Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat dan Penanggulangan Bencana
DisusunOleh :
043-315-12-1-010
043-315-12-1-012
Gilang Agustina
043-315-12-1-015
043-315-12-1-022
Lizara Fitriani
043-315-12-1-023
043-315-12-1-036
Ai Yulianti
043-315-12-1-044
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang
telah diberikan sehingga penyusun dapat menyusun makalah Keperawatan Gawat
Darurat dan Penanggulangan Bencana mengenai Asuhan Keperawatan Status
Asmatikus. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kehadirat Nabi
Muhammad SAW, para sahabat dan orang-orang yang setia meneladani beliau.
Penyusun menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
baik materi maupun bahasa. Namun penyusun berharap makalah ini dapat
memberikan kontribusi ilmu pengetahuan untuk pembaca.
Akhirnya bagi Allah swt. segala sifat kesempurnaan dan tidak satupun
pekerjaan manusia yang luput dari kekurangan termasuk penyusunan makalah ini.
Penyusun menerima kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan makalah
dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
Pemeriksaan Penunjang
Konsep Asuhan Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak
berespon terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari
24jam.
Infeksi,
ansietas,
penggunaan
transquiliser
berlebihan,
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi status asmatikus?
2. Bagaimana etiologi status asmatikus?
3. Bagaimana patofisiologi status asmatikus?
4. Bagaimana manifestasi kllinis status asmatikus?
5. Bagaimana penatalaksanaan status asmatikus?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Status asmatikus adalah kegawatan medis dimana gejala asma tidak
membaik pada pemberian bronkhodilator inisial di unit gawat darurat.
Biasanya, gejala muncul beberapa hari setelah infeksi virus disaluran nafas,
diikuti pajanan terhadap alergen atau iritan, atau setelah beraktivitas saat
udara dingin. Seringnya, pasien telah menggunakan obat-obat anti inflamasi.
Status asmatikus merupakan suatu serangan asma yang berat,
berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari yang tidak
memeberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim.
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak
berespon terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari
24jam.
Infeksi,
ansietas,
penggunaan
transquiliser
berlebihan,
hawa
pegunungan
yang
dingin
sering
lapang
paru.
penanggulangannya
Namun
adalah
yang
menentukan
sangat
pentin
derajat
dalam
serangan
upaya
terutama
menentukan apakah asma tersebut termasuk dalam serangan asma yang berat.
Asma akut berat yang mengancam jiwa terutama terjadi pada
penderita usia pertengahan atau lanjut, penderita asma yang lama sekitar 10
tahun, pernah mengalami serangan asma akut berat sebelumnya dan
menggunakan terapi steroid jangka panjang. Asma akut berat yang potensial
mengancam jiwa, mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Bising mengi dan sesak nafas berat sehingga tidak mampu menyelesaikan
satu kalimat dengan sekali nafas, atau kesulitan dalam bergerak.
2. Frekuensi nafas lebih dari 25 kali/menit
3. Denyut nadi lebih dari 110 kali/menit
4. Arus puncak ekspirasi (APE) kurang dari 50% nilai dugaan atau nilai
tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit
5. Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. pulsus paradoksus,
lebih dari 10 mmHg.
Gejala lain status asmatikus adalah seabgai berikut :
1. Sesak nafas yang berat dengan ekspirasi dengan disertai whizing
2. Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
3. Bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan
4. Sianosis, thakikardi, gelisah, pulsus paradoksus
5. Fase ekspirium memanjang disertai whizing (di apeks dan hilus)
E. Penatalaksanan
Prinsip pelaksanaan status asmatikus :
1. Diagnosa status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
saatnya serangan dan obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya
2.
3.
4.
5.
dan dosisnya)
Pemberian obat bronkhodilator
Penilaian terhadap perbaikan serangan
Pertimbangan terhadap pemberian kartikosteroid
Setelah serangan mereda : cari faktor penyebab dan modifikasi pengobatan
penunjang sealnjutnya.
Semua penderita yang dirawat inap di rumah sakit memeperlihatkan
keadaan obstruktif jalan nafas yang berat. Perhatian usus harus diberikan
dalam perawatan, sedapat mungkin dirawat oleh dokter dan perawat yang
berpengalaman. Pemantauan dilakukan secara tepat berpedoman secara klinis,
uji paal paru (APE) untuk dapat menilai respon pengobatan apakah membaik
atau justru memburuk. Perburukan mungkin saja terjadi oleh karena kontriksi
bronkhus yang lebih hebat lagi maupun sebagai akibat terjadinya komplikasi
seperti infeksi, pneumotoraks, pneumomediatinum yang sudah tentu
memerlukan pengobatan lainnya. Efek samping obat yang berbahaya dapat
terjadi pada pemberian drips aminofilin. Dokter yang merawat harus mampu
dengan akurat menentukan kapan penderita mesti dikirim keunit perawatn
intensif. Penderita status asmatikus yang dirawat inap di ruangan, setelah
dikirim dari UGD dilakukan penatalaksanaan sebagai berikut :
1. Pemberian terapi oksigen dilanjutkan
c. Fisioterpi dada
Drynase postural fibrasi dan perkusi serta teknik fisioterapi lainnya
hanya dilakukan pada penderita hipersekresi mukus sebagai penyebab
utama eksaserbasi akut yang terjadi.
d. Antibiotik
Diberikan kalau jelas ada tanda-tanda infeksi seperti demam, sputum
purulent dengan neutrofil leukositosis.
e. Sedasi dan antihistamin
Obat-obat sedative merupakan indikasi kontra kecuali di ruang
perawatan intensif. Sedangkan antihistamin tidak terbukti bermanfaat
dalam pengobtan asma akut berat malahan dapat menyebabkan
pengeringan dahak yang mengakibatkan sumbatan bronkhus.
F.
Pemeriksaan diagnostik
1. Psirometri : peningkatan FEV, atau FVC seabanyak 20%
2. Pemeriksaan radiologi : pada umumnya normal. Dilakukan tindakan bila
ada indikasi patologi di paru, misalnya : pneumotoraks, antelektasis, dll
3. Analisi gas darah : hipoksemia, hiperkapnia, asidosis respirsatorik.
4. Pemeriksaan sputum : adanya eosinofil, kristal carcotleyden, spiral
churschemen, miselium asoergillus humigulus
5. Pemeriksaan darah : jumalah eosinofil meningat.
6. Pemeriksaan fungsi paru adalah cara akurat dalam mengkaji obstruksi
jalan nafas akut.
7. Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan jika pasien tidak mampu
melakukan maneuver fungsi pernafasan karena obstruksi berat atau
keletihan, atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan.
8. Arus puncak inspirasi APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana,
flowmeter dan merupakan data yang objektif dalam menentukan derajat
beratnya penyakit.
9. Pemeriksaan fotothoraks pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk
melihat hal-hal yang ikut memeperburuk atau komplikasi asma akut yang
perlu juga mendapat penanganan seperti atelektasis, pneumonia, dan
pneumotoraks.
10. Elektrokardiografi
Tanda-tanda abnormalitas semnetara dan repersible setelah terjadi
perbaikan klinis adalah gelombang P meninggi (P pulmonal, takikardi
dengan atau tanpa aritmea supra ventrikuler, tanda-tanda hipertropi
ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan.
c. Nutrisi
Biasanya ketika normal klien mampu makan dengan porsi yang cukup
tetapi ketika sakit klien merubah porsi makannya karena sering
tersedak karena adanya sesak.
d. Oksigenasi
Sebelum sakit klien tidak memerlukan alat bantu pernapasan, setelah
sakit klien memerlukan alat bantu pernapasan oksigen masker 6-10
liter/ menit.
e. Eliminasi urin
Sebelum sakit frekuensi berkemih 5-6x sehari, jumlah urin klien
250cc/hari, berbau khas, warna kuning jernih. Setelah sakit klien tidak
mempunyai masalah dengan urin.
f. Sensori, persepsi dan kognitif
Melihat dengan jarak yang normal, pendengaran klien juga normal,
penciuman klien juga normal sensasi taktil klien normal dan
pengecapan klien juga norma.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: klien terlihat lemah
Tanda-Tanda Vital
TD : 130/90mmHg
N : 98x/menit
RR : 30x/menit
S : 370C
2) Kepala
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan
yang terdapat dikepala tidak terdapat lesi, bentuk tengkorak
simetris dan bagian prontal menghadap kedepan dan bagian
pariental menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami
peradangan, tumor, maupun bekas luka.
3) Leher
inspeksi dan palpasi : dapat melakukan gerakan leher secara
terkoordinasi.
4) Dada dan paru
Inspeksi dada klien terlihat kembang kempis. plapasi getaran pada
dinding
dada
klien seimbang,
pada
saat
dilakukan
yang
bertambah
dan
peleburan
rongga
empisema
(COPD),
maka
jantung, yakni
sinus
pengobatan.
Benyak
penderita
tanpa
keluhantetapi
5. Dx.
Keperawat
an
55. Ketidakefe
ktifan
bersihan
jalan napas
b.d sekret
yang
tertahan
atau sisa
sekret,
bronkhoko
nstriksi,
bronkhosp
asme,
edema
mukosa
dan
dinding
bronkus.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63. Ketidakefe
ktifan pola
napas b.d
hiperventil
asi,
hipoksemi
6. Tujuan dan
Kriteria hasil
1.
2.
3.
4.
1.
2.
7. Intervensi
1. amankan pasien ke
tempat yang aman.
87.
88.
2. kaji tingkat kesadaran
pasien.
89.
90.
3. Auskultasi bunyi napas
dengan mendekatkan
telinga kemulut pasien.
91.
4. Berikan teknik
membuka jalan napas
dengan cara
memiringkan pasien
setengah telungkup dan
membuka mulutnya.
92.
93.
1. kaji usaha dan
frekuensi napas pasien.
2. Auskultasi bunyi napas
dengan mendekatkan
telinga pada hidung
pasien serta pipi
kemulut pasien.
3. Pantau ekspansi dada
pasien
94.
4. Pantau pola pernapasan
(beradipnea, takipnea,
hiperfentilasi)
1. M
95.
n
96.
2. M
1. bantu pasien untuk
u
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
tertentu.
mengidentifikasi situasi
3. klien tidak memiliki napas
yang mampu membuat
pendek.
cemas itu datang.
4. klien punya kemudahan
2. kontrol faktor cemas
dalam bernapas.
yang dibutuhkan oleh
82.
klien.
64.
83.
3. indentifikasi apabila
65.
84.
Setelah
dilakukan
tingkat kecemasan
66.
tindakan
berubah.
67.
keperawatan
97.
68.
selama
3
x
24
jam
69.
maka ansietas
70.
dapat teratasi
71. Ansietas
dengan criteria
berhubung
hasil :
an dengan 1. Tingkat kecemasan klien
sulit
menurun.
bernapas
2. Klien tidak sulit lagi untuk
tidur.
disebabka
3.
Raut wajahnya kembali
n
gagal
normal
napas yang
85.
berat,kura
86.
ng
pengetahu
an tentang
cara
pengobata
n
dan
pemeriksa
an.
72.
a, dan
ancaman
gagal
napas.
1
1
1
3. M
p
p
4. M
p
1. M
m
2. M
k
p
1
3. M
y
l
116.