Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
dengan apa yang aktual terjadi (observed). Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus
dipecahkan.Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara
kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan.Untuk dapat menetapkankriteria, pembobotan dan skoring, perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi.Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
Berdasarkan hasil analisis program P2ML Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih yang diangkat, maka didapatkan 3 permasalahan. Adapun masalah
tersebut meliputi:
1. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB Paru se-Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih sebesar 43,53% dengan target > 75%, dikatakan tidak
mencapai target.
2. Angka Konversi Penderita (CVR) TB Paru di PKM Kelurahan Cempaka
Putih Barat sebesar 70 % dengan target >85%, dikatakan tidak mencapai
target.
3. Angka Konversi Penderita (CVR) TB Paru di PKM Kelurahan Rawasari
sebesar 50% dengan target >85%, dikatakan tidak mencapai target.
4.
2.1.1 Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini, masalah
35
dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group
Technique (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :
a. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan
melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama
keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman
peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini
adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
b.
Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta
diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah
pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut,
menjadi prioritas masalah.
Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
a.
Prevalence : besarnya
masalah yang dihadapi.
b.
Seriousness : pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam
masyarakat dan
dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah
kesehatan tersebut.
c.
Manageability
Community concern :
sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut.
Parameter diletakkan pada baris, dan masalah-masalah yang ingin dicari
36
yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing
masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat
dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan
yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit
untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
b. Metode Matematik PAHO (Pan America Health Organization)
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom,sedangkan
masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan
digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah :
a.
Magnitude
Berapa
Severity
Besarnya
kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate masingmasing penyakit.
c.
Vulnerability : Sejauh
mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut.
d.
Community
and
Affordability
37
4.
5.
Policy
berhubungan dengan
orientasi
38
objektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang
akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot
yang lebih tinggi.Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,
dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima, yaitu
sebagai berikut :
a.
Bobot
paling
Bobot
sangat
Bobot
sangat
penting
b.
penting sekali
c.
penting
d.
Bobot 2 : penting
e.
Bobot
cukup
penting
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria
ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit.
Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,maka digunakan
parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan
hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.
Tabel 2.1 Skala Score Emergency
Range (%)
0 9,9
10 19,9
20 29,9
30 39,9
40 49,9
50 59,9
60 69,9
Score
1
2
3
4
5
6
7
39
Score
8
9
10
Daftar Masalah
Cakupan
Skor
.
1
43,53%
70%
50%
Greatest Member
Greatest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin
besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar skor yang
didapatkan.
40
Range (%)
e
1
1-5
2
5,1 9,1
3
9,2 13,2
4
13,3 17,3
5
17,4 21,4
6
21,5 25,5
7
25,6 29,6
8
29,7 33,7
9
33,8 37,8
Keterangan : Untuk menentukan skor pada greatest member digunakan range.
Range didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah.
Diberikan skor dari 1 7 dengan jarak tiap range sebesar tujuh agar mendapatkan
nilai greatest member yang bervariasi.
Tabel 2.4 Penentuan Score Greatest Member Terhadap Masalah Program
P2 TB Paru di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih
Periode Januari Mei Tahun 2015
No
.
1.
>70%
26,47
70%
>85%
15
2.
Cakupan
Target
Selisih
Skor
3.
50 %
>85%
35
41
Expanding Scope
Expanding
Scope
menunjukkan
seberapa
luas
pengaruh
suatu
Score
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Nilai
Penduduk
42.410
28.647
Kel. Rawasari
26.647
97.704
Score
1
2
3
4
5
Se-
42
Kelurahan/Kecamatan
Kel. Cempaka Putih Barat
Kel. Cempaka Putih Timur
Kel. Rawasari
Nilai
2
3
2
468,68
Lintas Sektor
Tidak ada keterpaduan lintas sektor
Ada keterpaduan lintas sektor
Daftar Masalah
1.
Jumlah
Penduduk
9
Luas
Wilayah
5
Lintas
Sektor
2
Jumlah
4 Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa
mungkin suatu masalah dapat diselesaikan.Pada dasarnya, kriteria ini adalah
kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga
43
Range
1:1 1: 1000
1: 1001 1: 2000
1: 2001 1: 3000
1 : 3001 1: 4000
1: 4001 1: 5000
1: 5001 1: 6000
1:6001 1:7000
Score
7
6
5
4
3
2
1
Puskesmas
Kec. Cempaka Putih
Cempaka Putih Barat
Jumlah Tenaga
Jumlah
Kesehatan
69
7
Penduduk
97.704
42.410
26.647
Rawasari
Scor
Perbandingan
1:1.416
1:6.058
e
6
1
1:4.441
44
Ketersediaan
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup
Score
0
1
2
0
1
2
c. Ketersediaan dana
Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan puskesmas penilaian
dibagi tiga, yaitu tidak ada, cukup dan kurang. Penilaian berdasarkan
wawancara dengan pemegang program dan kepala puskesmas terkait.
Tabel 2.14 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah
Puskesmas Se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei Tahun
2015
45
Dana
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup
Score
0
1
2
13
46
79
10-12
5.
12 15
Daftar Masalah
SDM
Fasilitas
Dana Jumlah
Alat/Obat Tempat
Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari
suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap
masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern
pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan
tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
46
Score
5
10
10
15
Masalah
Kebijakan
Penyuluhan Media
Media
1.
Pemerintah
5
Cetak
10
Elektronik
0
10
Putih
sebesar
43,53%
Paru
di
PKM
Kelurahan
47
Paru
di
PKM
10
Kelurahan
Kriteria
Emergency
Greetest member
Expanding Scope
Feasibility
Policy
Jumlah
Bobot
5
4
3
2
1
MS 1
N
BN
5
25
7
28
16
54
9
18
20
20
145
MS 2
N
BN
5
40
5
20
8
24
4
8
20
20
112
MS 3
N BN
6
30
9
36
6
18
6
12
20 20
116
Keterangan :
1. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB Paru se-Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih sebesar 43,53%
2. Angka Konversi Penderita (CVR) TB Paru di PKM Kelurahan Cempaka
Putih Barat sebesar 70 %
48
penyelesaian yang ada terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba
mencari apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan
prioritas. Pada tahap ini digunakan diagram sebab-akibat yang disebut juga
dengan diagram tulang ikan (fishbone) atau diagram ishikawa. Dengan
memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia, dapat disusun
berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input,
yaitu sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man
(sumber daya manusia), money (dana), material (sarana), method (cara).
Sedangkan proses merupakan kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah
menjadi output, yang terdiri dari:
a.
Planning
(perencanaan)
: sebuah proses
Organizing
(pengorganisasian) : rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c.
Actuating
(pelaksanaan) : proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja
secara
optimal
menjalankan
tugas-tugas
pokoknya
sesuai
dengan
keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
d.
Controlling
(monitoring) : proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi (evaluating) jika terjadi penyimpangan.
49
51
52