Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung bawah
saluran buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Wasir atau
dalam istilah medisnya disebut hemoroid merupakan kumpulan dari pelebaran satu
segmen atau lebih pembuluh balik di daerah dubur (anorektal). Meskipun kadang tidak
disertai pendarahan, namun keluhan utama penyakit ini adalah perdarahan. Umumnya
perdarahan terjadi waktu buang air besar atau sesudahnya. Darah yang keluar biasanya
merah muda segar dan bisa hanya menetes saja tetapi kadang juga sampai menyemprot.
Hemoroid (wasir) hampir sama bentuknya dengan varises penyakit yang biasanya
terdapat daerah kaki dikarenakan terlalu lama berdiri. Bedanya, hemoroid terdapat pada
anus.
Gejala radang dapat terjadi dengan ditandai adanya rasa nyeri yang terus menerus.
Seringkali juga ditandai dengan adanye keluhan perasaan ingin buang air besar yang
palsu. Atau seolah buang air besar tetapi tidak tuntas. Gejala lainnya yang muncul adalah
keluarnya benjolan dari anus (prolaps). Mulanya prolaps terjadi waktu buang air besar
dan kembali sendiri setelah selesai buang air besar. Lambat laun prolaps ini tidak dapat
kembali sendiri dan harus ditekan dengan jari. Jika dibiarkan akhirnya benjolan ini akan
terus menerus keluar dari anus.Hemoroid tidak pandang bulu. Baik laki-laki maupun
perempuan punya risiko yang sama. Di sisi lain, risiko hemoroid justru meningkat seiring
bertambahnya usia. Usia puncak adalah 45-65 tahun. Pada orang dewasa hemoroid dapat
ditemukan pada 80 % pasien, tapi pada umumnya tanpa gejala. Hemoroid adalah
pelebaran dan inflamasi (peradangan) pembuluh vena (pembuluh darah balik) di daerah
anus.
Bila pelebaran venanya di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna dan
bila di bawah mukosa (selaput lendir) disebut hemoroid interna. Keluhan yang sering
muncul, antara lain: buang air besar sakit dan sulit, adanya benjolan di dubur, buang air
besar berdarah segar dan menetes. Selain perdarahannya sendiri, ada kekhawatiran
tentang penyakit yang lebih serius seperti kanker kolo-rektal (kanker usus besar). Namun
penyakit hemoroid dapat diobati dengan obat-obatan dan secara bedah yang tergantung
derajat penyakitnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teoritis
2.1.1 PENGERTIAN
Hemoroid (wasir) adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus
yang mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri kecil. Hemoroid interna
hanya melibatkan jaringan lubang anus bagian atas (Grace. Pierce A). Hemoroid
dibedakan antara yang intern dan yang ekstern. Hemoroid intern adalah pleksus
vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa
pada rectum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer
yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecil
terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena
hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta.
2.1.2
ETIOLOGI
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang
memegang peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi
menahun, kehamilan, dan obesitas. Peningkatan tekanan vena akibat mengedan
(diet rendah serat) atau perubahan hemodinamik (misalnya selama hamil)
menyebabkan dilatasi kronis dari pleksus submukosa. Beberapa faktor etiologi
diantaranya :
a. Konstipasi atau diare
b. Sering mengejan
c. Kongesti pelvis pada kehamilan
d. Pembesaran prostat
e. Fibroma uteri
f. Tumor rektum.
2.1.3
KLASIFIKASI
Hemoroid interna dikelompokan dalam 4 derajat :
a) Derajat satu
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan protoskopi,
lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan,
3
PATOFISIOLOGI
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Defekasi dikendalikan
oleh sfingter ani eksterna dan interna. Pada waktu rektum yang mengalami
distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut
dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna dan eksterna
berelaksasi pada waktu anus tertarik ke atas melebihi tinggi feses. Defekasi
dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra abdomen yang terjadi akibat
kontraksi voluntar otot-otot dada dengan glotis di tutup dan kontraksi secara
terus-menerus dari otot-otot abdomen. Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi
voluntar otot-otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara
bertahap
akan
relaks
dan
keinginan
untuk
berdefekasi
menghilang.
antara vena
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir
tanpa ada hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang
hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid internal dan hanya timbul
pada hemoroid eksternal yang mengalami trombosis. Perdarahan umumnya
merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh feses yang keras.
Darah yag keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Dapat
hanya berupa gejala pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna
merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif dipleksus
hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah arteri.
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya
anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya
terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai
defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemoroid intern ini perlu didorong
masuk lagi. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami
prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal
sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus
dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas
dengan udem dan radang.
2.1.6
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan colok dubur
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Skeleroterapi
Skeleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya
5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di
dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dan garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop.
2. Ligasi Dengan Gelang Karet
Hernoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan
ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalarn tabung
ligator khusus. Gelang karet didorong dan ligaton dan ditempatkan secara
rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena
iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas
sendirii. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut.
3. Bedah Beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah
sekali. Bedah beku ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa yang
nekrotik sukar ditentukan luasnya.
4. Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak
sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.
5. Stapling Hemorrhoidectomy
Tindakan operasi ini adalah tindakan yang amat minimal invasi, Stapler
dimasukan kedalam anus yang sebelumnya dimasukkan alat dilator anus.
Kemudian dilakukan penjahitan pada tempat hemoroid dan stapler
6
dimasukkan sambil jahitan tadi diikat kencang. Stapler di tarik untuk memberi
tempat ikatan betul-betul kencang. Setelah itu stapler dimasukkan maksimal,
kemudian dilakukan stapling/pemotongan. Setelah stapling selesai, evaluasi
pada staper line, jika masih ada perdarahan lakukan penjahitan. Tapi jika
dilihat perdarahan tidak ada, operasi dinyatakan selesai. ( Syamsuhidajat,
1997)
2.2 KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
- Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien
dalam keluarga, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa
-
Faktor kongenital
B. WOC
Tumor, obesitas, tidak ada katup
di sistem portal, penyakit hati
kronik, hipertensi kronik, diare,
konstipasi, kongesti pelvis
Sering mengejan,
duduk terlalu lama,
prostate membesar,
Dinding pembuluh
darah yang lemah
Pembengkakan
vena hemoroidalis
Merangsang ujung
saraf kulit
Hemoroid
Nyeri akut
Tindakan
operasi
Kerusakan
jaringan kulit
anal
Prolaps saat
defekasi
Inkontinentia
anal
8
Ruptur pembuluh
darah
Pendarahan
Suplai O2
menurun
Penurunan
peristaltik
Feses keras
Anemia
Resti infeksi
Konstipasi
Gangguan pola
eliminasi
Kelemahan
meningkat
Pruritus
Metabolisme
menurun
Resti
kekurangan
volume
Energi
menurun
Gangguan
integritas kulit
Kelemah
an
Intoleran
aktivitas
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien yang menerima perawatan pada gangguan daerah
rectal meliputi :
1) Nyeri akut berhubungan dengan intasi kulit/jaringan didaerah anus
2) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi
3) Risiko infeksi berhubungan dengan prolaps dan strangulasi didaerah
anus
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya pruritus pada
daerah anus
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps
pada anus ditandai oleh pasien sulit untuk berjalan maupun duduk
6) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan anemia
D. Intervensi
N
o
1
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut
1. Dorong pasien untuk
berhubungan dengan
melaporkan nyeri
intasi kulit/jaringan
usus
2. Kaji laporan nyeri catat
lokasi, lamanya intensitas
9
Rasional
1. Mencoba untuk
mentoleransi nyeri dari
pada meminta analgesik
2. Perubahan pada
karakteristik nyeri dapat
menunjukkan terjadinya
komplikasi seperti
perforasi, toksik.
4. Meningkatkan relaksasi,
memfokuskan kembali
perhatian dan
meningkatkan
kemampuan koping
Gangguan
eliminasi
8. Kolaborasi dalam
pemberian obat seperti :
Analgesik
Anodin supositoria
pola Catat adanya distensi
abdomen dan auskultasi
peristaltik usus
berhubungan
dengan konstipas i
1.
Membantu memperbaiki
konsistensi feses bila
konstipasi.
Mempermudah defekasi
bila konstipasi terjadi
Makanan rendah sisa
tinggi serat membantu
10
memperbaiki konsistensi
feses
Mempermudah defekasi
bila konstipasi terjadi
Risiko
Pengetahuan tentang
kemajuan situasi
memberikan dukungan
emosi, membantu
menurunkan ansietas.
Kolaborasi dalam
memberikan antibiotik
sesuai indikasi
11
Gangguan
1. Observasi kemerahan,
pucat, ekskoriasi dan
kulit
pruritus
integritas
berhubungan
dengan
pruritus
daerah anus
adanya
Diskusikan pentingnya
perubahan posisi yang
2.
sering, perlu untuk
mempertahankan aktifitas
5
Intoleransi
1. Berikan tindakan
1.
pengamanan sesuai indikasi
aktivitas
dengan situasi yang spesifik
berhubungan
2.
Catat respon-respon
dengan
adanya
emosi/perilaku pada
massa atau prolaps imobilisasi. Berikan
aktivitas yang sesuai dengan
pada anus ditandai
pasien
oleh pasien sulit
Kolaborasi dalam
untuk
berjalan
pemberian obat analgetik +
maupun duduk
30 menit sebelum
melakukan aktifitas
Berikan perawatan
hemoroid dengan baik
12
Resiko
tinggi
3. Pertahankan catatan intake 2.
dan output yang akurat
cairan
kekurangan
tubuh
dengan anemia
E. Implementasi
Lakukan implementasi sesuai intervensi yang akan diberikan
F. Evaluasi
- Dx 1
Karakteria hasil yang diharapkan :
1) Pasien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
2) Pasien mampu mengungkapkan metode yang memberi
penghilangan
3) Pasien
mampu
mendemonstrasikan
penggunakan
tanda
infeksi
dan
mengurangi/menghilangkan
inflamasi
2) Pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
3) Tanda-tanda s yok septik tidak terjadi
Dx 4
Kriteria hasil yang diharapkan :
1) Pasien mengungkapkan rasa gatal pada anus berkurang atau
hilang
2) Pruritas dan kemerahan pada area anus tidak ada
13
Dx 5
Kriteria hasil yang diharapkan :
1) Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
2) Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri
3) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid
lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid
adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya
adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat
menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.
15