Sunteți pe pagina 1din 26

PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI SELAMA DIALISIS

DIALYSIS DISEQUILIBRIUM SYNDROME (DDS)

Imam Hadi Yuwono


PD. IPDI Jawa Tengah
imamhadiyuwono@yahoo.com

Pendahuluan

Pasien dengan keadaan uremia yang tinggi saat


ini sudah jarang ditemukan pada sebagian
negara maju, namun masih banyak ditemukan
di negara-negara yang berkembang.
Pasien dengan kadar uremia diatas 175 mg/dl
mempunyai resiko terjadi komplikasi dialysis
disequilibrium syndrome (DDS) saat dilakukan
dialisis pertama kali (Lopez & Correa, 2008)

Dialysis disequilibrium syndrome (DDS) jarang


terjadi
Bisa mengakibatkan hal yang sangat buruk
bahkan kematian
DSS terjadi pada saat pasien menjalani
dialisis pertama kali. (Orozco & Quigley,
2012).

Pathogenesis

Patogenesis DDS sampai sekarang masih


banyak perbedaan dan masih menjadi
perdebatan dikalangan para ilmuwan.
Ada tiga patogenisis DDS yaitu efek
penurunan ureum yang terlalu cepat, asidosis
intraserebal dan edema interstitial/serebral
(Aziz, Dutta, & Zaeem, 2013)

Efek penurunan ureum

Penurunan kadar ureum yang cepat


Terjadi gradien osmotik
Periode Jeda untuk mencapai keseimbangan
osmotik
meningkatkan pergerakan air ke otak.
Proses ini terjadi di otak melewati barrier
darah dan otak sehingga menimbulkan edema
cerebral
(Silver, Stearns, & Halperin, 1996)

Asidosis intraserebral

Penurunan PH di intraseluler otak


meningkatkan pengikatan Na dan K oleh
Hidrogen.
Kondisi ini meningkatkan osmolaritas
intraseluler dan mempercepat perpindahan air
ke otak sehingga terjadi asidosis cerebral.
Faktor yang lain yang mengakibatkan asidosis
cerebral adalah prinsip idiogenic osmole
(Arieff, Guisado, Massry, & Lazarowitz,
1976).

Asidosis intraserebral

Studi pada pasien dialisis telah menunjukkan


bahwa sering kali ada kenaikan PCO2 dalam
cerebrospinal fluid dan PH berada pada posisi
asam selama dialisis (Arieff, Massry,
Barrientos, & Kleeman, 1973).

DDS karena edema interstitial

Proses dialisis meningkatkan koefisien difusi


air dalam otak sehingga terjadi edema
interstitial disamping edema otak sebagai
patogenesis DSS. (Chen, Lai, Chou, Lee,
Chung, & Fang, 2007)

Gejala DDS

Gejala DSS bisa disaat dialisis atau saat


setelah dialisis telah selesai.
Gejala awal yang sering terjadi adalah mual,
muntah, gelisah, dan sakit kepala.
Manifestasi yang lebih serius termasuk
kejang, penurunan kesadaran dan koma
(Daugirdas, Blake, & Ing, 2007)

Menurut Patel, Dalal & Paneser (2008) gejala


dari DDS terjadi karena gangguan neurologis
yang bemanifestasi seperti sakit kepala, mual,
muntah, kram otot, tremor, kesadaran
terganggu, dan kejang-kejang. Dalam kasus
yang parah, pasien dapat meninggal karena
edema serebral.

Defferensial diagnosa
Gejala DDS merupakan manifestasi dari
gangguan neurologis
Mirip dengan gejala kasus tekanan
intrakranial yang meningkat dan
hiponatremia akut seperti gelisah, sakit
kepala, kebingungan dan koma

Defferensial diagnosa DDS : hematoma


subdural, uremia, dehidrasi karena
kadar gula darah yang tinggi, gangguan
serebrovaskular akut, dimensia karena
dialisis, ultrafiltrasi yang berlebihan,
hipoglikemia, hipertensi dan
hiponatremia (Mahoney & Arieff, 1982).

Pencegahan DDS

Dialyzer dengan luas permukaan yang kecil


Quick of blood rendah
Waktu dialisis yang pendek
(Bagshaw, Peets, Hameed, Boiteau, Laupland,
& Doig, 2004).

Pengaturan proses dialisis agar penurunan


ureum perlahan-lahan, dengan target
penurunan 40% selama 2 jam bisa dilakukan
pada saat pertama dilakukan dialisis untuk
mencegah DDS (Patel, Dalal, & Paneser, 2008)
Pemberian monitol, glukosa, fruktosa dan
memakai dialysate tinggi sodium saat dialisis
bisa digunakan untuk mencegah terjadinya
DDS ((Nicholls, 2001).

Penatalaksanaan DDS
Bila terjadi DDS laju aliran darah (QB)
diturunkan atau bila tidak membaik
proses dialisis harus dihentikan
Berikan natrium klorida atau glukosa
atau larutan hipertonik

Jaga jalan nafas agar selalu lancar


monitol intravena segera diberikan
untuk mengurangi edema serebral
(Daugirdas, Blake, & Ing, 2007).

Study Kasus

Pasien perempuan 42 tahun, BB 39 kg,


CKD grade V. Hemoglobin 10,5 gr/dl;
Hematokrit 31 %; Leukosit 10.000/ul;
Trombosit 256.000/ul; GDS 123 mg/dL;
Na 135 mmol/l; Kalium 6,9 mmol/l dan
Asam urat 5,4 mg/dL. Ureum 198
mg/dL dan creatin 8,2 mg/dL.

Jenis dialyzer 14L Gambro, time dialysis


4 jam, QB 150 ml/menit, QD 500. Base
Natrium mesin 140 mmol/l. Dialisis dg
bicarbonate. Akses vena femoral
Tekanan darah awal sebelum dialisis
155/90 mmHg. Kondisi hemodinamik
stabil, nadi 82x/menit

Jam kedua dialisis T : 140/85 mmHg


keluhan sementara tidak ada.
Memasuki jam ketiga pasien mengeluh
keringat dingin, mual, pusing, T :
160/100mmHg, N : 103x/menit dan GDS
86 mg/dL.

Advis dokter bolus D40% 25 cc dan


pemberian NaCl 0,9% 150 cc. Setelah
observasi 15 menit T : 150/90, N :
90x/menit, mual dan pusing berkurang.
Memasuki awal jam keempat pasien
gelisah, mengeluh mau muntah dan
pusing hebat.

Advis dokter HD dihentikan. T : 160/105, N :


120x/menit. Pemberian O2 3Lt/menit. Bolus
D40% 25cc. Bolus NaCl 150cc.
Setelah dialisis ureum 89 mg/dL dan creatin
4,5 mg/dL.
GDS 103 mg/dL. Kondisi hemodinamik stabil,
T : 160/90 mmHg, N : 100x/menit. Keluhan
pusing dan mual menurun

Diskusi

Muncul gejala mual, pusing dan keringat dingin


pada kasus diatas harus diperhatikan bahwa
kondisi ini adalah termasuk kegawat
daruratan dialisis.
Diagnosa DDS ini bisa ditegakkan pada kasus
diatas karena: 1) Ureum yang tinggi pada awal
dialisis. 2) Jenis dializer yang besar. 3) Quick
of dialysate 500 ml/menit. 4) Base natrium
tidak dinaikkan. 5) Penurunan ureum lebih dari
40%.

Pemberian glukosa seharusnya diberikan saat


awal dialisis dan natrium dialysate dinaikkan
untuk mencegah terjadinya DDS.
Pada kasus diatas glukosa diberikan saat
sudah ada gejala dan natrium dialysate tidak
dinaikkan.

Penutup

DDS adalah komplikasi yang sangat berbahaya


yang bisa mengakibatkan kematian saat
dialisis.
Anamnese awal untuk pasien resiko terjadi
DDS menjadi tanggung jawab yang harus
dilakukan oleh petugas kesehatan di unit
dialisis.
Pemilihan pasien dengan resiko DDS harus
dilakukann untuk memudahkan dalam
pengaturan program dialisis.

Penanganan yang cepat dan tepat saat terjadi


DDS harus dilakukan dan menjadi kompetensi
wajib yang harus dikuasi bagi petugas di unit
dialisis.
Kerja sama antar disiplin ilmu harus
diterapkan untuk penatalaksanaan DDS tanpa
mengesampingkan informasi dari pasien dan
keluarga untuk menegetahui riwayat
kemungkinan diagnosa differensial DDS.

Terima kasih
Semoga bermanfaat

S-ar putea să vă placă și