Sunteți pe pagina 1din 2

OJK, PENGAWAS BARU PASAR MODAL

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mulai berdiri pada 2013 menggantikan
fungsi Bapepam-LK. Tahun berikutnya, OJK akan mengawasi lembaga perbankan
menggantikan Bank Indonesia. Bagaimana proses pembentukan lembaga super
body ini?
Setahun dari sekarang, kegiatan di pasar modal Indonesia tidak lagi diawasi
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Pengawasan
pasar modal, perbankan dan lembaga keuangan non bank akan menjadi wewenang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Rapat Paripurna DPR RI telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU)
Otoritas Jasa Keuangan menjadi Undang-Undang (UU) pada 27 Oktober lalu. Keputusan
diambil secara aklamasi oleh para wakil rakyat. Pembahasan RUU OJK berlangsung
selama 433 hari, sejak 18 Agustus 2010 hingga finalisasi pada 25 Oktober 2011. Butuh
lima masa sidang untuk membahas pembentukan lembaga superbody ini, yang diiringi
tiga kali permintaan perpanjangan waktu pembahasan untuk menyelesaikan 593 Daftar
Inventarisasi Masalah (DIM).
Sesuai kesepakatan, OJK akan resmi beroperasi mulai 1 Januari 2013. "Kami
mengharapkan dengan disetujuinya RUU tentang OJK ini akan mewujudkan
perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat Indonesia," kata Ketua Panitia
Khusus RUU OJK Nusron saat membacakan laporan pada rapat paripurna DPR RI.
OJK selanjutnya akan menjadi lembaga yang membawahkan pengawasan
perbankan yang selama ini berada di bawah Bank Indonesia (BI) dan lembaga keuangan
di bawah naungan Bapepam-LK. Tugas pengaturan dan pengawasan yang berkaitan
dengan microprudential banking BI harus dialihkan ke OJK pada 2013. Sedangkan tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap lembaga keuangan seperti pasar modal, asuransi,
multifinance, dan dana pensiun harus dialihkan dari Bapepam-LK ke OJK paling lambat
Desember 2012.
Masa transisi dari BI dan Bapepam-LK ke OJK diharapkan berjalan mulus. Para
wakil rakyat dan pemerintah sepakat bahwa segala persyaratan yang dibutuhkan mesti
dipersiapkan dengan cermat, baik menyangkut sumber daya manusia, sistem, dan segala
infrastruktur penunjang.
Menurut Menteri Keuangan Agus D.W Martowardojo, masa transisi adalah masa
di mana fungsi pengawasan jasa keuangan dari Bapepam-LK dan Direktorat Pengawasan
Bank Indonesia akan dilebur secara bertahap, sebelum OJK berdiri permanen. Selama
masa persiapan dan implementasi UU, OJK akan menggunakan anggaran Bapepam-LK
sekitar Rp300 miliar. Setelah peleburan dua otoritas, dan OJK berfungsi secara penuh,
maka lembaga ini akan mengajukan anggaran belanja sendiri dalam rencana kerjanya.
OJK akan mendapat pendanaan dari APBN dan iuran dari lembaga keuangan yang
diawasi.
Menteri Keuangan mengharapkan, dengan terbentuknya OJK, keseluruhan
kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur,

adil, transparan dan akuntabel serta mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
berkelanjutan dan stabil. OJK diharapkan menciptakan stabilitas sistem keuangan
nasional, serta mampu berkoordinasi dengan baik dengan institusi lain yang bersentuhan
dengan sitem finansial.
"Untuk mencapai tujuan tersebut, OJK harus dipastikan merupakan lembaga
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Adapun pemerintah
berpendapat, jabatan ex-officio dibutuhkan untuk menjalin koordinasi dan harmonisasi
kebijakan yang lebih efektif antara OJK dengan otoritas fiskal dan moneter," kata
Menkeu.
Sebagai wakil pemerintah, Menkeu menandaskan, pihaknya memahami bahwa
proses peralihan dari Bapepam-LK dan BI kepada OJK harus dilakukan secara cermat
dan hati-hati untuk mengurangi gejolak yang timbul dalam lingkungan internal institusi
lama maupun industri secara keseluruhan. "Waktu peralihan yang memadai dan langkahlangkah persiapan peralihan yang terstruktur meningkatkan keyakinan akan lancarnya
proses peralihan dari instansi lama ke OJK," ujarnya.
Saat ini, pemerintah dan DPR RI masih membahas komposisi Dewan Komisioner
dalam lembaga pengawasan industri keuangan tersebut. OJK akan dipimpin oleh Dewan
Komisioner yang berasal dari pemerintahmDPR dan profesional. Dalam perkembangan
pembentukan OJK, ada dua opsi terkait dengan Dewan Komisioner. Pertama adalah dua
orang yang berasal dari DPR, dua orang berasal dari pemerintah, dan lima lainnya berasal
dari masyarakat. Opsi kedua adalah dua ex-officio yang berasal dari Kementerian
Keuangan (Kemenkeu) dan Bank Indonesia (BI), serta tujuh dari independen.
Akan dibentuk panitia seleksi dengan dasar keputusan Presiden dan diketuai oleh Menteri Keuangan, untuk
membuat sistem seleksi Dewan Komisioner OJK. Seleksi akan dilakukan dengan mengundang pemerintah, masyarakat
dan akademisi dengan cara diumumkan. Bisa juga dengan cara panitia seleksi secara aktif mencari talenta pengalaman
yang baik untuk menjadi Dewan Komisioner.

Untuk awalnya, menurut Agus Martowardojo, panitia akan menjaring 21 orang


Dewan Komisioner. Nantinya, para peserta ini akan diseleksi Presiden dan akan terpilih
menjadi 14 orang calon untuk dilakukan fit and proper test atau uji kelayakan di DPR RI.
"Nanti fit and proper test DPR akan menetapkan tujuh Dewan Komisioner," jelasnya.
Sedangkan khusus untuk ketua Dewan Komisioner, akan dipilih dari 14 calon
yang diusulkan Presiden. Presiden, kata Agus, akan memilih dua calon yang
direkomendasikan menjadi Ketua. "Salah satu Ketua Komisioner, akan diseleksi pertama
oleh DPR, yang terpilih akan jadi Ketua, yang tidak terpilih boleh jadi Anggota Dewan
Komisioner," ungkapnya.

S-ar putea să vă placă și