Sunteți pe pagina 1din 3

MACAM-MACAM TAKDIR

'alaihi wa sallam lalu mengatakan, "Apakah amal-amal itu dimulai ataukah


ditentukan oleh qadha'?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

1. At-Taqdiirul 'Aam (Takdir yang bersifat umum).


Ialah takdir Rabb untuk seluruh alam, dalam arti Dia mengetahuinya (dengan
ilmu-Nya), mencatatnya, menghendaki, dan juga menciptakannya.

Jenis ini ditunjukkan oleh berbagai dalil, di antaranya firman Allah Ta'ala:

"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa


saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat
dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat
mudah bagi Allah". [Al-Hajj/22 : 70]

Dalam Shahiih Muslim dari 'Abdullah bin 'Amr Radhiyallahu 'anhuma bahwa
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:



"Allah menentukan berbagai ketentuan para makhluk, 50.000 tahun sebelum
menciptakan langit dan bumi. "Beliau bersabda, "Dan adalah 'Arsy-Nya di
atas air."[2]

2. At-Taqdiirul Basyari [3] (Takdir yang berlaku untuk manusia).


Ialah takdir yang di dalamnya Allah mengambil janji atas semua manusia
bahwa Dia adalah Rabb mereka, dan menjadikan mereka sebagai saksi atas
diri mereka akan hal itu, serta Allah menentukan di dalamnya orang-orang
yang berbahagia dan orang-orang yang celaka. Dia berfirman:

"Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman), Bukankah Aku ini Rabb-mu. Mereka menjawab, Betul
(Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)." [AlA'raaf/7
:172]
Dari Hisyam bin Hakim, bahwa seseorang datang kepada Nabi Shallallahu

"Allah mengambil keturunan Nabi Adam Alaihissalam dari tulang sulbi


mereka, kemudian menjadikan mereka sebagai saksi atas diri mereka,
kemudian mengumpulkan mereka dalam kedua telapak tangan-Nya seraya
berfirman, 'Mereka di Surga dan mereka di Neraka.' Maka ahli Surga
dimudahkan untuk beramal dengan amalan ahli Surga dan ahli Neraka
dimudahkan untuk beramal dengan amalan ahli Neraka."
3. At-Taqdiirul 'Umri (Takdir yang berlaku bagi usia).
Ialah segala takdir (ketentuan) yang terjadi pada hamba dalam
kehidupannya hingga akhir ajalnya, dan juga ketetapan tentang
kesengsaraan atau kebahagiaannya.
Hal tersebut ditunjukkan oleh hadits ash-Shadiqul Mashduq (Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam) dalam Shahiihain dari Ibnu Mas'ud secara
marfu':















"Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam
perut ibunya selama mpat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah
seperti itu pula (empat puluh hari), kemudian menjadi segumpal daging
seperti itu pula, kemudian Dia mengutus seorang Malaikat untuk meniupkan
ruh padanya, dan diperintahkan (untuk menulis) dengan empat kalimat:
untuk menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia(nya)."

4. At-Taqdiirus Sanawi (Takdir yang berlaku tahunan).


Yaitu dalam malam Qadar (Lailatul Qadar) pada setiap tahun. Hal itu
ditunjukkan oleh firman Allah Ta'ala:

"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah." [AdDukhaan/44 : 4]
Dan dalam firman-Nya:

"Pada malam itu turun para Malaikat dan juga Malaikat Jibril dengan izin
Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan
sampai
terbit
fajar."
[Al-Qadr/97
:
4-5]
Disebutkan, bahwa pada malam tersebut ditulis apa yang akan terjadi dalam
setahun (ke depan,-ed.) mengenai kematian, kehidupan, kemuliaan dan
kehinaan, juga rizki dan hujan, hingga (mengenai siapakah) orang-orang
yang (akan) berhaji. Dikatakan (pada takdir itu), fulan akan berhaji dan fulan
akan berhaji.
Penjelasan ini diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas Radhiyallahu
'anhuma, demikian juga al-Hasan serta Sa'id bin Jubair.
5. At-Taqdiirul Yaumi (Takdir yang berlaku harian)
Dalilnya ialah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Setiap waktu Dia dalam kesibukan." [Ar-Rahmaan/55 : 29]

Disebutkan mengenai tafsir ayat tersebut: Kesibukan-Nya ialah memuliakan


dan menghinakan, meninggikan dan merendahkan (derajat), memberi dan
menghalangi, menjadikan kaya dan fakir, membuat tertawa dan menangis,
mematikan dan menghidupkan, dan seterusnya.
[Disalin dari kitab Al-Iimaan bil Qadhaa wal Qadar, Edisi Indoensia Kupas
Tuntas Masalah Takdir, Penulis Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Penerjemah
Ahmad Syaikhu, Sag. Penerbit ustaka Ibntu Katsir]
BUAH KEIMANAN KEPADA QADHA DAN QADHAR
Iman kepada qadha' dan qadar menghasilkan buah yang besar, akhlak yang
indah, dan ibadah yang beraneka ragam, yang pengaruhnya kembali kepada
individu dan komunitas masyarakat, baik di dunia maupun di akhirat. Di
antara
buah-buah
tersebut
ialah
sebagai
berikut:
1. Menunaikan Peribadatan Kepada Allah Azza wa Jalla.Iman kepada qadar
merupakan salah satu peribadatan kita kepada Allah, sedangkan
kesempurnaan makhluk itu adalah terletak pada realisasi peribadatannya
kepada Rabb-nya. Setiap kali bertambah realisasi peribadatannya, maka
bertambah pula kesempurnaannya dan derajatnya menjadi tinggi, sehingga
segala sesuatu yang menimpanya dari perkara yang tidak disukainya pun

menjadi kebaikan baginya. Dan dari keimanan tersebut, menghasilkan


baginya berbagai peribadatan yang sangat banyak, yang sebagian di
antaranya akan disebutkan.
2. Terbebas Dari Syirik.
Kaum Majusi menyangka, bahwa cahaya adalah pencipta kebajikan
sedangkan kegelapan adalah pencipta keburukan. Dan Qadariyyah pun
mengatakan, Allah tidak menciptakan perbuatan para hamba, tetapi para
hamba itulah yang menciptakan berbagai perbuatan mereka. Maka mereka
ini telah menetapkan pencipta-pencipta (yang lain) bersama Allah Azza wa
Jalla
Kesesatan ini adalah syirik. Padahal iman kepada qadar dengan cara yang
benar adalah dengan mentauhidkan Allah Azza wa Jalla
Kemudian orang yang beriman kepada qadar mengetahui, bahwa semua
makhluk berada dalam kekuasaan Allah, diatur dengan qadar (ketentuan)Nya. Semuanya tidak memiliki suatu kekuasaan pun, mereka tidak memiliki
kekuasaan untuk dirinya, terlebih terhadap selainnya, baik kemanfaatan
maupun kemudharatan. Demikian pula dia pun mengetahui secara yakin,
bahwa segala urusan itu adalah berada di tangan Allah, Dia memberi kepada
siapa yang dikehendaki-Nya dan mencegah dari siapa yang dikehendaki-Nya,
tidak ada yang dapat menolak ketentuan dan ketetapan-Nya. Hal ini akan
mendorongnya untuk mengesakan Allah dalam beribadah, semata-mata
hanya untuk-Nya, tidak kepada selain-Nya. Maka ia tidak mendekatkan diri
kepada selain Allah, dan tidak pula mengusap debu-debu kuburan, serta
makam
orang-orang
shalih.
3. Memperoleh Hidayah Dan Tambahan Keimanan.
Orang yang beriman kepada qadar, dengan cara yang benar, berarti telah
merealisasikan tauhid kepada-Nya, menambah keimanannya, dan berjalan di
atas petunjuk dari Rabb-nya. Sebab, beriman kepada qadar termasuk
mendapatkan petunjuk.
Allah Azza wa Jalla berfirman.

"Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk


kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya."
[Muhammad/47 : 17]
Dia juga berfirman.

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah, Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan

memberi

petunjuk

kepada

hatinya

."

[At-Taghaabun:

11]

Alqamah rahimahullahu berkata tentang ayat ini, Yaitu, mengenai orang


yang tertimpa musibah, lalu dia tahu bahwa hal itu berasal dari Allah
Subhanahu wa Taala, maka dia pun pasrah dan ridha. [2]

S-ar putea să vă placă și