Sunteți pe pagina 1din 17

TUGAS MANDIRI

EPIDEMIOLOGI BENCANA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Disusun Oleh :
Bhastiyan Danang Wijanarko.
030.08.059

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
PERIODE 29 Juni 12 September 2015
SEMARANG

BAB I
PENGERTIAN DISASTER
A. PEGERTIAN
Beberap pengertian disaster dalam kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Menurut Webster Dictionary adalah Sudden calamitous event bringing great damage, loss
or destruction.
2. World Bank, 1989 memberikan definisi disaster adalah An extraordinary event of limited
duration that seriously dislocated a country economic.
3. A natural or man made occurrence that produce a massive disruotion in the normal
delivery of health service, and that poses such great and immediate threat to public health
that the affected country requires external assistance to respond to situation.
4. The Center for Research on thr Epidemiology of Desease/ CRED memberikan definisi
disaster adalah a situation or event which overwhelm local capacity, necessitating a
request to a national or internationallevel of external assistance.
5. Menurut BAPENAS disaster adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiw ayang
disebabkan oleh alam dan atau manusia, yang berakibat timbul korban manusia, yang
berakibat timbul korban manusia, kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasarana,
linkungan sarana atau tempat umum, hilangnya sumber kehidupan, dan hilangnya akses
terhadap sumber daya kehidupan.
6. Bencana tersebut dapat berupa gempa bumi dan tsunami, letusan gunung berapi, angina
toan dan badai, banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, serangan hama
tanaman, epidemic, pandemic, kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi termasuk
bahaya nuklir, biologi dan kimia, pencemaran lingkungan, dan kerusuhan nasional.
7. Manajemen disaster adalah respon pemerintah memberikan batasan kerusakan dan
mengurangi pendertitaan masyarakat untuk mengembalikan suasana normal.
8. Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh factor alam dan atau factor non
alam.
Dengan pengertian diatas, disaster merupakan bencana alam yang menimbulkan kerugian
pada manusia dan sekitarnya, sehingga mengancam kehidupan dan dianggap musibah atau
ujian dari Tuhan yang memerlukan bantuan dari luar untuk mengatasinya. Atas pengertian

tersebut, disaster dipandnag sebagai reaktif oleh pemerintah dan stakeholder terutama dalam
memberikan pertolongan tanggap darurat bahkan upaya penanggulangannya pun dilakukan
secara sentralistik oleh pemerintah kepada daerah musibah (disaster area). Seperti
pertolongan kemanusiaan, mitigasi, dan perbaikan infra struktur yang mengalami kerusakan.
Akhir-akhir ini bencana timbul secara periodic dan berkesinambungan terutama di Indonesia
dan belahan dunia, diantaranya tsunami, banjir, tanah longsor, angina topan, gempa bumi,
badai.
Di Indonesia dalam kurun waktu 2002-2006 musibah banjir terjadi 986 kali dengan
jumlah kematian sebanyak 921 orang, kecelakaan 371 kali dan pengungsian sebanyak.
3.167.854 orang. Gempa bumi 41 kali kejadian dengan kematian sebanyak 6.936 jiwa. Dan
kecelakaan 1.729 jiwa dan hamper 2.500.000 orang yang mengungsi. Tanah longsor 106 kali
dengan jumlah kematian sebanyak 575 jiwa dengan kecelakaan berat dan ringan 47 jiwa dan
27.645 orang mengungsi.
Namun baru- baru ini terjadi gempa bumi di Selandia Baru pada Selasa (22/02/2011) dini
hari, menurut Headline jam 17.00 pada televise swasta mempublikasikan jumlah korban
sekitar 65 orang meninggal dan diperkirakan akan bertambah.
Berdasarkan hasil refleksi Puslit (2007) manajemen bencana diperlukan keterlibatan
empat unsur yang mendasar yaitu (1) perlunya paying hokum (2) keterkaitan penggunaan
kekuatan militer dalam penanggulangan bencana di Indonesia (3) kerjasama antara sipil
militer dlam penanggulangan bencana (4) keterlibalatan masyarakat dalam upaya pencegahan
dan penanganan bencana secara komprehensif dan terpadu yang berbasis kemandirian
terutama pengurangan resiko factor terjadinya bencana. Karena menurut konsep terjadinya
bencana disebabkan 90% oleh ulah tangan manusia. Selain itu, disebabkan adanya kesalahan
kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam penanganan kualitas lingkungan.
B. TIPE BENCANA
Bencana Alam (Natural Disaster)
1. Bencana alam yang berhubungan dengan musim yaitu banjir, angina puyuh, badai
tornado, badai salju, kekeringan/kemarau panjang.
2. Bencana yang berhubungan dengan geologi atau bumi ekstrim, letusan vulkanik.

Bencana Buatan Tangan Manusia (Human Made Disaster)


Industri (Industrial accident), kebakaran hutan yang diaktifkan, dan lain-lain. Hamper
setiap tahun di P. Sumatera dilanda kebakaran hutan yang disinyalir disebabkan oleh
perambah hutan, dari perkebunan rakyat hingga perkebunan industri. Kebalaran hutan yang
terjadi Pulau Sumatera juga memberikan dampak pada jadwal penerbangan nasional dan
internasional.
C. TAHAPAN DISASTER
Tahapan Sebelum Bencana (preimpact disaster)
Prinsip tahapan ini perlunya upaya pencegahan terjadi bencana dengan memberikan
pendidikan masyarakat seperti upaya pencegahan dan stimulant menghadapi bencana. Oleh
karena itu, dlam kajian epidemiologi bencana diperlukan beberapa studi epidemiologi
sebagai antisipasi terhadap bencana, yang meliputi:
1. Hazard Analysis
Pengkajian factor resiko disaster pada daerah rawan kejadian bencana seperti
tsunami, gunung berapi, banjir, angina putting beliung, tanah longsor. Analisis
bencana pada tahapan ini ditujukan agar meningkatkan kesiap-siagaan masyarakat
dan pemerintah termasuk stakeholder dalam menghadapi atau mengantisipasi
kejadian bencana sesungguhnya, sehungga diperlukan upaya pencegahan secara dini.
Upaya tersebut meliputi stimulasi bencana sesuai dengan kerawanan bencana, dan
perlunya dipersiakan camp pengungsi yang layak terutama daerah rawan tsunami dan
gunung berapi.
2. Vulnerability Analyisis
Diarahkan menganalisa factor resiko besarnya permasalahan bencana yang
dihadapi, misalnya kematian, kesakitan, dan kecelakaan. Sebagai upaya
pencegahan pada tahapan ini diperlukan perencanaan yang komprehensif yang
meliputi berbagai tahapan:
1. Tahapan antisipasi (anticipative phase)
2. Tahapan Sistem Peringatan Dini (alarm phase)
3. Tahapan Pertologan (rescue phase)
4. Tahapan Bantuan (relief phase)
5. Tahapan Rehabilitasi (rehabilitation phase)

SAR
BanS

Keaman
SATGA
Bantua
n Medis

Komunik
asi

Hasil yang diinginkan:


1. Sinergi Bantuan
2. Sinkronisasi
Bantuan
3. Keterpaduan
penanggulangan

TransLogis

Pada tahapan ini menurut BAKORNAS, institusi yang bertanggung jawab terhadap
wewenang dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu kelompok pengkajian, sitem peringatan dini
dan perencanaan, sebagai berikut:
1. Assessment and risk mapping, merupaka

wewenang institusi research seperti

BAKORSURTANAL, BPPT, LIPI, LAPAN, Dept. PU, ESDM.


2. Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini dikelola oleh BMG, LAPAN, ESDM, Dept.PU.
3. Untuk perncanaan diserahkan kepada Dept. PU, BPN, Dept. Pertanian, dan
BAPPEDA.
Tahapan Selama Bencana (impact phase)
Prinsip pada tahapan bselama bencana memerlukan kejelasan, ketepatan dan keakuratan
informasi mengenai hal yang berhubungan dengan bencana. Oleh karena itu diperukan studi
epidemiologi pada tahapan selama bencana, yaitu:
1. Damage Asessment
2. Information Collection
3. Public Health Surveillance
Tahapan Pasca Bencana (post impact phase)
Prinsip pada tahapan pasca bencana adalah tahapan rehabilitasi. Waktu diperlukan pada
tahapan ini sangata tergantung dari tahaoan lainnya. Misalkan ketika tsunami tahapan tanggap
darurat diperpanjang selama 6 bulan. Sehingga tahapan rehabilitasi menjadi lama karena
berhubungan dengan kelanjutan pada tahapan tanggap darurat, missal pada waktu terjadi tsunami
di NAD, memerlukanwaktu hingga tahunan.
1. Perlunya pengembangan studi epidemiologi dengan desain cross sectional untuk
mengetahui prevalensi kematian, kesakitan dan kecelakaan, derta maslah lainnya.

2. Diperlukan berbagai studi epidemiologi untuk mengidentifikasi factor resiko kematian


dan kecelakaan dengan desain oenelitian case control maupun cohort sebagai data dasar
yang berguna untuk perencanaan dalam rangka mengembangkan strategi pencegahan ke
depan.
D. TIPE STUDI DISASTER EPIDEMIOLOGI
1. Surveilan
Adalah upaya mendeteksi factor resiko, terutama keberadaan sufficient cause dan
necessary cause terhadap outcome. Pada tahapan sebelum terjadi becana. System
surveilan diarahkan memperkuat alarm system yaitu mendeteksi factor resiko dan
meramal kejadian yang akan dating, sebagai dampak dari perannya factor resiko
dengan upaya pengumpulan data, analisis dan interpretasi yang digunakan unguk
pengambilan keputusan.
2. Evaluasi Dampak Kesehatan Masyarakat
Dengan pendekatan system surveilan, dapat mengidentifikasi factor yang
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan intervensi yang dilakukan.
3. Evaluasi Perkembangan Alam
Perlu sekali dilakukan dengan pendekatan kohort seperti turunya lapisan tanah di
Jakarta selama 20 tahun. Sehingga para pakar geografi menyimpulkan Jakarta rawan
terendam banjir pada tahun 2014 yang akan dating. Maka opini yang dikembangkan
adalah memindahkan ibukota Negara ke daerah Kalimantan, Sumatra, dan Pulau
Jawa.
4. Analisis Faktor Resiko
Dilakukan dengan pendekatan case control, yang akan memberikan informasi
hubungan derajat kepaparan factor resiko terhadap kejadian lebih bermakna daripada
menggunakan studi case sectonal. Dengan demikian akan memberikan informasi
perencanaan untuk mengurangi factor resiko terhadap kejadian atau dampak bencana.
5. Investigasi Klinik
CDC melaporkan bahwa studi pasca disaster setelah 4-10 hari terutama pengobatan
antimikroba pada kasus pasca bedah misalnya pada bencana Haiti, 2010. Dilaporkan
sekitar 77% ditemukan terjadi infeksi dengan 89% adalah kuman pathogen Gram
Negatip, untuk itu diperlukan standardisasi emergensi.
6. Studi Dasar

Prinsip studi dasar yang dilakukan adalah mengetahui besar permasalahan yang
sedang dihadapi dan kebutuhan dasar yang diperlukan. Studi ini menggunakan
pendekatan survey cepat yang dikenal istilah Rapid Helath Assesment pada populasi
daerah bencana.
7. Studi Dampak Bencana
Dapat dilakukan dengan pendekatan berbagai desain studi epidemiologi, tergantung
dengan tujuan studi yang dilaksanakan. Studi ini ditujukan untuk menilai dampak
setelah bencana mencakup aspek hokum, social, psikologi, infrastruktur, geografis,
kesehatan, dan lain sebagainya.
E. JENIS BENCANA DI INDONESIA
1. Tsunami
Tanda Tsunami:
- Air laut tertiba surut
- Tercium bau garam yang menyengat
- Muncul bui-bui laut yang banyak
- Terdengar suara gemuruh yang kuat dan keras dari laut
- Terlihat gelombang yang tinggi dan erwarna hitam tebal dan memanjang di
garis cakrawala
Yang perlu dilakukan:
-

Segeralah menjauhi pantai


Berlari ketempat yang lebih tinggi dan aman
Berlindung ke tempat gedung yang kuat dan kokoh
Pergi ke tempat evakuasi terdekat

2. Banjir
Banjir bandang di Wasior, Papua 2010. Yang menelan korban jiwa mencapai 161
orang dan 149 orang lainnya menghilang.
Strategi pencegahan banjir:
- Penempatan pengungsi di daerah bebas banjir
- Rancangan bangunan lantai atas dari permukaan (bebas banjir)
Partisipasi masyarakat berupa:
-

Pengerukan sedimen
Perbaikan tanggul atau parit
Menanamkan kesadaran masyarakat penebangan hutan liar, pembuangan
sampah.

Kesiapsiagaan bahaya banjir, misalnya penyediaan perahu karet, rakit atau

sebagailnya.
3. Angin Puting Beliung
Ciri-ciri:
- Kejadian singkat, antara 3-10 menit, setelah itu diikuti angina kencang yang
-

kecepatannya berangsur lemah.


Kecepatan sekitar 40-90 km/jam
Terjadi di tempat dengan radius jangkauan 5 hingga 10 km
Terjadi di musim pancaroba.
Terjadi diantara jam 13-17

Tanda-tanda yang mendahului kejadian angin puting beliung sebagai berikut:


-

Sehari sebelumnya udara sangat panas


Sekitar jam 10 pagi terlihat awan cumulus
Awan tersebut akan berubah warna jadi hitam
Ranting pohon akan goyang dan hujan rintik pun dating
Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri
Hujan akan turun dengan deras
Terdengar sambaran petir yang keras

4. Angin Topan
Tanda:
- Terlihat gumpalan awan gelap
- Petir dan geruh terlihat dari kejauhan
- Terdengar suara gemuruh dari kejauhan
Yang harus dilakukan:
-

Jika di dalam rumah, bawa masuk seluruh barang untuk mencegah agar tidak

terbawa angin, tutup seluruh pintu dan jendela, matikan seluruh arus listrik.
Jika di luar rumah, masuk kedalam gedung yang kokoh dan kuat. Hindari

tiang listrik atau papan reklame.


5. Tanah Longsor
Factor pemicu terjadinya tanah longsor adalah diakibatkan oleh beberapa hal, sebagai
akumulasi dari berbagai factor, antara lain curah hujan, kondisi geologi atau batuan.
Serta kemiringan lereng juga dapat mempengaruhi. Menurut kepala BPPT, kejadian
tanah longsor biasanya dipengaruhi oleh intensitas curah hujan yang tinggi serta
kondisi litologi daerah longsoran yang meningkat.
6. Gempa Bumi
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan terkait gempa bumi, diantaranya:
- Langit Nampak seperti awan tornado

- Uji elektromagnetik
- Perhatikan hewan sekitar
- Perhatikan permukaan air
- Evakuasi
7. Kejadian Luar Biasa
Beberapa penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah atau KLB seperti
penyakit cholera, malaria, demam berdarah, hepatitis, Flu burung, SARS. Menurut
PAHO

bencana

yang

disebabkan

oleh

endemisitas

suatu

penyakit,

mempertimbangkan pada jumlah kematian karena alamiah cara kematian disebabkan


oleh trauma secara langsung.

F. ORGANISASI MANAJEMEN BENCANA DI INDONESIA


Organisasi Manajemen Bencana:
a. BAKORNAS yang dipimpin Presiden RI
b. SATKORLAK yang dipimpin oleh Gubernur sekitar
c. SATLAK yang dipimpin oleh Bupati/Walikota
G. MANAJEMEN MENGURANGI FAKTOR RESIKO
Ukuran Mitigasi Pasif
a.
b.
c.
d.
e.

Penyesuaian tingkat kebutuhan


Cek pengendalian kebutuhan
Pengendalian penggunaan tanah
Kaji infrastruktur
Asuransi kecelakaan

System pengendalian pasif


a. Pengendalian system kendali mutu
b. Penerimaan respon masyarakat dampak hasil pengendalian
c. Kepatuhan masyarakat dalam mematuhi peraturan
Ukuran Mitigasi Aktif
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Perencanaan pengendalian distribusi bantuan


Pelatihan dan pendidikan
Bantuan ekonomi
Peralatan
Peningkatan kesadaran masyarakat
Peningkatan promosi kesukarelaan berasuransi

g. Mengembangkan organisasi kemasyarakatan atau pembentukan relawan

H. STRATEGI MITIGASI
Tujuan strategi mitigasi adalah mengurangi frekuensi kejadian kecelakaan. Secara
primer tujuan utamanya mengurangi factor resiko kematian dan kecelakaan dalam
populasi. Sedangkan secara sekunder adalah bertujuan mengurangi kerusakan
infrastruktur yang berdampak kerugian secara ekonomi. Dengan demikian sebagai
alternative mencapai

tujuan diatas dikembangkan strategi mitigasi yang mencakup

kebijakan ekonomi, politik, waktu dan kemampuan komunitas sebagaimana yang akan
dipaparkan dibawah ini:
- Kebijakan ekonomi
- Politik
- Waktu
- Kemampuan komunitas
I. EPIDEMIK PENYAKIT PASCA BENCANA
Dengan koondisi lingkungan, kelelalahan fisik, serta kecemasan psikologis, pada saat
terjadi banjir ataupun setelah banjir surut, umumnya akan muncul berbagai jenis penyakit
yang bisa menghinggapi masyarakat korban bajir. Penyakit-penyakit tersebut, seperti: Diare,
Cholera, Psikosomatik, Penyakit Kulit, Penyakit Leptospirosis, Penyakit saluran Napas, dan
banyak lagi lainnya.
-

Diare
Psikosomatik
Penyakit kulit
Leptospirosis
ISPA
Demam Berdarah
GI Tract Infection

J. KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA


Pada penanggulangan bencana telah terjadi perubahan paradigma, dari
penanganan bencana berubah menjadi pengurangan risiko bencana, artinya saat ini
penyelenggaraan penanggulangan bencana lebih menitikberatkan pada tahap pra bencana
daripada tahap tanggap darurat (Raharja dalam Ristrini, 2012). Menurut UU No. 24 tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna (pelatihan,gladi, penyiapan sarana dan
prasarana, SDM, logistik dan pembiayaan).
Kesiapan biasanya dipandang sebagai sesuatu aktifitas yang bertujuan
meningkatkan aktifitas respon dan kemampuan coping. Delapan dimensi dalam
menghadapi kesiapsiagan meliputi: pengetahuan bencana, manajemen arah dan
koordinasi dari operasi keadaan darurat, kesepakatan formal dan informal, sumber daya
pendukung, perlindungan keselamatan hidup, perlindungan harta benda, menyesuaikan
diri dengan keadaan darurat dan pemulihan, yang terakhir adalah mengidentifikasi
dengan cepat aktifitas pemulihan (Sutton dan Tierney, 2006 dalamHerdwiyanti, 2013).
1.

Bidang pelayanan
a.

Sarana dan prasarana kesehatan


1)

Menyiagakan

kesehatan

b.

sarana

kesehatan

seperti

membuka

pelayanan

di Puskesmas selama 24 jam

2)

Mendirikan pos kesehatan di tempat-tempat penampungan

3)

Melakukan surveilans kedaruratan

4)

Melakukan evakuasi medik

5)

Berkoordinasi dengan sektor terkait dalam memantau bencana

Sumberdaya Manusia(tenaga Kesehatan)


SDM Kesehatan sangat berperan penting dalam melakukan pelayanan

kesehatan akibat bencana. Kebutuhan SDM Kesehatan dalam penanggulangan

krisis akibat bencana mengikuti siklus penanggulangan bencana, yaitu mulai dari
pra-, saat, dan pasca bencana.
1)

Prabencana

Perencanaan

kebutuhan

SDM

Kesehatan

pada

masa

prabencana menyangkut penempatan SDM Kesehatan dan pembentukan Tim


Penanggulangan

Krisis

akibat

Bencana.

Dalam

pembentukan

Tim

Penanggulangan Krisis akibat Bencana perlu diperhatikan hal-hal berikut.


a)

Waktu untuk bereaksi yang singkat dalam memberikan pertolongan

b)

Kecepatan dan ketepatan dalam bertindak untuk mengupayakan pertolongan

terhadap korban bencana sehingga jumlah korban dapat diminimalkan.


c)

Kemampuan SDM Kesehatan setempat (jumlah dan jenis serta kompetensi

SDM Kesehatan setempat)


d)

Kebutuhan minimal pelayanan kesehatan pada saat bencana.

Disamping

upaya

pelayanan

kesehatan

(kegiatan

teknis

medis)

diperlukan ketersediaan SDM Kesehatan yang memi liki kemampuan manajerial


dalam upaya

penanggulangan

krisis

akibat

bencana.

Untuk

mendukung

kebutuhan tersebut, maka tim tersebut harus menyusun rencana:


-

Kebutuhan anggaran (contingency budget).


Kebutuhan sarana dan prasarana pendukung.
Peningkatan kemampuan dalam penanggulangan krisis akibat bencana.
Rapat koordinasi secara berkala.
Gladi posko dan gladi lapangan.

2) Saat dan pasca bencana


Pada saat terjadi bencana perlu diadakan mobilisasi SDM Kesehatan yang
tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi Tim Gerak Cepat, Tim
Penilaian Cepat Kesehatan (Tim RHA) dan Tim Bantuan Kesehatan. Koordinator Tim
dijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kasbupaten/Kota (mengacu Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1653/Menkes/SK/XII/2005). Kebutuhan minimal
tenaga untuk masing-masing tim tersebut, antara lain:
a. Tim Gerak Cepat, yaitu tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0-24
jam setelah ada informasi kejadian bencana. Tim Gerak Cepat ini terdiri atas:
a) Pelayanan Medis

1. Dokter umum/BSB: 1 orang


2. Dokter Spesialis Bedah: 1 orang
3. Dokter Spesialis Anestesi: 1 orang
4. Perawat mahir (perawat bedah, gawat darurat): 2 orang
5. Tenaga DVI: 1 orang
6. Apoteker/Asisten Apoteker: 1 orang
7. Supir ambulans: 1 orang
b) Surveilans: 1 orang dan Ahli epidemiologi/Sanitarian
c) Petugas Komunikasi: 1 orang
Tenaga-tenaga di atas harus dibekali minimal pengetahuan umum mengenai
bencana yang dikaitkan dengan bidang pekerjaannya masing-masing.
b. Tim RHA, yaitu tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Gerak Cepat
atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Tim ini minimal terdiri atas:
a) Dokter umum: 1 orang
b) Ahli epidemiologi: 1 orang
c) Sanitarian: 1 orang
c. Tim Bantuan Kesehatan, yaitu tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah
Tim Gerak Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan dengan hasil kegiatan mereka di
lapangan.
Tabel Tim Bantuan Kesehatan
Jenis Tenaga

Kompetensi Tenaga

Dokter Umum

PPGD/ GELS/ATLS/ACLS

Apoteker dan
Asisten Apoteker

Pengelolaan Obat dan Alkes

Perawat (D3/Sarjana
Keperawatan)

EmergencyNursing/PPGD/BTLS/PONED/P
ONEK/ICU

Ahli Gizi (D3/D4


Gizi/Sarjana Kesmas)

Penanganan Gizi Darurat

Perawat Mahir

Anestesi/Emergency Nursing

Bidan (D3
Kebidanan)

APN dan PONED

Sanitarian (D3

Penanganan Kualita s Air Bersih dan

Kesling/Sarjana
Kesmas)

Kesling

Tenaga Surveilens
(D3/D4
Kesehatan/Sarjana
Kesmas)

Surveilens Penyakit

Ahli Entomolog
(D3/D4
Kesehatan/ Sarjana
Kesmas/Sarjana
Biolog)

Pengendalian Vektor

Dalam keseluruhan tahapan penanggulangan bencana tersebut, ada 3 (tiga) manajemen


yang dipakai yaitu :
a. Manajemen Risiko Bencana
b. Manajemen Kedaruratan
c. Manajemen pemulihan (pasca bencana)
2.
a.

Bidang Penyehatan Lingkungan


Lokasi pengungsian
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penyakit menular, diperlukan

tim rapid health assesment (RHA) ke lokasi bencana serta memberikan dukungan logistik
lingkungan diantaranya polybag, PAC, lysol, kaporit, rappelent lalat, air minum, dan
masker.
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) selaku
masyarakat dihimbau untuk membuat tempat pembuangan sampah sementara dengan
menggali lubang ukuran 1 x 2 meter, dan dianjurkan untuk membakar sampah setiap
harinya guna mencegah timbulnya vector penyakit. Selain itu perlu dilakukan
penyemprotan dengan mistblower dan larutan actellic di lokasi pengungsian guna
mengurangi kepadatan lalat, karena tumpukan sampah organik yang dibuang
sembarangan. Selain itu juga telah dilakukan pengambilan sampel air terhadap air subsidi
PDAM yang ada di lokasi pengungsian.
b. Sumberdaya Manusia

Dalam penanggulangan bencana memerlukan kerja sama SDM yang didasarkan


pada masalah dan upaya teknis terkait program masing-masing unit kerja di lingkungan
kesehatan maupun non-kesehatan (lintas-sektor). Dalam rangka meningkatkan efisiensi
dan efektivitas upaya pemulihan krisis kesehatan akibat bencana diperlukan keterpaduan
beberapa program dan sektor terkait yang dapat dicapai melalui pertemuan berkala secara
intensif. Upaya tanggap darurat dan pemulihan krisis kesehatan yang telah dilakukan juga
perlu dievaluasi untuk menemukan masalah yang dihadapi dan solusinya.
3.

Bidang Logistik
Berikut ini merupakan bahan logistik yang harus tersedia di lokasi bencana.
a.

Makanan siap saji

b. Tambahan gizi
c.

Lauk pauk

d. Kids ware
e.

Sandang

f.

Selimut

BAB II
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kegiatan/tahun-2003/3-disaster-managementprospektif-politik-dan-kebijakan2009 akses 29 Agustus 2015
2. http://jekethek.blogspot.com/2009/09/inilah-tiga-tanda-akanterjadi.html#ixzz1EtJ80JEQ2009 Akses 29 Agustus 2015
3. BPBD (2009) Diasater Manajement Potensi dan Penanggulangan Bencana. Seminar
Penanggulangan Bencana. Semarang.
4. Hadisaputro, S att all. 2013. Epidemiologi Manajerial Teori dan Aplikasi. Semarang.

Penerbit Universitas Diponegoro.

S-ar putea să vă placă și