Sunteți pe pagina 1din 11

Ikhtisar

Aspirasi dapat diartikan sebagai masukn ya benda asing, zat padat atau
cair ke dalam traktus respiratorius atau menghirup asap dan uap.
Aspirasi pneumonia adalah proses infeksi yang disebabkan oleh flora
o r o p h a r y n g e a l y a n g t e r a s p i r a s i . As p i r a s i p n e u m o n i t i s y a n g d i s e b a b k a n
oleh paparan langsung bahan kimia, secara teknis berbeda, tetapi sering
disebut sebagai aspirasi pneumonia. ( Lihat gambar dibawah ).

Seorang pria 29 tahun dengan riwayat cerebral pals y dan gangguan


kejang dibawa ke gawat darurat karena mengalami penurunan kesadaran
selama 3 hari. Pasien mengalami gangguan pernapasan pada saat datang
d a n s e g e r a d i i n t u b a s i . Tan d a - t a n d a v i t a l n y a a d a l a h s e b a g a i b e r i k u t :
temperatur: 33 C, tekanan darah: 85/23 mmHg, respirasi: 25 per menit,
dan denyut jantung: 89 per menit. Foto thorax menggambarkan ujung

ETT di atas carina, opasitas bilateral, dan konsolidasi lobus kanan atas
paru.

Potongan CT scan padalobus bawah bronkus menunjukkan adan ya benda


l o g a m d i b a w a h - l o b u s k i r i b r o n k u s . Ter j a d i a s p i r a s i t a m b a l a n g i g i p a d a
pasien tersebut yang disebabkan oleh patahnya gigi. Pasien telah
menjalani bronkoskopi, dan benda asing tersebut telah dikeluarkan.
Pasien telah diobati dengan antibiotik untuk pneumonia. Secara tidak
sengaja ditemukan efusi pleura minimal di sisi kanan paru adalah
karena gagal jantung kongestif minimal (CHF).
Riwayat klinis sangat penting dalam mendiagnosis aspirasi pneumoni.
Hal-hal yang mempengaruhi ukuran dan distribusi kelainan di parenkim
paru adalah sifat, jumlah dan waktu dari material yang teraspirasi.
Faktor predisposisi yang paling umum untuk aspirasi pada orang dewasa
adalah alkoholisme, gangguan neuromuskuler, stroke, kejang, dan
kehilangan kesadaran.
Pemeriksaan yang dianjurkan
Foto thoraxsangat mudah dilakukan dan tersedia hampir di semua
tempat dengan biaya yang murah. Sejauh ini foto thorax paling sering
digunakan untuk mengevaluasi aspirasi pneumonia. Secara
k o n v e n s i o n a l , f o t o p o s t e r o a n t e r i o r ( PA) d a n l a t e r a l t h o r a x

direkomendasikan untuk menggambarkan aspirasi pneumonia dan


komplikasin ya. Namun, karena banyak pasien tidak mampu untuk
b e k e r j a s a m a p a d a p o s i s i f o t o PA d a n l a t e r a l , m a k a f o t o a n t e r o p o s t e r i o r
(AP) lebih sering digunakan untuk mendiagnosa.
Computed tomography (CT) scan adalah metode terbaik untuk
mendiagnosis pneumonia aspirasi, abses, atau empiema. CT scan secara
akurat dapat mengukur derajat opasitas lobus atau segmen secara tepat.
Benda asing di cabang trakeobronkial yang berhubungan dengan
atelektasis atau konsolidasi dapat dilihat secara mudah oleh CT scan.
Aspirasi bahan tertentu seperti lemak atau bahan kontras kadangkadang dapat ditentukan dengan mengukur kepadatan jaringan yang
mengalami penurunan densitas pada CT scan. Kelainan pada esofagus
dapat juga dilihat pada gambaran CT tanpa membutuhkan bahan
kontras. Nekrosis, pembentukan rongga (cavitas), dan empiema
merupakan komplikasi dari aspirasi pneumonia yang dapat dilihat lebih
dini dan dengan baik menggunakan CT scan daripada foto radiologi
konvensional.
Magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitif dibandingkan
radiologi konvensional. Sampai saat ini belum ada penelitian yang
membandingkan hasil MRI dengan CT scan untuk evaluasi aspirasi.
Keterbatasan teknik
Radiografi tetap merupakan lini pertama yang paling praktis untuk
mengevaluasi pasien dengan dugaan aspirasi pneumonia. Foto thorax
biasan ya cukup untuk menunjukkan konsolidasi paru-paru, atelektasis,
dan pembentukan abses. Namun, CT scan lebih sensitif dan spesifik
daripada radiologi konvensional.
Ban yak faktor yang mempengaruhi penilaian awal, termasuk status
cairan pasien, kemampuannya untuk menghasilkan respon inflamasi
yang adekuat, serta sifat dan jumlah aspirasin ya.

Radiografi
F o t o t h o r a x AP d a p a t m e n u n j u k k a n o p a s i t a s b i l a t e r a l d i z o n a p a r u
b a g i a n t e n g a h a t a u l e b i h r e n d a h . P a d a f o t o PA d a n l a t e r a l , o p a s i t a s
dapat dilihat pada segmen posterior lobus atas atau segmen superior
lobus bawah. Kelainan radiografi dapat didistribusikan lebih luas.
(Lihat gambar di bawah.)

Seorang pria 29 tahun dengan riwayat cerebral pals y dan gangguan


kejang dibawa ke gawat darurat karena mengalami penurunan respon
selama 3 hari. Pasien mengalami gangguan pernapasan pada saat datang
d a n s e g e r a d i i n t u b a s i . Tan d a - t a n d a v i t a l n y a a d a l a h s e b a g a i b e r i k u t :
temperatur: 33 C, tekanan darah: 85/23 mmHg, respirasi: 25 per menit,
dan denyut jantung: 89 per menit. Foto thorax menggambarkan ujung
ETT di atas carina, opasitas bilateral, dan konsolidasi lobus kanan atas
paru.

Hasil foto thorax menunjukkan konsolidasi parenkim di lobus kanan


atas paru. Informasi klinis dan hasil foto thorax menunjukkan
pneumonia aspirasi. Hasil aspirasi tersebut telah dibiak dan
menunjukkan beberapa organisme yang berkaitan dengan aspirasi
pneumonia.

Seorang pria berumur 84 tahun dengan keadaan umum sehat dengan


d e m a m d a n b a t u k . F o t o PA m e n g g a m b a r o p a s i t a s p a d a l o b u s k i r i b a w a h .

Seorang pria 84 tahun dengan kesehatan yang baik menderita demam


dan batuk. Foto Posteroanterior menunjukkan opasitas di lobus kiri
b a w a h . As p i r a s i p n e u m o n i a . F o t o l a t e r a l p a s i e n t e r s e b u t m e n e g a s k a n
lokasi kelainan di lobus kiri bawah.
Tingkat kepercayaan
Pada umumnya, keban yakan dokter lebih mengandalkan foto
konvensional, yang memiliki tingkat spesifisitas dan sensitivitas yang
baik. Namun, CT scan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih
besar dan dapat digunakan lebih baik untuk mendiagnosa aspirasi
pneumonia, untuk menentukan pen yebabn ya, dan untuk mendeteksi
komplikasin ya lebih dini.
Hasil false positif / negatif
Negatif palsu terkait dengan temuan tersamar atau awal perjalanan
klinis. Hasil positif palsu biasan ya terjadi bila riwayat klinis yang
t i d a k j e l a s . Tem u a n d a l a m a s p i r a s i p n e u m o n i a t i d a k s p e s i f i k ; e d e m a
paru, pneumonia akibat penyebab lain, dan neoplasma merupakan
diagnosis bandingnya.

C o m p u t e d Tom o g r a p h y
CT scan lebih unggul dari foto thorax konvensional untuk menentukan
sifat, jenis, dan komplikasi aspirasi, menunjukkan derajat opasitas paru
lebih dini dan secara lebih rinci daripada foto thorax konvensional.
Sebuah benda asing di intratracheal atau intrabronchial dapat
terdeteksioleh CT scan, baik yang terkait dengan atelektasis /
konsolidasi atau efek obstruksi parsial seperti focal overaeration.
Dalam kasus tertentu, aspirasi yang spesifik seperti lemak atau material
yang berdensitas opak dapat diidentifikasi dan bahkan diukur pada foto
CT scan.
Aspirasi dari bahan organik berdensitas rendah (seperti minyak
mineral) di cabang trakeobronkial atau ruang alveolar, yang tidak dapat
didiagnosis pada foto konvensional, dapat terdiagnosa dengan
m e n g g u n a k a n C T s c a n . As p i r a s i y a n g b e r d e n i t a s o p a k j u g a d a p a t
terlihat dengan baik pada CT scan, seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini. ( Lihat gambar dibawah ).

CT scan melalui lobus bawah parumenunjukkan opasitasberbentuk bulat


di lobus kiri bawah, yang diyakini dapat menggambarkan neoplasma.

CT scan melalui bronkus pada lobus bawah paru menunjukkan benda


logam di bronkus lobus bawah kiri paru . Pasien telah mengaspirasi
tambalan gigi yang telah lepas dari salah satu gigin ya. Pasien menjalani
bronkoskopi, dan benda asing telah dikeluarkan. Pasien diobati dengan
antibiotik untuk pneumonia, yang akhirn ya dapat disembuhkan. Secara
tidak sengaja ditemukan efusi pleura minimal di sisi kanan paru adalah
karena gagal jantung kongestif minimal (CHF).
CT scan atau USG berguna untuk membantumelokalisasi kelainan untuk
biopsi atau aspirasi / drainase.
Komplikasi akibat aspirasi pneumonia (misaln ya: pembentukan abses,
nekrosis paru, empiema) dapat digambarkan dengan baik pada CT scan.
Komplikasi jangka panjang, seperti bronkiolitis obliterative, dapat
didiagnosis dengan baik oleh CT scan resolusi tinggi (HRCT).
Tem u a n H R C T p a d a p a s i e n d e n g a n l i p i d p n e u m o n i a e k s o g e n d a p a t j u g a
menggambarkanair-space consolidations denganlemak atau nonspesifik
dengan nilai atenuasi rendah, area opasitas ground-glass, garis septum,
dan penebalan centrilobular interstisial.

HRCT juga dapat menunjukkan crazy paving pattern, baik terisolasi


atau mengelilingi konsolidasi paru.
Multidetector CT (MDCT) telah terbukti efektif dalam evaluasi
pneumonia baik dari aspirasi benda asing atau cairan . Pada pasien
dengan suspek aspirasi benda asing, bronkoskopi virtual, dalam
h u b u n g a n n y a d e n g a n M D C T, d a p a t m e n g g a m b a r k a n l o k a s i y a n g t e p a t
dari sebuah benda asing yang mengobstruksi , sehingga dapat
memfasilitasi bronkoskopi konvensional, tetapi juga dapat memberikan
diagnosis banding.
C T s c a n j u g a d a p a t m e n e n t u k a n k e l a i n a n a n a t o m i d i k e p a l a , l e h e r, d a n
d a e r a h d a d a . Tem u a n i n i m u n g k i n d a p a t m e m b a n t u d a l a m m e r i n c i
pen yebab aspirasi seperti fistula atau tumor dalam faring, laring, atau
esophagus. CT scan juga dapat menggambarkan striktur esofagus,
termasuk achalasia.
Tingkat kepercayaan
CT scan dianggap memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi
d a r i p a d a h a s i l f o t o k o n v e n s i o n a l ( AP, PA, L a t e r a l ) . N a m u n ,
interpretasi pada CT scan beberapa penyakit menunjukkan hasil yang
sama ( mimic radiogarphic ) / men yerupai dengan gambaran aspirasi
pneumonia.
Magnetic Resonance Imaging
Beberapa penelitian besar dari MRI didedikasikan untuk mendiagnosa
aspirasi penumonia. Namun, hasil dari studi kasus yang diterbitkan
han ya terlihat untuk mengkonfirmasi keakuratan MRI dalam
menggambarkan peradangan akut, granuloma, dan fibrosis. MRI bekerja
baik dalam menggambarkan sifat aspirasi dan reaksi tubuh terhadap
aspirasi tersebut. Beberapa penulis telah menn yimpulkan bahwa MRI
lebih unggul daripada CT scan dalam mendiagnosis aspirasi lipid.

Hasil false positif / negatif


Tingkat sensitivitas MRI diharapkan lebih tinggi, dengan sedikit hasil
negatif palsu, meskipun, seperti CT scan, hasil positif palsu
dikarenakan proses patologis yang men yerupaigambaran aspirasi
pneumonia harus selalu dipertimbangkan.
Nuclear Imaging
S e b u a h s a l i v a g r a m r a d i o n u k l i d a d a p a t m e n u n j u k k a n a s p i r a s i a i r l i u r.
Salivagrams dapat mendokumentasikan aspirasi air ludah sebagai
sumber pneumonia berulang,. Sering pada anak dengan gangguan
neurologis.

JURNAL RADIOLOGI KEDOKTERAN


ASPIRASI PNEUMONIA

Pembimbing:
Dr. Hj. Shofiatul M, Sp.Rad
Dr. Syarifah S, Sp.Rad
Disusun oleh:
Raymond Pranawa (406112006)
Daniel Aditya (406112007)

KEPANITERAAN RADIOLOGI RSUD CIAWI


17 DESEMBER 2012 12 JANUARI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

S-ar putea să vă placă și