Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Nixon Sinurat
10-2010-308/B5
30 Juni 2014
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: nixon.sinurat@yahoo.com
PENDAHULUAN
Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan utama program KB nasional adalah untuk
memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas.1,2
Dalam konteks gerakan KB nasional, konsep mandiri merupakan suatu inovasi baru dimana
titik berat dalam penawaran dalam awal pelaksanaan program KB, berubah menjadi fokus
permintaan. Dengan kata lain mandiri dalam program KB meminta masyarakat untuk
berinisiatif serta berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan
perencanaan keluarga, khususnya kebutuhan alat kontrasepsi di tempat pelayanan KB.
1,2
Permasalahan yang dihadapi dalam skenario adalah pada saat koordinasi dengan camat dan
BKKBN dilaporkan bahwa wilayah kerja puskesmas mengalami kenaikan jumlah kelahiran
yang signifikan dibandingkan dengan 2 tahun yang lalu. Disepakati untuk menggalakkan KB
di wilayah tersebut. Prioritas program yang dilaksanakan adalah peningkatan cakupan IUD
dan pemasangan susuk KB. Yang menjadi hambatan adalah adanya anggapan bahwa KB
masih menjadi tabu bagi masyarakat sekitar. Tingkat pendidikan masyarakat juga umumnya
rendah (80% tidak tamat SMP). Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai definisi
1
dari KB, jenis-jenisnya, program puskesmas mengenai KB, peran masyarakat dalam bentuk
Posyandu, peran pemerintah, angka demografi dan juga problem solving cycle .
ISI
Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan suami istri,
sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula menjadi program
pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi penuh dari pemerintah,
berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat yang sadar akan kebutuhannya
hingga bersedia membayar untuk memenuhinya.1,2
Pelayanan kontrasepsi sebagai sebagian dari pelayanan KB merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada konsumen pada
kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan jenjang pelayanan. Fasilitas
pelayanan KB professional dapat bersifat teknik statis atau mobile dan diselenggarakan oleh
tenaga professional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat kesehatan.
Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan yang terpencil. Fasilitas
pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan KB sederhana, lengkap, sempurna dan
paripurna.1,2
Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan jenis alat kontrasepsi seperti kondom,
obat vaginal, pil KB, suntik KB, IUD, menanggulangi efek samping, dan berupaya rujukan.
Tenaga pelaksanannya minimal perawat kesehatan atau bidan yang dilatih. Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Upaya ini bersifat sementara dapat juga bersifat
permanen, penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas, konsumen memerlukan kontrasepsi dengan kemampuan yang dapat dipercayai
untuk mencegah kehamilan.1,2
Alat kontrasepsi yang bermutu minimal memiliki ciri-ciri yakni meimiliki daya guna,
aman, estestis, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus- menerus dan efek
sampingnya sedikit-dikitnya. Angka-angka konkret mengenai jumlah konsumen yang harus
menderita akibat komplikasi pemakaian KB, jumlah kegagalan alat kontrasepsi, berapa
banyak pengguna KB yang dapat ditolong ataupun tidak dan berapa jumlah akseptor yang
harus drop out.1,2
Begitu banyak masalah yang terdapat dalam pemakain alat kontrasepsi tetapi penulis
hanya mengambil asalah mengenai kegagalan pengguna alat kontrasepsi. Penulis
2
menggunakan data pengguna alat kontrasepsi yang tercatat oleh BKKBN (Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional) yang mempunyai tingkat kegagalan. Maka penulis
menentukan jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh masyarakat yang dan data kegagalan
alat kontrasepsi tersebut.1,2
Spermisida
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam
vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genetalia interna. Dikemas dalam
bentuk busa (aerosol), tablet vaginal,krim. Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma
terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur. 1,2
3
Diafragma
Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan
ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual sehingga menutup serviks. Cara kerjanya
menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba falopi) dan sebagai ala tempat spermisida. 1,2 Ada beberapa jenis metode
kontrasepsi oral yang terpilih sebagai metode kontrasepsi yang efektif untuk digunakan.1,2
Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral (Pil) adalah cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil di dalam
stiap yang berisi gabungan dari hormon estrogen dan progesteron atau hanya terdiri dari
hormon progesteron saja. Cara kerjanya menekan ovulasi, mencegah implantasi,
mengentalkan lendir serviks. Keuntungan yang dimiliki adalah efektifitasnya tinggi,
pengguna pil KB dapat hamil lagi, bila dikehendaki kesuburan dan dapat kembali subur
dengan cepat, tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri, siklus haid menjadi teratur,
dan dapat menghilangkan keluhan nyeri haid. 1,2
Kontra indikasi penggunaan kontrasepsi pil Tidak dianjurkan bagi permpuan hamil,
menyusui eksklusif, perdarahan, hepatitis, jantung, stoke, kanker payudara pada wanita jika
tidak menggunakan pil secara teratur setiap hari. Mual muntah, berat badan bertambah,
retensi cairan,
edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat. Keluhan ininberlangsung pada bulan
bulan pertama pemakain pil. 1,2
IUD
IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang terbuat
dari plastik yang halus dan berbentuk spiral atau lainnya yang dipasang ke dalam rahim
dengan memakai alat khusus oleh dokter dan bidan yang sudah dilatih. Keuntungan yang
dimiliki adalah meningkatkan keamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap
resiko kehamilan, dapat dipasang setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan pengguna
IUD cepat kembali setelah dicabut, tidak terdapat adanya efek samping hormonal, dan tidak
mengganggu laktasi.1,2
Kontraindikasi pemasangan IUD / AKDR adalah adanya sangkaan kehamilan, sedang
dalam kehamilan , dan adanya pendarahan di saluran kencing. Efektivitas yang dimiliki
sangat efektif, yaitu 0,5 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun penggunaan.1,2
Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang berbentuk kecil seperti karet elastis yang ditanam
dibawah kulit dan pemakain alat ini dalam jangka waktu 3 5 tahun. Kontraindikasi
penggunaan implant adalah pada kebanyakan pengguna dapat menyebabkan perubahan pola
haid berupa bercak Pendarahan ( spotting, hipermenorea serta amenorea ). Efektivitas yang
dimiliki implant sangat efektif ( kegagalan 0,2 1 kehamilan per 100 perempuan ). 1,2
Ada jenis metode kontrasepsi yang digolongkan sebagai metode kontrasepsi yang
mantap dalam pengaplikasiannya. 1,2
MOW ( Metode Operatif Wanita )
Metode Operatif Wanita adalah metode operasi melalui operasi rongga perut dengan
pemotongan pada tuba falopii. Sehingga dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan.
Kontraindikasi penggunaan MOW adalah apabila terdapat adanya alergi terhadap obat
anastesi, berat badan berlebihan ( obesitas ), infeksi pada saat melahirkan ( intrapartum ) dan
nifas. Efektivitas yang dimiliki sangat efektif ( gagal 0,1 0,7 per 100 perempuan ) .1,2
Tujuan dan Manfaat KB
KB bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi
suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun manfaat dari program KB
(Mochtar,1998) adalah sebagai berikut. 1,2
Kepentingan Orang Tua
Orang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan
keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua haruslah sadar akan batas-batas
kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya sampai
menjadi orang yang berguna. Walaupun manusia dapat mengharapkan pertolongan dari Tuhan
Yang Maha Esa, namun mereka sebagai makhluk insan diberi akal, ilmu dan pikiran sehat,
karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu dan pikiran sehat tersebut untuk mendapatkan
jalan dan hidup yang sehat pula supaya jangan berbuat lebih dari kemampuan yang ada.
Terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia. 1,2
Analisis situasi
Identifikasi masalah
Prioritas masalah
Alternatif solusi
Pelaksanaan solusi terpilih
Evaluasi solusi yang dilaksanakan
Analisis situasi meliputi analisis masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
Berguna untuk melihat penyebab-penyebab atau penyakit apa yang menjadi penyebab utama
angka kematian. 3,4
Incidence rate
Jumlah kasus baru suatu penyakit tertentu yang terjadi dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu, dalam masa waktu tertentu pula. 3,4
Prevalence rate
Jumlah orang yang menderita sakit pada umumnya atau menderita penyakit tertentu dalam
suatu kelompok penduduk tertentu dalam suatu masa tertentu. 3,4
Case Fatality Rate
Merupakan analisis kependudukan yang bermanfaat analisis kependudukan adalah sebagai
denominator ukuran masalah kesehatan, prediksi beban upaya/program kesehatan, dan
prediksi masalah kesehatan yang dihadapi. 3,4
Ukuran demografis yang digunakan dalam analisis kependudukan antara lain jumlah
penduduk, derajat kesuburan (angka kelahiran kasar, angka kesuburan), derajat kematian
(angka kematian kasar, angka kematian menurut kelompok umur), laju petumbuhan
penduduk, struktur umur, angka ketergantungan, distribusi penduduk, mobilitas penduduk. 3,4
Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif . Analisis ini menghasilkan data atau informasi tentang input, proses, out put dan
dampak dari pelayanan kesehatan .Input meliputi aspek ketenagaan kesehatan, biaya, sarana
dan prasarana kesehatan .Proses meliputi pengorganisasian, koordinasi, dan supervisi.
Sementara output meliputi cakupan pelayanan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. 3,4
Analisis perilaku kesehatan memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan . Dapat
menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya.
Analisis perilaku kesehatan meliputi pemberian pelayanan kesehatan, pola pencarian
pelayanan kesehatan, penanganan penyakit, peran serta masyarakat atau ukbm, dan tentang
kesehatan ibu dan anak. 3,4
Analisis lingkungan meliputi analisis lingkungan fisik, biologis, dan social. Analisis
lingkungan fisik dapat berupa penyediaan air bersih, keadaan rumah dan pekarangan
8
(ventilasi, lantai, pencahayaan maupun kebisingan), penanganan limbah rumah tangga dan
limbah industry. 3,4 Analisis lingkungan biologis mengambarkan vektor penyakit, ternak dan
sebagainya. Analisis sosial budaya menggambarkan gotong royong dalam penanganan
masalah kesehatan. 3,4
Masalah merupakan kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan. Cara
perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas menyatakan adanya
kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan secara kualitatif dan dapat pula secara
kuantitatif. 3,4
Penentuan masalah dapat dengan cara membandingkan dengan yang lain, memonitor
tanda-tanda kelemahan, membandingkan capaian saat ini dengan tujuan atau dengan capaian
sebelumnya, Checklist, brainstorming dan dengan membuat daftar keluhan. 3,4
Penyebab masalah dapat dikenali dengan menggambarkan diagram sebab akibat atau
diagram tulang ikan. Diagram tulang ikan (diagram Ishikawa) adalah alat untuk
menggambarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram ini memberikan
gambaran umum suatu masalah dan penyebabnya. Diagram tersebut memfasilitasi tim untuk
mengidentifikasi sebab masalah sebagai langkah awal untuk menentukan focus perbaikan,
mengembangkan ide pengumpulan data dan/atau mengembangkan alternatif solusi. 3,4
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah
dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah dapat
menggunakan metode delbeg, metode hanlon, metode delphi, metode USG , metode
pembobotan dan metode dengan rumus. 3,4 Langkah penentuan prioritas masalah terdiri dari
menetapkan kriteria, memberikan bobot masalah, menentukan skoring setiap masalah. 3,4
Alternatif solusi dapat diketahui dengan metode brainstorming. Brainstorming
merupakan teknik mengembangkan ide dalam waktu yang singkat yang digunakan untuk
mengenali adanya masalah, baik yang telah terjadi maupun yang potensial terjadi, menyusun
daftar masalah, menyusun alternatif pemecahan masalah, menetapkan kriteria untuk
monitoring, mengembangkan kreativitas, dan menggambarkan aspek-aspek yang perlu
dianalisis dari suatu pokok bahasan.
3,4
menggunakan 2 cara yaitu teknik skoring dan non skoring. Pada teknik skoring dilakukan
dengan memberikan nilai (skor) terhadap beberapa alternatif solusi yang menggunakan
9
ukuran (parameter). Pada teknik non scoring alternative solusi didapatkan melalui diskusi
kelompok sehingga teknik ini disebut juga nominal group technique (NGT). 3,4
Terdapat 4 sifat dalam menentukan parameter skoring, yaitu realistis, dapat dikelola
(manageable), teknologi yang tersedia dalam melaksanakan solusi (technical feasiblity),
sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk melaksanakan solusi (resources
availability). 3,4
Dalam skoring, masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita,
bila alternative solusi tersebut realistis diberi nilai 5 paling tinggi dan bila sangat kecil diberi
nilai 1. Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan. Alternatif solusi yang memperoleh nilai
tertinggi (terbesar) adalah yang diprioritaskan, masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua
memperoleh prioritas kedua dan selanjutnya. 3,4
Dalam teknik non-skoring, memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai
parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara
menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah teknik non skoring.
3,4
Delphi
technique merupakan alternatif solusi didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan solusi paling mungkin bagi
pemecahan masalah yang disepakati bersama. 3,4 Pada Delbecq technique, menetapkan solusi
paling mungkin melalui diskusi kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para peserta
yang tidak sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan dulu sehingga mereka mempunyai
persepsi yang sama terhadap alternative solusi terhadap masalah yang akan dibahas. Hasil
diskusi ini adalah solusi paling mungkin bagi pemecahan masalah yang disepakati bersama. 3,4
Setelah dilakukannya solusi atas suatu masalah, maka kegiatan tersebut dievaluasi
kembali. Hasil dari evaluasi tersebut dapat berupa: 3,4
1. Hasil yang dicapai sesuai dengan rencana (masalah terpecahkan).
2. Terdapat kesenjangan antara berbagai ketetapan dalam rencana dengan hasil yang
dicapai (tidak seluruh masalah teratasi).
3. Hasil yang dicapai lebih dari yang direncanakan (masalah lain ikut terpecahkan).
10
angka rata-rata fertilitas (TFR) menjadi 2,36 dan Net Reproductive Rate (NRR) =1 dengan
sasaran yang harus dicapai pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:5
1)
2)
melayani KB.
Meningkatnya klinik KB yang melayani KB sesuai SOP (penggunaan informed
consent dari 23.500 klinik KB Pemerintah dan Swasta) dengan indikator
persentase klinik KB yang melayani KB sesuai SOP.
11
3)
4)
5)
6)
pemerintah.
Meningkatnya komitmen stakeholder yang mempunyai kebijakan pembinaan
kesertaan KB Galciltas (tertinggal, terpenci, dan perbatasan) dan Sasaran Khusus
yang terintegrasi kedalam kebijakan pembangunan disektornya sebesar 60%
dengan indikator persentase stakeholder yang mempunyai kebijakan pembinaan
kesertaan KB Galciltas dan Sasaran Khusus yang terintegrasi ke dalam kebijakan
7)
pembangunan di sektornya.
Meningkatnya mitra kerja yang melaksanakan pendampingan dan pendampingan
kesertaan KB Galciltas dan Sasaran Khusus sebanyak 4 mitra dengan indikator
jumlah mitra kerja yang melaksanakan pendampingan dan pendampingan
kesertaan KB Galciltas dan Sasaran Khusus.
12
1)
2)
Sasaran yang harus dicapai pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:5
1)
Meningkatnya keluarga yang memiliki balita dan anak yang aktif dalam kegiatan
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak melalui kelompok kegiatan
2)
3)
4)
5)
(BKLR).
Meningkatnya usia kawin pertama perempuan (UKP) .
Meningkatnya jumlah PIK Remaja/Mahasiswa yang dapat memberikan pelayanan
6)
7)
UPPKS.
Tersedianya data dan informasi Program Pembangunan Ketahanan dan
Kesejahteraan Keluarga berbasis sistem informasi manajemen (SIM) melalui
teknologi informasi (TI) yang akurat dan terkini.
b)
Kesejahteraan Keluarga;
Menyerasikan kebijakan
c)
Kesejahteraan Keluarga;
Menggerakkan dan memberdayakan
d)
e)
Program
Pembangunan
masyarakat
Ketahanan
dalam
dan
Program
13
Kedeputian ini dipimpin oleh Deputi bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi.
Dalam deputi ini terdiri dari 4 (empat) direktorat yang terkait Advokasi dan Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi, Bina Hubungan Antarlembaga, Bina Lini Lapangan, dan Pelaporan
dan Statistik.5
Dalam rangka mendukung terwujudnya visi Penyelenggaraan advokasi dan KIE,
penggerakan masyarakat, serta penyediaan data dan informasi program kependudukan dan
KB nasional secara cepat, tepat, terkini, dan bermanfaat berbasis TI , maka tujuan dari
Deputi bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi adalah memberikan konstribusi yang
maksimal dalam upaya mendukung pencapaian seluruh keluarga ikut KB melalui
penyelenggaraan advokasi dan KIE, penggerakan masyarakat, serta penyediaan data dan
informasi program kependudukan dan KB nasional yang berkualitas berbasis teknologi
informasi.5
Kebijakan yang telah digariskan dalam rangka pemberian arah dan peran bidang
advokasi, penggerakan, dan informasi adalah peningkatan penggerakan pembangunan
kependudukan dan keluarga berencana nasional secara sistematis, terencana, dan
berkesinambungan melalui : 5
a)
b)
c)
d)
e)
kependudukan dan KB dengan indikator jumlah kebijakan dan strategi advokasi dan KIE
program pembangunan kependudukan dan KB yang disusun.
2)
informasi program kependudukan dan KB dengan indikator persentase PUS, WUS, remaja,
14
dan keluarga yang mengetahui informasi kependudukan dan KB melalui media massa (cetak
dan elektronik) dan media luar ruang .
3)
Tersedianya sarana dan prasarana advokasi dan KIE dengan indikator Persentase
provinsi yang mendapatkan sarana dan prasarana advokasi dan KIE yang disediakan sesuai
dengan kebutuhan dan Jumlah prototype materi dan media advokasi dan KIE program
kependudukan dan KB yang dikembangkan dan diproduksi.
4)
Tersedianya tenaga pengelola advokasi dan KIE yang kompeten (stakeholder dan
mitra kerja) dengan indikator Jumlah tenaga pengelola advokasi dan KIE yang dilatih atau
ditingkatkan kapasitasnya.
5)
Persentase mitra kerja yang melakukan advokasi dan KIE tentang program kependudukan dan
KB dan Persentase mitra kerja yang mendapatkan fasilitasi pembinaan advokasi dan KIE.
7)
media massa (cetak dan elaktronik), media luar ruang, seni dan budaya/media tradisional
dengan indikator Jumlah media massa (cetak dan elektronik), media luar ruang, dan seni dan
budaya/media tradisional yang menginformasikan pembangunan kependudukan dan KB
kepada keluarga dan masyarakat.
8)
Terlaksananya monitoring, evaluasi, dan pembinaan advokasi dan KIE dalam program
15
3.
pembangunan.
Meningkatkan komitmen stakeholder terhadap pelaksanaan pendidikan
4.
kependudukan.
Menyediakan kajian dan analisis dampak kependudukan terhadap
pembangunan secara komprehensif.
2.
3.
stakeholder.
Tersusunnya kebijakan dan strategi program pendidikan kependudukan
yang disusun dan dimanfaatkan, dengan indikator kinerja jumlah kebijakan
dan strategi program pendidikan kependudukan yang disusun dan
4.
dimanfaatkan.
Tersedianya berbagai kajian dan analisis dampak kependudukan terhadap
pembangunan secara komprehensif, dengan indikator kinerja Persentase
stakeholder dan mitra kerja yang memanfaatkan hasil analisis dampak
kependudukan.
fisik maupun ekonomi, pada hakikatnya bergantung pada unsur manusianya. Perkembangan
penduduk yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan hasil pembangunan, termasuk
pembangunan kesehatan. Oleh karenanya, pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk
melalui program Keluarga Berencana menjadi penting adanya.2
Keberhasilan KB akan berpengaruh secara timbal balik dengan penurunan angka
kematian bayi, angka kematian anak balita dan angka kematian ibu. Dengan demikian
program KB akan meningkatkan pula taraf kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Ini
berarti diperlukan peningkatan program KB, terutama melalui upaya pelestarian pemakaian
alat kontrasepsi efektif terpilih dan diikuti dengan pengayoman medis bagi peserta/akseptor
KB yang memerlukan.2
Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan hanya terjadi
pada waktu yang diinginkan. Jarak antar kehamilan diperpanjang, dan kelahiran selanjutnya
dapat dicegah apabila jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki, untuk membina
kesehatan seluruh anggota keluarga dengan sebaik-baiknya, menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).2
Kegiatan KB tidak hanya berupa penjarangan dan mengatur kehamilan, tetapi termasuk
kegiatan untuk meningkatan taraf ekonomi dan kesejahteraan keluarga secara menyeluruh.2
Terdapat dua tujuan dari pelaksanaan program KB di Puskesmas, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum dari program KB adalah meningkatnya kesejahteraan ibu
dan anak serta keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
(NKKBS) yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, guna menyongsong tinggal landas
pembangunan.2 Sedangkan untuk tujuan khusus terdiri dari 3 hal, yaitu: 1. Meningkatnya
kesadaran masyarakat/keluarga dalam penggunaan alat kontrasepsi. 2. Menurunkan jumlah
angka kelahiran bayi. 3. Meningkatnya kesehatan masyarakat/keluarga dengan cara
penjarangan kelahiran.2
Sasaran dalam program KB ini ditujukan pada beberapa kelompok yang dianggap perlu.
Kelompok-kelompok tersebut antara lain: mereka yang ingin mencegah kehamilan karena
alasan pribadi, mereka yang ingin menjarangkan kehamilan, mereka yang ingin membatasi
jumlah anak, dan keluarga dengan keadaan khusus, seperti yang disebutkan pada Tabel 1.2
Tabel 1. Keadaan yang dianjurkan menggunakan kontrasepsi.2
Ibu yang menderita penyakit mendadak atau menahun (akut dan kronis)
Ibu yang berusia kurang dari 20 tahun atau di atas 30 tahun
Ibu yang mempunyai lebih dari 5 orang anak
Ibu yang mempunyai riwayat kesukaran dalam persalinan
17
Sebagai landasan pola dasar pelayanan kontrasepsi ini adalah suatu pola perencanaan
keluarga yang kecil, bahagia dan sejahtera yang disusun dalam rangka penyelamatan jiwa ibu
dan anak dari risiko kematian yang tinggi akibat melahirkan pada usia muda, jarak
melahirkan yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua. Dalam pola perencanaan
keluarga ini, maka kehidupan reproduksi wanita/istri dibagi atas 3 periode yaitu: 2
a. Masa menunda kehamilan/kesuburan, bagi wanita yang berusia di bawah 20 tahun: 2
i.
Bila belum menikah untuk menunda pernikahannya, dan
ii.
Bila telah menikah untuk jangan hamil dahulu sebelum berusia 20 tahun
b. Masa mengatur kehamilan/kesuburan2
Bagi istri yang berusia 20-30 tahun untuk mengatur kehamilannya dengan jarak kelahiran
antara anak pertama dan kedua adalah 3 sampai 4 tahun dan jumlah anak dua orang saja.
c. Masa mengakhiri kehamilan/kesuburan2
Bagi istri yang telah berusia di atas 30 tahun atau sudah mempunyai anak dua untuk tidak
melahirkan lagi.
Guna mewujudkan tercapainya pola perencanaan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
tersebut dia tas dengan baik, maka diperlukan suatu pola penggunaan kontrasepsi atas dasar
pemikiran yang matang berdasarkan ilmu kesehatan sebelum peserta/calon peserta KB mulai
mempergunakan salah satu cara kontrasepsi. Hal ini sangat penting karena sampai saat ini
belum ada satupun cara kontrasepsi ideal yang bebeas dari efek sampingan komplikasi
ataupun kegagalan. Oleh karena itu dalam memilih kontrasepsi yang seminimal mungkin
menyebabkan efek sampingan dan komplikasi terhadap peserta KB. Dalam pelayanan
kontrasepsi kita berhadapan dengan calon peserta yang sehat sudah sewawjarnya apabila
seorang peserta KB, setelah memakai kontrasepsi, mengharapkan kesehatannya semakin
bertambah baik, minimal tidak akan menambah kelianan yang telah ada.
Ini berarti
pelayanan medis harus ditingkatakan secara berkelanjutan baik kualitas maupun kuantitasnya,
masyarakat (PUS) perlu mengetahui penggunaan kontrasepsi yang rasional sesuai dengan
kondisis keluarganya dan petugas KB seyogyanya mampu memberi petunjuk kepada mereka.
2
Pola penggunaan kontrasepsi yang rasional ini disusun sesuai dengan masa-masa pola
Agar
partisipasi masyarakat dapat dicapai perlu ada usaha-usaha penyuluhan kepada masyarakat
secara intensif, terutama yang ditujukan kepada golongan-golongan yang datang ke klinik dan
masayarakat lingkungan klinik tersebut. 2
19
Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan,
guna
memberdayakan
masyarakat
dan
1. Tujuan Umum:
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB)
dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarakat.6
2. Tujuan Khusus: 6
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
KEGIATAN POSYANDU
A. Kegiatan Utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup: 6
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah,
pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara
(konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta
KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila
3.
4.
5.
2.
3.
4.
pertama).
Perawatan payudara.
Dilakukan pemeriksaan
kesehatan
umum,
pemeriksaan
payudara,
23
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tetanus Neonatorum.
Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB
7.
PLP).
Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
8.
9.
10.
11.
12.
penyuluhan kesehatan pada ibu dan pemberian imunisasi kepada bayi, dapat juga
diberikan penyuluhan tentang manfaat mengikuti program KB. 7
Pada tempat dan waktu yang bersamaan terjadi penyatuan kegiatan dua
program dalam satu lokasi untuk pencapaian tujuan bersama, yakni penurunan angka
pergerakan,
Program
Keterpaduan
KB-
Kesehatan.
Membantu camat sebagai coordinator dan
berperan sebagai pimpinan dalam melakukan
pergerakan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian pelaksanaan Program Keterpaduan
KB-Kesehatan.
Membantu
camat
perencanaan,
dalam
pergerakan,
melakukan
pengawasan,
dari
terhadap LKMD.
Dapat memberikan bantuan sarana dan
prasarana serta menggerakkan anggota PKK
dalam pelaksanaan Program Keterpaduan
Kepala Desa/Lurah
KB-Kesehatan.
Koordinator
penyelenggaraan
Kader Kesehatan
PPKBD, KB Desa
Kesehatan di desa.
Wahana pelaksana Program Keterpaduan
LKMD
KB-Kesehatan di desa.
Wahan dan pusat penggerakan partisipasi
Program
27
Anggota PKK
Kesehatan di desa.
Tenaga pelaksana Program Keterpaduan KBKesehatan di desa.
PENUTUP
Program Keluarga Berencana yang dicanangkan pemerintah memegang peranan
penting dalam mengatur angka pertumbuhan penduduk melalui demografi. Yang berperan
dalam terlaksananya program ini tidak hanya dari pemerintah, namun juga ada peran serta
dari masyarakat, keluarga dan juga pasangan suami istri dalam bimbingan puskesmas. Maka
dengan kerja sama yang menyeluruh dan terpadu program Keluarga Berencana dapat
terlaksana dengan optimal
DAFTAR PUSTAKA
1. Pinem S. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta; Trans Info Media.h.
2. Depkes Indonesia. Program pelayana puskesmas. jil. 2. Jakarta. 2008. h. D-1-29
28
3. Gordis L. Epidemiology. 4th ed. Philadelphia : Saunders Elsevier Inc. 2009. p. 197203.
4. Smith BH, Fitzpatrick JJ, Hoyt-Hudson P. Problem solving for better health: a
global perspective. New York: Springer Publishing Company. 2011. p. 95-102
5. BKKBN. Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah badan kependudukan
dan keluarga berencana nasional tahun 2013. Jakarta. 2014. h. 27-35
6. Posyandu. Diambil dari http://posyandu.org/posyandu/622-posyandu.html pada 30
Juni 2014
7. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006. h. 243-53
29