Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa.
Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit,
lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas
disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada
laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME.
Sumijati, 2000;72-73)
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan
Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden
kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang
dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien
kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di
atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan
kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya
cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) .
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan
bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk
berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan
asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek
promotif,
preventif,
kuratif
dan
rehabilitatif
secara
terpadu
dan
2
secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang
demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien
dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,
memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan
kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat karya
tulis dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Anak A dengan Kejang
Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.2
Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang penulis miliki , maka penulis
membatasi permasalahan Asuhan Keperawatan pada Anak A dengan
Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Diperolehnya pengetahuan atau gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan
pada kasus Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.1.1 Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data
obyektif pada pasien dengan kejang demam.
1.3.1.2 Mampu menganalisa data yang diperoleh
1.3.1.3 Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada pasien dengan kejang demam
1.3.1.4 Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan kejang
demam
1.3.1.5 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ditentukan.
1.3.1.6 Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1
Bagi penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tantang kejang demam pada anak
dengan menggunakan asuhan keperawatan.
1.4.2
Bagi institusi
1.4.2.1 Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan perbandingan pada
penanganan kasus keperawatan.
1.4.2.2 Menghasilkan ahli madya kebidanan sebagai bidan profesional yang memiliki
pengetahuan yang memadai sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan.
3
1.4.3
Bagi klien
Memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada keluarga tentang perawatan
anak dengan kejang demam.
1.4.4
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta menjaga dan
meningkatkan pelayanan kepada mesyarakat, khususnya asuhan keperawatan dengan
kejang demam.
1.5 Metode Penulisan
1.5.1
Metode Penyusunan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisan
deskriptif observasional dalam bentuk studi kasus yaitu metode yang dibuat
berdasarkan keadaan sebenarnya dan tertuju pada pemecahan masalah.
1.5.2
1.5.2.1 Wawancara : suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab
yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
1.5.2.2 Pemeriksaan fisik : data yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1.5.2.3 Dokumenter : suatu cara untuk memperoleh data dengan melihat data yang
sudah ada dalam status klien, catatan medik maupun dari hasil pemeriksaan
laboratorium.
1.5.2.4 Studi kepustakaan : mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku-buku
yang terkait dengan kasus kejang demam.
1.5.2.5 Studi lapangan : mengumpulkan data melalui wawancara dan pemeriksaan
fisik pada pasien dengan kejang demam.
1.5.3
Sumber Data
4
1.6
1.6.1 Lokasi
Lokasi pelaksanaan Asuhan Keperawatan dalam penyusunan karya tulis
dilakukan di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.6.2
Waktu
Penyusunan karya tulis ini dibuat dari mulai tanggal 8 September 2001
sampai dengan 30 September 2001.
1.7
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan, lokasi dan waktu, sistematika penulisan.
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Terdiri dari konsep dasar teori kejang demam, konsep dasar asuhan
keperawatan pada anak dengan kejang demam yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Bab 3 : Tinjauan Kasus
Meliputi pengkajian, analisa data, rumusan diagnosa keperawatan,
rencana/perencanaan,
pelaksanaan,
dan
evaluasi
serta
catatan
perkembangan.
Bab 4 : Pembahasan
Pembahasan mengenai kesenjangan yang penulis jumpai antara teori
dan fakta yang ditemukan selama pelaksanaan asuhan keperawatan.
Bab 5 : Simpulan dan Saran
Terdiri
dari
simpulan
dan
saran
khususnya
dalam
rangka
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Batasan/Pengertian
Batasan/pengetahuan
dari
karya
tulis
dengan
judul
Asuhan
Asuhan adalah bantuan yang dilakukan bidan kepada individu, pasien atau
kliennya (Santoso. NI, 1989 : 3)
2.1.2
2.1.3
2.1.4
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu
meningkat disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Darto suharso, 1994:
148).
2.2
2.2.1
Pengertian
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
2.2.2
Etiologi
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan
syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll
2.2.3
Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
6
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat
pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1.3.1
1.3.2
1.3.3
aktifitas
Prognosa
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik
dan tidak perlu menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah
menderita kejang demam tergantung faktor :
1.4.1
1.4.2
1.4.3
7
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di
kemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %,
dibanding bila hanya terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut,
serangan kejang tanpa demam 2%-3% saja (Consensus Statement on
Febrile Seizures 1981).
2.2.5
Manifestasi Klinik
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonikklonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.
Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi
setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.
Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone
dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana,
yaitu :
1.5.1
1.5.2
1.5.3
1.5.4
1.5.5
1.5.6
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan
1.5.7
Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali
2.2.6
Penatalaksanaan Medik
Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu
dikerjakan, yaitu :
1.6.1
1.
rata
dosis rata-
0,3 mg/kg
Atau
dosis 10 kg : 5 mg
diazepam rectal
bila kejang tidak berhenti
10 kg : 10 mg
8
tunggu 15 menit
dapat diulang dengan cara/dosis yang sama
kejang berhenti
berikan dosis awal fenobarbital
dosis : neonatus
: 30 mg I.M
1 bulan 1 tahun
: 50 mg I.M
1 tahun
: 75 mg I.M
2.
Bila
diazepam
tidak
tersedia,
langsung
memakai
Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1. Semua pakaian ketat dibuka
2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen
1.6.3
Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari
pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.
1.6.4
2.3
2.3.1
Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.
(Santosa. NI, 1989, 154)
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan
sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan
menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang
9
meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data
didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien
dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan data melalui
observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi),
wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang
diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang
lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat
kabar).
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
2.3.1.1 Data subyektif
1. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial
anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, alamat.
2. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
Apakah betul ada kejang ?
Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan
gerakan kejang si anak
Apakah disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka
diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya
bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam..
Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu
berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui
kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.
Pola serangan
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola
serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti
epilepsi mioklonik ?
Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan
kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
10
Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara
tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang
terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun.
Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada
umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu
yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit
kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya.
Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur,
kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
10
11
setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang
dapat menimbulkan kejang.
6. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan
kemampuan
mandiri,
bersosialisasi,
dan
berinteraksi
dengan
lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan
koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
7. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita
kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular
yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
8. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji
siapakah yanh mengasuh anak ?
Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
9. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan
medis ?
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
Pola nutrisi
11
12
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan
anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
Pola Eliminasi :
BAK : ditanyakan
frekuensinya,
jumlahnya,
secara
makroskopis
2.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk
kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubunubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau
belum ?.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan
rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
12
13
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke
sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah
ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan
napas ? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan
lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada
caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi
faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah
pembesaran vena jugulans ?
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah
bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus?
Adakah pembesaran lien dan hepar ?
13
14
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah
terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tandatanda infeksi ?
2.3.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Tergantung
sarana
yang
tersedia
dimana
pasien
dirawat,
pemeriksaannya meliputi :
1. Darah
Glukosa Darah
BUN
indikasi
nepro
toksik
akibat
dari
pemberian obat.
Elektrolit
: K, Na
Ketidakseimbangan
elektrolit
merupakan
predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 144 meq/dl )
2.
3.
Skull Ray :
4.
Tansiluminasi
5.
EEG
14
15
6.
CT Scan :
Untuk
mengidentifikasi
lesi
cerebral
infaik
Kemungkinan
Pengelompokan Data
Penyebab
Hipertemia
- 37,5 C(anak)
Masalah
Resiko ke-jang
berulang
Gangguan metabolisme
otak
N 110-120x/menit (bayi)
N 100-110x/menit (1 th )
Perubahan
netron
demam
natrium
ningkat
Kejang
(M.E. Sumijati,
2000;103)
- Capek
Resiko trauma
- Kelelahan
Kejang
- Nyeri otot
- Penurunan kesadaran
Berkurangnya
koordinasi otot
15
fisik
16
- Hasil laboratorium glukosa
trauma fisik
- Elektrolit abnormal
(ME. Sumijati,
2000;103)
K : N 3,80-5,00 meq/dl
3
Gangguan rasa
> 37,5 C
nyaman
Kuman penyakit
infeksi
Thermoregulasi
kencing, pencernaan.
(Hipothalamus)
tak efektif
terganggu
4
hipertermi
Kurangnya
pengetahuan
pengobatan dan
Kurangnya atau
perawatannya
keterbatasan informasi
keluarga
sering bertanya
(Ngastiyah, 1997:230)
2.3.3
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti
tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
Suhu meningkat
2.
Kurangnya
pengetahuan
keluarga
berhubungan
dengan
keterbatasan
Perencanaan
16
17
Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan
dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan
kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan
keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)
2.3.4.1 Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi.
Tujuan
Kriteria hasil :
1.
2.
3.
4.
5.
Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
17
18
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
Rencana Tindakan :
1.
Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang
rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
2.
3.
4.
5.
6.
Kriteria hasil
Rencana Tindakan :
1. Kaji faktor faktor terjadinya hiperthermi.
Rasional
: mengetahui
penyebab
penambahan
terjadinya
pakaian/selimut
hiperthermi
dapat
karena
menghambat
18
19
4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak .
Rasional
5. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
Rasional
Kriteria hasil :
1.
2.
3.
Rencana Tindakan :
1.
2.
3.
4.
19
20
4. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu
dimasukkan ke mulut.
5. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat
tunggu sampai keadaan tenang.
6. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak
minum
7. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
Rasional
5.
Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak
panas.
Rasional
6.
Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan
menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular
sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional
7.
2.3.5
Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi
dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
2.3.6
Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
( Santosa.NI, 1989;162).
Tabel 2.2 Evaluasi Pada Kasus Kejang Demam
20
21
NO.
1.
Diagnosa/Masalah
Potensial kejang berulang berhu- Klien
bungan dengan hiperthermi.
tidak
Evaluasi
mengalami
kejang
Potensial
terjadi
trauma
Suhu : 36 37,5 C
Kesadaran : composmentis
Kriteria :
-
Mempertahankan
yang
tindakan
mengontrol
aktivitas
Mengidentifikasi
tindakan
kejang.
-
terjadi kejang.
Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
4.
RR
: 24 28 kali/menit
Kesadaran : composmentis
keluarga
bertambah
Keluarga
mentaati
proses perawatan.
21
setiap
22
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pada bab 3 ini melaksanakan asuhan keperawatan pada anak A
dengan diagnosa medis kejang demam + faringitis di ruang anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
3.1
Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh Kurnia Yuliastutik pada tanggal 8 September 2001
jam 11.00 WIB.
3.1.1
Data Subyektif
3.1.1.1 Biodata/Identifitas
Nama anak
: An A
Umur
: 15 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Nomor Register
: 10082571
Lahir
: Normal (Spontan B)
Tanggal MRS
Nama Ibu
: Ny. H
Umur
: 29 tahun
Agama
: Katolik
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: -
Penghasilan
: -
Alamat
Nama Ayah
: Tn. B
Umur
: 31 tahun
Agama
: Kristen
Suku/Bangsa
: Batak/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Penghasilan
: Rp 500.000/bulan
Alamat
22
23
2. Natal
3. Post Natal : bayi sehat, menetek kuat, tidak ada kelainan, tali pusat lepas
hari ke 7.
3.1.1.5 Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap.
Reaksi setelah mendapat imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang,
sembuh dengan meminum obat yang diberikan petugas kesehatan.
3.1.1.6 Riwayat Perkembangan Anak
23
24
1. Riwayat personal sosial :
Anak mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak masih
ngompol dan belum bisa memberi tahu orang tua bila ingin BAK/BAB.
2. Gerakan motorik kasar : anak sudah bisa berjalan, mendorong, dan
menarik kursi, dapat mengerjakan perintah secara sederhana.
3. Gerakan motorik halus : anak bisa memegang pensil dan mencoret-coret.
4. Bahasa : anak sudah bisa bicara beberapa kata, misalnya : mama, papa,
memanggil kakaknya (Iza), dan memanggil binatang peliharaan (anjing),
minum, dll.
Kesimpulan : Tidak ada kelainan dalam perkembangan.
3.1.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah
Ibu
Anak : kakaknya menderita sakit batuk dan pilek selama satu minggu
3.1.1.8 Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh ibu sendiri, di rumah tidak ada pembantu ataupun orang
lain.
2. Hubungan dengan anggota keluarga baik: anak sangat dekat dan manja
dengan ibunya. Biasanya anak bermain bersama kakak apabila ditinggal
ibu memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Kakaknya berusia 9
tahun, sudah kelas 4 SD.
3. Hubungan dengan teman sebaya : anak lebih banyak bermain di rumah
bersama ibunya. Kadang-kadang anak bermain dengan teman sebayanya
yang dekat dengan rumahnya.
4. Pembawaan secara umum
Anak tampak gelisah dan rewel, kadang-kadang menangis minta
digendong, anak sangat manja kepada ibunya.
3.1.1.9 Pola Kebiasaan dan Fungsi
1. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Sebelum sakit : mandi 2 kali/hari, keramas 2 kali/minggu, ganti celana
setiap ngompol, baju ganti tiap pagi dan sore.
24
25
Setelah sakit
Keluarga sangat khawatir saat anaknya kejang karena selama ini tidak ada
keluarga yang kejang. Keluarga tidak tahu cara pencegahan dan
pertolongan kejang. Kalau anak sakit biasanya dibawa ke dokter atau
rumah sakit bila setelah diberi obat paracetamol atau bodrexin tidak
sembuh. Anak bila sakit rewel, sering minta digendong. Anak tampak
takut bila ada petugas kesehatan yang akan melakukan perawatan/
tindakan medik.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : makan 3-4 kali/hari, dengan porsi satu mangkuk kecil
habis,
tidak
ada
pantangan
dalam
makanan,
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAK 4 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada.
BAB lancar setiap pagi hari, konsistensi lembek, warna
kuning.
Selama sakit
25
26
5. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : tidur malam antara jam 20.00 05.00 WIB, siang tidur
antara jam 12.00 15.00 WIB, terbangun bila ngompol.
Selama sakit
3.1.2
Data Obyektif
: composmentis
3. Tekanan darah
:-
Nadi
: 132 kali/menit
Respirasi
: 30 kali/menit
Suhu
: 38,2 C
4. BB / TB
Status gizi
: 9 kg / 77 cm
: 2n + 8
2(1,5) + 8 = 11 kg
9/11 x 100 % = 81,8 % (gizi kurang)
26
27
Bentuk normal, tidak terdapat epistaksis, nampak keluar sekret
berwarna kental dan jumlahnya sedikit, tidak ada polip, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
6. Telinga
Simetris kanan dan kiri, pendengaran normal, tak tampak keluar cairan.
7. Mulut
Simetris, tak tampak cyanosis, gigi berjumlah 8 buah, tak ada karies, lidah
bersih, tidak terdapat stomatis, tak ada strismus, bibir tampak kering dan
pecah-pecah
8. Tenggorokan
Tonsil tak tampak kemerahan dan tak tampak pembesaran, faring tampak
kemerahan, tak ada eksudat.
9. Leher
Tak ada kaku kuduk, tak ada pembesaran kelenjar tiroid, tak ada
pembesaran vena jugularis, tak ada pembesaran kelenjar getah bening.
10. Dada / Thorax
Lingkar dada 46 cm, bentuk dada normal, tak ada refraksi intercostal,
tidak terdapat ronchi, tak ada wheezing, pernaasan cepat dan iramanya
teratur.
11. Jantung
Detak jantung normal dan frekwensinya teratur
12. Abdomen
Turgor kulit cukup, tak ada meteorismus, keadaan lien dan hepar normal,
tidak teraba benjolan / tumor, gerak peristaltik normal.
13. Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit
teraba panas.
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas
Ekstrimitas bawah
15. Genetalia
Vulva :
27
28
Anus :
3.1.3
Pemeriksaan Penunjang
Leukosyt
Trombosyt
PCV
Elektrolit
LP (lumbal pungsi)
Keluarga
menolak
walaupun
sudah
Data Lain
Therapi yang diberikan :
8-9-2001
: Ampicilin 3x300 mg IV
Paracetamol 3x100 mg P.O
Diazepam 2,7 mg IV (bila kejang)
Infus D5 S 500 cc/24 jam.
3.2
No
1
Pengelompokan data
Tanggal 8-9-2001
gangguan metabolisme
otak
Perubahan
keseimbangan dari sel
O : keadaan composmentis
neuron
Tanda vital :
S : 38,2 C
N : 132x/mnt
RR : 30x/mnt
28
ulang
29
Kulit terasa panas, akral
kejang
Natrium : 133
meq/L (N : 135-
144)
Tanggal 8-9-2001
Proses penyakit
(faringitis)
2 sendok, lalu
dimuntahkan, anak
sering menetek, dan
minum air putih + 4 6x/100cc
O : turgor kulit cukup, wajah
dan telapak tangan tidak
pucat. Konjungtiva tidak
29
Gangguan
pemenuhan nutrisi
30
anemis.
BB : 9 kg (N : 11 kg)
Status gizi kurang
3
Lila : 14 cm
Tanggal 8-9-2001 jam 11.00
WIB
Kurangnya atau
Kurangnya
keterbatasan informasi
sering bertanya
pengetahuan
padahal sebelumnya
anak tidak pernah kejang
dan panasnya belum
turun setelah diberi obat
penurun panas.
O : Ibu tampak khawatir
dengan keadaan
anaknya. Ibu sering
bertanya tentang keadan
anaknya dan setiap
tindakan yang akan
dilakukan.
3.3
Diagnosa Keperawatan
Dari analisa dan sintesa data di atas maka dapat diambil diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
3.3.1
3.3.2
3.3.3
3.4
Perencanaan
Tabel 3.1 Perencanaan Pada Kasus Kejang Demam
No.
Rencana
Rasional
30
31
1
Suhu
tubuh
normal
(36-
37,5oC)
-
RR (24-28 x /mnt)
Kesadaran composmentis
Rencana :
1. Proses
1. Longgarkan
pakaian,
pakaian
yang
tipis
berikan
menyerap
keringat
konveksi
akan
panas
secara
konduksi
3. Saat demam kebutuhan akan
cairan
tubuh
semakin
meningkat
4. Pemantauan
menentukan
yang
teratur
tindakan
yang
metabolisme
sehingga
anti
piretika
dan
hipotalamus
dan
sebagai
propilaksis
7. Menjaga
31
kebersihan
kelembaban bibir
dan
32
membersihkan
daerah
bibir
BB anak meningkat
Rencana :
penyebab
gangguan
bagi
tubuh
dan
cara
mengatasinya
porsi
kecil
dan
frekuensinya sering
-
berikan
pasi
ditambah
fungsi
dependen
pemberian diit :
TKTP 900 kalori, 20 gr protein
PASI 6 x 100 cc
4. Mengetahui
keseimbangan
32
33
hari
3
tentang
penyakit
pengetahuan
keluarga
Rencana :
1. Kaji
tingkat
pengetahuan 1.
keluarga
Mengetahui
sejauh
pengetahuan
yang
keluarga
dan
mana
dimiliki
kebenaran
Agar
keluarga
dapat
dilakukan
keluarga
lebih
kooperatif
3. Berikan health education cara 3.
menolong
anak
kejang
dan
mencegah kejang :
kepala dimiringkan
33
dalam
masalah kesehatan
mengatasi
34
kain bersih
-
sadar
segera
kejang ulang
Sebagai
upaya
preventif
sehingga
tidak
keluarga
informasi
agar 6.
Imunisasi
pada
memberikan
petugas
imunisasi
bahwa
anaknya
pernah
mendapat
serangan
kejang
sehingga
34
yang
dapat
kejang ulang
pertusis
reaksi
panas
menyebabkan
57
35
3.5 Pelaksanaan
Tabel 3.3 Pelaksanaan Pada Kasus Kejang Demam
Tanggal / Jam
Pelaksanaan
35
36
Tanggal 8-9-2001
1.
Melonggarkan
pakaian
pakaian,
berikan
yang
mudah
tipis
menyerap keringat
Jam 11.31 WIB
2.
3.
pasi
anak
menolak
(dimuntahkan)
Jam 11.35 WIB
4.
RR : 30x/mnt
Taxila : 38,2oC
Jam 11.40 WIB
5.
6.
Memberikan
antipiretika
Terapi :
-
dan
7.
Memberikan
health
education
ganggguan
Memberikan
penjelasan
keluarga
tentang
gangguan
pemenuhan
pada
penyebab
nutrisi,
36
37
Jam 11.50 WIB
cara mengatasinya
2.
Memberikan
health
education
porsi
kecil
dan
frekuensinya sering
-
dimuntahkan
5.
BB : 9 kg
Masalah : Kurangnya pengetahuan
keluarga
tentang
penyakit
berhubungan
dengan
keterbatasan
tingkat
pengetahuan
informasi.
Jam 11.55 WIB
1.
Mengkaji
keluarga.
2.
Memberikan
penjelasan
tentang
anak
kejang
dan
mencegah kejang :
1. Jangan panik saat kejang
2. Baringkan anak di tempat rata
dan lembut.
3. Kepala dimiringkan.
4. Pasang batang sendok di mulut
yang
37
telah
dibungkus
kain
38
bersih.
5. Setelah kejang berhenti dan
anak sadar segera minumkan
obat
dan
tunggu
sampai
keadaan tenang.
6.
Jika
suhu
tinggi,
lakukan
penderita
penyakit
6. Memberitahukan
keluarga
agar
kejang
sehingga
imunisasi
DPT tidak
38
39
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 38oC N : 128 x/mnt RR : 28 x/mnt
A : Tujuan belum berhasil
P : Rencana dipertahankan
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat
2. Berikan kompres dingin pada kepala dan ketiak
3. Berikan ekstra cairan
Infus : D5 S 500cc / 24 jam, ASI, PASI : 6 x 100cc
4. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
5. Batasi aktivitas selama anak panas
6. Berikan pengobatan sesuai dengan advis dokter.
Terapi
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.00 WIB
S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang, badannya
tidak panas lagi, anak tidak rewel dan bisa tidur nyenyak, anak kembali
ceria lagi.
O : Kejang ulang tidak terjadi kulit tidak teraba panas, turgor kulit baik anak
tampak ceria, infus dilepas sejak jam 09.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 37,2oC N : 100 x/mnt
RR : 25 x/mnt
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan
2. Diagnosa / masalah : gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri
saat menelan
Catatan Perkembangan
Tanggal 9-9-2001 jam 10.00 WIB
S : Ibu mengatakan porsi makan yang disediakan dimakan separuh, anak mau
minum PASI 2 - 3 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor kulit baik, akral tidak pucat, konjungtiva tidak anemi,
PASI yang diberikan diminum 2 3 x 100cc
39
40
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.10 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan
habis,, PASI yang diberikan diminum 5 6 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor lebih baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis,
anak masih menetek, anak tampak ceria kembali
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari
Catatan Perkembangan
Tanggal 11-9-2001 jam 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan
habis PASI yang diberikan diminum 5 6 x 100 cc.
O : BB : 9 kg, turgor kurang baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis,
anak masih menetek, anak tampak ceria dan bisa diajak bercanda
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana hari ini pulang
3. Diagnosa / masalah : kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
berhubungan dengan keterbatasan informasi
Evaluasi
Tanggal 8-9-2001 jam 12.30 WIB
S : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penyakit anaknya dan cara
pencegahannya.
O : Ibu / keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan
Keluarga mau dan mampu diikutsertakan dalam proses perawatan,
Keluarga tidak sering bertanya lagi tentang penyakit anaknya,
Keluarga mentaati setiap proses perawatan
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan
40
41
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus ini
dengan menggunakan proses perawatan dan setelah melihat kembali mengenai
tinjauan pustaka baik pada konsep dasar, maupun asuhan perawatan, maka
didapatkan beberapa kesenjangan dan kesamaan antara teori dan kenyataan di
lapangan, yaitu :
4.1. Pengkajian
Pada tahap ini telah ditemukan adanya kesamaan yaitu dalam tinjauan pustaka
disebutkan bahwa penyebab terjadinya kejang demam adalah infeksi luar
susunan saraf pusat, misalnya: tonsilitis, OMA, bronkitis, faringitis, dan lainlain. Kenyataannya berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ditemukan adanya
infeksi (faringitis). Riwayat penyakit sekarang (kejang demam) sesuai dengan
kriteria Livingstone, yaitu: umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4
tahun, kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit, kejang bersifat umum,
kejang timbul dalam 16 jam pertama timbulnya demam, tidak ada kelainan
neurologis.
Ditemukan kesenjangan yaitu dalam tinjauan pustaka ditemukan adanya
riwayat penyakit kejang dalam keluarga. Kenyataannya di lapangan tidak
ditemukan riwayat penyakit kejang dalam keluarga.
4.2
4.3
4.3.1
4.3.2
4.3.3
41
42
Pada pasien ini terjadi gangguan rasa nyaman (tidur/istirahat) berhubungan
dengan hiperthermi. Hal ini terjadi akibat dari proses infeksi yang
mengakibatkan suhu panas sehingga pasien menjadi rewel/gangguan pola
tidur dan istirahat. Masalah ini tidak diangkat oleh penulis karena criteria
hasilnya sama dengan diagnosa pertama yaitu bila suhu tubuh menurun maka
tidak terjadi kejang ulang dan masalah gangguan rasa nyaman sudah
terpenuhi.
4.3.4
Kurangnya
pengetahuan
keluarga
berhubungan
dengan
keterbatasan
informasi.
Pada keluarga hal ini terjadi karena dalam keluarga tidak ada yang pernah
menderita kejang. Sehingga keluarga menjadi khawatir tentang keadaan
anaknya maka timbul berbagai pertanyaan dari keluarga.
Pada kenyataanya muncul diagnosa/masalah baru pada pasien, yaitu gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan. Hal ini
terjadi karena adanya infeksi, yaitu faringitis.
4.4
Perencanaan
Pada tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangn antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus. Karena muncul diagnosa/masalah baru pada pasien
maka muncul perencanaan baru pada tinjauan kasus yang tidak didapatkan
pada tinjauan pustaka.
4.5
Pelaksanaan
Pada tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus. Muncul pelaksanaan baru sesuai dengan rencana pada
kasus yang telah ditemukan di lapangan yang tidak ada dalam tinjauan
pustaka.
4.6
Evaluasi
Pada tahap ini ditemukan adanya kesenjangan dimana pada tinjauan pustaka
evaluasi tidak ditulis berdasarkan SOAP, sedang pada tinjauan kasus ditulis
menggunakan SOAP.
42
43
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Anak A didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1
Pengkajian
Pengkajian terpenting dari kejang demam adalah melakukan anamnese
selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang
terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan
penyebab kejang demam maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
5.1.2
5.1.3
5.1.4
Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan
yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka sesuai
kebutuhan klien saat itu.
5.1.5
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata toidak menemui kesulitan karena
sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.
5.1.6
Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri atas
tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan
evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yang
dapat berubah-ubah.
5.2
Saran
5.2.1
43
44
Karena kejang demam merupakan kasus gawat darurat pada anak dan sering
ditemukan dalam praktek maka perlu mengembangkan kemampuan diri, baik
melalui intitusi maupun non intitusi untuk meningkatkan ketrampilan dan
pengetahuan.
Dan
hendaknya
selalu
berupaya
memberikan
asuhan
5.2.2
Bagi Institusi
Karya tulis ini sebagai acuan untuk penulisan karya tulis yang akan datang
sebagai pembanding terhadap perubahan perubahan yang akan datang.
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya
Baru, Jakarta
Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah
Monica Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I
Made, EGC, Jakarta
Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto:
Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.
Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta.
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga,
Surabaya.
Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak, PERKANI : Surabaya.
Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika, Jakarta.
45