak dan frekuensi kerja. Semakin besar kedua factor
tersebut, maka nilai FSL semakin besar, yang berarti loss yang tidak diinginkan semakin
kecil.
d. Receive Signal Level (RSL) menunjukan level daya di receiver. Besar atau kecilnya RSL
bergantung terhadap besar kecilnya Receive Threshold Level (C min) untuk menunjukan
kualitas fade margin. RSL harus berada lebih besar atau sama dengan Received Threshold
Level dan tidak boleh lebih kecil dari level thresholdnya.
e. Fade Margin digunakan untuk mengukur kualitas link yang berpengaruh terhadap ketahan
link dari fading di atmosfer. Semakin besar fade margin maka link tersebut semakintahan
terhadap pengaruh fading, semakin kecil fade margin maka link tersebut semakin rentan
terhadap fading.
7.2 Kesimpulan
5) Perancangan link radio microwave mensyaratkan secara mutlak adanya LOS (line of sight).
6) Dalam pra perancangan link, dibutuhkan site survey untuk menganalisa kontur bumi
sepanjang lintasan radio yang dipakai. Selain itu dapa dilakukan field survey, dengan
berkunjung langsung ke lokasi site dan menelusuri sepanjang lintasan. Keduanya harus
memenuhi LOS.
7) Simulasi perancangan path profile link radio perlu dilakukan untuk mendesain LOS antar
hop yang dipengaruhi oleh koefisien k yang berbeda-beda, tinggi antenna, kontur bumi,
pemantulan sinyal, persentase freznel zone, pemilihan frekuensi kerja, dan penentuan
tempat link. Factor-faktor ini juga akan menentukan besar kecilnya availability dan outage
time yang dihasilkan.
8) Factor-faktor lain yang akan menentukan LOS dan performansi antar link hop yang
terkoneksi adalah Free Space Loss(FSL), Rugi-rugi komponen, Received Signal Level
(RSL), Fade Margin, dan Sistem Gain.
34

35

DAFTAR PUSTAKA
1.

MINILINK-E INSTALATION MANUAL

2.

MINILINK-E PRODUCT

3.

SUTRISNO, DIGITAL MICROWAVE RADIO SYSTEM

4.

SUTRISNO, PERENCANAAN JARINGAN RADIO MICROWAVE

36

S-ar putea să vă placă și