Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
3131017
Pancasila & Kewarganegaraan KP-I
Permasalahan:
Amandemen UUD 1945 yang telah dilakukan tentang identifikasi perubahan
kelembagaan, dilakukan sesuai keperluan dan peka zaman. Ini berati aturan yang
dibuat oleh DPR harus sisosialisasikan pada rakyat sebelum disahkan. Apakah sesuai
dengan norma dan sesuai dengan zamannya. Sebelum diamandemen, identifikasi
kelembagaan miliki beberapa tugas yang sangat berbeda pasca amandemen. MPR
misalnya, lembaga ini miliki tugas dengan kewanangan tak terbatas. Bisa dibilang
yakni superpower. Salah satu tugas MPR sebelum amandemen yakni memilih
presiden. Dalam praktek kenegaraan, MPR bisa memilih presiden untuk seumur
hidup. Presiden terpilih ini bisa dipilih secara terus menerus hingga tujuh kali.
Dengan amandemen yang ke-4, kewenangan di atas secara otomatis luntur. MPR
dihilangkan kewenangan supremasinya, menghilangkan kewenangan menetapkan
GBHN, menghilangkan kewenangan memilih presiden (dipilih rakyat), dan namun
tetap miliki kewenangan menetapkan dan mengubah UUD. Dalam kurun waktu 1999
hingga 2002, UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan atau amandemen.
Perubahan ini ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR. Perubahan
pertama pada Sidang Umum MPR 1999, perubahan kedua pada Sadang tahunan MPR
2000, amandemen ketiga pada Sidang Tahunan MPR 2001, dan amandemen ke-4
pada Sidang Tahunan MPR 2002. Amandemen atau perubahan yang ada dilakukan
guna mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia. Sesuai tertulis di awal, amandemen ini dilakukan agar tidak menyimpang
dan disesuaikan dengan kondisi zamannya.
Teori:
Sebelum adanya amandemen Undang-Undang Dasar 1945, pemilihan
presiden dilakukan dengan cara penunjukkan oleh MPR dan dapat dipilih sebanyak 7
kali, tetapi pada pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi presiden dan wakil
presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan, yang berarti pemilihan
presiden sudah tidak lagi ditunjuk oleh MPR dan diganti menjadi pemilihan umum
yang dilakukan 5 tahun sekali sehingga masa jabatan yang sama hanya diperoleh
maksimal 2 kali bukan 7 kali lagi.
Pembahasan:
Pada permasalahan diatas MPR yang memiliki kewenangan secara supremasi,
setelah amandemen UUD 1945 dihilangkan kewenangannya dan dipindahkan
fungsinya ke DPR tetapi dengan kewenangan yang berbeda dengan MPR. Hal ini
menunjukkan bahwa dahulu sebelum amandemen, adanya kepentingan politik dan
adanya kekuatan yang dapat merubah pemerintahan. Pada era orde baru rakyat tidak
dilibatkan secara umum, akibatnya rakyat hanya bisa melihat pemerintahan tidak
dapat ikut campur dalam pemerintahan. Dengan adanya amandemen rakyat Indonesia
lebih bisa mengutarakan suaranya dengan lebih demokratis dengan sistemnya dari
rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat. Amandemen UUD 1945 juga dilakukan untuk
menghilangkan presepsi akan pasal yang mengandung banyak arti sehingga perlu
adanya amandemen untuk membenarkan hal tersebut.
Kesimpulan:
Amandemen UUD 1945 diperlukan untuk mengubah pandangan orde baru
yang lebih bersikap diktator ke masyarakat yang demokratis, amandemen UUD 1945
merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mengubah lembaga MPR yang lebih
memiliki superpower , untuk lebih mementingkan kepentingan rakyat dalam hal
pemilihan umum dan lainnya. Perlu adanya batasan lembaga yang menaungi rakyat,
kita semua harus mengetahui bahwa rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi,
jadi sudah menjadi semestinya amandemen UUD 1945 menjadi hal yang perlu untuk
menjadikan masyarakat Indonesia lebih demokratis.
Daftar Pustaka:
Aziz, Ibnu. Amandemen UUD 1945 tentang Identifikasi Perubahan Kelembagaan.
25
Oktober
2013.
http://sidomi.com/229939/amandemen-uud-1945-tentang-
identifikasi-perubahan-kelembagaan.
Anonim. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 18
November
http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/uud1945.pdf
2008.