Sunteți pe pagina 1din 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah abses anorektal merupakan akumulasi nanah di sekitar anus dan
rektum.Tingkat keparahan dan kedalaman suatu abses beragam, dan rongga
abses sering dikaitkan dengan pembentukan fistula. Kebanyakan abses dan
fistula anorektal merupakan manifestasi akut dan kronik dari kondisi
patologis yang sama, suatu infeksi yang berasal dari kelenjar kanalis anus.
Diagnosis maupun penatalaksanaan dari abses anorektal tidak hanya
memerlukan pengertian dari etiologi dan patofisiologi tetapi dari anatomi
regional dan rute penyebaran infeksi. Tindakan bedah yang dilakukan atas
diagnosis tidak tepat dan kesalapahaman tentang hubungan dari proses infeksi
dan mekanisme sfingter ani dapat mengakibatkan pemberantasan infeksi yang
tidak sempurna dan/atau gangguan permanen
Puncak insidensi dari abses anorektal adalah pada dekade tiga dan
keempat. Pria lebih sering terkena daripada wanita, dengan rasio 2:1 sampai
dengan 3:1. Sekitar 30% dari pasien dengan abses anorektal mempunyai
riwayat abses serupa yang sembuh dengan spontan atau memerlukan
intervensi bedah. Insidensi yang lebih tunggu dari pembentukan abses
tampaknya berkait dengan musim semi dan musim panas. Walaupun
demografi menunjukan perbedaan yang jelas dalam terjadinya abses anorektal
yang berhubungan dengan usia dan jenis kelamin, tidak ada pola yang jelas
diberbagai wilayah atau negara di dunia. Walaupun diperkirakan ada
hubungan langsung dari pembentukan abses anorektal dengan kebiasaan
buang air besar, diare, dan higiene pribadi yang buruk namun hingga
sekarang belum adabukti kongkrit. Terjadinya abses anorektal pada bayi juga
cukup umum. Mekanismenya kurang dipahami tetapi tidak berkaitan dengan
konstipasi. Untungnya, kondisi ini cukup jinak pada bayi, jarang memerlukan
intervensi operasi pada pasien ini selain drainase sederhana.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah ang menjadi fokus
pembahasan dalam makalah ini yaitu Bagaimana konsep dasar dan Asuhan
Keperawatan dengan Abses Anorektal ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Para pembaca dapat mengetahui dan mengenal tentang konsep teori
1.3.2

dan asuhan keperawatan dengan Abses Anorektal.


Tujuan Khusus
Para pembaca dapat lebih memahami tentang konsep dasar dan

Asuhan Keperawatan dengan Abses Anorektal, meliputi.


1. anatomi fisiologi rektum dan anus.
2. Definisi abses anorektal.
3. Etiologi abses anorektal.
4. Manifestasi Klinis abses anorektal.
5. Patofisiologi abses anorektal.
6. Pemeriksaan Diagnostik abses anorektal.
7. Penatalaksanaan.
8. Pathway abses anorektal.
9. Asuhan keperawatan dengan abses anorektal.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan yaitu para pembaca khususnya bagi tenaga
kesehatan, dapat lebih mengetahui dan memahamitentang konsep dasardan
Asuhan Keperawatan dengan Abses Anorektal. Dengan mengenali dan
memahami konsep dasar penyakitnya, kita dapat melakukan tindakan
pengobatan secara cepat dan tepat.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan dan
mencari data-data penunjang di internet.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Anatomi Fisiologi Anus Rektum
2.1.1.1 Anus
Dalam anatomi, anus, dubur, atau lubang bokong (Latin: nus)
adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Pembukaan

dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi
utama anus.
Anus

Diagram rektum dan anus

Anus sering dianggap sebagai bagian yang tabu oleh berbagai kelompok
masyarakat.Anus manusia terletak di bagian tengah bokong, bagian posterior
dari peritoneum. Terdapat dua otot sphinkter anal (di sebelah dalam dan luar).
Otot ini membantu menahan feses saat defekasi. Salah satu dari otot sphinkter
merupakan otot polos yang bekerja tanpa perintah, sedangkan lainnya
merupakan otot rangka.
2.1.1.2 Rektum
Dinding rektum terdiri atas mukosa, submukosa, dan dua Lapisan
muskular yang kompleet, yaitu sirkuler dalam dan longitudinal Luar. Rektum
panjang nya sekltar 12 - 15cm, dari kolon sigmoid sampai saluran anal
sepertiga bagian atas rektum di tutupi oleh peritoneum di sebelah anterior dan
lateral. Sepertiga bagian tengah rektum di tutupi oleh peritonieum hanya di
permukaan anterior nya. Dan, sepertiga bawah rektum terletak di bawah

refleksi peritoneal. Rektum terdiri atas 3 kurva yang berbeda. Tiga lipatan ini
memproyeksi kan kedalam lumen sebagai klep dari houston.
Lapisan jaringan ikat yang tipis dari waldayer adalah lapisan jaringan ikat
tipis rektosakral yang padat, rnulai dari setinggi sakrum keempat hinnga ke
anterior lalu rektum, menutupi sacrum sebelah anterior ke rektum
ekstraperitoneal adalah lapisan jaringan ikat tipis dari Dennonvillers.Ligmenligmen lateral dari lapisan jaringanakat tipis endopelvis menyokong rektum
bagian bawah.
Dasar pelvis adalah lembaran muskulotendinous yang dibentuk oleh otot
levator ani dan diinervasi oleh saraf sakralis keempat.saluran anal mulai dari
diafragma pelvis dan berakhir di anal verge, batas anal adalah hubungan
antara

anoderm

dan

kulit

perianal.Dentate

line

adalah

hubungan

mukokutaneus, letaknya 1 - 1,5 sentimeter di atas batas anal.


Saluran anal dikelilingi oleh sfingter interna dan eksterna yang bersamasama merupakan mekanisme sfingter ani. Otot puborektalis berasal dari pubis
dan bergabung ke posterior kerektum; bila di kontraksi kan secara normal
menyebab kan sudut 80o dari hubungan anorektal.
2.1.1.3 Suplai Arteri
Cabang terminal dari arteri mesenterika inferior menjadi arteri rektal
superior menyilang arteri iliaka komunis kiri,turun di mesokolon sigmoid dan
terbagi dalam dua cabang pada sakrum ketiga. Cabang kiri dan kanan dari
arteri rektal superior menyuplai bagian atas dan tengah rectum.
Arteri rektal media dan inferior menyuplai sepertiga bawah rektum.Arteri
rektal media tampak dari arteri iliaka interna. Melintas jaringan ikat tipis dari
denon villers dan masuk ke anterolateral dari dinding rektum di tigkat cinicin
anu rektal. Koloteral berada di antara arteri rektal superior dan medial. Arteri
rektal media perlu untuk menjaga kelangsungan dari rektum setelah proksimal
ligasi dari arteri mesen terika inferior.
Arteri rektal inferior adalah cabang dari arteri pudendal. Merka melewati
saluran alcock, dan masuk ke posterolateral dari fosa izkiorektal. Mereka
menyuplai sfingter interna dan extema dan sejajar dengan saluran anal dan
tidak membentuk koral teral dengan arteri rektal lain. Arteri sakral media

timbul di daerah proksimal ke bifurkasio aorta dan menyuplai sedikit darah ke


rektum.
2.1.1.4 Aliran Vena
Sejajar dengan suplai arteri dan bermuara di sistem ( caval ) sistemik dan
portal. Bagian atas dan tengah rektum di aliri vena rektal superior, yang masuk
ke sistem portal lewat arteri rektal superior vang masuk kesistem portal lewat
vena mesen terika inferior. Bagian bawah dan atas saluran anal di aliri oleh
vena rektal media yang bermuara di vena iliaka interna dan kemudian ke sistem
cava. Vena rektal inferior mengalir kebagian bawah dari saluran anal dan
bermuara ke vena pudendal yang mengalir ke sistem cava lewat vena iliaka
interna. Tumor rektum bagian bawah dapat bermetastase melewati saluran vena
ke sistem vena sistemik dan porta.
Ada tiga submukosa kompleks wasir interna vang letak nva di atas dentate
line. Pembuluh - pembuluh vena hemoroid interna kiri lateral, kanan postero
lateral bermuara ke vena rektal superior. Di bawah dentate line pembuluhpembuluh vena hemoroid ekterna bermuara ke vena pudendal. Ada hubungan
antara pleksus interna dan ekterna.
2.1.1.5 Aliran Limfa
Aliran limfatik rektal adalah segmental dan sirkumferensial dan mengikuti
aliran yang sama dengan suplai darah arteri. Limfa bagian atas dan tengah
rektum mengalir ke nodus mesenterika inferior bagian bawah relctum mengalir
mengikuti arter rektal superior dan masuk ke nodus mesenterika inferior. Limfa
dari bagian bawah rektum juga dapat mengalir di samping sepangjang arteri
rektal inferior dan medial, bagian belakang sepanjang arteri sakral media, atau
bagian depan melewati saluran di septum relctoveksikal atau rekto vaginal
saluran-saluran ini bermuara di nodus iliaka dan kemudian ke nodus Iimfatik
periaorta. Limfatik dari saluran anal di atas dentate line mengalir lewat limfatik
rektal superior ke nodus limfatik mesenterika inferior atau ke rateral kenodus
limfa iliaka interna. Di bawah dentate Zine Iimfatik mengalir ke nod us
inguinal tapi dapat ke nodus Iimfa rektal inferior atau superior sama baik nva.
2.1.1.6 Aliran Saraf
Persarafan rektum pada organ urogenital pelvis terdiri dari saraf simpatis
dan parasimpatis. Saraf simpatis dari segmen thorakolulu mnar bagian bawah
6

a. mesenterika inferior ke pleksus mesenterika inferior. Pembulun-pumbuluh


saraf simpatis semata-meta turun ke pleksus hipogastrik superior vang ber ada
di bawah bifur lcasio aorta, vang kemudian membagi dalam dua cabang. Turun
ke bawah pelvis sebagai nervus hipogastrik. Relctum bagian bawah, kandung
kemih dan organ-organ seksual baik pria dan wanita menerima persarafan
simpetatik melalui nervus hipogastrik. Parasimpatis: serat kedua, ketiga dan
keempat sakrum dengan nervus hipogastrik anterior dan lateral rektum
membentuk pleksus. pelvis yang berjalan di samping pelvis. Pleksus
periprospatik timbul dari pleksus pelvis. Serat gabungan dari pieksus ini
mempersarafi rektum, sfingter ani intema, prostat, kandung kemih, penis. Saraf
pudendal ( sakratis 2,sakralis 3,sakralis 4 ) meneruskan rangsangan sensoris
dari penis dan klitoris lewat nervus dorsalis.
Saraf simpatis dan parasimpatis penting untuk ereksi penis. Saraf para
simpatis menyebab kan vase dilatasi dan meningkatkan aliran darah ke korpus
kavemosum, menvebab kan ereksi serat-serat simpatis menyebab kan vase
kenstriksi dari pembuluh vena penis dan kemudian mempertahan kan ereksi
saraf - saraf simpatis menyebab kan kontraksi di duktus ejakulasi, vesika
seminals dan prostat dan panting, untuk ejakulasi. Kerusakan pleksus
periprostatik dapat terjadi saat pemotongan rektum. Trauma pada saraf otom
plevis menyebabkan di fungsi dari kandung kemih, impotensi, atau kedua-dua
nya.
Sfingter ani interna di persarafi aleh saraf simpatis dan parasimpatis.
Keduanva menghambat sfingter. Sfingter interna secara kontinu menurun
ketika tekanan di rektum meningkat. Saat rektum kosong tekanan sfingter
intera meningkat kembali. Sfingter ani eksterna dan muskulus levaturani di
persarafi oleh cabang rektal inferior dari merfus pudendal interna ( sakralis 2,
sakralis 3, sakralis 4 ), dan cabang perineal dari nervus sakralis 4, setiap
tekanan dari rektum menyebabkan relaksasi dari sfingter intema sfingter
ekstema menyebabkan kcntraksi velunter dan berlangsung sekitar satu menit.
Di bawah dentate line perasaan kulit terhadap panas, dingin, nyeri, dan
sentuhan disampaikan serat aferen dari infrior rektal dan cabang perineal
neivus pudendal.Di atas dentate line, sensai tumpul. Yang di rasakan pada saat

mukosa di cubit atau wasir interna diligasi bisa dl antar kan oleh serat-serat
parasimpatis.
2.1.2 Definisi
Abses anorektal merupakan infeksi yang terokalisasi dengan pengumpulan
nanah pada daerah anorektal.Abses anorektal biasanya dimulai sebagai
peradangan kriptus ani yang terletak pada ujung bawah kolum morgagni.
Kelenjar anus bermuara dalam kriptus ani. Obstruksi atau trauma pada saluran
ini menimbulkan stasis dan mencetuskan terjadinya infeksi. Robekan mukosa
akibat feses yang keras dapat menjadi faktor predisposisi. (Price, 2005 : 468)
Abses anorektal merupakan suatu pengumpulan nanah yang disebabkan
masuknya bakteri ke ruangan di sekitar anus dan rektum (Gunawan,2010 ; 1).
Sebuah abses anorektal merupakan akumulasi nanah di sekitar anus danrektum.
Absesanorektal(juga

dikenal

sebagai

absesanal/dubur,

atauperianal/perirectalabses) adalahabsesberdekatan dengananus. Inimuncul


dariinfeksidi salah satusinusanal klarifikasi diperlukan yang mengarah
keperadangan danabsesformasi.

2.1.3 Etiologi
Organisme penyebab biasanya adalah Escherichia coli, stafilokokus, atau
streptokokus. (Price, 2005 : 468)
Penyebab umum abses anorektal adalah bakteri seperti stafilokokus dan
Escherichia coli adalah penyebab paling umum. Infeksi jamur kadang-kadang
menyebabkan abses (Emedicinehealth, 2011; 1). Masuknya bakteri ke daerah
sekitar anus dan rektum (Eddy Gunawan, 2010 ;1).
2.1.4 Patofisiologi
Abses anorektal biasanya dimulai sebagai peradangan kriptus ani yang
terletak pada ujung bawah kolum morgagni. Kelenjar anus bermuara dalam
kriptus ani. Obstruksi atau trauma pada saluran ini menimbulkan stasis dan
mencetuskan terjadinya infeksi. Robekan mukosa akibat feses yang keras dapat

menjadi faktor predisposisi. Pada beberapa kasus, dapat ditemukan lesi lokal
yang menjadi pencetus gangguan ini misalnya hemoroid bertukak atau fisura.
Terutama

rentan

terhadap

infeksi

ini. Abses

ini

kebanyakan

akan

mengakibatkan fisula. (Price, 2005 : 468)


Kebanyakan abses anorektal bersifat sekunder terhadap proses supuratif
yang dimulai pada kelenjar anal. Teori ini menunjukan bahwa obstruksi dari
saluran kelenjar tersebut oleh tinja, corpus alienum atau trauma akan
menghasilkan stasis dan infeksi sekunder yang terletak di ruang intersfingterik.
Dari sini proses infeksi dapat menyebar secara distal sepanjang otot
longitudinal dan kemudian muncul di subkutis sebagai abses perianal,
ataudapat menyebar secara lateral melewati otot longitudinal dan sfingter
eksternal sehinggamenjadi abses ischiorektal. Meskipun kebanyakan abses
yang berasal dari kelenjar anal adalah perianal dan ischiorektal, ruang lain
dapat terinfeksi. Pergerakan infeksi ke atas dapat menyebabkan abses
intersfingterik tinggi. Ini kemudian dapat menerobos otot longitudinal keruang
supralevator sehingga menyebabkan sebuah abses supralevator. Setelah
absesterdrainase, secara spontan maupun secara bedah, komunikasi abnormal
antara lubang anus dan kulit perianal disebut fistula ani. Selain pergerakan ke
atas, ke bawah, dan lateral, proses supuratif dapat menyebar melingkari anus.
Jenis penyebaran dapat terjadi pada tiga lapangan; ruang ischiorektal,
ruangintersfingterik,

dan

ruang

supralevator. Penyebaran

ini

dikenal

sebagai Horseshoeing.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Abses dapat terjadi pada berbagai ruang didalam dan disekitar rektum.
Seringkali mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila
abses terletak superfisial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri
tekan. Abses yang terletak lebih dalam megakibatkan gejala toksis dan
bahkan nyeri abdomen bawah, serta demam. Sebagian besar abses rektal akan
mengakibatkan fistula. (Price, 2005 : 468)
2.1.6 Penatalaksanaan
Terapi paliatif terdiri dari rendam duduk dan analgesik. Namun, tindakan
bedah segera untuk menginsisi dan mendrainase abses adalah tindakan pilihan.

Apabila terdapat infeksi lebih dalam, dengan kemungkinan fistula, saluran


fistula harus diangkat. Apabila mungkin fistula diangkat ketika abses diinsisi
dan didrain, atau prosedur kedua perlu dilakukan. Luka dapat diberi tampon
dengan kasa dan dibiarkan sembuh dengan granulasi. (Price, 2005 : 468)
2.1.6.1 Penatalaksanaan keperawatan
1) Jalankan pola hidup sehat
2) Olah raga secara teratur
3) Makan makanan berserat
4) Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet
5) Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll
6) Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar
7) Minum air yang cukup
8) Jangan menahan BAK dan BAB
9) Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan
10) Jangan mengejan / mengeden / ngeden berlebihan
11) Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa
12) Duduk berendam pada air yang hangat
13) Minum obat sesuai anjuran dokter

2.1.6.2 Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan
keluhan dan gejala.Obat-obat farmakologis dapat dibagi atas empat
macam, yaitu:
1) Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber
suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat
komersial yang yang banyak dipakai antara lain psylium atau
isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang
berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling
menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume
tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain
ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.:
laxadine, dulcolax, dll).
2) Obat simptomatik
10

Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa


gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan
misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol
HC, Scheriproct.
3) Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi
memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.

4) Obat penyembuh dan pencegah serangan


Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 32 tablet selama 4
hari, lalu 22 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
2.1.6.3 Non Farmakologi
Bertujuan

untuk

mencegah

perburukan

penyakit

dengan

cara

memperbaiki defekasi.
Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan
minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel
ManagementProgram (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan,
pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi
jongkok/squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan
cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari.
Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan.
Eksudat atau sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa
gatal bila dibiarkan.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan darah rutin

11

Pemeriksaan hitung darah lengkap, tes fungsi hati dan elektrolit.


2) Pemeriksaan endoskotik
Sigmoidoskopi (kaku atau fleksibel) dilakukan mendeteksi adanya
masa adanya rektum.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1Pengkajian
Riwayat Kesehatan di ambil untuk menentukan adanya rasa terbakar,
adanya gatal, sembelit, nanah di rectum, pembengkakan di dubur, malaise,
berkeringat di malam hari, ada benjolan di dubur, lelehan di rectum,
kelelahan,rasa kedinginan, dan nyeri beserta karateristiknya.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
3.1.1
3.1.2
3.1.3

apakah ini terjadi selama defekasi?


berapa lama ini berakhir?
adakah nyeri abdomen di hubungkan dengan hal itu?
apakah terdapat perdarahan dari rektum?
seberapa banyak?
seberapa sering?
apa warnanya?
adakah mukus atau pus?

Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)
Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan /dorongan aliran urin, tetesan
Tanda : Feses yang keluar bercampur dengan nanah dan berbau
Makanan/cairan

12

3.1.4
3.1.5
3.1.6

Gejala : Anoreksia; mual dan muntah


Tanda : Penurunan Berat Badan
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri punggung bawah
Keamanan
Gejala : Demam
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Rencana pembedahan
Rencana Pemulangan :Memerlukan bantuan dengan manajemen terapi

3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area
rectalatau anal sekunder.
2) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interprestasi dan
kurang informasi.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penumpukan pus di anus.
5) Aktual atau resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
3.3 Prioritas Masalah
1) Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area
rectalatau anal sekunder.
2) Aktual atau resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penumpukan pus di anus.

13

3.4 Intervensi Keperawatan


1) Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal
atau anal sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi
1. Dorong

Rasional
pasien

untuk 1. Mencoba untuk mentoleransi nyeri

melaporkan nyeri.
2. Kaji
laporan

tanpa analgesik.
kram 2. Nyeri sebelum defekasi sering terjadi

abdomen atau nyeri, catat

pada KUdengan tiba-tiba, dimana dapat

lokasi, lamanya, intensitas.


berat dan terus-menerus.
3. Catat petunjuk non-verbal, 3. Dapat digunakan pada
mis.gelisah, menolak untuk
bergerak,

berhati-hati

dengan abdomen.
4. Kaji ulang faktor-faktor
yang

hubungan

petunjuk verbal untuk mengidentifikasi


luas/ beratnya masalah
4. Dapat menunjukkan dengan

tepat

pencetus atau faktor pemberat

meningkatkan/

menghilangkan nyeri
5. Melindungi kulit dari asam usus,
5. Bersihkan
area
rektal
mencegah ekskoriasi.
dengan sabun ringan dan
air/lap setelah defekasi dan
berikan perawatan kulit.
6. Observasi/ catat distensi
abdomen,

peningkatan

6. Dapat

menunjukkan

terjadinya

obstruksi usus karena inflamasi, edema,


dan jaringan parut
7. Mengurangi/menghilangkan nyeri

suhu, penurunan TD.


7. Berikan obat analgetik

14

2) Aktual atau resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
Tujuan : Untuk menghindari pasien mengalami
Intervensi
1. Identifikasi

Rasional
penyebab

penurunan nafsu makan.


2. Berikan makanan sedikit tapi
sering.
3. Berikan makanan kesukaan
klien dan beri selagi hangat.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi

1. Mengetahui penyebab nafsu makan.


2. Untuk menghindari mual muntah.
3. Untuk menambah nafsu makan.
4. Menentukan diit klien.

untuk menentukan diit.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penumpukan pus di anus.


Tujuan:menghindari kemungkinan terjadinya infeksi pada anus
Intervensi

Rasional

1. Berikan perawatan kulit pada 1.


2.
area epidema
2. Inspeksi kulit dan membran
3.
mukosa terhadap kemerahan,

upaya menghindari infeksi


kemerahan,dan rasa panas menunjukan
adanya gejala radang dan infeksi
identifikasi adanya infeksi setelah pasca

bedah
panas, drainase
4. mempercepat penyembuhan luka setelah
3. Ispeksi kondisi luka / insisi
pembedahan
bedah
5. antibiotik
mencegah
perkembangan
4. Dorong masukkan cairan &
bakteri penyebab infeksi
nutrisi yang cukup
6. membantu perawat mendeteksikan gejala
5. Instruksikan pasien untuk
infeksi dengan cepat sehingga segera di
minum antibiotik sesuai resep
6. Ajarkan pasien dan keluarga
tangani
7. meminimalkan resiko infeksi yang
tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara menghindari
mengancammempercepat intervensi dan
infeksi.

penanganan

15

3.5 Implementasi Keperawatan


1) Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area
rectal atau analsekunder
Intervensi

Implementasi

1. Dorong pasien untuk melaporkan 1. Memberi bantuan untuk mentoleransi nyeri


nyeri.
tanpa analgesik.
2. Kaji laporan kram abdomen atau 2. Mengkaji dengan skala nyeri sebelum defekasi
nyeri,

catat

lokasi,

intensitas.
3. Catat
petunjuk
mis.gelisah,
bergerak,

lamanya,

sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana

dapat berat dan terus-menerus.


non-verbal, 3. Dengan melihat bahasa non verbal untuk

menolak

untuk

berhati-hati

dengan

mengidentifikasi luas/ beratnya masalah

abdomen.
4. Mengkaji dengan tepat pencetus atau faktor
4. Kaji ulang faktor-faktor yang
pemberat
meningkatkan/
menghilangkan
5. Membersihkan area rektal untuk melindungi
nyeri
5. Bersihkan area rektal dengan
kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi.
sabun ringan dan air/lap setelah
defekasi dan berikan perawatan 6. Mencatat terjadinya
kulit.
6. Observasi/
abdomen,

catat
peningkatan

obstruksi usus karena

inflamasi, edema, dan jaringan paru.


distensi 7. Memberikanobat
suhu,

mengurangi/menghilangkan nyeri

penurunan TD.
7. Berikan obat analgetik
2) Aktual atau resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak
adekuat.

16

untuk

Intervensi
1. Identifikasi

Rasional
penyebab

penurunan nafsu makan.


2. Berikan makanan sedikit tapi
sering.
3. Berikan makanan kesukaan
klien dan beri selagi hangat.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan diit.

1. Mengidentifikasi penyebab penurunan


nafsu makan.
2. Memberikan makanan selagi hangat.
3. memberikan makanan kesukaan klien
dan memberikan selagi hangat.
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan diit.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penumpukan pus di anus.


Intervensi

Rasional

1. Berikan perawatan kulit


pada area epidema
2. Inspeksi kulit dan membran
mukosa
terhadap
kemerahan, panas, drainase
3. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
4. Masukkan cairan & nutrisi
yang cukup
5. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
6. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara menghindari
infeksi.

1. Memberikan perawatan kulit pada area


epidema
2. Menginspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
3. Menginspeksi kondisi luka / insisi
bedah
4. Memasukkan cairan & nutrisi yang
cukup
5. Menginstruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
6. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
7. Mengajarkan cara menghindari infeksi

3.6 Evaluasi
1) Nyeri telah berkurang atau hilang
2) Terhindar dari kurangnya nutrisi tubuh
3) Terhindar dari infeksi

17

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Abses anorektal biasanya dimulai sebagai peradangan kriptus ani yang
terletak pada ujung bawah kolum morgagni. Kelenjar anus bermuara dalam

18

kriptus ani. Obstruksi atau trauma pada saluran ini menimbulkan stasis dan
mencetuskan terjadinya infeksi. Robekan mukosa akibat feses yang keras dapat
menjadi faktor predisposisi.
Abses anorektal merupakan suatu pengumpulan nanah yang disebabkan
masuknya bakteri ke ruangan di sekitar anus dan rectum. Sebuah abses
anorektal

merupakan

Absesanorektal(juga

akumulasi

nanah

dikenal

di

sekitar

sebagai

anus

danrektum.

absesanal/dubur,

atauperianal/perirectalabses) adalahabsesberdekatan dengananus.


Diagnosis maupun penatalaksanaan dari abses anorektal tidak hanya
memerlukan pengertian dari etiologi dan patofisiologi tetapi dari anatomi
regional dan rute penyebaran infeksi. Tindakan bedah yang dilakukan atas
diagnosis tidak tepat dan kesalapahaman tentang hubungan dari proses infeksi
dan mekanisme sfingter ani dapat mengakibatkan pemberantasan infeksi yang
tidak sempurna dan/atau gangguan permanen
Puncak insidensi dari abses anorektal adalah pada dekade tiga dan
keempat. Pria lebih sering terkena daripada wanita, dengan rasio 2:1 sampai
dengan 3:1. Sekitar 30% dari pasien dengan abses anorektal mempunyai
riwayat abses serupa yang sembuh dengan spontan atau memerlukan intervensi
bedah. Insidensi yang lebih tunggu dari pembentukan abses tampaknya berkait
dengan musim semi dan musim panas.
4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sangat menyadari masih banyak
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kami sangat berharap kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

19

S-ar putea să vă placă și