Sunteți pe pagina 1din 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan
sehat fisik, mental, dan sosial, bukan keadaan semata mata keadaan tanpa penyakit atau
kelemahan. Devinisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang
positif, bukan sekadar keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan
emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi
dengan efektif, dalam kehidupan sehari-hari, dan puas dengan hubungan interpersonal
dan diri mereka sendiri. Tidak ada satupun devinisi universal kesehatan jiwa, tetapi kita
dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari perilakunya. Karena perilaku
seseorang dapat di lihat atau ditafsirkan berbeda oleh orang lain, yang bergantung pada
nilai dan keyakinan, maka penentuan definisi kesehatan jiwa menjadi sulit (Sheila, 2008).
Berdasarkan data WHO (2001), 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang
terganggu jiwanya. Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO di
berbagai negara menunjukkan sebesar 20-30 %, pasien yang datang ke pelayanan
kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Health and Human
Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami
gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa
yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja (Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres
atau disabilitas (kerusakan pada satu atau 2 lebih area fungsi yang penting) atau disertai
peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan
kebebasan (Sheila, 2008).
Gangguan jiwa adalah gejala-gejala patologok dominan berasal dari unsur psike.
Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu (Yosep, 2007). Keperawatan
jiwa mempelajari berbagai macam kasus yang berhubungan dengan gangguan jiwa
sesorang. Salah satunya adalah Defisit Perawatan Diri (Personal Hygiene). Kurang
perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa merupakan : Suatu keadaan dimana

seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan


(kegiatan hidup sendiri).
Defisit Perawatan Diri merupakan akibat dari ketidak mampuan seseorang dalam
perawatan dirinya karena lupa akan caranya maupun ketidak tahuan dalam perawatan diri.
Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar (BAB)/Buang
Air Kecil(BAK)} secara mandiri ( http://www.scribd.com/doc/94266201/BAB-I).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri,
makan secara 3 mandiri,berhias secara mandiri,dan toileting, buang air besar/buang air
kecil (Damaiyanti, 2008).
Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan
diri di pengaruhi berbagai faktor diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu, atau
kelurga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri
(Hidayat, 2006). Memandang permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul karya tulis ilmiah Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Utama
Gangguan Devisit Perawatan Diri / Personal Hygiene sebagai kasus kelolaan dalam
penyusunan tugas akhir ini
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal
hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau
keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya
mempengaruhi praktik hygiene klien.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1.2.1.
1.2.2.
1.2.3.
1.2.4.
1.2.5.
1.2.6.
1.2.7.

Pengertian defisit perawatan diri


etiologi/penyebab defisit perawatn diri
tanda dan gejala defisit perawatan diri
Manifestasistasi klinis defisit perawatan diri
Mekanisme koping defisit perawatan diri
Masalah keperawatan defisit perawatan diri
Pohon masalah defisit perawatan diri
2

1.2.8. Asuhan keperawatan defisit perawatan diri


1.3.

Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami konsep tentang Devisit Perawatan Diri / Personal
hygiene dan melakukan asuhan keperawatan yang tediri dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian defisit perawatan diri.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan dapat menjelaskan etiologi/penyebab defisit
perawatan diri.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan

menjelaskan tanda dan gejala defisit

perawatan diri
4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasistasi klinis defisit perawatan diri
5. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme koping pada defisit perawatan diri
6. Mahasiswa mampu mengetahui masalah keperawatan defisit perawatan diri
7. Mahasiswa mampu mengetahui dari pohon masalah defisit perawatan diri
1.4.
Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang proses keperawatan jiwa
1.4.2

dalam sistem neurobehavior 2 tentang defisit perawatan diri.


Manfaat Bagi Pembaca
Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan bidang profesi
keperawatan khususnya dalam keperawatan jiwa sistem neurobehavior serta
memberikan masukan pembaca khususnya kepada defisit perawatan diri

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
3

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan diri. Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri
secara mandiri.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK
(toileting) (Fitria, 2009).
Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya (Maslim, 2001).
Defisit keperawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya, dan kesajahteraannya, sesuia kondisi kesehatannya. Klien
dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.
(Gondohutomo, 2008).
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang
Air Kecil) (Mukhripah, 2008).
2.2.

Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
1 Kelelahan fisik
2 Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1

Faktor predisposisi :
a Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan


b

inisiatif terganggu.
Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan

diri.
Kemampuan realistis turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan

diri.
Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya

situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.


Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah / lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah :
a Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri,
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
b

dengan kebersihan dirinya.


Praktik Sosial
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka kemungkinan

akan terjadi perubahan pada personal hygiene.


Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.
Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia

e
f

harus menjaga kebersihan kakinya.


Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
Kondisi Fisik atau Psikis
5

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan


perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hygiene :
1

Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,

infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2 Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.
2.3.

Tanda Dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah :
1

Fisik
a Badan bau, pakaian kotor
b Rambut dan kulit kotor
c Kuku panjang dan kotor
d Gigi kotor disertai mulut bau
e Penampilan tidak rapi
Psikologis
a Malas, tidak ada inisiatif
b Menarik diri, isolasi diri
c Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
Sosial
a Interaksi kurang
b Kegiatan kurang
c Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.

2.4.

Manifestasi Klinik
Adapun jenis jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala
menurut Nanda (2006) meliputi :
1 Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
2

aktivitas mandi/kebersihan diri.


Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
6

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai


3

pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.


Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan

aktivitas makan.
Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
(Nurjannah : 2004, 79)

2.5.
1

Mekanisme Koping
Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari
kenyataan yang mengancam, kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah itu.

Penyangkalan
Denial merupakan menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut, mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.

Isolasi diri, menarik diri


Isolasi adalah Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat
bersifat sementara atau berjangka lama.

Intelektualisasi
Intelektualisasi adalah Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor
meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan interpersonal, organisasi yang
dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and
Sundeen, 1998).

2.6.

Masalah Keperawatan
Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang muncul untuk kasus ini adalah
1. isolasi sosial
2. Defisit perawatan diri : mandi, berhias.
3. Menarik diri

2.7.

Pohon Masalah
Akibat :

isolasi sosial

Core problem
Penyebab:

Defisit perawatan
harga diri rendah : menarik diri
diri

Skema 1 : pohon masalah defisit perawatan diri : mandi, berhias (Sumber : Keliat,
2006)

BAB III
8

ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny D, 50 tahun, tampak sering ditempat tidur, jarang bercakap-cakap dengan
klien lain maupun perawat, cenderung menghindar kontak mata, sering
menunduk. Klien tampak lesu, tubuh kotor dan berbau, baju kotor, kuku panjang
dan kotor, gigi dan telinga kotor, tidak pernah merapikan rambut. Dari hasil
wawancara didapat data : klien mengatakan malas berbicara dengan klien lain
merasa tidak bisa apa-apa dan tidak beharga. Klien mengatakan malas mandi dan
1.1.
1

berdandan
Pengkajian
Identitas
a perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan klien, tujuan waktu ,

tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan.


b Usia dan No. RM
Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien /keluarga:
a Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke RS saat ini?
b Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c Bagaimana hasilnya?
Faktor Predisposisi
a Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatn diri. Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus
tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga yang
menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan berpengaruh pada
fungsiperhatian, memory dan suplai oksigen serta glukosa terganggu.
b Kemampuan Psikologis turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian diriya dan lingkungan termasuk perwatan
c

diri.
Sosial
Kurang dukungan dan laitahan kemampuan perawatan diri dari

lingkungannya.
Fisik.
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ yang terdiri dari

TTV, ukur, keluhan fisik.


5 Psikososial
a Genogram
9

b Konsep diri
c Hubungan sosial
d spiritual
6 Status mental
a Penampilan
b Pembicara
c Aktivitas motorik
d Alam perasaan
e Afek
f Interaksi selama wawancara
g Persepsi
h Proses pikir
i Isi pikir
j Tingkat kesadaran
k Memory
l Tingkat konsentrasi dan berhitung
m Kemampuan penilaian
n Daya tilik diri
7 Kebutuhan Persiapan Pulang
a Makan
b BAB/BAK
c Mandi
d Berpakaian
e Istirahat dan tidur
f Penggunaan obat
g Pemeliharaan kesehatan
h Kegiatan didalam rumah
i Kegiatan diluar rumah
8 Mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya
9 Malasah psikososial dan lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada klien atau keluarganya
10 Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara kepda klien.
11 Analisa data

Data
1

Etiologi

Do: klien tampak lesu, tubuh

Faktor predisposisi dan faktor

kotor, dan berbau, baju kotor,

presipitsi

kuku panjang dan kotor, gigi


dan telinga kotor, tidak pernah
merapikan rambut
Ds: klien mengatakan malas
mandi dan berdandan

Masalah keperawatan
Defisit perawatan diri

Koping individu tidak efektif


HDR
Menarik diri
10

DPD

Do: klien cenderung

Faktor predisposisi dan faktor

menghindar kontak mata,

Harga diri rendah

presipitsi

sering menunduk.
Ds: klien mengatakan malas

Koping individu tidak efektif

berbicara dengan klien lain

HDR

karena klien merasa tidak


bisa apa-apa dan tidak
Menarik diri

beharga

DPD
3

Do: tampak sering ditempat

Isolasi sosial

tidur, jarang bercakapcakap dengan klien lain


maupun perawat
Ds: klien mengatakan malas
berbicara dengan klien lain
karena klien merasa tidak
bisa apa-apa dan tidak
beharga

1.2.

Diagnosa dan intervensi Keperawatan Klien Gangguan jiwa ( defisit perawatan


diri)

Diagnosa

Tindakan

Pertemuan
1

5 s.d 12

11

Defisit

Pasien

Identifik 1 Evaluasi

Evaluasi

1 Evaluasi

1 Evaluasi

perawatan

asi

kegiatan

kegiatan

kegiatan

kegiatan

diri

masalah

kebersihan

kebersiahan

kebersiaha

latihan

keperaw

diri. Berikan

diri.

n diri dan

perawatan

berdandan.

diri:kebersiha

Beri

atan diri
:kebersi
han
diri,
berdand
an,
makan/
minum,
BAB/B
2

AK,
Jelaskan
penting
nya
kebersih

pujian
2 Jelaskan
dan

Beri

cara 2

pujian
Jelaskan

alat

cara

untuk

alat

berdandan
3 Latih
cara 3

dan

pujian.
untuk 2 Jelaskan cara

berdandan
Latih cara

BAB/BAK
yang baik
3 Latih
cara

berdandan

berdandan

setelahkeber

setelah

makan dan

sihan

kebersihan

minum

diri

:sisiran, rias

diri: sisiran,

muka untuk

rias

perempuan;s

untuk

isiran,
cukuran

muka

yang baik.
4 Masukkan
pada

perempuan;

jadwal
kagiatan

sisiran

berdandan,
makan/
minum,
BAB/BAK..
berikan
pujian.
2 Latih kegiatan
harian
3 Nilai
kemampuan
yang

telah

untuk

mandiri.
4 Nilai
apakah

latihan

perawatan

kebersihan

diri

pada jadwal

diri,

telah baik.

kegiatan

berdandan,

untuk

makan/min

untuk pria.
an diri.
4 Masukan pada
Jelaskan
jadwal
4
cara dan
kegiatan
alat
untuk
kebersih
kebersihan
an diri
Latih
diri
dan

cukuran

latihan

um,

cara

kebersihan

BAB/BAK

berdandan

untuk pria.
Masukkan

menjaga

diri,

kebersih

berdandan

an diri:

makan/min

mandi

um

dan

baik.

yang

ganti
pakaian,
sikat
gigi,
cuci
rambut,
12

yang

dan
potong
5

kuku
Masuka
n pada
jadwal
kegiatan
untuk
latihan
mandi,
sikat
gigi 2x
sehari,
cuci
rambut
2x
semingg
u, dan
potong
kuku 1x
dalamse
mingUu

Keluarga

.
Diskusik 1 Evaluasi

1 Evaluasi

an

kegiatan

kegiatan

masalah

dalam

keluarga

yang

merawat/

dalam

dirasaka

melatih

merawat/

n dalam

pasien

melatih

merawat

kebersihan

pasien

pasien.
Jelaskan

diri.

kebersihn

an,

yang

tanda,

,cara

dan

merawat:

keluarga

gejala,da

makan

merawat

Beri

pujian
pengerti 2 Latih
dua/
lain

diri

dan

berdandan.
Beri pujian
2 Bimbing
2

Evaluasi 1 Evaluasi
kegiatan
kegiatan
keluarga
dalam
dalam
merawat/
merawat/
melatih
melatih
pasien
pasien dalam
kebersiha
perawatan
n
diri,
berdanda
diri:
n , makan
berdandan,
dan
makan/minu
minum.
Beri
m,
pujian.
BAB/BAK.
Bimbing
Beri pujian
keluarga
2 Nilai
13

n proses

minum,

terjadiny

BAB/ BAK
3 Anjurkan

a defisit
perawata
n

diri

/gunaka
n
3

booklet.
Jelaskan

pasien
sesuai

diri

makan/minu
m pasie
3 Anjurkan

jadwal dan

untuk

memberikan

membantu

pujian

pasien sesuai
jadwal

merawat

berikan

defisit

pujian.

n diri
Latih

dan

berdandan,

cara

perawata
4

membantu

kebersihan

dan

merawat
kemampuan
BAB/BA
keluarga
K pasien.
dalam
Jelaskan
follow up
merawat
ke PKM,
pasien
tanda
3 Nilai
kambuh,
kemampuan
rujukan
keluarga
Anjurkan
membant
melakukan
u pasien
kontrol
ke
sesuia
PKM.
jadwal
dan
berikan
pujian.

dua cara
merarat :
kebersih
an

diri

dan
berdand
5

an
Anjurka
n
memban
tu pasien
sesuai
jadwal
dan
memberi
kan
pujian.

14

BAB IV
PENUTUP

4.1.

Kesimpulan
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat
memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit
dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.

4.2.

Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran
sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik

15

Daftar pustaka
Stuart gail wiscars, Sundeen sandra j. 1995. Keperawatan jiwa edisi 3. jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC
Copel linda german. 2002. Kesehatan jiwa dan psikiatri : pedoman klinis perawat. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC
Keliat budi anna, akemat. 2007. Model praktik keperawatan jiwa propesional, jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC
Dikutip

dari

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-

lilikadiir-6730-2-babii.pdf ( tanggal 16-10-2015 )


Dikutip

dari

http://dokumen.tips/documents/defisit-perawatan-diri-

55f5c740a78af.html ( tanggal 16-10-2015 )

16

S-ar putea să vă placă și