Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TRANSFUSI DARAH
Pembimbing :
Dr. Ruby Satria Nugraha, Sp. An, M.kes
Dr. Uus Rustandi, Sp. An
Disusun Oleh :
Atika Qisty Desmawan
110.2010.040
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan.
Bab
II 2
Pembahasan
Darah
Darah
sebagai 2
organ.......
Peran
penting 2
darah
Definisi
dan
tujuan
tranfusi 3
darah..
Tranfusi
darah
klinik
Indikasi
dalam 3
transfusi 4
darah...
Prosedur
pelaksanaan
transfusi 5
darah.
Sediaan
Darah
Untuk 6
Transfusi
Packed
Red
Cell... 9
..
Suspensi
Trombosit... 1
.
Plasma Segar
1
Beku... 1
..
Cryopresipitate...
2
1
.
Albumin....
3
1
..
Kompleks
Faktor
4
IX... 1
Imunoglobulin...
.
Transfusi
Darah
..
4
1
4
Autologus.. 1
5
1
1
GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN
DARAH
1
KOMPLIKASI TRANSFUSI
DARAH.
2
Bab III
Kesimpulan
.
2
Daftar
Pustaka
.
BAB I
PENDAHULUAN
Transfusi darah sering menyelamatkan kehidupan, misalnya dalam kasuskasus yang gawat, perawatan neonatus premature yang intensif modern, anak dengan
kanker, penerima cangkok organ merupakan kasus yang tidak mungkin tanpa tranfusi.
Tranfusi darah merupakan tindakan pengobatan pada pasien (anak, bayi dan dewasa)
yang diberikan atas indikasi. Kesesuaian golongan darah antara resipien dan donor
merupakan salah satu hal mutlak.
Transfusi darah adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah donor
ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan.
Pemikiran dasar pada transfusi darah adalah cairan intravaskuler dapat diganti
atau disegarkan dalam cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh. Pada tahun 1901,
Landsteiner menemukan golongan darah sistem ABO dan kemudian sistem antigen
Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di tahun 1939. Kedua sistem ini
menjadi dasar penting bagi tranfusi darah modern. Meskipun kemudian sistem
berbagai sistem antigen lain seperti Duffy, Kell dan lain-lain, tetapi sistem-sistem
tersebut kurang berpengaruh.
Transfusi darah memang merupakan upaya untuk menyelamatkan kehidupan
dalam banyak hal, dalam bidang pediatri misalnya dalam perawatan neonates
prematur, anak dengan keganasan, anak dengan kelainan defisiensi atau kelainan
2
komponen darah, dan transplantasi organ. Namun tranfusi bukanlah tanpa resiko,
meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk memperlancar tindakan tranfusi,
namun efek samping reaksi tranfusi atau infeksi akibat tranfusi tetap mungkin terjadi.
Pemberian komponen-komponen darah yang diperlukan saja lebih dibenarkan
dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole blood). Prinsip ini lebih
ditekankan lagi di bidang ilmu kesehatan anak karena bayi maupun anak yang sedang
tumbuh sebaiknya tidak diganggu sistem imunologisnya dengan pemberian antigenantigen yang tidak diperlukan. (1)
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi
transfusi darah, macam bentuk sediaan darah serta komponen darah, indikasi
pemberian transfusi darah, dan reaksi transfusi darah.
BAB II
PEMBAHASAN
DARAH
1. Darah sebagai organ
Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah
dimasukkan sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam sistem
kardiovaskuler, tersusun dari :
a) Komponen korpuskuler atau seluler
Komponen korpuskuler yaitu materi biologis yang hidup dan bersifat
multiantigenik, terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan keping trombosit,
yang kesemuanya dihasilkan dari sel induk yang senantiasa hidup dalam sumsum
tulang. Ketiga jenis sel darah ini memiliki masa hidup terbatas dan akan mati jika
masa hidupnya berakhir. Agar fungsi organ darah tidak ikut mati, maka secara
berkala pada waktu-waktu tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan diganti,
diperbarui dengan sel sejenis yang baru.
b) Komponen cairan
Komponen cair yang juga disebut plasma, menempati lebih dari 50 volume %
organ darah, dengan bagian terbesar dari plasma (90%) adalah air, bagian kecilnya
3
terdiri dari protein plasma dan elektrolit. Protein plasma yang penting diantaranya
adalah albumin, berbagai fraksi globulin serta protein untuk factor pembekuan dan
untuk fibrinolisis. (2)
.
a
(immunoglobulin).
Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis)
sebagai upaya untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan
pada pembuluh darah. Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis,
khususnya jika terjadi aktifitas homeostasis yang berlebihan.
Apabila terjadi pengurangan darah yang cukup bermakna dari komponen
d
e
luas.
Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya pada
anemia, trombositopenia, hipotrombinemia, dan lain-lain.
Anemia karena perdarahan, biasanya digunakan batas Hb 7-8 g/dL. Bila telah
c
d
e
sendiri.
Umumnya
digunakan
patokan
5g/dL.
Hal
ini
permintaan darah
Tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan suhu harus diperiksa
10
11
kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Lama simpan darah 24 jam dengan
sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah
dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells
banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik,
leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan
untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila
kadar Hb sudah di atas 8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB
atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4
jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang
diketahui.
Rumus kebutuhan darah (ml) :
3 x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket :
- Hb normal
- Hb pasien
12
perdarahan tambahan
Defek trombosit kumulatif dan perdarahan atau prosedur invasive
Bayi berusia < 4 bulan
13
1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya
kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura,
leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang
karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal
juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
Rumus Transfusi Trombosit
BB x 1/13 x 0.3
Macam sediaan:
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.
Penyimpanan 34C sebaiknya 24 jam.
14
XI. Kebutuhan akan plasma beku segar bervariasi tergantung dari faktor spesifik
yang akan diganti.
Komponen ini dapat diberikan pada trauma dengan perdarahan hebat atau
renjatan (syok), penyakit hati berat, imunodefisiensi tanpa ketersediaan preparat
khusus, dan pada bayi dengan enteropati disertai kehilangan protein (protein
losing enteropathy). Meskipun demikian, penggunaan komponen ini sekarang
semakin berkurang. Dan bila diperlukan, maka dosisnya 20-40 ml/ kgBB/hari.
Indikasi lain transfusi plasma beku segar adalah sebagai cairan pengganti
selama
penggantian
plasma
pada
penderita
dengan
purpura
trombotik
4. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya faktor VIII, faktor
pembekuan XIII, faktor Von Willbrand dan fibrinogen. Penggunaannya ialah
untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah
penderita hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak
melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab
komponen ini tidak tahan pada suhu kamar.
Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek sampingnya berupa
demam dan alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, dan faktor XIII.
Indikasi :
15
Hemophilia A
Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate : (3)
0.5x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
5. Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen
dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai
menjadi cairan 5% atau 20%. Pada 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan
osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa.
Rumus Kebutuhan Albumin
albumin x BB x 0.4
6. Kompleks faktor IX
dapat diatasi hanya dengan antibiotika dan lain-lain. Dosis yang digunakan adalah
1-3 ml/kgBB.
8. Transfusi darah autologus
jenis
penggolongan
darah
yang
paling
penting
adalah
Sistem ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A
di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A
hanya
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen
A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun,
17
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama O.
Sistem Rhesus
Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah
kera Macacca rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti
serum. Anti serum yang didapat ternyata bereaksi dengan sel-sel darah
merah. ,antigen-Rh yang ditemukan dalam darah kera Macaca rhesus oleh
Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga ditemukan dalam darah
manusia.
Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia
dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
1.
2.
Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+) atau Rh
(-). Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh (-) saja.
Oleh karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana
tidak ada waktu lagi untuk melakukan pengecekan golongan darah seseorang.
Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenuhi
syarat sebagai berikut: (1)
1. Calon donor harus berusia 17-60 tahun,
2. Berat badan minimal 50 kg
3. Kadar hemoglobin >12,5 gr%
18
darah
(donor)
dilihat
keadaan
kesehatannya.
Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa
untuk mengetahui adanya anemia.
Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang
menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan.
Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu
misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan
perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh virus AIDS.
Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan
darah tinggi yang tidak terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat
tertentu, untuk sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk
menyumbangkan darah. Biasanya donor tidak diperbolehkan menyumbangkan
darahnya lebih dari 1 kali setiap 2 bulan.
Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah adalah aman.
Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya sendiri
19
hanya membutuhkan waktu 10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum
dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang.
Standard
unit
pengambilan
darah
hanya
sekitar
0,48
liter.
Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung
bahan pengawet dan komponen anti pembekuan.
Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari
adanya penyakit infeksi seperti AIDS, hepatitis virus dan sifilis. Darah yang
didinginkan dapat digunakan dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan tertentu,
(misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang jarang), sel darah merah bisa
dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya,
maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya;
apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan
pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes
darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini
disebut cross-matching.
Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak
sesuainya
darah
donor
dengan
darah
resipien.
Dilakukan
sebelum
transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu.
Bila Crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan
Crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus diulangi
dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan
20
terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi darah masih
dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila pemeriksaan
dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah
donor
itu tidak dapat ditransfusikan.
KOMPLIKASI TRANFUSI DARAH
1. Reaksi transfusi darah secara umum
Tidak semua reaksi transfusi dapat dicegah. Ada langkah-langkah tertentu
yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi, walaupun
demikian tetap diperlukan kewaspadaan dan kesiapan untuk mengatasi setiap
reaksi transfusi yang mungkin terjadi. Ada beberapa jenis reaksi transfusi dan
gejalanya bermacam-macam serta dapat saling tumpang tindih. Oleh karena itu,
apabila terjadi reaksi transfusi, maka langkah umum yang pertama kali dilakukan
adalah menghentikan transfusi, tetap memasang infus untuk pemberian cairan
NaCl 0,9% dan segera memberitahu dokter jaga dan bank darah.
2. Reaksi Transfusi Hemolitik Akut
Reaksi transfusi hemolitik akut (RTHA) terjadi hampir selalu karena
ketidakcocokan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM yang beredar) dan
sekitar 90%-nya terjadi karena kesalahan dalam mencatat identifikasi pasien atau
unit darah yang akan diberikan.(1,2)
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam dengan
atau tanpa menggigil, mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine
berkurang, hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada keadaan yang lebih berat dapat
terjadi renjatan (shock), koagulasi intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal
ginjal akut yang dapat berakibat kematian.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
(a) meningkatkan perfusi ginjal,
(b) mempertahankan volume intravaskuler,
(c) mencegah timbulnya DIC.2,3
21
titer tinggi. Reaksinya terjadi dengan cepat, hanya beberapa menit setelah
transfusi dimulai. Aktivasi komplemen dan mediator kimia lainnya meningkatkan
permeabilitas vaskuler dan konstriksi otot polos terutama pada saluran napas yang
dapat berakibat fatal. Gejala dan tanda reaksi anafilaktik biasanya adalah
angioedema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat pernapasan, hipotensi, dan
renjatan.
Penatalaksanaannya adalah :
(1) Menghentikan transfusi dengan segera,
(2) Tetap infus dengan NaCl 0,9% atau kristaloid,
(3) Berikan antihistamin dan epinefrin.
Pemberian dopamin dan kortikosteroid perlu dipertimbangkan. Apabila terjadi
hipoksia, berikan oksigen dengan kateter hidung atau masker atau bila perlu
melalui intubasi.(1,2)
5. Efek samping lain dan resiko lain transfusi
a. Komplikasi dari transfusi massif
Transfusi massif adalah transfusi sejumlah darah yang telah disimpan,
dengan volume darah yanglebih besar daripada volume darah resipien dalam
waktu 24 jam. Pada keadaan ini dapat terjadi hipotermia bila darah yang
digunakan tidak dihangatkan, hiperkalemia, hipokalsemia dan kelainan koagulasi
karena terjadi pengenceran dari trombosit dan factor- factor pembekuan.
Penggunaan darah simpan dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya
beberapa komplikasi diantaranya adalah kelainan jantung, asidosis, kegagalan
hemostatik, acute lung injury.
b. Penularan penyakit Infeksi
1 Hepatitis virus
Penularan virus hepatitis merupakan salah satu bahaya/ resiko besar pada
transfusi darah. Diperkirakan 5-10 % resipien transfusi darah
menunjukkan kenaikan kadar enzim transaminase, yang merupakan
bukti infeksi virus hepatitis. Sekitar 90% kejadian hepatitis pasca
transfusi disebabkan oleh virus hepatitis non A non B. Meski sekarang
ini sebagian besar hepatitis pasca transfusi ini dapat dicegah melalui
seleksi donor yang baik dan ketat, serta penapisan virus hepatitis B dan
C, kasus tertular masih tetap terjadi. Perkiraan resiko penularan hepatitis
B sekitar 1 dari 200.000 dan hepatitis C lebih besar yaitu sekitar
2
1:10.000.
AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome)
23
BAB III
24
KESIMPULAN
Darah dapat pula disimpan dalam bentuk komponen- komponen darah yaitu:
eritrosit, leukosit, trombosit, plasma dan factor- factor pembekuan darah
dengan proses tertentu yaitu dengan Refrigerated Centrifuge.
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada Reaksi Tranfusi Hemolitik Akut
adalah demam dengan atau tanpa menggigil, mual, sakit punggung atau dada,
sesak napas, urine berkurang, hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada keadaan
yang lebih berat dapat terjadi renjatan (shock), koagulasi intravaskuler
diseminata (KID), dan/atau gagal ginjal akut yang dapat berakibat kematian
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat,
ikterus, dan kadang-kadang hemoglobinuria.
25
Berbagai bentuk upaya telah dan hampir dapat dipastikan akan dilaksanakan, agar
transfusi menjadi makin aman, dengan resiko yang makin kecil. Meskipun
demikian, transfusi darah belum dapat menghilangkan secara mutlak resiko dan
efek sampingnya.Untuk itulah indikasi transfusi haruslah ditegakkan dengan
sangat hati- hati, karena setiap transfusi yang tanpa indikasi adalah suatu
kontraindikasi. Maka untuk memutuskan apakah seorang pasien memerlukan
transfusi atau tidak, harus mempertimbangkan keadaan pasien menyeluruh. Pada
pemberian transfusi sebaiknya diberikan komponen yang diperlukan secara
spesifik untuk mengurangi resiko terjadinya reaksi transfusi. Indikasi untuk
pelaksanaan transfusi didasari oleh penilaian secara klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
Menyadari hal ini, maka perlu kiranya mereka yang terlibat dalam praktek
transfusi darah mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam bidang ilmu
kedokteran transfusi (transfusion medicine).
26
DAFTAR PUSTAKA
Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua,
http://www.palangmerah.org/pelayanan transfusi.asp
Sudarmanto B, Mudrik T, AG Sumantri, Transfusi Darah dan Transplantasi dalam
Buku Ajar Hematologi- Onkologi Anak, 2005, Jakarta, Balai Penerbit IDAI,
halaman: 217-225
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http:/www.merckmanuals.com/home/blood_disorders/blood_transfusion/typ
es_of_transfusions.html Accessed on 2 July 2015.
27