Sunteți pe pagina 1din 25

MAKALAH

SISTEM IMUN & HEMATOLOGI II


ASUHAN KEPERAWATAN DHF (Dengue Haemorhagic Fever)
Pembimbing :
Heny Ekawati S.Kep., Ns., M. Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 6
V B KEPERAWATAN

Enggi Widya Ariaksana


M. Indrawan Saiful Bahri
Nofiyan Maratus Sholihah
Ririn Handayani Prastika

(12.02.01.1065)
(12.02.01.1077)
(12.02.01.1081)
(12.02.01.1093)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2014

LEMBAR PENGESAHAN

SISTEM IMUN & HEMATOLOGI II


ASUHAN KEPERAWATAN DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

Oleh:

Kelompok 6
V B KEPERAWATAN

Enggi Widya Ariaksana

(12.02.01.1065)

M. Indrawan Saiful Bahri

(12.02.01.1077)

Nofiyan Maratus Sholihah

(12.02.01.1081)

Ririn Handayani Prastika

(12.02.01.1093)

Diterima dan Disetujui Untuk Seminar


Lamongan, 13 November 2014
Pembimbing,

Heny Ekawati S.Kep., Ns., M. Kes

KATA PENGANTAR
1

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa


melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas mata kuliah Sistem Imun & Hematologi 2.
Makalah ini disusun berdasarkan bekal ilmu pengetahuan sebatas yang
penulis miliki, sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa
pihak akan sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M. Kes selaku Ketua Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kes selaku kaprodi S-1 Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
3. Heny Ekawati S.Kep., Ns., M. Kes, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Sistem Imun dan Hematologi 2.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari laporan yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Besar harapan agar laporan ini berguna bagi para pembaca.

Lamongan, 13 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI
2

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi................................................................................................................
2.2 Etiologi................................................................................................................
2.3 Klasifikasi............................................................................................................
2.4 Manifestasi Klinis................................................................................................
2.5 Patofisiologi.........................................................................................................
2.6 Pathway...............................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan Medis........................................................................................
2.8 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................
2.9 Pencegahan........................................................................................................
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.........................................................................................................
3.2 Analisa data.......................................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan......................................................................................
3.4 Perencanaan.......................................................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................
4.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD
merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak.
Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan
karena masih banyak daerah yang endemic. Daerah endemic DBD pada
umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Setiap
kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan
jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit
DBD diperlukan pengasapan (fogging) secara missal, abatisasi missal, serta
pergerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus-menerus.
Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya
yang terlambat. Deman berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue
hemorrhagic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD), dan
dengue shock syndrome (DSS).
(Widoyono, 2008)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian DHF?
2. Apa etiologi DHF?
3. Apa saja klasifikasi DHF?
4. Apa menifestasi klinis DHF?
5. Bagaimana patofisiologi DHF?
6. Bagaimana pathway DHF?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan
dan perencanaan DHF?
1

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pembuatan makalah mata kuliah Sistem Imun & Hematologi II, kemudian
mempresentasikan hasil diskusi, pada program studi S1-Keperawatan di
STIKES Muhammadiyah Lamongan.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian DHF
2. Untuk mengetahui klasifikasi DHF
3. Untuk mengetahui etiologi DHF
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis DHF
5. Untuk mengetahui patofisiologi DHF
6. Untuk mengetahui pathway DHF
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari pengkajian,
diagnosa keperawatan dan perencanaan DHF
1.4 Manfaat Penulisan
Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan, penyebab serta upaya
pencegahan DHF agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Bagi Pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang DHF sehingga
dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang
sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas
kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan
protein (Nelson, 2000)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan
cirri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer, A. 2000).
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(Arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes
Albopictus dan aedes aegypti), (Ngastiyah, 2005).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat dan penyebaranya semakin luas dan penyakit ini
merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak
(Widoyono, 2008).
2.2 Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus
B, yaitu arthropod-borne atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus
ini termasuk genus flavivirus dari famili flaviviridae. Nyamuk Aedes betina
biasanya terinfeksi virus dengue pada saat menghisap darah dari seseorang
yang sedang berada pada tahap demam akut (viraemia). Setelah melalui
periode inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar ludah Aedes
akan menjadi terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk
menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka gigitan ke tubuh
orang lain. Setelah masa inkubasi instrinsik selama 3-14 hari (rata-rata
selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang

ditandai dengan demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu


makan dan berbagai tanda atau gejala non spesifik seperti nausea (mualmual), muntah dan rash (ruam pada kulit). Viraemia biasanya muncul pada
saat atau persis sebelum gejala awal penyakit tampak dan berlangsung
selama kurang lebih 5 hari setelah dimulainya penyakit. Saat-saat tersebut
merupakan masa kritis dimana penderita dalam masa sangat infektif untuk
vektor nyamuk yang berperan dalam siklus penularan (Widoyono, 2008).
Ciri-ciri vektor Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus antara lain sebagai
berikut:
a. Aedes Aegypti
1).

Ciri ciri
-

Berwarna hitam dengan belang-belang (loreng)


putih pada tubuhnya dengan bercak-bercak putih di sayap dan
kakinya

Berkembang biak ditempat penampungan air yang


tidak beralaskan tanah seperti bak mandi/WC, tempayan, drum,
dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban
bekas, pot tanaman, air tempat minum burung dan lain-lain.

Biasanya menggigit pada siang hari

Nyamuk betina membutuhkan darah manusia


untuk

mematangkan

telurnya

agar

dapat

meneruskan

betina

meletakkan

keturunannya.
2).

Kemampuan terbang 100 m.


Daur hidup

Nyamuk
telurnya ditempat berkembang biakannya

Dalam
menetas

menjadi

jentik,

kemudian

beberapa

hari

berkembang

telur

menjadi

kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (berkembang biak


dari telur, jentik, kepompong nyamuk membutuhkan waktu 7
10 hari).

Dalam tempo 1 2 hari nyamuk


yang baru menetas ini (yang betina) akan menggigit (menghisap
darah) manusia dan siap melakukan perkawinan dengan nyamuk
jantan.

Setelah menghisap darah nyamuk


betina beristirahat sambil menunggu proses pematangan telurnya.
Tempat beristirahat yang disukai adalah : tumbuh-tumbuhan, atau
benda tergantung di tempat yang gelap dan lembab, berdekatan
dengan tempat berkembang biaknya.

Siklus

menghisap

darah

seseorang pasien DBD / carier, maka nyamuk ini seumur


hidupnya dapat menularkan virus ini.
-

Umur nyamuk betina rata-rata 2


3 bulan.

b. Aedes Albopictus
1).

Habitatnya ditempat air jernih, biasanya di dekat rumah


atau pohon-pohon, dimana tertampung air hujan yang bersih, yaitu
pohon pisang, pandan, kaleng bekas dan lain sebagainya.

2).

Menggigit pada waktu siang hari

3).

Jarak terbang 50 meter

2.3 Klasifikasi
Derajat I

:Panas 2 7 hari, gejala umum tidak khas, uji tourniquet


(+)

Derajat II

:Sama dengan derajat I ditambah dengan gejala-gejala


perdarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epistaksis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi, uterus, telinga dan
sebagainya.

Derajat III

:Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti


nadi lemah dan cepat ( 120 / menit) tekanan nadi sempit
(selisih antar sistole dan diastole 20 mmHg), tekanan

darah menurun (120/80 120/100 120/110 90/70


80/0 0/0).
Derajat IV

:Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut


jantung 140/menit), anggota gerak teraba dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Widoyono (2008), pasien penyakit DBD pada umumnya
disertai tanda-tanda berikut:
1). Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
2). Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie
(+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau
berak darah hitam.
3). Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 L),
hematokrit meningkat (normal: pria < 45 tahun, wanita < 40)
4). Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DDS, dengue shock syndrome)
Kriteria diagnosis (WHO, 1997)
a.

Kriteria klinis
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung
terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan.
3. Pembesaran hati
4. Syok

b.

Kriteria laboratories
1. Trombositopernia (<100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi (Ht meningkat >20%)
Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat

minimal 2 gejala klinis yang positif dan 1 hasil laboratorium yang positif.
Bila gejala dan tanda tersebut kurang dari ketentuan di atas maka pasien
dinyatakan menderita demam dengue.
2.5 Patofisiologi
6

Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek
virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen.
Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya

trombositopenia,

menurunnya

fungsi

trombosit

dan

menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan


fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma
klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia
jangan asidosis dan kematian.

2.6 Pathway
Infeksi virus dengue
Vector aedes aegypti

Komplek virus-antibodi

Depresi sumsum tulang

Virus masuk melalui


kulit yang tergigit
nyamuk

Aktivasi komplemen

Trombosit kehilangan
fungsi agregasinya
dan mengalami
metabolisme

Viremia (virus
masuk ke dalam
aliran darah)

Histamine dilepaskan oleh


C3a dan C5a
Peningkatan
permeabilitas plasma

Dimusnahkan oleh system RE

Stimulasi sel
magkrofag untuk
produksi pirogen

Plasma ke ekstravaskuler

Trombositopenia

Volume plasma

Perdarahan

Masuk hipotalamus

Hematokrit

Hepatomegali

Mengacaukan
termoregulasi

Aliran darah ke jantung

Peregangan kapsul hati

Hiperpireksia

MK: Perubahan
Hipoksia
jaringan
perfusi jarngan
perifer

MK: Suhu tubuh


(Hipertermi)

Hipoksia jaringan

Mobilitas usus lambat


MK: Nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Metabolisme selan aerob

Mual dan muntah

Penimbunan asam laktat

Dehidrasi

Keletihan, malaise,
nyeri otot, nyeri
sendi, nyeri kepala.

MK:
Kekurangan
volume cairan

MK: Gangguan
rasa nyaman

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Sumarmo, dkk (2002) penatalaksaan DHF antara lain sebagai
berikut:
1. Medik
a. DHF tanpa Renjatan
-

Beri minum banyak (1 - 2 Liter / hari)

Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan


kompres

Jika kejang maka dapat diberi luminal (antionvulsan) untuk anak


<1 tahun dosis 50 mg IM dan untuk anak >1 tahun 75 mg IM.
Jika 15 menit kejang belum teratasi, beri lagi luminal dengan
dosis 3 mg/kgBB (anak <1 tahun dan pada anak >1 tahun
diberikan 5 mg/ kgBB.

Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

b. DHF dengan Renjatan


- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma
expander (20 30 ml/ kgBB)
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Keperawatan
a. Pengawasan tanda tanda Vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi
tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam
-

beri minum 1 liter 2 liter per hari, beri kompres


Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital,
pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi
lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit
perut, beri infus.

Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler,
beri O2 pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang
cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan

thrombocyt.
b. Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan
-

melena
Catat banyak, warna dari perdarahan
Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro

Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
Rontgen thorax : effusi pleura.
2.9 Pencegahan
Vaksin pencegahan DBD hingga saat ini belum tersedia, oleh sebab itu
pencegahan

dititik

beratkan

pada

pemberantasan

nyamuk

dengan

penyemprotan insektisida dan upaya membasmi jentik nyamuk yang


dilakukan dengan 3 M.
1. Gerakan 3 M
a. Menguras tempat tempat penampungan air secara teratur sekurangkurangnya sekali seminggu atau penaburan bubuk abate ke
dalamnya.
b. Menutup rapat tempat penampungan air.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang barang bekas yang dapat
menampung air.
10

2. Pemberantasan vektor :
a. Fogging (penyemprotan): Kegiatan ini dilakukan bila hasil
penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria.
b. Abatisasi: Semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan
yang ditemukan jentik

Aedes aegypti ditaburi bubuk abate

dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter
air.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DHF
11

3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur (Secara eksklusif hampir merupakan penyakit pada
anak-anak tapi remaja pun juga dapat mengalami penyakit ini . Endemis
di daerah tropis Asia, dan terutama terjadi pada saat musim hujan
(Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin (cenderung sama antara lakilaki/perempuan), status perkawinan, agama, suku/bangsa, pekerjaan,
alamat, nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh badannya panas (demam)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien dating ke RS dengan keluhan Demam akut
(mendadak) disertai menggigil dan terus menerus selama 2 7 hari
(tanpa sebab) disertai juga lemah, nafsu makan menurun, mual dan
muntah, batuk pilek, sakit menelan, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala dan ulu hati, perdarahan gusi, epistaksis,
diare atau melena, pegal-pegal pada seluruh tubuh.
b. Riwayat penyakit dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa
berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya
dengan penyakit yang pernah diderita dahulu.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami tanda dan
gejala seperti penyakit yang diderita pasien

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : biasanya kesadaran composmentis, lemas.
b. Pemeriksan TTV
12

Suhu : Hipertermi (>37,5 0C)


Nadi

: Takhikardi (> 100 x/mnt)

RR

: N (16-24 x/mnt) dan biasanya meningkat

TD

: Hipotensi (< 110/70 mmhg)

c. Pemeriksaan Head to Toe :


1) Kepala
Rambut tipis, menkilat, rontok.
2) Mata
Konjungtiva hiperemis
3) Telinga
Tidak ada kelainan
4) Hidung
Mengalami epistaksis
5) Mulut
Mukosa bibir kering, perdarahan gusi, lidah kotor, kadangkadang sianosis.
6) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar limfe
7) Thorak
Inspeksi : terlihat retraksi dada,dada tidak simetris
Palpasi

: fokal fremitus kurang bergetar

Perkusi

: suara paru pekak

Auskultasi: suara nafas vesikuler yang lemah.


8) Jantung
Inspeksi : tidak ada pembesaran jantung
Palpasi

: Tidak teraba ictus cordis

Perkusi

: suara jantung pekak

Auskultasi: tidak ada bunyi jantung tambahan

9) Abdomen
Inspeksi : tampak tak rata, (hepatomegali, pembesaran limfe)
13

Auskultasi: bising usus meningkat


Palpasi

: terdapat pembesaran hati dan lomfe, terkadang

nyeri perut
Perkusi

: timpani

10) Genitalia
Inspeksi : tidak mengalami gangguan pada genetalia,
diare/melena
Palpasi

: tidak ada pembesaran genetalia

11) Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada oedema
Palpasi

: nyeri ekstremitas, dingin di daerah ekstremitas

5. Fungsional Gordon
a.
b.
c.
d.
e.

Aktifitas / istirahat
Gejala : Kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan ambulasi
Sirkulasi
Gejala : Takikardia ,(fase demam, pucat, hipotensi tanda syok )
Integritas Ego
Gejala: Ansietas, ketakutan
Tanda : Perhatian menyempit, depresi
Eliminasi
Gejala : melena, oliguri sampai anuri
Tanda : Distensi abdomen,Perubahan haluaran urin & warna urine
Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, penurunan berat badan, haus
Tanda : kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk, membrane
mukosa kering

f.
g.
h.
i.

Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Nyeri kepala, nyeri pada ekstremitas
Pernafasan
Gejala : Pernafasan dangkal,takipnea
Seksualitas :
Gejala : Frekuensi menurun / menghindari aktifitas seksual
Interaksi social
Gejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktifitas social yang bias di
lakukan

14

3.2 Analisa Data


Data

Etiologi

DS: Pasien mengeluh badanya terasa


panas

Virus masuk melalui


kulit yang tergigit
nyamuk

DO:
1. Perubahan TTV:
TD : hipotensi
N : > 100x/menit
S : > 37,5 0C
RR : > 24x/ menit

Masalah
Hipertermi

Virus masuk ke
aliran darah
Stimulasi sel untuk
produksi pirogen

2. Pasien gelisah
3. Wajah pucat
4. Kelemahan dan kelelahan

Masuk hipotalamus
Mengacaukan
termoregulasi
Hiperpireksia

DS : biasanya Pasien mengatakan


kurang nafsu makan dan kurang tertarik
terhadap makanan serta mengeluh
lidahnya terasa pahit.

Mobilitas usus
melambat

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

Mual muntah

DO :
A: Penurunan berat BB.
B: Hasil pemeriksaan laboratorium
Penurunan albumin (<3,5 mg/dl),
Penurunan Hb (laki-laki <13,5
g/dl, perempuan <12mg/dl)
C: Lemas,turgor kulit menurun (kembali
>2 detik), mukosa bibir kering, mual
muntah.
D: Penurunan nafsu makan, porsi makan
tidak habis
DS : Pasien mengeluh lemas

Mobilitas usus
melambat

DO :
Membran mukosa bibir kering
Turgor kulit kembali > 2 detik
Mata cowong
Pemeriksaan
serum
elektrolit
15

Mual muntah
Dehidrasi

Kekurangan volume
cairan

didapat hipokalemi/hiponatremi
TTV
TD : ( < 100/80 mmHg)
N : ( >100x/ menit)
S : ( > 37,5c )
RR : ( > 24x/ menit)

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia mual
muntah
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah/dehidrasi

3.4 Perencanaan
No
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
TTD
1.
Setelah
dilakukan 1. Monitor
tanda- 1. Demam disebabkan
tindakan keperawatan
tanda
vital
efek-efek
dari
selama ....x24 jam,
terutama
suhu
endotoksin
pada
Klien menujukkan suhu
tubuh.
hipotalamus
dan
tubuh
dalam
batas
epinefrin
yang
normal.
melepaskan
Kriteria hasil :
pirogen.
2. Berikan kompres
- Klien tidak mengeluh
2. Aksila merupakan
hangat
pada
panas.
jaringan tipis dan
aksila/dahi.
- Badan tidak teraba
terdapat pembulu
hangat.
darah
sehingga
- Suhu tubuh 36,5-37,5
akan mempercepat
0
C.
pross konduksi dan
dahi berada didekat
hipotalamus
sehingga
cepat
memberikan respon
dalam
mengatur
3. Jelaskan
upayasuhu tubuh.
upaya
untuk
3. Upaya-upaya
mengatasi
tersebut
dapat
hypertermi
dan
membantu
bantu
menurunkan suhu
klien/keluarga dlm
tubuh pasien serta
upaya tersebut:
meningkatkan
a. Tirah baring dan
16

kurangi aktifitas
b. Banyak minum
c. Beri kompres
hangat
d. Pakaian
tipis
dan menyerap
keringat

kenyamanan pasien.

4. Kolaborasi untuk
pemberian
antipiretik,
4. Digunakan untuk
misalnya: aspirin
mengurangi
dan asitaminofen.
demam,
dengan
aksi sentralnya pada
hipotalamus,
meskipun demam
mungkin
dpat
berguna
dalam
menbatasi
pemtumbuhan
organisme,
dan
meningkatkan
outodistruksi dari
sel-sel
yang
terinfeksi.
2.

Setelah
dilakukan 1. Kaji status nutrisi. 1. Untuk
tindakan keperawatan
mengidentifikasi
selama ..x 24 jam
kekurangan/
diharapkan kebutuhan
kebutuhan nutrisi,
2. Memberikan
nutrisi terpenuhi, dg 2. Diskusikan
pengetahuan
KH:
dengan keluarga
tentang
- Nafsu makan baik
tentang diet yang
- Makanan
yang
penatalaksanaan
diberikan
diberikan
habis
diet
sehingga
dimakan
keluarga mengerti
- Terjadi peningkatan
tentang makanan
BB
yang boleh/ tidak
- Bising usus normal
boleh diberikan
3. Berikan makanan
5-30x/ menit
3. Makan dalam porsi
dalam porsi kecil
- Hemoglobin:
besar/ banyak lebih
tapi sering.
Wanita (11-13gr/dL)
sulit
dikonsumsi
Pria (13-15gr/dL)
saat
pasien
17

4. Auskultasi bising
anoreksia.
4.
Meskipun bising
usus, catat bunyi
usus sering tidak
tidak
ada,
ada/hiperaktif
inflamasi/iritasi
usus
dapat
menyertai
hiperaktifitas usus,
penurunan absorbs
air
5. Timbang
BB
5.
Perubahan
berat
setiap hari
badan
yang
(bila
menurun
memungkinkan)
menggambarkan
peningkatan
kebutuhan kalori,
protein
dan
6. Kaji
abdomen
vitamin.
dengan
sering 6. Menunjukan
untuk
kembali
kembalinya fungsi
kebunyi
yang
usus ke normal &
lembut,
kemampuan untuk
penampilan bising
memulai masukan
usus normal &
oral.
kelancaran flatus
7. Pertahankan
higiene mulut
7. Akumulasi partikel
makanan di mulut
menambah
rasa
ketidaknyamanan
pada mulut dan
menurunkan nafsu
8. Kolaborasi
makan
dengan ahli gizi 8. Untuk menentukan
atau
dengan
makanan apa saja
dokter mengenai
yang di butukan
makanan yang di
oleh pasian untuk
butuhkan
memulihkan
kondisinya
3.

Tujuan
:
Setelah 1.
Kaji
TTV, Menunjukkan status
dilakukan
tindakan
turgor kulit dan
dehidrasi
dan
keperawatan
selama
kelembaban
kemungkinan
.x24 jam diharapkan
mukosa
kebutuhan
untuk
18

kebutuhan cairan dan


elektrolit
dapat
terpenuhi kembali, dg
KH :
- TTV dalam batas
normal
TD : 110/80-120/90
mmHg
N: 60-100x/menit,
S: 36,5-37.5 C
RR: 12-20 x/menit
- Serum
elektrolit
dalam batas normal
Na
:
137-145
mm0l/L
Kalsium : 1-1,5
mmol/L
Kalium : 2,7-3.9
mmol/L
- Membran
mukosa
bibir basah
- Mata tidak cowong
- turgor kulit kembali
< 2 detik

2.

Observasi
intake dan output

3.

Pemberian
cairan parenteral
(IV line) sesuai
dengan umur

4.

Timbang BB
setiap hari

5.

Kolaborasi
Pemeriksaan
serum
elektrolit(Na,
K
dan Ca)

6.

Kolaborasi
dalam pemberian
Obat-obatan
(Entimetik
dan
antibiotik)

19

dilakukan
penggantian cairan.
Indikator
keseimbangan
cairan
terutama
kehilangan cairan
Klien yang tingkat
dehidrasi
ringan
dan sedang yang
kurang intakenya
atau dehidrasi berat
perlu pemeberian
cairan cepat melalui
IV
line
sebai
pengganti
cairan
yang telah hilang.
Penimbangan
BB
harian yang tepat
dapat mendeteksi
kehilangan cairan.
Serum
elektrolit
sebagai
koreksi
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit.
Entimetik berfungsi
untuk mengontrol
muntah
&
Antibiotik sebagai
antibakteri
berspektrum
luas
untuk menghambat
endoktoksin

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas dan penyakit ini
merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak
(Widoyono, 2008).
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975) : Derajat I,
II, III, dan IV.
Penyakit DBD pada umumnya disertai tanda-tanda berikut: demam
selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, manifestasi peedarahan dengan tes
Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+) sampai perdarahan spontan seperti
mimisan, muntah darah, atau berak darah hitam, hasil pemeriksaan
trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 L), hematokrit meningkat
(normal: pria < 45 tahun, wanita < 40), dan akral dingin, gelisah, tidak sadar
(DDS, dengue shock syndrome)
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang

20

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, dkk, 2000, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, Jakarta ; EGC
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Jakarta: EGC
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
Sumarmo, dkk, 2002, Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I.
Jakarta: EGC
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasan), Jakarta: Erlangga

21

S-ar putea să vă placă și