Sunteți pe pagina 1din 7

Ekonomi islam: sistem dan ilmu

Umer Chapra dalam Masa Depan Ilmu Ekonomi menulis bahwa ekonomi Islam adalah
suatu cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui
suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama dengan maqosid (jama
dari maqsud yang berarti tujuan), tanpa mengekang individu.....
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa:
1; Obyek Ekonomi Islam adalah alokasi dan distribusi sumber-sumber daya. Di sini

didapati persamaan obyek ilmu ekonomi islam dengan ilmu ekonomi konvensinal.
2; Ilmu ekonomi islam mewujudkan kebahagiaan
manusia. Bila ekonomi
mendefinisikan kebahagiaan sebagai rasa materiil murni, maka islam menyatakan
dengan suatu cara yang menyertakan juga aspek spiritual dan kesejahteraan
komprehensif.
3; Tujuan kesejahteraan yang ingin diciptakan oleh ekonomi islam adalah yang selaras
dengan maqosid al-syariah (tujuan-tujuan syariah). Artinya, kesejahteraan itu
terletak pada perlindungan terhadapagama (diin), diri (nafs), akal, keturunan (nasl),
harta benda (ekonomi).
4; Ilmu ekonomi islam adalah ilmu yang berlandaskan syariah yang sakral, doktriner,
berupa kaidah dan prinsip umum yang global, juga memilki sisi profan, dimana
manusia bebas berkreasi menciptakan mekanisme yang tepat guna merealisasikan
maqosid tersebut. Atau lebih tepatnyua bahwa ekonomi Islam menegaskan
karakternya dalam rumusan kaidah fiqh yang berbunyi:
- Pada dasarnya sesuatu praktek muamalah boleh dilakukan, kecuali ada dalil yang
mengharamkannya atau dalil yang meniadakan kebolehannya.
- Setiap muslim terikat dengan syarat yang disepakatinya, kecuali syarat yang
menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.
Ekonomi Qurani
Ritual dan aktifitas harian manusia merupakan bagian yang meleka dengan agama. Keduanya
merupakan dua sisi ibadah yang menentukan tujuan luhur kehidupan manusia. Ibadah adalah
ritual dokmatik yang menggambarkan hubungan langsung antara manusia dengan tuhan nya.
Sementara aktifitas lahir adalah ibadah ketika aktififas itu merupakan jabaran kongkrit dari
perintanh-perintah agama. Ia secara tidak langsung adlah ibadah, meskipun dalam bentuk
hubungan dengan sesama. Karena hadist nabi saw. Yang berarti, pedagang yang jujur dan
amanah akan masuk surga bersama para nabi dan orang-orang shaleh. dua sisi ini (ritual dan

perilaku) saling terkait dan saling menyempurnakan. Maka al-insan al-abid(ahli ibadah)
adalah mereka yang mentaati allah swt. Secara ritual dan perilaku. Allah swt. Berfirman

10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka


bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung.
Dalam ayat ini di sebutkan bahwa ritual ibadah mendahului atau
mengiringi aktifitas (perilaku) duniawi. Maksudnya adalah diharapkan
ritual ibadah itu menjadi motifator, menjadi kekuatan kontrol, dan menjadi
penjamin kesuksesan sehingga aktifitas dunia meningkat menjadi bagian
dari ibadah. Barang kali ini lah yang di kehendaki oleh imam syaibani
ketika membahas ayat ini dengan mengatakan bahwa al-iktisab (profesi
dan pekerjaan) merupakan sebab bagi adanya ibadah.
Islam dengan ajaran-ajaran nya yang utuh dan lengkap ingin memastikan
aplikasi moralitas dalam keseluruhan sistem ekonomi. Moralitas islam
akan melindungi dan membersikan ekonomi dari tindakan perilaku hina
dan rendah, kecurangan, kedoliman, kesombongan, dan kesewenangwenangan. Moralitas islam akan melahirkan wajah baru pada piranti
ekonomi yang berbeda dengan apa yang di tawarkan oleh ekonomi
konfensional dan yang berkembang di tengah masyarakat; infestasi,
produksi, dan konsumsi.
Sebagaiamana akan tampak peran islam dalam ekonomi di mana ia akan
menciptakan evolusi perubahan hubunga manusia dengan harta. Hal ini
tampak

pada

pengetahuan

di

haramkan

perilaku

baru

nya

riba

yang

dalam

berbeda

muamalah,
dengan

sebagai

yang

telah

membudaya.secara aplikasi islam menawarkan konsep baru seperti


mudharabah, murabahah, dan istishna dalam hubungan antara produsen
dengan konsumen, hunbungan antara infestor dengan produsen.
Ekonomi qurani: al-maal maalullahi

wa anfiquu mimma jaalakum mustakhafina fiihi,dan belanjakanlah


hartamu yang allah telah menjadikanmu menguasainya.(QS.AL-HADID)
57:7
Kata al-maal (jamak: al-amwaal, the wealth) yang berarti harta di
sebutkan dalam al-quran 86 kali, baik dalam bentuk tunggal (mufrat,
jamak, nakirah, dan makrifat.) bila al-maal menjadi unsur utama dalam
ekonomi, maka penyebutan berulang oleh al-quran mengindikasikan
orgensi ekonomi bagi kehidupan manusia. Apalagi penyebutan kata almaal bila di hubungkan dengan kata seperti al-nafs(jiwa) atau al-walad/abanun(anak), setelah mendahului kata-kata tersebut. Hanya 1 ayat dalam
surat al-taubah (9):111, kata al-anfush (jamak : nafs) mendahului kata almaal.
Kata maal (harta) digunakan untuk menunjukan segala sesuatu yang di
miliki seseorang. Setiap yang menerima kepemilikan adalah harta, baik
berupa benda atau manfaat. Mayoritas ulama menganggap harta sebagai
sesuatu yang bernilai yang bernilai di antara manusia dan di bolehkan
oleh syariat memanfaatkan nya pada waktu lapang dan tidak darurat.
Dengan demikian, sesuatu yang tidak ada nilainya di antara manusia
tidak termasuk harta. Demikian juga tidak termaduk harta apa yang tidak
di bolehkan pemanfaatanya dalam sariat. Maka babi dan minuman keras
tidak di manakan harta karena tidak boleh di manfaatkan saat tidak
darurat.
Harta berdasarkan fungsi dan tujuan nya terbagi kepada uang dan
barang. Pertama, barang. Kata barang mencakup semua jenis barang
kecuali apa yang di jadiakan sebagai nilai harga. Kedua, uang (nuqud).
Nuqud, yaitu mencakup setiap apa yang di jadikan nilai harga seperti
dinar-dinar dan dirham-dirham, uang receh yang beredar, dan uang-uang
kertas.
Dalam ekonomi konfensonal tidak di temukan definisi atau keterangan
terhadap kata harta, karena para ahli ekonomi konfensional tidak
menggunakan istilah ini. Mereka menggunakan istilah modal (capital)

sebagai pengganti istilah harta. Dan mereka berbeda pendapat dalam


menentukan makna nya.
Fungsi harta bagi manusia sangat banyak. Hartadapat menunjang
kehidupan manusia, kegiatan yang baik maupun dan buruk. Oleh karena
itu, manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasainya. Biasanya
cara memperoleh harta, berpengaruh terhadap fungsi harta. Orang yang
memperoleh harta dengan cara mencuri, biasanya ia mengfungsikan
harta tersebut untuk kemaksiatan. Sebaliknya, orang yang mencari harta
dengan cara halal, biasanya ia mengfungsikan harta tersebut untuk halhal yang bermanfaat.
Fungsi harta yang sesuai dengan ketentuan syariat, antara lain
a; Kesempurnaan ibadah mahdzah, seperti shalat yang memerlukan

pakaian untuk menutup aurat, zakat yang memerlukan harta, dan


haji yang memerlukan biaya yang tidak sedikit.
b; Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
allah swt. Karena tidak ada alasan lagi bagi orang yang memiliki
kekayaan untuk tidak zakat, infaq, haji, dan aebagainya.
c; Meneruskan kelangsungan hidup, agar tidak meninggalkan generasi
yang lemah.
9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar.
d; Menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat.

77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Hubungan antara manusia dan harta di formalkan dalam konsepsi


istikhlaf(penguasa). Manusia adalah khalifah atas harta yang di
miliki. Harta adalah amanah dari allah, dikuasakan kepada manusia
untuk di manfaatkan sesuai dengan yang di kehendaki oleh pemberi
amanah, allah swt. wa anfiquu mimma jaalkum mustakhlafina
fiihidan belanjakanlah sebagaian hartamu yang allah telah
menjadikan menguasainya.(qs. Al-hadid (57):7)
Penguasaan istikhlaf ini, menurut al-thabary bukanlah penguasaan
mutlak. Hak milik pada adalah pada allah (al-maal maalullahi)
manusia
hanyalah
wakil
dari
pemberi
kuasa
untuk
membelanjakanya. Hartaq yang di miliki individu bukanlah mutlak
individu sehingga ia bebas berbuat kekayaan yang dimiliki fungdifungfi yang berorientasi pada penciptaan keseimbangan kehidupan
individu dan sosial, material dan sepiritual.
Dari 3 aspek ekonomi islam itu dapat di simpulkan beberapa kaidah
yang membingkai infaq atau membelanjakan harta:
1; Kaidah istikhlaf(penguasaan)
Istikhlaf menjadi bentuk hubungan antara manusia dengan harta.
Manusia adalah khalifah atas harta yang di milikinya.sementara
pemilik hakiki adalah allah swt. Al-maalu maalullahi.semua yang
ada di muka bumi ini berada dalam kekuasaan allah yang
dikuasakan oleh nya kepada manusia agar di belanjakan
sebagaimana mestinya,yang tertuang dalam aturan syari. Allah
swt. Berfirman: berimanlah kamu kepada allah dan rosulnya dan
nafkahkanlah sebagaian dari hartamu yang allah telah
menjadikan kamu menguasainya...
(QS.AL-HADID(57):7)
Dari kaidah istikhlaf ini ada beberapa kosek wensi logis yang
mesti di perhatikan dalam ber infak:
Pertama: manusia mesti tunduk dan taat kepada pemberi kuasa,
allah swt.seperti di sebutkan oleh imam al-qurtuby, bahwa
karena manusia adalah wakil yang di beri wewenang, maka
semestinya ia menafkahkan harta itu sesuai petunjuk pemberi
kuasa. Dengan demikian manusia tidak akan mencari dan
mengumpulkan harta kecuali dengan cara yang halal, dan tidak
membelanjakan harta kecuali dalam kebaikan (halaalan
thayyiban)

Kedua: manusia mesti mensyukuri nikmat di peroleh. Ungkapan


rasa syukur merupakan bentuk pelestarian nikmat sekaligus
jaminan tambahan kenikmatan. Barangkali kisah qarun dan kaum
saba,seperti yang diasebutkan dalam al-quran, bisa menjadi
pelajaran yang sangat berharga akan urgensi syukur.
Pengingkaran nikmat dan keengganan bersyukur akan berakibat
kehancuran.
81. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam
bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang
menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk
orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
sesungguhnya bagi kaum saba ada tanda ( kekuasaan tuhan)
ditempat kediman mereka yaitu 2 buah kebun di sebelah kanan
dan di sebelah kiri.(kepada mereka dikatakan):makanlah olehmu
dari rizki yang (di anuhgrahkan) tuhan mu dan bersyukurlah
kamu kepadanya.(negerimu)adalah negeri yang baik dan
(tuhanmu)adalah tuhan yang maha pengampun.tetapi mereka
berpaling, maka kami datangkan kepada mereka banjir yang
besar dan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun
yang di tumbuhi(pohon-pohon)yang berbuah pahit, pohon atsl
dan sedikit dari pohon sidr. Demikianlah kami memberi balasan
kepada mereka karena kekafiran mereka.dan kami tidak
menjatuhkan azab (yang demikian itu),melainkan hanya kepada
orang-orang yang sangat kafir.(QS.SABA(34):15-16)
Keempat: manusia mesti membalenjakan harta dan aset yang
dimiliki nya, terutama belanja infestasi dan produksi.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa fungsi dan tujuan di
ciptakan nya harta adalah untuk di putar, bukan untuk di timbun.
Islam telah memberikan arahan peredaran harta dan aset itu
dalam
bentuk
infak
konsumtif,produktif,
infestasi,
dan
sebagainya
2. kaidah mslahah
Secara bahasa maslahah berarti manfaat. Manfaat yang di
kehendaki oleh syariah adalah terpeliharanya agama, jiwa, akal,
nasl(generasi),dan
harta(ekonomi)
yang
kelimanya
di
istilahkanya dengan al-dlaruriyyat al-khamsah(lima hal pokok

yang menjadi tujuan syariah).bila suatu kegiatan ekonomi tidak


berkibat dlalar(membahayakan)pada kelima atau salah satu
dari lima tujuan diatas,itulah maslahah.segalah bentuk aktifitas
ekonomi yang di halalkan oleh agama melalui nash-nash alquran dan sunah adalah maslahah, karena pasti akan
bermanfaat bagi kehidupan manusia melalui pelestarian aldlaruriyyat al-khamsah itu. Dan setiap kegiatan ekonomi yang
terlarang secara nash pasti akan mendatangkan mudharat bagi
salah satu atau keseluruhan nya.
Berikut contoh-contoh dari infak yang berorientasi pada
maslahah:
Dengan berzakat seseorang berarti melestarikan ajaran
agama(hifdzu al-dini),pada saat yang sama memelihara
hartanya.
Karena
zakat
akan
mensucikan
harta
dan
mengamankannya dari gangguan orang lain bahkan ada jaminan
dari rosul saw. Bahwa tidaklah zakat dan sedekah itu mengurangi
harta.(HR.MUSLIM DAN TURMUDZI)
Tidak membelanjakan harta yang di miliki, baik konsumtif,
produktif, maupun infestasi pada komoditas yang di haramkan
agama, karena di pastikan akan membahayakan salah satu aldlaruriyyat al-khamsah, seperti minuman keras dan narkoba
yang merusak akal; perjudian yang merusak perekonomian(hifds
al-maal), dan sebagainya .
Tidak israf dalam membelanjakan harta. Kata israf dalam infak
mengandung banyak pengertian. Di antaranya, berinfak di luar
batas kewajaran, membelanjakan harta tidak pada tempatnya,
dan membelanjakan harta dalam kemaksiatan. Semua bentuk
infak tersebut termasuk dalam kategori israf. Ibnu abbas dan
imam syafii menafsirkan kata al-mubadzirin dengan infak yang
tidak pada tempatnya, seperti pada kemaksiatan. Hingga ibnu
abbas berkata saat memberikan komentar ayat 67 dari surat alfurqon, berinfaklah 100.000 dirham dalam ketaatan bukan lah
israf, sementara membelanjakan 1 dirham dalam kemaksiatan
adalah israf.

S-ar putea să vă placă și