Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Steven Johnson merupakan sindrom kelainan kulit pada selaput lendir orifisium
mata gebital. Prediksi : mulut, mata, kulit, ginjal, dan anus. Steven Johnson tersebut
disebabkan oleh beberapa mikroorganisme virus.
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita
dapat soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal
berupa
demam
tinggi,
malaise,
nyeri
kepala,
batuk,
pilek
dan
nyeri
yang hebat, dan ciri-ciri penyakit Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan
badan kemerah-merahan dan Sindrom ini bervariasi ada yang berat dan ada yang
ringan.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan dengan
Kasus Syndrom Steven Johnson
2. TujuanKhusus
Secara khusus '' Asuhan Keperawatan Klien dengan Syndrom Steven Johnson
'', ini disusun supaya :
a. Perawat dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi,
tanda dan gejala, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaa, serta komplikasi dari syndrom steven johnson.
b. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
syndrom steven johnson.
c. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang syndrom
steven johnson pada klien
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
(KONSEP PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN)
A Konsep Penyakit
2.1 Pengertian
1
pada
kulit
berupa
eritema,
vesikel/bula,
dapat
disertai
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di
orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai berat
kelainan
pada
kulit
berupa
eritema
vesikel
bula,
dapat
disertai
Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari
erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis ( Junadi, 1982: 480 )
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk
( Mansjoer, A. 2000: 136 )
2.2 Etiologi
Etiologi SSJ sukar ditentukan dengan pasti karena dapat disebabkan oleh berbagai
faktor,walaupun pada umumnya sering dikaitkan dengan respons imun terhadap
obat.
infeksi (virus,
jamur,
bakteri, parasit),
obat (salisilat,
sulfa,
penisilin,
etambutol,
tegretol,
tetrasiklin,
digitalis,
kontraseptif),
makanan (coklat),
2.3 Patofisiologis
Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi hipersensitif
tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi
yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen.
Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan lisozim dan
menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi
hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali
dengan antigen yang sama kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi
radang (Djuanda, 2000: 147) .
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%) kemudian
disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan dilubang hidung dan anus
jarang (masing-masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Di bibir
kelainan yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius bagian atas dan
esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan.
Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah
konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis purulen,
perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut
dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.
2.5 komplikasi
Bronkopneumonia
(16%),
sepsis,
kehilangan
cairan/darah,
gangguan
Kutaneus timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi kulit
sekunder
Histopatologi
Imunologi
Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri
atau dalam kombinasi
1. Klasifikasi Data
a. Identitas klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Agama
Suku/Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
b. Keluhan Utama
:
:
:
:
:
:
:
:
:
penyakit
yang sama
sebelumnya.
Riwayat pemakaian obat-obatan
d. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pengkajian fisik dengan penekanan khusus:
Ptekie yaitu bercak kecil dan berbatas tajam pada lapisan epidermis
superficial
Lesi sekunder yaitu perubahan kulit yang terjadi karena perubahan pada
lesi primer, yang disebabkan oleh obat, involusi dan pemulihan.
B Diagnosa keperawatan
1. integritas kulit b.d. inflamasi dermis dan epidermis
2. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kesulitan menelan
3. persepsi sensori: kurang penglihatan b.d konjungtifitis
4. nyeri b.d. inflamasi pada kulit
Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. integritas
b.d
kulit NOC :
dermis
epidermis
NIC :
a. Inspeksi adanya
kemerahan,pembengkakan,atau tandatanda dehisensi atau eviserasi pada area
insisi
b. Inspeksi luka/kulit setiap menganti
balutan.
c. Kaji lokasi luka,luas dan kedalaman
luka.
d. Atur posisi untuk mencegah penekanan
pada luka/kulit
e. Konsultasikan pada dokter tentang
implementasi pemberian makanan dan
nutrisi enteral atau parenteral untuk
meningkatkan potensi penyembuhan
luka.
kurang Tujuan :
menunjukkan
asupan
dari
kebutuhan
makanan dan cairan
tubuh
b.d.
cukup adekuat.
kesulitan menelan
2. nutrisi
Intervensi:
a. Kaji
dan
dokumentasikan
derajat
jika
perlu.
b.d
fungsi
motorik
sensorik/kranial
konjungtifitis
Intervensi:
ringan/tidak ada
gangguan.
kamar
pasien
tanpa
memberitahukan pasien.
4. nyeri
inflamasi
kulit
b.d.
pada
a. Melaporkan nyeri
klien.
berkurang
b. Menunjukkan
ekspresi
wajah/postur
tubuh
diterima
ringan
penggunaan
teknik
faktor
memengaruhi
terhadap
lingkungan
yang
respons
pasien
ketidaknyamanan,
misalnya
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat
disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan
umum bervariasi dari baik sampai buruk.( Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 136 ).
Etiologi SSJ sukar ditentukan dengan pasti karena dapat disebabkan oleh berbagai faktor,wal
aupun pada umumnya sering dikaitkan dengan respons imun terhadapobat.Beberapa faktor pe
nyebab timbulnya SSJ diantaranya :
infeksi (virus,
jamur,
bakteri,
parasit),obat ,
kontraseptif),makanan (coklat),fisik.
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari
ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat soporous
sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi,
malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
SARAN
Agar mahasiwa dapat mempelajari dengan benar penyebab dari steven jonson ini dan tahu
bagaimana cara pencegahannya dan
DAFTAR PUSTAKA