Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disampaikan dalam
Rapat Kerja Kementerian Perindustrian
Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan
Pembangunan Industri untuk Menjadi Negara Industri
Tangguh
Jakarta, 6 Februari 2013
1.
Pendahuluan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
6.
Penutup
11 Prioritas Nasional
Kabinet Indonesia Bersatu II
2010-2014
Pendidikan
Kesehatan
Penanggulangan Kemiskinan
Ketahanan Pangan
Infrastruktur
Energi
Prioritas Lainnya
13 Bidang Perekonomian
14 Bidang Kesejahteraan Rakyat
Pembangunan infrastruktur jalan memperlancar arus distribusi barang dan jasa, serta berperan
dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia
Jaringan jalan sebagai prasarana distribusi dan sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah
Pembangunan infrastruktur jalan sejalan dengan tiga strategi pembangunan ekonomi: pro
growth, pro jobs dan pro poor.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Waktu tempuh rata-rata transportasi jalan di Indonesia relatif lebih tinggi dari negara
tetangga (2,7 jam/100 km)
Kerapatan jalan bebas hambatan di Indonesia masih lebih rendah dari negara tetangga
Pertumbuhan ekonomi (7% per tahun) dan motorisasi (13% per tahun) berdampak terhadap
peningkatan lalu lintas:
a.
2025: 5 kali volume tahun 2015;
b. 2045: 10-15 kali volume tahun 2015
Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari perairan, namun moda transportasi
yang dipergunakan masih dikuasai oleh moda transportasi yang menggunakan prasarana
jalan. Bappenas mencatat moda transportasi melalui jalan melayani 84% penumpang,
sedangkan kereta api 7,3%, udara 1,5%, laut 1,8%, dan sungai 5,3%.
Untuk angkutan barang, moda jalan masih mendominasi dengan menguasai 90,4%, sisanya
dibagi ke moda lainnya yakni laut dan kereta api masing-masing 7% dan 0,6%, padahal moda
ini memiliki potensi angkutan barang berskala besar. (Bappenas, 2006)
Kondisi jalan daerah yang belum memadai:
a.
Kondisi Mantap Jalan Provinsi: 60,65%;
b. Kondisi Mantap Jalan Kabupaten: 55,14%
Biaya logistik Indonesia mencapai 24 % dari total GDP atau sama dengan Rp 1.820 triliun yang
terdiri dari: (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Indonesia Kadin, 2011)
a. biaya penyimpanan (persediaan) sebesar Rp 546 triliun;
b. biaya transportasi Rp 1.092 triliun; dan
c. biaya administrasi sebesar Rp 182 triliun.
8
Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dilaksanakan melalui pendekatan pembangunan regional yang sesuai dengan prinsip
Infrastruktur bagi seluruh lapisan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
Sedangkan pendekatan pembangunan dalam rangka penentuan prioritas, dilakukan dengan pendekatan
lintas. Jaringan jalan lintas pada dasarnya sudah termuat dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Khusus untuk Pulau Papua, pendekatan prioritas pembangunan yang dipergunakan adalah berdasarkan
pendekatan cluster sebagaimana yang tertuang dalam 11 Ruas Strategis Papua.
9
MP3EI
Koridor
Ekonomi
Konektivitas
Sistem Logistik
Nasional
Meningkatkan
Daya Saing
IPTEKS
Meningkatkan
Kesejahteraan
10
~8
terbesar
~ 12
terbesar
8 9 % per tahun
5 6 % per tahun
Untuk mencapai visi logistik dan PDB per kapita sebesar dimaksud,
Indonesia dituntut tidak hanya menjadi demand side (pasar yang
besar) dalam rantai pasok global tetapi juga menjadi supply side
yang dapat memasok kebutuhan dunia dengan kekayaan alam
dengan industri olahannya.
11
12
RTRW
N/P/K/K
SISTRANAS
(Sistem Transportasi Nasional)
Transportasi LAUT
Moda
KERETA API
Transportasi DARAT
Moda
JALAN RAYA
Transportasi UDARA
Moda
FERI & SUNGAI
JARINGAN JALAN
13
Pelabuhan
(Utama &
Pengumpul)
Bandar Udara
(Utama &
Pengumpul)
Pergudangan
Kawasan
Perdagangan
Regional
Kawasan
Industri
Terminal
Angkutan
Barang
Perumahan
Kawasan
Sekunder
Kawasan
Primer
Batas
Perkotaan
Jaringan Jalan
Primer
Jalan Arteri
Sekunder
Jalan Kolektor
Sekunder
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Lingkungan
Sekunder
14
1.
2.
3.
Dukungan Ditjen. Bina Marga terhadap MP3EI, Sistem Logistik Nasional dan Konektivitas berupa
peningkatan kapasitas dan preservasi lintas-lintas utama, jalan strategis serta dukungan terhadap
pelabuhan laut dan bandara (multimoda);
Diperlukan kerjasama antara Kementerian PU dan Kementerian Perhubungan dalam menyediakan
infrastruktur transportasi antar moda sebagai upaya membagi beban yang dipikul moda transportasi jalan;
Terkait kondisi jalan yang timpang antara kondisi jalan nasional dan kondisi jalan daerah, diperlukan kerja
keras dari Pemerintah Daerah untuk menyediakan jalan dengan kondisi mantap. Hal ini mengingat lokasi
pusat sumber daya-pusat produksi-outlet kemungkinan melintasi jalan daerah dan jalan nasional;
15
Percepatan dan perkuatan konektivitas nasional (mengintegrasikan antar moda transportasi melalui
peningkatan akses jalan ke pelabuhan antar pulau)
Dukungan terhadap Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
pada 6 Koridor Ekonomi
TEMA KE. SUMATERA
Sentra Produksi
dan Pengolahan Hasil Bumi dan
Lumbung Energi Nasional
Sumber: Perpres No 32 Tahun 2011 ttg Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
16
Visi:
Misi:
17
Penetapan KSN dilakukan berdasarkan kepentingan (PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN Pasal
75):
PENETAPAN
KSN
(Lampiran X
PP No. 26
Tahun 2008
tentang
RTRWN)
2 Tengah
5 Sulawesi Tengah
19
Kebijakan pengembangan KSN meliputi (PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN Pasal 9):
Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman
hayati, mempertahankan dan peningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan
keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;
Pemanfaatan sumber daya alam dan/ atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
Pelestarian dan penigkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia,
cagar biosfer, dan ramsar; dan
1. Jalan arteri
2. Jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan antar ibukota provinsi
3. Jalan strategis nasional
4. Jalan tol
Perkotaan
PKN
PKW
PKL
PKLing
Persil
PKSN
Bandara
Utama
Bandara
Pengumpul
Bandara
Pengumpan
PKN
JAP
JAP
JKP
JLP
Jling.P
JSN
JAP
JAP
---
JAP
JAP
PKW
JAP
JKP
JKP
JLP
Jling.P
JSN
JAP
JAP
JSP
JAP
PKL
JKP
JKP
JLP
JLP
Jling.P
JSN
---
---
JSK
PKLing
JLP
JLP
JLP
JLP
Jling.P
---
---
---
Persil
Jling.P
---
---
PKSN
JSN
JSN
JSN
---
---
JSN
Bandara
Utama
JAP
JAP
---
---
---
Bandara
Pengumpul
JAP
JAP
---
---
---
Bandara
Pengumpan
---
JSP
JSK
---
Pelabuhan
Utama
JAP
JAP
---
---
Pelabuhan
Pengumpul
JAP
JAP
---
---
Pelabuhan
Pengumpan
---
JSP
JSK
---
---
---
---
---
---
KSN
JSN
JSN
---
---
---
---
---
---
---
---
---
KSP
---
JSP
---
---
---
---
---
---
---
---
KSK
---
---
JSK
---
---
---
---
---
---
---
KSN
KSP
KSK
---
JSN
---
---
JAP
JSP
JSN
JSP
---
---
---
JSK
---
---
JSK
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
------Ibukota
Provinsi
---
---
---
--- Provinsi
--Ibukota
---
---
---
JKP-1
---
---
---
---
---
JKP-2
---
---
---
---
---
---
---
JKP-3
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
25---
JKP-4
1. Salah satu misi Ditjen. Bina Marga adalah mendukung Kawasan Strategis Nasional (KSN);
2. Rencana pengembangan jaringan jalan nasional mengacu pada RTRWN, dalam hal ini salah satunya
adalah penetapan KSN dalam RTRW;
3. Penetapan KSN dilakukan berdasarkan kepentingan (PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN Pasal 75):
(i) Pertahanan dan keamanan; (ii) Pertumbuhan ekonomi; (iii) Sosial dan budaya; (iv) Pendayagunaan
sumber daya alam dan/ atau teknologi tinggi; dan/ atau (v) Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
4. Salah satu kriteria pengembangan jaringan jalan strategis nasional adalah untuk menghubungkan: PKN
dan/atau PKW dengan kawasan strategis nasional. Dalam hal ini, perlu ditentukan pusat dari kawasan
strategis nasional tersebut (terkait dengan akses jaringan jalan nasional ke pintu gerbang KSN);
5. Rencana pengembangan jaringan jalan disesuaikan dengan RTRWN, potensi perkembangan kawasan;
6. Pengadaan infrastruktur jalan membutuhkan pendanaan yang besar sehingga perlu peran lebih dari
Pemerintah Daerah dan sektor swasta;
7. Pemerintah Daerah dapat berfokus pada penyelenggaraan jalan provinsi/kabupaten/kota dan
membantu Pemerintah Pusat terutama dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan jalan
nasional;
8. Pemerintah
Pusat akan terus memberikan bimbingan bagi penyelenggaraan jalan
provinsi/kabupaten/kota dan penyediaan dana melalui mekanisme DAK;
9. Sektor swasta dapat terlibat dalam penyelenggaraan jalan melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah
Swasta (KPS) dan penyaluran dana CSR/dana khusus lainnya untuk pembangunan jalan contohnya pada
kawasan industri;
10. Pemerintah akan memberikan dukungan/jaminan terhadap proyek KPS sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
LAMPIRAN
28
KE. SUMATERA
12
13
14
15
18
19
20
21
22
23
1
4
19
5
6
10
7
9
11
12
18
17
13
14
15
20
21
23
22
29
Rencana Dukungan
Infrastruktur PU dan Permukiman 2011-2014
KPI Dairi
(kelapa sawit)
KPI Dumai
(CPO/kelapa sawit)
KPI Palembang
(Karet dan kelapa sawit)
10
Jalan Cilegon-Pasauran
11
NB: Dari total 23 KPI pada Koridor Ekonomi Sumatera terdapat 11 KPI yang membutuhkan dukungan
Infrastruktur PU, sisanya (12 KPI) belum membutuhkan dukungan Infrastruktur PU
30
17 km
Tanjung
Kasau
Medan
Sp.
Inalum
Indrapura
Kota
Lima Puluh
22 km
Lintas Timur
Sumatera
Kawasan
Industri
Sei Mangkei (KISM)
Legenda:
Jalan Nasional
Jalan Provinsi
Lap. bola
Sp. Mayang
2.5 km
Jalan Kabupaten
Rantau
Prapat
Perdagangan
Kws. Industri
Lubuk Gaung: 2.158 Ha
21,9 Km
12,5 Km
Batas Kota
Dumai dan
Bengkalis
6 km
Kws. Industri
Pelintung
5.084 Ha
Kws.
Pelabuhan
Dumai
Sp. Batang
Nama Jalan
Jalan Sp.Batang-Bts. Dumai
28 km
Menuju Medan
Investasi 2012
Rp. 34 Milyar
Jalan Dumai-Pelintung
Menuju Pk.Baru
Nama Jalan
Jalan Sp.Batang-Lubuk Gaung
Investasi 2012
Rp. 80 Milyar
32
Interchange
(Km 10)
STA AKHIR
(17+100)
STA AWAL
(0+000)
Simpul
Jalan Lingkar Selatan PCI
( 15,876 Km)
Kementerian PU (2 km)
6,376 km
33
KPI Banten
17
KPI Majalengka
25
KPI Karanganyar
KPI Serang
10
KPI Karawang
18
KPI Subang
26
KPI Kulonprogo
KPI Cilegon
11
KPI Bekasi
19
KPI Cirebon
27
KPI Surabaya
KPI Tangerang
12
KPI Cikampek
20
KPI Pati
28
KPI Sidoarjo
KPI Balongan
13
KPI Rancaekek
21
KPI Semarang
29
KPI Kediri
KPI Depok
14
KPI Bandung
22
KPI Brebes
30
KPI Gresik
KPI Bogor
15
KPI Purwakarta
23
KPI Cilacap
31
KPI Mojokerto
KPI Sukabumi
16
KPI Cimahi
24
KPI Sukoharjo
32
KPI Lamongan
9
1
11
10
12
7
18
15
16
14
13
17
19
20
22
32
27
31
21
30
33
23
28
26
KPI Pasuruan
34
KPI Malang
24
25
29
34
KE. JAWA
34
Rencana Dukungan
Infrastruktur PU dan Permukiman 2011-2014
KPI Cilegon
(Besi baja, petrokimia, dan makananminuman)
Jalan Cilegon-Pasauran
KPI Tangerang
(Makanan-minuman)
KPI Depok
(Makanan-minuman)
KPI Sukabumi
(makanan-minuman)
KPI Karawang
(peralatan transportasi, petrokimia, dan
makanan-minuman)
KPI Bekasi
(peralatan transportasi dan makananminuman)
35
Rencana Dukungan
Infrastruktur PU dan Permukiman 2011-2014
KPI Cikampek
(makanan-minuman)
KPI Bandung
(Makanan-minuman, alutsista, dan
tekstil)
10
KPI Purwakarta
(Makanan-minuman dan Tekstil)
11
KPI Majalengka
(Tekstil)
12
KPI Cirebon
(Perkapalan)
13
KPI Semarang
(makanan-minuman)
14
KPI Pati
(makanan-minuman)
KPI Surabaya
(Makanan-minuman dan perkapalan)
Jalan Waru-Wonokromo-Tj.Perak
(18,6 km)
Jalan Tol Surabaya-Mojokerto
(36,27 km)
15
36
Rencana Dukungan
Infrastruktur PU dan Permukiman 2011-2014
Jalan Tol Mojokerto-Surabaya (36,27
km)
16
KPI Mojokerto
(makanan-minuman dan migas)
17
KPI Lamongan
(Perkapalan)
18
KPI Pasuruan
(Makanan-minuman)
19
KPI Malang
(Makanan-minuman)
NB: Dari total 34 KPI pada Koridor Ekonomi Jawa terdapat 19 KPI yang membutuhkan
dukungan Infrastruktur PU, sisanya (15 KPI) belum membutuhkan dukungan Infrastruktur PU
37
2 perusahaan
dalam proses izin
Alternatif 1 (Terpilih)
38
KPI Balikpapan
17
KPI Kapuas
25
KPI Berau
10
KPI Banjar
18
26
KPI Lamandau
11
19
27
KPI Katingan
12
KPI Murungraya
20
KPI Tabalong
28
KPI Sukamara
13
KPI Pontianak
21
KPI Balangan
29
KPI Seruyan
14
KPI Ketapang
22
KPI Barito
30
KPI Sambas
KPI Bulungan
15
23
KPI Sanggau
31
KPI Kubu
KPI Bontang
16
24
KPI Sintang
32
KPI Landak
31
36
33
37
25
12
32
34
3
24
17
14
26
16
11
15
27
KPI Melawi
34
35
KPI Bengkayang
36
KPI Mempawah
37
KPI Balongan
23
13
22
35
20
10
21
28
29
18
19
KE. KALIMANTAN
39
Rencana Dukungan
Infrastruktur PU dan Permukiman 2011-2014
KPI Balikpapan
(kelapa sawit)
KPI Bontang
(Migas)
KPI Banjar
(kelapa sawit dan batubara)
KPI Pontianak
(kelapa sawit)
KPI Kapuas
(Perkayuan dan kelapa sawit)
KPI Sanggau
(Kelapa sawit)
NB: Dari total 37 KPI pada Koridor Ekonomi Sumatera terdapat 9 KPI yang membutuhkan
dukungan Infrastruktur PU, sisanya (28 KPI) belum membutuhkan dukungan Infrastruktur
PU
40
NO
NAMA PROYEK
258
Total
260
41
KPI Makassar
KPI Maros
KPI Gowa
KPI Luwu
KE. SULAWESI
23
22
21
12
26
25
24
27
KPI Wajo
KPI Pare-Pare
17
KPI Banggai
KPI Mamuju
18
KPI Sigi
KPI Palipi
19
KPI Donggala
20
KPI Poso
21
KPI Buol
22
KPI Bitung
23
KPI Manado
24
28
19
KPI Kendari
10
KPI Kolaka
11
12
KPI Toli-Toli
13
KPI Palu
14
KPI Morowali
15
KPI Parigi
16
13
15
20 18
16
17
14
5
11
8
6
9
10
25
KPI Pohuwato
26
27
KPI Boalemo
28
KPI Gorontalo
2
1
3
4
42
Kawasan Perhatian
Investasi (KPI)
Rencana Dukungan
Infrastruktur PU dan Permukiman 2011-2014
KPI Mamuju
(kelapa sawit)
KPI Kendari
(Nikel)
KPI Kolaka
(Nikel)
KPI Makassar
(Kelapa sawit dan Kakao)
Penanganan jalan dari Siwa - Pare-pare - Barru - Maros Makassar. ( 312.9 KM)
KPI Maros
(Kelapa Sawit dan Kakao)
Penanganan jalan dari Siwa - Pare-pare - Barru - Maros Makassar. ( 312.9 KM)
Penanganan Jalan Maros - Watampone-Pelabuhan Bajo E. (Sulsel) (158.6 Km)
KPI Palu
(Kakao dan kelapa sawit)
Jalan Palu-Parigi
KPI Parigi
(Perkebunan, Kakao, dan Padi)
KPI Poso
(Perkebunan, Kakao, dan Padi)
43
Kawasan Perhatian
Investasi (KPI)
Rencana Dukungan
Infrastruktur PU dan Permukiman 2011-2014
10
KPI Bitung
(Pelabuhan dan makananminuman)
11
KPI Manado
(Makanan-minuman)
NB: Dari total 28 KPI pada Koridor Ekonomi Sulawesi terdapat 11 KPI yang membutuhkan
dukungan Infrastruktur PU, sisanya (17 KPI) belum membutuhkan dukungan Infrastruktur
PU
44
Suwaan
Danowudu
(Bitung)
Airmadidi
Kauditan
2 4
1
PROVINSI BALI
#
Kawasan
Perhatian
Investasi (KPI)
KPI Benoa
KPI Buleleng
KPI Badung
KPI Denpasar
KPI Bangli
Nilai Investasi
(Rp.)
PROVINSI NTB
5M
10.505 M
4.040 M
6
KPI Lombok
Tengah
KPI Sumbawa
Barat
52 M
4.000 M
Kawasan
Perhatian
Investasi (KPI)
PROVINSI NTT
Nilai Investasi
(Rp.)
#
3.000 M
Kawasan
Perhatian
Investasi (KPI)
KPI Kupang
INFRA
STRUK
TUR
27.539 M
1.935 M
18.000 M
Nilai Investasi
18.602 M
Nilai Investasi
21.000 M
INFRASTRUKTUR
31.788 M
INFRASTRUKTUR
7.526 M
TOTAL
50.390 M
TOTAL
28.526 M
10.000 M
Nilai Investasi
11.935 M
INFRASTRUKTUR
4.294 M
TOTAL
16.229 M
46
Rencana Dukungan
Infrastruktur PU dan Permukiman 2011-2014
Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah RaiBenoa (9,6 km)
Jalan Tohpati-Kosamba (11,8 km)
Underpass Dewa Ruci
KPI Denpasar
(Pariwisata, Peternakan, dan Perikanan)
KPI Badung
(Pariwisata dan Peternakan)
KPI Kupang
(Pariwisata, Perikanan, dan Peternakan)
KPI Benoa
(Pariwisata)
NB: Dari total 9 KPI pada Koridor Ekonomi Bali-Nusra terdapat 5 KPI yang membutuhkan
dukungan Infrastruktur PU, sisanya ( KPI) belum membutuhkan dukungan Infrastruktur PU
47
1
2
3
4
48
KPI Merauke/MIFEE
KPI Timika
KPI Halmahera
KPI Morotai
KPI Ambon
KPI Nabire
KPI Manokwari
4
7
49
Kawasan Perhatian
Investasi (KPI)
Rencana Dukungan
Infrastruktur PU dan Permukiman 2011-2014
KPI Merauke
(kelapa sawit, padi, food estate
MIFEE)
KPI Timika
(Tembaga, Emas, dan Nikel)
KPI Nabire
(Tembaga, Emas, dan Nikel)
KPI Morotai
(Perikanan dan Pariwisata)
KPI Manokwari
(Energi Gas)
Jalan Manokwari-Kebar-Sorong
NB: Dari total 8 KPI pada Koridor Ekonomi Papua-Kep.Maluku terdapat 4 KPI yang
membutuhkan dukungan Infrastruktur PU, sisanya ( 4 KPI) belum membutuhkan dukungan
Infrastruktur PU
50
JAGEBOB II
Penanganan jalan
Merauke-MutingWaropko (511 km)
51
LAMPIRAN
52
KAWASAN PERHATIAN
INVESTASI (KPI)
KPI Dumai
PROYEK
Jalan Tol Pekanbaru Kandis - Dumai
Sumatera
KPI Dairi
Jawa
KPI Semarang
Jalan Tol Akses Tanjung Priok (Seksi E2, E2A, dan NS)
KPI Bandung
Kalimantan
KPI Sanggau
Jembatan Tayan
Sulawesi
KPI Bitung
Papua-Kep.Maluku
Jalan Merauke-Okaba-Buraka-Wanam-Bian-Wogikel
Jalan Manokwari-Kebar-Sorong
53
Kegiatan
Ekonomi
: Rp. 4.500 M
Infrastruktur
1
2
Jalan MedanKualanamu-Tb.Tinggi
Nilai Investasi
Rp. 6.230 M
Nilai Investasi
Keterangan :
Lainnya artinya sektor ekonomi yang tidak
termasuk dalam 22 kegiatan ekonomi utama
Rp. 16.279 M
KE. SUMATERA
54
21
Kegiatan
Ekonomi
: Rp.1.824 M
Infrastruktur
Jalan Tol
Semarang-Solo
Nilai Investasi
: Rp. 349 M
Total
: Rp. 7.763 M
Infrastruktur
Jalan Tol Akses
Tj.Priok (E2,E2A,
& NS)
Rp 7.964 M
Nilai Investasi
Rp. 3.258 M
14
21
14
Infrastruktur
Jalan Tol
Cisumdawu
: Rp. 183 M
Nilai Investasi
Rp. 10.076 M
KE. JAWA
55
: Rp.4.500 M
Total
: Rp.5.028M
Infrastruktur
Nilai investasi
Jembatan Tayan
Rp. 623 M
23
KE. KALIMANTAN
56
22
Rp. 1.582 M
Rp. 1.582 M
Infrastruktur
Jalan Tol ManadoBitung
Nilai Investasi
Rp. 2.889 M
KE. SULAWESI
57
Migas : Rp 50 T
Total : Rp 50 T
Infrastruktur
Jalan ManokwariKebar-Sorong
Nilai Investasi
Rp. 4.568 M
Kegiatan
Ekonomi
Pertanian Pangan : Rp
57,68 T
Total : Rp 57,68 T
Infrastruktur
Jalan Merauke-MutingWaropko
Jalan Merauke-OkabaBuraka-Wanam-BianWogikel
Nilai Investasi
Rp. 2.282 M
Rp. 1.951 M
KE. PAPUA-KEP.MALUKU
58