Sunteți pe pagina 1din 18

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH


1

Penetapan Prioritas Masalah


Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected)

dengan apa yang aktual terjadi (observed). Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus
dipecahkan.Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara
kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan.Untuk dapat menetapkankriteria, pembobotan dan skoring, perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi.Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
Berdasarkan hasil analisis program P2ML Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih yang diangkat, maka didapatkan 3 permasalahan. Adapun masalah
tersebut meliputi:
1. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB Paru se-Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih sebesar 43,53% dengan target > 75%, dikatakan tidak
mencapai target.
2. Angka Konversi Penderita (CVR) TB Paru di PKM Kelurahan Cempaka
Putih Barat sebesar 70 % dengan target >85%, dikatakan tidak mencapai
target.
3. Angka Konversi Penderita (CVR) TB Paru di PKM Kelurahan Rawasari
sebesar 50% dengan target >85%, dikatakan tidak mencapai target.
4.
2.1.1 Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini, masalah

35

dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group
Technique (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :
a. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan
melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama
keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman
peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini
adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
b.

Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta
diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah
pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut,
menjadi prioritas masalah.

2.1.2 Scoring Technique


Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik
skoring antara lain:
a.

Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
a.

Prevalence : besarnya
masalah yang dihadapi.

b.

Seriousness : pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam

masyarakat dan

dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah
kesehatan tersebut.
c.

Manageability

kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya.


d.

Community concern :
sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut.
Parameter diletakkan pada baris, dan masalah-masalah yang ingin dicari

prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah 1 - 5

36

yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing
masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat
dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan
yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit
untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
b. Metode Matematik PAHO (Pan America Health Organization)
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom,sedangkan
masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan
digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah :
a.

Magnitude

Berapa

banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan


dengan angka prevalensi.
b.

Severity

Besarnya

kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate masingmasing penyakit.
c.

Vulnerability : Sejauh
mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut.

d.

Community

and

political concern : Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi


concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi.
e.

Affordability

Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia .


c.

Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)


Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk
menentukan prioritas masalah adalah :
1.

Emergency : menunjukkan seberapa fatal


suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan.
Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality
Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang

37

dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter


kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
2.

Greetest Member : kriteria ini digunakan


untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena masalah
kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit,
maka parameter yang digunakan adalah

prevalence rate. Sedangkan

untuk masalah lain, maka greetest member ditentukan dengan cara


melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program
kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
3.

Expanding Scope : menunjukkan seberapa


luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor
kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas
wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di
wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan
yang berkepentingan dengan masalah tersebut.

4.

Feasibility : kriteria lain yang harus dinilai


dari suatu masalah adalah seberapa mungkin masalah tersebut
diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber daya
manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan
kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya
anggaran untuk kegiatan tersebut.

5.

Policy

berhubungan dengan

orientasi

masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan masyarakat,


maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki
kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah
mendukung terselesaikannya masalah tersebut.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian
masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih

38

objektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang
akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot
yang lebih tinggi.Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,
dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima, yaitu
sebagai berikut :
a.

Bobot

paling

Bobot

sangat

Bobot

sangat

penting
b.
penting sekali
c.
penting
d.

Bobot 2 : penting

e.

Bobot

cukup

penting
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria
ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit.
Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,maka digunakan
parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan
hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.
Tabel 2.1 Skala Score Emergency
Range (%)
0 9,9
10 19,9
20 29,9
30 39,9
40 49,9
50 59,9
60 69,9

Score
1
2
3
4
5
6
7

39

Tabel 2.1 Lanjutan Skala Score Emergency


Range (%)
70 79,9
80 89,9
90 99,9

Score
8
9
10

Tabel 2.2 Penentuan Score Emergency Terhadap Masalah P2 TB Paru di


Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari - Mei
Tahun 2015
No

Daftar Masalah

Cakupan

Skor

.
1

Angka Penemuan Penderita (CDR) TB PARU se-Puskesmas

43,53%

Kecamatan Cempaka Putih sebesar 43,53%


Angka Konversi Penderita (CVR) TB PARU di PKM Kelurahan

70%

Cempaka Putih Barat sebesar 70 %


Angka Konversi Penderita (CVR) TB PARU di PKM Kelurahan

50%

Rawasari sebesar 50%


Keterangan : Skor Emergency terbesar yaitu 8 didapatkan pada masalah Angka
Konversi Penderita (CVR) TB PARU di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih
Barat Periode Januari Mei Tahun 2015.
2

Greatest Member
Greatest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin
besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar skor yang
didapatkan.

40

Tabel 2.3 Skala pada Score Greatest Member


Scor

Range (%)
e
1
1-5
2
5,1 9,1
3
9,2 13,2
4
13,3 17,3
5
17,4 21,4
6
21,5 25,5
7
25,6 29,6
8
29,7 33,7
9
33,8 37,8
Keterangan : Untuk menentukan skor pada greatest member digunakan range.
Range didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah.
Diberikan skor dari 1 7 dengan jarak tiap range sebesar tujuh agar mendapatkan
nilai greatest member yang bervariasi.
Tabel 2.4 Penentuan Score Greatest Member Terhadap Masalah Program
P2 TB Paru di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih
Periode Januari Mei Tahun 2015
No

Program dan Kegiatan

.
1.

Angka Penemuan Penderita (CDR)

Cakupan Target Selisih Skor


43,53 %

>70%

26,47

70%

>85%

15

TB Paru se-Puskesmas Kecamatan


Cempaka Putih sebesar 43,53%
Angka Konversi Penderita (CVR) TB

2.

Paru di PKM Kelurahan Cempaka


Putih Barat sebesar 70 %
Tabel 2.4 Lanjutan Penentuan Score Greatest Member Terhadap Masalah
Program P2 TB Paru di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih
Periode Januari Mei Tahun 2015
No

Program dan Kegiatan

Cakupan

Target

Selisih

Skor

3.

Angka Konversi Penderita (CVR) TB

50 %

>85%

35

Paru di PKM Kelurahan Rawasari


sebesar 50%
Skor Greetest Member terbesar yaitu 9 didapatkan pada Angka Konversi
(CVR) TB Paru Puskesmas Kelurahan Rawasari periode Januari- Mei Tahun
2015.

41

Expanding Scope
Expanding

Scope

menunjukkan

seberapa

luas

pengaruh

suatu

permasalahan terhadap sektor lain di luar kesehatan, berapa banyak jumlah


penduduk di wilayah tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan
yang berkepentingan dengan masalah tersebut. Untuk Jumlah penduduk diurut
berdasarkan kelurahan yang memiliki penduduk terkecil sampai yang terbanyak.
Tabel 2.5 Range pada Jumlah Penduduk
Range (Jiwa)
10.000 19.999
20.000 29.999
30.000 39.999
40.000 49.999
50.000 59.999
60.000 69.999
70.000 79.999
80.000 89.999
90.000 99.999
100.000 109.999

Score
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk


Se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei 2015
Kelurahan/Kecamatan

Jumlah

Nilai

Kel. Cempaka Putih Barat

Penduduk
42.410

Kel. Cempaka Putih Timur

28.647

Kel. Rawasari

26.647

Kec. Cempaka Putih

97.704

Tabel 2.7 Range pada Luas Wilayah


Luas Wilayah (Ha)
1 99,9
100 199,9
200 299,9
300 399,9
400 499,9

Score
1
2
3
4
5

Tabel 2.8 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah

Se-

42

Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei Tahun 2015


No.
1.
2.
3.
4.

Kelurahan/Kecamatan
Kel. Cempaka Putih Barat
Kel. Cempaka Putih Timur
Kel. Rawasari

Luas Wilayah (Ha)


121,87
222,06
124,75

Nilai
2
3
2

468,68

Kec. Cempaka Putih

Tabel 2.9 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan


Lintas Sektoral Periode Januari Mei 2015
Nilai
1
2

Lintas Sektor
Tidak ada keterpaduan lintas sektor
Ada keterpaduan lintas sektor

Tabel 2.10 Penentuan Skor Expanding Scope Program P2ML di Wilayah


Puskesmas Se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei Tahun
2015
No.

Daftar Masalah

1.

Jumlah
Penduduk
9

Luas
Wilayah
5

Lintas
Sektor
2

Jumlah

Angka Penemuan Penderita (CDR)


16
TB Paru se-Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih sebesar 43,53%
dengan target >70%
2.
Angka Konversi Penderita (CVR)
4
2
2
8
TB Paru di PKM Kelurahan
Cempaka Putih Barat sebesar 70 %
dengan target >85%
2
3.
Angka Konversi Penderita (CVR)
TB Paru di PKM Kelurahan
2
2
6
Rawasari sebesar 50% dengan
target >85%
Keterangan : Nilai expanding scope terbesar yaitu 21 didapatkan pada Angka
Penemuan Penderita (CDR) TB Paru se-Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Periode Januari Mei Tahun 2015.

4 Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa
mungkin suatu masalah dapat diselesaikan.Pada dasarnya, kriteria ini adalah
kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga

43

penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.


Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah
dapat diselesaikan meliputi:
a. Rasio tenaga kesehatan puskesmas terhadap jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk,
maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar.
Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap
Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran
program kesehatan di masing masing wilayah Puskesmas.
Tabel 2.11Range pada Scoring Rasio Tenaga Kesehatan
.

Range
1:1 1: 1000
1: 1001 1: 2000
1: 2001 1: 3000
1 : 3001 1: 4000
1: 4001 1: 5000
1: 5001 1: 6000
1:6001 1:7000

Score
7
6
5
4
3
2
1

Tabel 2.12 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk


Sasaran Program P2ML di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Cempaka
Putih Periode Januari Mei Tahun 2015
No.
1
2
3

Puskesmas
Kec. Cempaka Putih
Cempaka Putih Barat

Jumlah Tenaga

Jumlah

Kesehatan
69
7

Penduduk
97.704
42.410

26.647

Rawasari

Scor

Perbandingan
1:1.416
1:6.058

e
6
1

1:4.441

b. Ketersediaan fasilitas (material)


Fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu
kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan cakupan kegiatan tersebut.

44

Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh


karena itu, dibuat kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatankegiatan tersebut.Kategori fasilitas

digolongkan menjadi dua, yaitu

ketersediaan alat/obat dan ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan ada


dalam jumlah mencukupi, ada namun kurang mencukupi, dan tidak ada sama
sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan program tidak ada
masalah, yaitu selalu tersedia dan diberi nilai dua. Digolongkan kurang bila
tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat datang, atau ada namun tidak
layak pakai dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila tidak tersedia dan diberi
nilai nol.

Tabel 2.13 Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di Wilayah


Puskesmas Se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei Tahun
2015
Kategori
Tempat
Alat/ Obat

Ketersediaan
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup

Score
0
1
2
0
1
2

c. Ketersediaan dana
Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan puskesmas penilaian
dibagi tiga, yaitu tidak ada, cukup dan kurang. Penilaian berdasarkan
wawancara dengan pemegang program dan kepala puskesmas terkait.
Tabel 2.14 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah
Puskesmas Se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei Tahun
2015

45

Dana
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup

Score
0
1
2

Tabel 2.15 Nilai Skor Feasibility


No
Range
Score
1

13

46

79

10-12

5.

12 15

Tabel 2.15 Penentuan Skor Feasibility Program P2ML di Wilayah Puskesmas


Se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Maret Tahun 2015
No.

Daftar Masalah

Angka Penemuan Penderita (CDR)


TB Paru se-Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih sebesar 43,53%
dengan target >70%
Angka Konversi Penderita (CVR) TB
Paru di PKM Kelurahan Cempaka
Putih Barat sebesar 70 % dengan
target >85%
Angka Konversi Penderita (CVR) TB
Paru di PKM Kelurahan Rawasari
sebesar 50% dengan target >85%

SDM

Fasilitas
Dana Jumlah
Alat/Obat Tempat

Nilai feasibility tertinggi yaitu 9 pada Angka Penemuan Penderita (CDR)


se-Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih periode Januari Mei Tahun 2015.
5

Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari
suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap
masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern
pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan
tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.

46

Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling


mungkin sampai ke masyarakat.Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak
memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan.Maka
skor untuk penyuluhan diberikan 5, sedangkan untuk iklan di media cetak
diberikan nilai 10.Begitupun dengan media elektronik yang memiliki
jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan media cetak.Maka untuk
adanya publikasi masalah kesehatan tersebut di media elektronik diberikan
nilai 15.
Tabel 2.16 Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program P2ML di
Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei
Tahun 2015
Parameter
Tidak ada kebijakan
Ada kebijakan

Score
5
10

Tabel 2.17 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas


Se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei Tahun 2015
Parameter
Score
Penyuluhan

Media Cetak (Poster, Majalah, Koran)

10

Media Elektronik (TV, radio, internet)

15

Tabel 2.18 Penentuan Score Policy Program P2ML pada Puskesmas di


Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei Tahun 2015
No

Masalah

Kebijakan

Penyuluhan Media

Media

1.

Angka Penemuan Penderita (CDR)

Pemerintah
5

Cetak
10

Elektronik
0

10

TB Paru se-Puskesmas Kecamatan


Cempaka
2.

Putih

sebesar

43,53%

dengan target >70%


Angka Konversi Penderita (CVR)
TB

Paru

di

PKM

Kelurahan

Cempaka Putih Barat sebesar 70 %

47

dengan target >85%


3.

Angka Konversi Penderita (CVR)


TB

Paru

di

PKM

10

Kelurahan

Rawasari sebesar 50% dengan target


>85%
Skor policy terbesar yaitu 20, sama untuk seluruh area Puskesmas
Cempaka Putih periode Januari Mei Tahun 2015.
Setelah diklasifikasikan berdasarkan tujuh kriteria di atas, keseluruhan
hasil penghitungan dari kriteria kriteria

tersebut dimasukan kedalam tabel

penentuan masalah program P2ML menurut metode MCUA untuk dikalikan


dengan bobot masing-masing kriteria. Kemudian hasil perkaliannya dijumlahkan.

Tabel 2.19 Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA MS


1 - MS 5 di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Cempaka Putih
Periode Januari Mei Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria
Emergency
Greetest member
Expanding Scope
Feasibility
Policy
Jumlah

Bobot
5
4
3
2
1

MS 1
N
BN
5
25
7
28
16
54
9
18
20
20
145

MS 2
N
BN
5
40
5
20
8
24
4
8
20
20
112

MS 3
N BN
6
30
9
36
6
18
6
12
20 20
116

Keterangan :
1. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB Paru se-Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih sebesar 43,53%
2. Angka Konversi Penderita (CVR) TB Paru di PKM Kelurahan Cempaka
Putih Barat sebesar 70 %
48

3. Angka Konversi Penderita (CVR) TB Paru di PKM Kelurahan Rawasari


sebesar 50%
2.2 Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada,
selanjutnya ditentukan

kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan

penyelesaian yang ada terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba
mencari apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan
prioritas. Pada tahap ini digunakan diagram sebab-akibat yang disebut juga
dengan diagram tulang ikan (fishbone) atau diagram ishikawa. Dengan
memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia, dapat disusun
berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input,
yaitu sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man
(sumber daya manusia), money (dana), material (sarana), method (cara).
Sedangkan proses merupakan kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah
menjadi output, yang terdiri dari:
a.

Planning
(perencanaan)

: sebuah proses

yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan


menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
b.

Organizing
(pengorganisasian) : rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

c.

Actuating
(pelaksanaan) : proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja
secara

optimal

menjalankan

tugas-tugas

pokoknya

sesuai

dengan

keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
d.

Controlling
(monitoring) : proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi (evaluating) jika terjadi penyimpangan.

49

Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab


masalahnya dengan menggunakan diagram fishbone:
1. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB PARU Paru se-Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih sebesar 43,53%
2. Angka Konversi Penderita (CVR) TB PARU Paru di PKM Kelurahan
Rawasari sebesar 50%

2.3 Mencari Penyebab Masalah Yang Paling Dominan


Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan penyebab masalah yang
paling dominan, yaitu dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan
menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram
tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar penyebab masalah
(yang terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari
akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling
dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan dapat menyelesaikan
sebagian besar permasalahan yang ada. Penentuan akar penyebab masalah yang
paling dominan adalah dengan cara diskusi, argumentasi,justifikasi dan
pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang
dominan dalam program di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih:
2.3.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone
(Diagram Tulang Ikan) pada Angka Penemuan Penderita (CDR) TB
Paru se-Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari Mei
2015 Sebesar 43,53% Kurang Dari Target yaitu > 70%
Akar penyebab masalah pada Input adalah :
1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas. (Man)
2. Terbatasnya anggaran dana untuk program-program puskesmas. (Money)
3. Tidak adanya dana dan kurangnya alat dan kesadaran dalam pemeliharaan
alat dan bahan oleh Puskesmas. (Material)
4. Kurang terfokusnya petugas kesehatan terhadap program penyuluhan
penyakit TB yang diadakan. (Method)
50

Akar penyebab masalah pada process adalah :


1. Perencanaan program pengobatan lebih diutamakan daripada program
deteksi. (Planning)
2. Adanya ketetapan yang menentukan bahwa setiap puskesmas hanya
memiliki 1 petugas untuk program TB. (Organizing)
3. Tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi
edukasi bagi warga. (Actuating)
4. Tidak adanya format yang tepat untuk menjadi acuan bagi penyusunan
laporan evaluasi program TB. (Controlling)
Akar penyebab masalah pada lingkungan (Environment) adalah :
1. Kurangnya penyuluhan tentang penyakit TB yang diberikan oleh petugas
kesehatan dan kader tersempat.(Environment)
Dari sembilan penyebab yang paling mungkin diperoleh tiga penyebab
yang paling dominan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas (Man)
2. Terbatasnya anggaran dana untuk program-program puskesmas.
(Money)
3. Tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi
edukasi bagi warga. (Actuating)
2.3.3 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone
(Diagram Tulang Ikan) pada Angka Konversi Penderita (CVR) TB
Paru di Puskesmas Kelurahan Rawasari Periode Januari Mei 2015
Sebesar 50% Kurang Dari Target > 80%
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :
1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas (Man)
2. Subsidi dana untuk program TB di puskesmas kurang. (Money)
3. Pemusatan pengobatan TB PARU dilakukan di Puskesmas Kecamatan.
(Material)
4. Kurangnya tenaga kesehatan. (Method)
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :
1. Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan yang terkait.
(Planning)
2. Kurangnya jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Kelurahan Rawasari.
(Organizing)
3. Kurangnya pengarahan oleh petugas kesehatan tentang pengobatan TB.
(Actuating)
4. Petugas kesehatan kurang aktif dalam memantau jalannya pengobatan
pasien TB. (Controlling)

51

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan (Environtment) adalah:


1. Kurangnya sumber daya manusia dalam mengawasi pasien meminum
obat TB. (Environtment)
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut adalah :
1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas. (Man)
2. Pemusatan pengobatan TB PARU dilakukan di Puskesmas Kecamatan.
(Material)
3. Kurangnya sumber daya manusia dalam mengawasi pasien meminum obat
TB. (Environtment)

52

S-ar putea să vă placă și

  • Ujian Anestesi
    Ujian Anestesi
    Document25 pagini
    Ujian Anestesi
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • SGDF
    SGDF
    Document28 pagini
    SGDF
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • SGDF
    SGDF
    Document28 pagini
    SGDF
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Ujian Anestesi
    Ujian Anestesi
    Document25 pagini
    Ujian Anestesi
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • SGDF
    SGDF
    Document28 pagini
    SGDF
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Referat Transfusi Darah
    Referat Transfusi Darah
    Document33 pagini
    Referat Transfusi Darah
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Batu Saluran Kemih TIKA
    Batu Saluran Kemih TIKA
    Document31 pagini
    Batu Saluran Kemih TIKA
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Ca Mammae
    Ca Mammae
    Document46 pagini
    Ca Mammae
    Fahmi Azhari Basya
    Încă nu există evaluări
  • PBL Emergency 1
    PBL Emergency 1
    Document35 pagini
    PBL Emergency 1
    tkdsmwn
    Încă nu există evaluări
  • Status Neuro
    Status Neuro
    Document4 pagini
    Status Neuro
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Hernia TIKA
    Hernia TIKA
    Document39 pagini
    Hernia TIKA
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Bab I
    Bab I
    Document16 pagini
    Bab I
    Daniel Bramantyo
    Încă nu există evaluări
  • Fraktur Dan Dislokasi: Referat
    Fraktur Dan Dislokasi: Referat
    Document39 pagini
    Fraktur Dan Dislokasi: Referat
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • BSK
    BSK
    Document67 pagini
    BSK
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • BSK
    BSK
    Document67 pagini
    BSK
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Kuesioner Pola Makan
    Kuesioner Pola Makan
    Document4 pagini
    Kuesioner Pola Makan
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Asdkas
    Asdkas
    Document26 pagini
    Asdkas
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document5 pagini
    Bab Iii
    Unidya Febrina
    Încă nu există evaluări
  • BSK
    BSK
    Document29 pagini
    BSK
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Bab V & Vi LPM
    Bab V & Vi LPM
    Document4 pagini
    Bab V & Vi LPM
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Age Related Maculopathy
    Age Related Maculopathy
    Document18 pagini
    Age Related Maculopathy
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Bab I LPM
    Bab I LPM
    Document30 pagini
    Bab I LPM
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Age Related Maculopathy
    Age Related Maculopathy
    Document18 pagini
    Age Related Maculopathy
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Preskas
    Preskas
    Document6 pagini
    Preskas
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Referat HZV
    Referat HZV
    Document19 pagini
    Referat HZV
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Skabies Tika
    Skabies Tika
    Document6 pagini
    Skabies Tika
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Referat
    Referat
    Document23 pagini
    Referat
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Age Related Maculopathy
    Age Related Maculopathy
    Document18 pagini
    Age Related Maculopathy
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări
  • Preskas
    Preskas
    Document6 pagini
    Preskas
    AtikaQistyDesmawan
    Încă nu există evaluări