Sunteți pe pagina 1din 18

MAKALAH SISTEM KARDIOVASKULAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KARDIOMIOPATI

KELOMPOK 1

BOBI YUNOV PUTRA


FADHLI RAHMAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal Sistem
Pencernaan

dengan

judul

Asuhan

Keperawatan

Pada

Pasien

dengan

Kardiomiopati.
Penyusunan proposal ini tidak banyak mendapatkan kesulitan, maka dari itu
penulis dapat meyelesaikannya dalam waktu yang tepat.

Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah


diberikan kepada penulis dapat diterima sebagai suatu amal baik dan mendapatkan
balasan dari ALLAH SWT.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belum sempurna dan bayak
kekurangannya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
penulis dapat menghasilkan proposal yang lebih baik.

Permohonan maaf penulis

ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan proposal ini. Semoga proposal ini dapat
berguna bagi mahasiswa, para dosen dan pembaca lainnya.

Padang, Juli 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak lepas dari yang namanya kesehatan, kesehatan hanya dapat terjadi
jika seluruh komponen mulai dari sel sampai dengan individu berjalan sesuai anatomi dan
fiologinya, organ yang bekerja paling penting dalam tubuh adalah otak dan kemudian jantung
kenapa demikian, kerana fungsi dari otak adalah mengorganisir semua kegiatan yang ada

dalam tubuh sementara jantung memberikan makanan organ seluruh tubuh karena fungsinya
sebagai pemompa darah keseluruh tubuh.
Dalam pembahasan kali ini kita akan mengupas kardiomiopati dimana itu adalah salah satu
kelainan jantung. Jantung adalah sebuah ronggga, rongga organ berotot yang memompa
darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti
berhubungan dengan jantung, dari kata yunani cardia untuk jantung. Jantung adalah salah
satu organ manusia yang berperan dalam sistem perdarahan. Ukuran jantung manusia kurang
lebih sebesar kepalan tangan. Jantung terletak dirongga torak di balik tulang dada. Struktur
jantung berkelok kebawah dan sedikit kearah kiri.
Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup oleh selaput ganda
yang bernama pericardium,yang tertempel pada diafragma. Lapisan pertama menempel
sangat erat pada jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair, untuk
menghindari gesekan

antar organ dalam tubuh yang terjadi karena gesekan memompa

konstan jantung.
Jantung dijaga ditempatnya oleh pembuluhpembuluh darah yang meliputi daerah jantung
yang merata/datar, seperti didasar dan di samping. Dua garis pembelah pada lapisan luar
jantung menunjukkan dimana dinding pemisah diantara serambi dan bilik jantung. Sementara
kelainan fungsi otot jantung dengan penyebab yang tidak diketahui dan bukan diakibatkan
oleh penyakit arteri koroner, kelainan jantung bawaan, hipertensi atau penyakit katup.
Kardiomiopati yang secara harfiah berarti penyakit miokardium, atau otot jantung, ditandai
dengan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa darah dan berdenyut secara normal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan Asuhan Keperawatan yang menyeluruh kepada Pasien dewasa


dengan kardiomiopati

2. Tujuan Khusus
a. Mampu dan mengetahui pengertian pada pasien dewasa dengan kardiomiopati
b. Mampu dan mengetahui anatomi fisiologi pada pasien dewasa dengan

kardiomiopati
c. Mampu dan mengetahui penyebab pada pasien dewasa dengan kardiomiopati
d. Mampu dan mengetahui tanda dan gejala pada pasien dewasa dengan

kardiomiopati
e. Mampu dan mengetahui patofisiologi pada pasien dewasa dengan kardiomiopati
f.

Mampu

melaksanakan

pengkajian

terhadap

pasien

dewasa

dengan

kardiomiopati
g. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
h. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai

dengan masalah yang diprioritaskan.


i.

Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah


yang telah diprioritaskan.

j.

Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan
pada pasien lansia dengan hipertensi

k. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

BAB II
KONSEP TEORI

A. KONSEP KARDIOMIOPATI
1. Definisi

Kardiomiopati adalah penyakit otot yang tidak diketahui sebabnya (Jota, Shanta,
1996).
Kardiomiopati adalah penyakit yang mengenai miokardium secara primer dan bukan
sebagai akiba hipertensi, kelainan congenital, katup koroner, arterial dan perikardial.
(Affandi Dedi, 1996 dan Winne Joshua, 2000).
Kardiomiopati adalah setiap penyakit atau cedera pada jantung yang tidak
berhubungan dengan penyakit arteri koroner, hepertensi, atau malformasi congenital.
Kardiomiopati dapat terjadi setelah suatu infeksi jantung, akibat penyakit otoimun,
atau setelah individu terpajan toksin tertentu, termasuk alcohol dan banyak obat anti
kanker. Kardiomiopati dapat terjadi secara idiopatik. (Corwin, 2009).

Kardiomiopati adalah suatu penyakit miokardium yang menyerang otot jantung


(miokard) dan penyebabnya tidak diketahui. Akan tetapi, hampir pada setiap
penyakit, miokardium jantung dapat turut berubah secara berangsurangsur. Begitu
juga pada penyakit jantung bawaan atau yang didapat, bisa menyebabkan terjadinya
hipertrofi otot jantung. Berbagai keadaan ekstrakardial, misalnya: anemia,
tirotoksikosis, beri-beri, infeksi, dan berbagai penyakit sistemik seperti lupus
eritematosus diseminata, dan periarteritis nodosa dapat mempengaruhi miokard.
(Muttaqin, 2009).

2. Anatomi fisiologi
3. Etiologi

Sebagian besar penyebab kardiomiopati tidak diketahui ada beberapa sebab yang
diketahui antara lain: infeksi berbagai mikroorganisme toksik seperti etanol:
metabolic misalnya pada buruknya gizi dan dapat pula diturunkan (Muttaqin, 2009).
Goodwin dalam Mansjoer, et.al 2000, membagi etiologi berdasarkan klasifikasi
kardiomiopati yaitu sebagai berikut:
a. Kardiomiopati dilatasi/kongsetif: etiologinya sebagian besar tidak diketahui,

namun mungkin berhubungan dengan virus, penggunaan alcohol yang


berlebihan,penyakit metabolic,kelainan gen dan sebagainya.
b. Kardiomiopati hypertrofi : Penyebabnya tidak diketahui namun sebagian

diturunkan secara autosom dominan.


c. Kardiomiopati restriktif : etiologinya penyakit-penyakit yang menginfiltrasi

miokardium, seperti amiloidosis hemokromatisis, sarkoidosis, dan sebagainya.

4. Klasifikasi

Menurut Goodwin, berdasarkan kelainan pathofisiologinya, terbagi atas terbagi atas


kardiomiopati kongestif/dilatasi, kardiomiopati hipertrofik , dan kardiomiopati
restriktif. (Mansjoer, et.al 2000).

a. Kardiomiopati dilatasi/kongsetif

Penyakit miokard yang ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan


gagal jantung kongestif akibat berkurangnya fungsi pompa sistolik secara progresif
serta meningkatkan volume akhir diastolic dan sistolik.
b. Kardiomiopati hypertrofi

Suatu penyakit dimana terjadi hypertrofi septum interventrikular secara berlebihan


aliran darah keluar dari ventrikel kiri terhambat.
c. Kardiomiopati restriktif

Suatu penyakit dimana terjadi kelainan komposisi miokardium sehingga menjadi


lebih kaku sehingga pengisian kapiler kiri terganggu, mengurangi curah jantung,
dan meningkatkan tekanan pengisian ventrikel kiri.

5. Tanda Dan Gejala

Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun wanita.
Kebanyakan orang dengan kardiomiopati pertama kali datang dengan gejala dan
tanda gagal jantung. Dispnu saat beraktifitas, parosikmal nocturnal dispnu (PND),
batuk, dan mudah lelah adalah gejala yang pertama kali timbul.Pada pemeriksaan
fisik biasanya ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting
edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran hepar, dan takikardi.
(Smeltzer, 2001).
6. Patofisiologi

Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit


yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium.
Kardiomiopati digolongkan berdasar patologi, fisiologi dan tanda klinisnya. Penyakit
ini dikelompokkan menjadi (1) kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif; (2)
kardiomiopati hipertrofik; (3) kardiomiopati restriktif. Tanpa memperhatikan kategori
dan penyebabnya, penyakit ini dapat mengakibatkan gagal jantung berat dan bahkan
kematian.
Kardiomiopati dilasi atau kongistif adalah bentuk kardiomiopati yang paling sering
terjadi. Ditandai dengan adanya dilasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama
dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan stasis darah dalam
ventrikel. Pada pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah
elemen kontraktil serat otot. Komsumsi alkohol yang berlebihan sering berakibat
berakibat kardiomiopati jenis ini.
Kardiomiopati hipertrofi jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertrofi, massa otot
jantung bertambah berat, terutama sepanjang septum. Terjadi peningkatan ukuran
septum yang dapat menghambat aliran darah dari atrium ke ventrikel; selanjutnya,
kategori ini dibagi menjadi obstruktif dan nonobstruktif.
Kardiomiopati restritif adalah jenis terakhir dan kategori paling sering terjadi. Bentuk
ini ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja volumenya.
Kardiomiopati restriktif dapat dihubungkan dengan amiloidosis (dimana amiloid,
suatu protein, tertimbun dalam sel) dan penyakit infiltrasi lain.
Tanpa

memperhatikan

perbedaannya

masing-masing, fisiologi kardiomiopati

merupakan urutan kejadian yang progresif yang diakhiri dengan terjadinya gangguan
pemompaan ventrikel kiri. Karena volume sekuncup makin lama makin berkurang,
maka terjadi stimulasi saraf simpatis, mengakibatkan peningkatan tahanan vaskuler
sistemik. Seperti patofisiologi pada gagal jantung dengan berbagai penyebab,
ventrikel kiri akan membesar untuk mengakomodasi kebutuhan yang kemudian juga

akan mengalami kegagalan. Kegagalan ventrikel kanan biasanya juga menyertai


proses ini.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic yang biasanya dilakukan adalah sebagai berikut:


a. Foto toraks, pada kardiomiopati dilatatif akan didapatkan kardiomegali dan edema

paru
b. EKG akan tampak left ventrikel hypertropi pada jenis kardiomiopati hipertrofi
c. Ekokardiografi: dapat dilihat adanya dilatasi, penebalan pada jantung

(Muttaqin, 2009).

8. Penatalaksanaan

Pembatasan garam dan pemberian diuretic dilatasi untuk mengurangi volume


diastolic akhir. Terapi yang lain untuk gagal jantung mungkin diperlukan.
Diberikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan embolus. Sebagai contoh,
warfarin, heparin, dan obat baru, ximelagatran. Temuan terbaru memperlihatkan
bahwa ximelagatran memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan obat lain dan
pemantauan mungkin tidak diperlukan sebagai obat keras. Ximelagataran sedikit
diketahui berinteraksi dengan makanan atau obat lain.
Penyekat beta diberikan untuk kardiomiopati hipertrofik dengan tujuan menurunkan
kecepatan denyut jantung, sehingga waktu pengisian diastolic meningkat. Obat obat
ini juga mengurangi kekakuan ventrikel.
Dapat diusahakan reseksi bedah pada bagian miokardium yang mengalami hepertrofi.
Penyekat saluran kalsium tidak digunakan karena dapat semakin menurunkan
konraktilitas jantung.
(Corwin, 2009).
9. Komplikasi

a. Dapat terjadi infark miokard apabila kebutuhan oksigen ventrikel yang menebal

tidak dapat dipenuhi.


b. Dapat terjadi gagal jantung pada kardiomiopati dilatasi apabila jantung tidak

mampu memompa keluar darah yang masuk.


(Corwin, 2009).

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
a. Identitas

Meliputi nama, umur, no mr, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal masuk RS, dll.
b. Riwayat kesehatan

1). Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien datang dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang dirasakan
bertambah bila dilakukan aktivitas dan tidur terlentang dan berkurang bila
diistirahatkan dan memakai 2-3 bantal. Sesak dirasakan pada daerah dada dan

seperti tertindih benda berat. Skala sesak 0-4 dan dirasakan sering pada siang dan
malam hari.
2). Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun, Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaitu
antimyocardial antibodies, Proses infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan
metabolik (defisiensi thiamine dan scurvy), gangguan imunitas (leukimia),
Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses (alkohol dan chemoterapi),
proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
3). Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular
infeksi seperti TB dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung
dan diabetes melitus di keluarga, bila ada cantumkan dalam genogram.
c. Pemeriksaan fisik

Kepala
1) Rambut : biasanya rambut klien bersih, tidak ada lesi dan tidak ada ketombe
2) Mata : biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, mata simetris kiri

dan kanan
3) Hidung : biasanya hidung bersih, ada secret, tidak ada polip
4) Mulut : biasanya bibir tampak pucat, kering
5) Wajah : biasanya wajah tidak ada edema, lesi atau bekas luka lainnya.

Leher : biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tyroid dan getah bening
Dada / Thorak
a) Inspeksi

: Biasanya simetris kiri dan kanan, terlihat dyspnea saat

beraktivitas, tampak penggunaan bantuan pernafasan (oksigen dan


medikasi)
b) Palpasi

: Biasanya fremitus kiri dan kanan

c) Perkusi

: Biasanya Sonor

d) Auskultasi : Biasanya terdapat bunyi cracels dan mengi

Jantung
a) Inspeksi

: Biasanya ictus cordis tidak terlihat, tachicardia

b) Palpasi

: Biasanya terdapat pembesaran jantung dan nyeri dada

c) Perkusi

: Biasanya Pekak

d) Auskultasi : Biasanya suara s3 dan s4 pada auskultasi

Perut / Abdomen
a) Inspeksi

:Biasanya acites

b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara

5-35 kali/menit
c) Palpasi

: Biasanya adanya nyeri abdomen kanan atas dan

hepatomegali
d) Perkusi

: Biasanya Tympani

Sistem persyarafan : Biasanya Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku,


penurunana kesadaran dan disorientasi
Sistem Integumen : Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba
dingin, adanya kebiruan, pucat, abu-abu dan sianotik , dan adanya kulit yang
lecet.
Ekstremitas : Biasanya Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan
kekuatan/ tonus otot.
3. Data Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi

Biasanya tidak mengalami anoreksia, penurunan BB

b. Eliminasi

Biasanya pada defekasi terjadi BAB encer


c. Istirahat dan tidur

Biasanya pada pasien membutuhkan istirahat dan tidur


d.

Data Sosial Ekonomi


Biasanya Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan
dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim
kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau
menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan

e.

Data Psikososial
Biasanya kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien
akibat penyakit, keprihatinan finansial dan hospitalisasi.

f.

Data Penunjang

Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama


ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura

Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan


ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi
intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau
gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.

Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri,


dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan
pengisian yang abnormal.Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan
septum menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik dan akhir sistolik
membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF)
mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta
bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan

dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat


disingkirkan dengan pemeriksaan ini.

Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai


fungsinya yang berkurang.

Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar


serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah
jantung berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan
tekanan atrium meningkat.Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan
akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan dan desakan vena sentralis
akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana
neurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.

2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard.
b. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak

optimal, kelebihan cairan di paru


c. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa
No.

NOC

NIC

Keperawatan
1. Penurunan
Tujuan : Setelah dilakukanCardiac Care :
cardiac

outputtindakan

dengan

keperawatan 1. Evaluasi adanya nyeri dada.


2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
selama 1 x 24 jam,
cardiac output.
diharapakan curah jantung 3. Monitor / melihat monitor untuk melihat

perubahan

normal.

berhubungan

adanya perubahan tekanan darah.


4. Atur periode latihan dan istirahat untuk

kontraktilitas
miokard.

Dengan criteria hasil :


menghindari kelelahan.
Pump 5. Monitor / melihat toleransi aktifitas pasien.
6. Monitor / melihat
adanya dypsnea,

Cardiac
Effectiveness:

patigue, takipnea dan ortopnea.


Tekanan Darah dalam batas 7. Anjurkan untuk menurunkan stress.
yang diharapkan 140/ 90
mmHg.
RR

dalam

batas

yang

diharapkan 16-24 x/menit.


Tidak terdapat angina.
Kelemahan

ekstermmitas

tidak ada

2.

Pola napas tidakSetelah dilakukan asuhan


efektif

yangkeperawatan selama 1x24

1. Monitoring RR, Irama, Kedalaman, dan


kekuatan nafas

berhubungan

jam pola nafas menjadi

2. Catat pergerakan dada

dengan

efektif dengan kriteria hasil: 3. Berikan oksigen yang dibutuhkan


1. RR dalam batas
pengembangan
4. Berikan lingkungan yang nyaman
normal
paru
tidak
2. Sesak tidak ada
optimal,
kelebihan cairan
di paru
3.

Intoleransi

Setelah dilakukan asuhan

aktifitas

keperawatan selama 1x24

berhubungan

jam status nutrisi klien baik, 2. Berikan periode istirahat selama aktifitas

dengan

dengan kriteria hasil:


1. Istirahat dan aktifitas

kelemahan

4. Tingkatkan aktifitas secara bertahap


seimbang
2. Mengetahui keterbatasan 5. Monitor intake nutrisi untuk memastikan

umum

energi
3. Menggunakan teknik

Terapi Aktifitas
1. Menentukan penyebab toleransi aktivitas

3. Pantau respon kardiopulmonal

kecukupan energi
6. Ajarkan pada klien bagaimana

konservasi energi
4. Mengubah gaya hidup

mengggunakan teknik control pernafasan

sesuai dengan tingkat

ketika beraktifitas.

energi
5. Persiapan energi cukup

7. Kaji penyebab gangguan pola tidur


8. Atur lingkungan sebelum

untuk beraktifitas
tidur(cahaya,suhu ruangan,selimut)
9. Instruksikan pada keluarga untuk menjaga
lingkungan yang tenang saat pasien tidur
10. Anjurkan pasien untuk minum obat

sebelum tidur

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku. Ed.3 Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Ed.3. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. et.al .(2000). Kapita Selekta kedokteran. Ed.3 Jakarta; Media aesculapius
Muttaqin, Arif. (2099). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8
Jakarta: EGC

S-ar putea să vă placă și