Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini menguraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan CVA infark (Cerebro Vascular Accident Infark. Konsep
penyakit menguraikan
awalnya timbul mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologi fokal atau global
yang berlangsung 24 jam terjadi karena trombositosis dan emboli yang
menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah
yang menuju otak (Suzzane, 2002: 2131).
2.1.2
yang terlepas dan menyumbat system arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan emboli :
1) Penyakit jantung reumatik
2) Infark miokardium
3) Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-gumpalan
kecil yang dapat menyebabkan emboli serebri.
4) Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endocardium.
5) Diabetes milletus
6) Obesitas
7) Kolesterol meningkat
8) Gaya hidup yang tidak baik
(Muttaqin, 2008:234)
2.1.3
Penatalaksanaan medis
Pasien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45. Kematian
terpilih,
seperti
Penisilin
diberikan
secara
intramuskular 2x600.000 unit sehari. Penisilin diberikan selama sekurangkurangnya seminggu sampai pasien tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga
hari dan tidak ada komplikasi lain. Pasien dengan abses paru dan empiema
memerlukan antibiotik lebih lama. Untuk pasien yang alergi terhadap Penisilin
dapat diberikan Eritromisin. Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia karena
banyak yang resisten.
Pemberian Sefalosporin harus hati-hati untuk pasien yang alergi terhadap
Pensilin, karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama dari tipe
anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian Pensilin, suhu, denyut nadi,
frekuensi pernapasan menurun serta nyeri pelura menghilang. Pada 20% pasien,
demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi (Muttaqin,
2008).
2.2
bangsa,
: -Merasa kesulitan
aktivitas
karena
untuk malakukan
kelemahan,
kehilangan
10
polisitemia,
riwayat
hipotensi
postural.
Tanda
(karena
Tanda
5. Eliminasi
Gejala
6. Makanan/ Cairan
11
Gejala
muntah
selama
fase
akut
(peningkatan TIK)
-Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada
lidah, pipi dan tenggorok, disfagia.
Tanda
7. Neurosensori
Gejala
berat dengan
atau sub
arachnoid.
-Kelemahan/
kesmutan/
kebas
(biasanya
kehilangan
daya
lihat
sebagian,
Hilangnya
(pada
rangsang
isis
tubuh
sensorik
yang
berlawanan) pada ekstermitas dan kadangkadang pada ipsilateral (yang satu sisi) pada
wajah.
-Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
12
Tanda
penurunan
memori,
pemecahan
tidak
sama,
reflex
tendon
masuknya
rangsang
visual,
kemampuan
menggunakan
13
8. Nyeri/ kenyamanan
Gejala
Tanda
9. Pernapasan
Gejala
Tanda
-Ketidakmampuan
menelan/
batuk/
pernapasan
sulit
dan
atau
takteratur.
-Suara napas terdengar / ronchi (aspirasi
sekresi).
10. Keamanan
Tanda
-Motorik
sensorik:
Masala
dengan
penglihatan.
-Perubahan sensori terhadap orientasi tempat
tubuh (stroke kanan). Kesulitan untuk melihat
objek dari sisi kiri (pada stroke kanan). Hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang
sakit.
14
kebutuhan
nutrisi
sendiri
(mandiri).
-Gangguan dalam memutuskan, perhatian
sedikit terthadap keamanan, tidak sabar/
kurang kesadaran diri (stroke kanan)
1) Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala
Pertimbangan
15
tempat
transisi
sebelum
kembali
ke
lingkungan rumah.
1) Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan pneumonia merupakan
pemeriksaan fokus, berurutan, pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris.
Pada pasien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan
frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan
Intercostal Space (ICS).
Batuk dan sputum. Saat ini dilakukan pengkajian batuk pada pasien
dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai
dengan adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang
purulen.
2) Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior atau ekskrusi pernapasan. Pada
palpasi pasien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas
biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri.
Getaran suara (fremitus vokal). Taktil fremitus pada pasien dengan
pneumonia biasanya normal.
3) Perkusi
Pasien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Bunyi redup perkusi pada pasien dengan pneumonia didapatkan
apabila bronchopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).
4) Auskultasi
Pada pasien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah
dan bunyi napas tambahan ronchi basah pada sisi yang sakit. Penting
bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi
di daerah mana didapatkan adanya ronchi.
2. B2 (Blood)
Pada pasien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:
Inspeksi
: Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
Palpasi
: Denyut nadi perifer melemah
Perkusi
: Batas jantung tidak mengalami pergeseran
16
Setelah
data
dikelompokkan,
maka
perawat
dapat
17
berhubungan
dengan
kelemahan
fisik
18
batuk
catat area penurunan
terjadi pada area konsolidasi
efektif
atau taka da aliran
dengan cairan. Bunyi napas
2. Pernapasan
udara, dan bunyi napas
bronkial (normal pada bronkus)
pasien
adventisius, misalnya
dan mengi terdengar pada
normal (16krekels, mengi
inspirasi dan atau ekspirasi pada
20 x/menit)
respon terhadap pengumpulan
tanpa ada
cairan, sekret kental, dan spasme
penggunaan
jalan napas atau obstruksi
alat bantu
6. Bantu pasien latihan 6.
Napas dalam memudahkan
napas
napas dalam yang
ekspansi maksimum paru-paru
3. Bunyi
sering. Tunjukkan atau
atau jalan napas lebih kecil.
napas
bantu
pasien
Batuk
adalah
mekanisme
normal,
mempelajari
pembersihan jalan napas alami,
ronchi -/melakukan
batuk,
membantu
silia
untuk
4. Pergerakan
misalnya
menekan
mempertahankan jalan napas
pernapasan
dada dan batuk efektif
paten. Penekanan menurunkan
normal
ketidaknyamanan dada dan posisi
duduk memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan lebih kuat
7. Berikan
posisi 7.
Memaksimalkan ekspansi
semifowler
paru dan menurunkan upaya
bernapas dan meningkatkan
gerakan sekret ke jalan napas
besar untuk dikeluarkan
8. Berikan
cairan 8.
Cairan (khususnya yang
sedikitnya
2.500
hangat)
memobilisasi
dan
cc/hari
(kecuali
mengeluarkan sekret
kontraindikasi).
Tawarkan air hangat,
daripada dingin
9. Berikan
cairan 9.
Cairan diperlukan untuk
tambahan, yaitu IV dan
menggantikan
kehilangan
oksigen
(termasuk yang tak tampak), dan
memobilisasi sekret
10.Berikan obat sesuai 10.
Alat untuk menurunkan
indikasi: mukolitik
spasme
bronkus
dengan
mobilisasi sekret
11. Penghisapan sesuai 11.
Merangsang
indikasi
batuk/pembersihan jalan napas
secara mekanik pada pasien yang
tak mampu melakukan batuk
efektif/penurunan
tingkat
kesadaran
Perencanaan diagnosa keperawatan 2
Tabel 2.3 Perencanaan diagnosa: kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi)
19
20
tambahan/menghilang
kannya, suhu ruangan
nyaman,
kompres
hangat/dingin
8. Pertahankan istirahat 8. Mencegah terlalu lelah dan
dan tidur. Motivasi
menurunkan
menggunakan teknik
kebutuhan/konsumsi
oksigen
relaksasi dan aktivitas
untuk memudahkan perbaikan
senggang
infeksi
9. Tinggikan kepala dan 9. Tindakan ini meningkatkan
motivasi
sering
inspirasi
maksimal,
mengibah
posisi,
meningkatkan
pengeluaran
napas dalam, dan
sekret
untuk
memperbaiki
batuk efektif
ventilasi
10.
Berikan
terapi 10. Terapi
oksigen
dapat
oksigen
sesuai
mengoreksi hipoksemia yang
kebutuhan tambahan
terjadi
akibat
penurunan
ventilasi/menurunnya
permukaan alveolar paru
Perencanaan diagnosa keperawatan 3
Tabel 2.4: Perencanaan diagnosa: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik (ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen) (Tamsuri, 2008: 60)
Tujuan
dan Rencana Tindakan
Rasional
kriteria hasil
Tujuan:
1. Observasi frekuensi 1. Mengidentifikasi
Dalam waktu
nadi
dan
napas
kemajuan/penyimpangan dari
3x24
jam
sebelum dan sesudah
sasaran yang diharapkan
setelah
aktivitas
dilakukan
asuhan
keperawatan
Kriteria hasil:
1. Pasien
dapat
meningkatk
an toleransi
terhadap
aktivitas
2. Pasien
dapat
melakukan
2. Tunda aktivitas jika 2. Gejala
tersebut merupakan
aktivitas,
frekuensi nadi dan
tanda
adanya
intoleransi
dapat
napas
meningkat
aktivitas. Konsumsi oksigen
berjalan
secara cepat dan
meningkat
jika
aktivitas
21
lebih jauh
tanpa
mengalami
napas
tersengalsengal,
sesak
napas, dan
kelelahan
3. Melaporkan
tak
adanya/pen
urunan
dispnea
4. Pasien
menunjukk
an tidak ada
gejala
distres
pernapasan
5. Menunjukk
an
perbaikan
ventilasi
dan oksigen
jaringan
adekuat
dengan gas
darah arteri
dalam
rentang
normal
pasien
mengeluh
meningkat dan daya tahan tubuh
sesak
napas
dan
pasien dapat bertahan lebih
kelelahan, tingkatkan
lama jika ada waktu istirahat di
aktivitas
secara
antara aktivitas
bertahap
untuk
meningkatkan
toleransi
3. Bantu pasien dalam 3. Membantu
menurunkan
melaksanakan
kebutuhan
oksigen
yang
aktivitas
sesuai
meningkat akibat peningkatan
dengan kebutuhannya.
aktivitas
Beri pasien waktu
beristirahat
tanpa
diganggu
berbagai
aktivitas
4. Pertahankan
terapi 4. Aktivitas fisik meningkatkan
oksigen
selama
kebutuhan oksigen dan sistem
aktivitas dan lakukan
tubuh
akan
berusaha
tindakan pencegahan
menyesuaikannya. Keseluruhan
terhadap komplikasi
sistem
berlangsung
dalam
akibat imobilisasi jika
tempo yang lebih lambat saat
pasien
dianjurkan
tidak ada aktivitas fisik (tirah
tirah baring lama
baring). Tindakan perawatan
yang
spesifik
dapat
meminimalkan
komplikasi
imobilisasi
5. Berikan lingkungan 5. Menurunkan
stres
dan
tenang dan batasi
rangsangan
berlebihan,
pengunjung
selama
meningkatkan istirahat
fase
akut
sesuai
indikasi.
Motivasi
penggunaan
manajemen stres dan
pengalih yang tepat
6. Jelaskan pentingnya 6. Tirah baring dipertahanakan
istirahat
dalam
selama
fase
akut
untuk
rencana pengobatan
menurunkan
kebutuhan
dan
perlunya
metabolik, menghemat energi
keseimbangan
untuk
penyembuhan.
aktivitas dan istirahat
Pembatasan aktivitas ditentukan
dengan respon individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan
kegagalan pernapasan
7. Bantu
aktivitas 7. Meminimalkan kelelahan dan
perawatan diri yang
membantu keseimbangan suplai
diperlukan. Berikan
dan kebutuhan oksigen
kemajuan
peningkatan aktivitas
22
selama
penyembuhan
fase
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
tujuan. Catatan perkembangan berisikan perkembangan atau kemajuan dari tiaptiap masalah
yang telah dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang
Edema
trakeal/faringeal
Penurunan jaringan
Reaksi sistemik:
produksi sputum
alveolar-kapiler
Sesak napas,
Penurunan
Sedangkan
evaluasi
disebutototjuga sebagai
evaluasi hasil, evaluasi
umum
Sesak
napas sumatif bisa
penggunaan
akhir atau kemampuan
evaluasi jangka panjang.
Evaluasi
pada
tindakan
Intake nutrisi
tidakakhir
adekuat
napas tidak
efektif ini dilakukan
batuk efektif
keperawatan paripurna dan menjadi suatu metode dalam
Tubuh memonitor
makin kurus kualitas dan
efisiensi tindakan yang diberikan. Beberapa acuan progress
note dapat
digunakan
Ketergantungan
aktivitas
seharihari
Ketidakefektifa
Gangguan
salah satunya
SOAP. S merupakan
data subyektif, O merupakan data obyektif, A
n bersihan
pertukaran gas
merupakan analisa/assesment
dan P merupakan plan.Kurangnya pemenuhan istirahat
jalan napas
dan tidur
2.3
2.3.1
Kecemasan
Pemenuhan informasi
23
24