Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DASAR TEORI
Beberapa fungsi penting tubuh yang terlibat dalam proses makan antara
lain pengunyahan, gerakan lidah, perasa, penelanan, dan salivasi. Selain bagian
tubuh yang berperan langsung pada proses makan, secara fisiologis beberapa
organ juga ikut berperan dalam menimbulkan keinginan dan selera makan yaitu:
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan keterlibatan susunan saraf pusat.
1.1 Pengunyahan/Mastikasi
Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara peredaran darah, otot
pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak
rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun, organ tubuh yang terlibat dalam proses
pengunyahan ini antara lain: bibir, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva, faring, dan
laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang motorik N.
Trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh nukleus di batang
otak.
Di
dalam
mulut,
makanan
mengalami
peoses
mastikasi
untuk
1 | L A P O RA N F I S I O LO G I R E F L E K S M U N TA H 1 4 - 4 1
(5) Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat kembali
makanan ke atas permukaan gigi-gigi dan mencampur makanan dengan enzim
pencernaan di rongga mulut. Kondisi ini akan terus menerus terjadi sehingga
terjadi pemecahan ukuran partikel makanan menjadi lebih kecil dan siap untuk
ditelan. Kecepatan pencernaan makanan sangat tergantung pada luas
permukaan total yang dapat menghasilkan getah lambung. Penghancuran
makanan menjadi parikel-partikel halus berfungsi mncegah ekskorias/lukanya
saluran pencernaan. Dalam hal ini, pergerakan lidah diatur oleh saraf kranialis
ke-12, Hypoglossus.
1.1.2
2 | L A P O RA N F I S I O LO G I R E F L E K S M U N TA H 1 4 - 4 1
(kecuali
otot
stafilofaringeus,
yang
dipersarafi
oleh
nervus
3 | L A P O RA N F I S I O LO G I R E F L E K S M U N TA H 1 4 - 4 1
a.
b.
c.
ke posterior-faring.
Pita suara larings menjadi berdekatan dan epiglottis terdorong ke belakang
ke atas pintu superior larings. Kedua efek ini mencegah masuknya
d.
e.
f.
faringis
superior
berkontraksi
sehingga
menimbulkan
dalam
mulut,
makanan
mengalami
proses
mastikasi
untuk
5 | L A P O RA N F I S I O LO G I R E F L E K S M U N TA H 1 4 - 4 1
Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat
kembali makanan ke atas permukaan gigi-gigi dan mencampur
makanan dengan enzim pencernaan di rongga mulut. Kondisi ini akan
terus-menerus terjadi sehingga terjadi pemecahan ukuran partikel
makanan menjadi lebih kecil dan siap untuk ditelan. Kecepatan
pencernaan mekanan sangat tergantung pada luas permukaan total
yang dapat menghasilkan getah lambung. Penghancuran makanan
menjadi partikel-partikel halus berfungsi mencegah eskoriasi/lukanya
saluran pencernaan. Dalam hal ini, pergerakan lidah diatur oleh saraf
kranialis ke-12, hypoglossus.
6 | L A P O RA N F I S I O LO G I R E F L E K S M U N TA H 1 4 - 4 1
bolus dengan batuan lidah dan pipi dan melalui bagian belakang mulut masuk ke
dalam faring. (Pearce,2002:182).
Proses menelan adalah mekanisme yang kompleks , terutama karena faring
pada hampir setiap melakukan beberapa fungsi lain disamping menelan dan hanya
diubah dalam beberapa detik ke dalam traktus untuk mendorong makanan. Yang
terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu akibat menelan. Pada
umumnya, menelan dapat dibagi menjadi (1) tahap volunter, yang mencetuskan
proses menelan, (2) tahap faringeal,yang bersifat involunter dan membantu
jalannya makanan melalui faring ke dalam esofagus, (3) tahap esofageal, fase
involunter yang mempermudah jalannya makanan dari faringke lambung ( guyton,
1667 : 1000 ).
Rasa pahit, bila timbul dengan intensitas yang tinggi, biasanya membuat
manusia atau hewan membuang makanan tersebut. Ini tidak diragukan lagi
merupakan fungsi yang bermakna penting dari sensasi rasa pahit karena banyak
toksik yang mematikan yang terdapat dalam tanaman beracun yang merupakan
alkaloid dan semua ini dapat menimbulkan rasa yang sangat pahit. (Guyton dan
Hall,1997:842)
1.2 Refleks Muntah (Gagging Refleks)
Refleks muntah (gagging refleks) dianggap suatu mekanisme fisiologis
tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang
berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea.
Sumber refleks muntah secara fisiologis dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok yaitu (1) somatic (stimulasi saraf sensoris berasal dari kontak langsung
pada area sensitive yang disebut trigger zone, mis : sikat gigi, makanan,
meletakkan benda di dalam rongga mulut), dan (2) psikogenik (distimulasi di
pusat otak yang lebih tinggi tanpa stimulasi secara langsung, mis : penglihatan,
suara, bau, perawatan kedokteran gigi).
Letak trigger area pada setiap individu dilaporkan tidak sama/sangat
spesifik. Pada beberapa orang Trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral
lidah, posterior palatum, dinding posterior faring, dan lain-lain. Impuls
rangsangan saraf ini akan diteruskan ke otak melalui N. Glosso-faringeus, dan
motoriknya akan dibawa kembali oleh N. Vagus. Selain tempat tersebut, (gagging
7 | L A P O RA N F I S I O LO G I R E F L E K S M U N TA H 1 4 - 4 1
8 | L A P O RA N F I S I O LO G I R E F L E K S M U N TA H 1 4 - 4 1
(7) Ketika reaksi muntah terjadi, timbul beberapa reflesk yang terjadi di ronggal
mulut yaitu (1) bernafas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan faring untuk
mengangkat sfingter esophagus bagian atas hingga terbuka, (3) penutupan
glottis, (4) pengangkatan palatum molle untuk menutup nares posterior
(daerah yang paling sensitive di dalam rongga mulut berbagai rangsangan).
Cara mencegah refleks gagging yaitu dengan diberikannya es balok
(berkumur dengan air es berulang kali), karena es balok (air es) memiliki suhu
rendah sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk menyampaikan rangsang
menuju pusat muntah.Sehingga sensitivitas pasien dapat berkurang. Selain itu,
beberapa cara dapat digunalkan unutk menekan efek gagging refleks antara lain
relaksasi, mengalihkan perhatian, metode desensitisasi, terapi psikologis dan
perilaku, anetsei lokal, sedasi, general anestesi, terapi obat-obatan, hipnotik, dan
akupuntur.
1.2.1 Koordinasi Gerakan Lidah
Lidah merupakan organ stomatognatik berotot yang dilapisi oleh mukosa
yang memiliki reseptor pengecap.Lidah memiliki kemampuan untuk bergerak ke
segala arah. Selain memiliki fungsi sebagai alat pengecap, lidah membantu proses
pengunyahan makanan.
9 | L A P O RA N F I S I O LO G I R E F L E K S M U N TA H 1 4 - 4 1
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Pengunyahan
a. Kekuatan Gigit Maksimal
Jenis kelamin
Kedalaman gigit
Kanan (cm)
Kiri (cm)
Gigi
orang coba
Insisiv pertama
Kaninus
Molar pertama
Insisiv pertama
Kaninus
Molar pertama
0.3
0.7
0,5
0.8
0.5
0.4
0.2
0.5
1.0
0.8
0.7
0.3
b. Efisiensi Kunyah
Perhitungan efisiensi kunyah
Pengunyahan 20 kali
NA= (N+S)-S
= 25,12 11,52
= 13,6 gram
S= berat saringan
Berat nasi
Berat sisa makanan
:
:
9,39 g
13,6 g
Efisiensi kunyah= Berat sisa makanan : Berat nasi sebelum dikunyah x 100%
= 13,6 : 9,39x 100 %
= 144,83 %
Pengunyahan 15 kali
NA= (N+S)-S
= 25,7 11,52
10 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
= 14,18
gram
Berat nasi
S= berat saringan
:
9,39 g
= 24,9 11,52
= 13,38
S= berat saringan
gram
Berat nasi
:
9,39 g
Berat sisa makanan
:
13,38 g
Efisiensi kunyah= Berat sisa makanan : Berat nasi sebelum dikunyah x
100%
= 13,38: 9,39x 100 %
= 142,49 %
Jenis kelamin
orang coba
Perempuan
20 kali
144,83%
Efisiensi kunyah
15 kali
151,01%
10 kali
142,49%
11 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
o
s
i
s B
i en
tu
l k
i
n
o
r
m
a
l
i
d
a
k
)
R
e
l
a
k
s
a
s
Pi N
pi
le
ba a
r
i
A Pa N
12 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
n
t
e
r
i
o
r
nj
an r
g, m
te
ba l
l
Pa
nj
an
L g,
a te
t ba r
e l,
r m
a el
l en
gk
un
g
M
P el
o en N
s gk o
t un r
e g
r ke a
i be l
o la
r ka
ng
m Ti N
e da o
13 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
n
g k
u m
n en a
y en l
a tu
h
Pola gerakan
orang coba
Perempuan
ditelan
masih besar
mudah
ditelan
Lokasi
Ujung lidah
Dorsal lidah
Lateral kiri
Lateral kanan
Anterior
Posterior
Posterior palatum
Uvula
Tonsil
Faring atas (jika bisa)
Yang paling sensitif
adalah:
cepat
Terjadi respon dengan
cepat
Terjadi respon dengan
cepat
Terjadi respon dengan
cepat
Tonsil
cepat
Posterior palatum
Uvula
Tonsil
adalah :
c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah
jenis kelamin orang coba
Perempuan
15 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
Posterior lidah
pahit
Terdapat ganging reflek
dan rasa pahit
PERTANYAAN
1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan
perempuan? Jelaskan mengapa?
2. Apa ada perbedaan kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan?
Jelaskan mengapa?
3. Mengapa makanan ada yang mudah di telan danada yang sukar? Jelaskan
mengapa?
4. Mengapa rasa pahit dapat merangsang refleks muntah?
JAWABAN PERTANYAAN
1. Ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dengan
perempuan karena disebabkan laki-laki secara genetik memiliki fisik yang
lebih besar dari perempuan. Hal ini dikarenakan pengaruh hormonal dan
kegiatan serta aktivitas dari perbedaan kelamin tersebut.
3. Makanan ada yang mudah di telan dan ada yang sukar dikarenakan
tergantung pada kandungan air di dalam makanan tersebut. Makanan yang
kering atau sedikit mengandung air cendurung lebih sulit ditelan,
16 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
sedangkan makanan yang lembut dan mengandung lebih banyak air akan
lebih mudah tertelan dan tidak menimbulkan nyeri.
4. Rasa pahit dapat merangsang refleks muntah karena pahit dapat dirasakan
pada bagian posterior lidah dan palatum molle dimana daerah tersebut
merupakan daerah rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada
CTZ ini terdapat adanya rangsang maka akan dapat menyebabkan gagging
refleks, khususnya pada bagian posterior rongga mulut.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengunyahan
a. Kekuatan Gigit Maksimal
Kekuatan gigit maksimal adalah kekuatan gigi untuk menggigit secara
maksimal. Dimana biasanya laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar
daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan beban
sama pada laki-laki dan perempuan. Kekuatan gigit maksimal diukur antara gigi
molar pertama dan sedikit demi sedikit berkurang untuk gigi sebelahnya, semakin
ke proksimal, kekuatan gigit semakin berkurang pada gigi insisiv. Sumber lain
menyatakan
bahwa premolar
protektif mungkin saja dihasilkan oleh reseptor pada jaringan periodontal dan
mengahalangi kontraksi dari otot-otot pengunyahan ketika beban menjadi sangat
tinggi, jaringan periodontal akan mendistribusikan tekanan lebih luas, sehingga
menyebabkan mechanoreseptor pada jaringan periodontal beraksi.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada orang coba berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan memiliki hasil yang berbeda.Hal ini sesuai
dengan teori bahwa kekuatan gigit maksimal antara laki-laki dengan perempuan
lebih besar laki-laki. Namun pada gigi molar pertama laki-laki lebih kecil dari
17 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
pada kekuatan gigit molar pertama perempuan, hal ini tidak sesuai dengan teori.
Mungkin hal ini dikarenakan tinggi mahkota klinis dan sudut kontak gigi geligi
antagonis yang kurang baik sehingga membuat kekuatan gigit gigi di bawah
normal.
b. Efisiensi Kunyah
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang
coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki efisiensi kunyah sebesar
144,83% pada pengunyahan 20 kali, 151,01% pada pengunyahan 15, dan
142,49% pada pengunyahan 10 kali. Efisiensi yang melibihi 100% (batas
maksimum efisiensi) ini disebabkan karena setelah kunyah, nasi mengandung
banyak air dan saliva, serta adanya air dan saliva yang tertimbang sehingga
membuat nasi sisa kunyah menjadi lebih berat dari sebelum dikunyah.
Berdasar teori bahwa kekuatan gigit maksimal laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan, tetapi antara keduanya terbukti mempunyai efisiensi kunyah
yang sama. Jika kekuatan gigit meningkat maka jumlah kunyahan menurun,
demikian sebaliknya jika kekuatan gigit menurun maka jumlah kunyah
meningkat. Jika jumlah kunyahan meningkat maka lama penelanan menurun,
demikian sebaliknya jika jumlah kunyah menurun maka lama penelanan
meningkat. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang memiliki kemampuan
beradaptasi yang besar dengan mengkompensir kekurangan dan kelebihan fungsi
kunyahnya.
Hasil efisiensi dengan orang coba berjenis kelamin perempuan pada
kelompok kami tidak sesuai teori. Dalam teorinya semakin banyak jumlah kunyah
semakin besar efisiensi kunyah. Tetapi pada kelompok kami dengan kunyahan 15
kali memiliki efisiensi yang lebih besar daripada hasil kunyahan 20 kali dan 10
kali. Hal ini dikarenakan berat nasi sebelum dikunyah memiliki berat yang tidak
sama persis untuk pengunyahan pada 10,15 dan 20 kali. Selain itu jumlah sisa
makanan stelah dikunyah dan volume air yang dituangkan pada sisa makanan
setelah dikunyah tidak sama persis sehingga menyebabkan efisiensi kunyah tidak
sesuai teori.
18 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
19 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
,menebal dan melengkung, ukurannya normal, warnanya merah muda lebih gelap,
dan teksturnya lembut, hal ini disebabkan karena saat lidah mencapai lateral
terjadi kontraksi yang sangat kuat. Pada posisi posterior terjadi perubahan bentuk
dan ukuran yaitu melengkung ke belakang dan normal. Sedangkan pada saat
mengunyah lidah bergerak ke anterior posterior.
2. Pemeriksaan Proses Menelan
a. Pemeriksaan Palpasi pasa saat Menelan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang
coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki pola gerakan saat melakukan
penelanan yaitu bolus masuk lalu terjadi tekanan pada laring hingga terdorong ke
depan disertai dengan prominensia thyroid yang terangkat sehingga bolus dapat
lewat dan akhirnya prominensia thyroid kembali ke posisi semula. Pergerakan
tersebut berjalan normal yaitu tanpa adanya hambatan.Sehingga dapat dikatakan
bahwa orang coba memiliki gerakan pola penelanan yang normal.
20 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
daerah tersebut maka akan merangsang sekresi dari kelenjar saliva sehingga dapat
membantu proses pengunyahan.
c. Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang
coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki kemampuan yang cukup baik
untuk penelanan dalam berbagai jenis makanan, nasi dalam berbagai
perbandingan kadar air yang digunakan untuk memasaknya.
Orang coba dengan percobaan nasi dengan perbandingan air yang
digunakan yaitu 1:1 memiliki pengunyahan yang paling susah, yaitu proses
menelan lebih susah. Lalu pada percobaan nasi dengan perbandingan air yang
digunakan yaitu 1:2 memiliki pengunyahan yang mudah dibandingkan dengan
percobaan sebelumnya, proses menelan lebih mudah dari sebelumnya. Dan pada
percobaan nasi dengan perbandingan air yang digunakan yaitu 1:3 memiliki
pengunyahan yang paling mudah diantara ketiga percobaan yang dilakukan, yaitu
dengan proses menelan yang paling mudah.
Hal ini disebabkan karena tekstur dari makanan sangat mempengaruhi dari
tingkat kemudahan maupun tingkat kesuliatan dari pengunyahan makanan itu
sendiri. Dimana makin lembut tekstur suatu makanan akan makin mudah suatu
makanan untuk dikunyah, sebaliknya makin kasar tekstur suatu makanan maka
akan makin sulit suatu makanan untuk diikunyah
.
3. Percobaan Reflkes Muntah (Gagging Refleks)
a. Pengaruh Sentuhan terhadap Refleks Muntah
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang
coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki gangging refleks dengan
spesifikasi sebagai berikut, pada bagian ujung lidah, lidah anterior bagian lidah
lateral kiri, bagian lidah lateral kanan, ketika dilakukan percobaan, orang coba
tidak merasakan gagging refleks hanya terasa bahwa ada suatu sentuhan. Pada
bagian dorsal lidah, lidah posterior, palatum bagian posterior orang coba
21 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
merasakan gagging refleks sedang. Sedangkan pada uvula, faring atas dan tonsil
orang coba merasakan gagging refleks yang kuat.
Hali ini dikarenakan pada bagian posterior lidah merupakan daerah
rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada CTZ ini terdapat adanya
rangsang maka akan dapat menyebabkan gagging refleks, khususnya pada bagian
posterior rongga mulut. Uvula merupakan daerah paling sensitif karena letak
uvula dekat dengan Trigger Zone sehingga daerah paling sensitive terjadinya
gangging reflek.
22 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
BAB IV
KESIMPULAN
Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara peredaran darah, otot
pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak
rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun, organ tubuh yang terlibat dalam proses
pengunyahan ini antara lain: bibir, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva, faring, dan
laring.Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada
dasarnya merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Pada proses penelanan
makanan digerakkan dari faring menuju esophagus. Refleks muntah dianggap
suatu mekanisme fisiologis tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing
atau bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui
faring, laring atau trakea. Cara mencegah refleks gagging yaitu dengan
diberikannya es balok (berkumur dengan air es berulang kali), karena es balok (air
es) memiliki suhu rendah sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk
menyampaikan rangsang menuju pusat muntah.Sehingga sensitivitas pasien dapat
berkurang.
23 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Chandra. 2004. Testbook of Dental and Oral Anatomy Physiology and Occlusion.
New Delhi: Jaypee Brothers Publishers.
Ganong, F. William. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Jilid I Edisi 17.
Jakarta: EGC.
Guyton
AC,
Hall
JE.
1997.
Textbook
of
Medical
Physiology.
9th
ed.Philadelphia,Pennsylvania: W. B. Saunders.
Hamzah, Zahreni, dkk. 2013. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blok
Stomatognasi II Edisi II. Jember: Universitas Jember.
Murphy WM. 1971. The Effect of Complete Dentures Upon Taste Perception. Br
Dent J. Hal.130, 201-205.
24 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1