Sunteți pe pagina 1din 9

Analisis kasus

Dari video tersebut dapat kita ketahui, bahwa kesombongan yang dikatakan seorang calon
presiden terhadap warganya yang menyatakan bahwa tidak ada yang dapat melengserkan
kedudukannya jika ia telah mendapat 500.000 suara yang memilihnya, bahkan Tuhan
sekalipun lalu sesuai bukti bahwa Tuhan itu ada maka di berikan lah dia sebuah kemenangan
jabatan sesuai harapannya oleh Tuhan, namun tak disangka akhirnya ditunjukan pula sebuah
kenyataan yang mematahkan pernyataan yang dilontarkan oleh calon presiden tersebut.
Lalu kisah kedua dari John Lennon yang menghina Tuhan dengan menyatakan kesombongan
atas ketenaran yang diperoleh oleh grup band nya yaitu the beatles yang ia rasa lebih terkenal
daripada Tuhan beserta ajaran-Nya dan ia beserta bandnya tidak akan pernah terlupakan
sepanjang masa oleh penggemar-penggemarnya, namun mendengar kesombongan yang
terlontar dari mulut John Lennon tersebut penggemar-penggemarnya pun kecewa, bahkan
salah satu penggemar fanatiknya lah yang membunuhnya.
Berikutnya kisah marlin monroe yang merasa tidak membutuhkan Tuhan walaupun ketika ia
sedang mengalami kesusahan dan akhirnya ia tewas seminggu setelah mengucapakan hal
tersebut, itu merupakan bukti bahwa justru ketika kita benar-benar mengalami kesusahan
itulah kita harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, kemudian kisah dari seorang arsitek
yang perfectsionis yang berhasil menciptakan kapal titanic yang dengan sombongnya
menyebutkan bahwa Tuhan pun tak akan mampu menenggelamkan kapal tersebut, namun
akhirnya diberikan juga bukti kekuasaan Tuhan yang akhirnya mampu menenggelamkan
kapal tersebut dengan sebuah pecahan es besar yang menghantam kapal titanic tersebut, lalu
berdasarkan video yang mengkisahkan seorang remaja yang akan pergi jalan-jalan bersama
teman-temannya yang menganggap remeh doa dari ibunya, lalu menyatakan bahwa Tuhan
boleh bersama mereka asalkan Tuhan duduk di bagasi, dan terbuktilah ketika Tuhan
mantakdirkan terjadi kecelakaan terhadap mereka seluruh bagian mobil hancur total kecuali
bagasinya, hal itu menjelaskan bahwa Tuhan itu benar-benar ada, Maha berkuasa dalam
menentukan kehidupan manusia.

Nilai dasar Manusia dengan Tuhan


Kebanyakan manusia kurang atau bahkan tidak pernah bersyukur terhadap apa yang
diberikan Tuhan padanya seperti kaki untuk berjalan, mata untuk melihat, telinga untuk
mendengar, akal untuk berfikir, bahkan oksigen untuk bernafas dan masih banyak lagi ciptaan
Tuhan yang diberikan kepada kita selaku manusia dalam menikmati kehidupan di bumi ini.
Terutama pada orang-orang yang menjadi idola kebanyakan orang atau orang yang memiliki
jabatan penting di wilayahnya telah di butakan oleh kesenangan dunia sehingga mereka lupa
terhadap Tuhan yang telah menciptakan mereka, mungkin karena mereka telah di beri
kelebihan dibandingkan yang lain seperti ketenaran, kekayaan atau kekuasaan jadi mereka
merasa lebih berkuasa atau lebih hebat sehingga tak akan mampu dikalahkan oleh siapapun
termasuk Tuhan. Namun dari kesombongan atas ucapan mereka yang menghina Tuhan,
merekapun mendapatkan balasan atas perbuatannya masing-masing.

asas keadilan dan contoh kasus Ilmu Budaya Dasar


1. Pendahuluan
Matakuliah

Ilmu

Budaya

Dasar

merupakan

matakuliah

wajib

bagi

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana khususnya dan


Fakultas lain pada umumnya.
Paper Ilmu Budaya Dasar merupakan salah satu Tugas atau prasyarat
dalam menempuh Matakuliah Ilmu Budaya Dasar.
Sebagai tugas ketiga, kami kelompok 2 mendapat Tugas menulis Paper
dengan judul Azas-azas Keadilan.
Dan paper ini akan di presentasikan di kelas dengan bimbingan Dosen
Matakuliah Ilmu Budaya Dasar yaitu Ibu Siti Masito, SH, MH. Atau
dipanggil Ibu Iit.
Kami telah menyusun paper ini dengan bekerjasama dan saling mengisi
satu sama lain, sehingga paper ini dapat tersusun dengan baik.
Paper ini terdiri dari Pendahuluan, Bahasan Materi Kuliah Ilmu Budaya
Dasar, Contoh kasus, pembahasan Studi kasus, kesimpulan, penutup.
Kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Dosen Matakuliah Ilmu Budaya Dasar yaitu Ibu Siti Masito, SH, MH. yang
telah membimbing kami, dan juga kepada teman2 kelompok 2 yang telah
memberi masukan sehingga paper ini dapat tersusun dengan baik.
2. Materi Matakuliah Ilmu Budaya Dasar
Azas-azas Keadilan
Secara teoritis, azas untuk menentukan apakah sesuatu hal itu adil
atau tidak adalah:
1.
2.

Azas persamaan, yaitu setiap orang mendapatkan bagian secara merata;


Azas kebutuhan, yaitu setiap orang mendapat bagian sesuai dengan
kebutuhan/keperluannya;

3.

Azas kualifikasi, yaitu keadilan yang didasarkan pada kenyataan bahwa


yang bersangkutan akan dapat mengerjakan tugas yang diberikan

padanya;
4.

Azas prestasi objektif, yaitu apa yang menjadi bagian seseorang


didasarkan pada syarat-syarat objektif misalnya: kemampuan/keahlian
seseorang;

5.

Azas subjektif, yaitu keadilan yang didasarkan pada syarat-syarat


subjektif misalnya ketekunan, kerajinan, dan sebagainya.
Dalam bidang hukum beberapa azas keadilan antara lain adalah:

1.

Azas equality before the law, yaitu azas yang menyatakan adanya
persamaan hak dan derajat di muka hukum bagi setiap orang;

2.

Azas equal protection on the law, yaitu azas yang menyatakan bahwa setiap
orang berhak mendapat perlindungan yang sama oleh hukum;

3.

Azas equal Justice under the law, yaitu azas yang menyatakan bahwa setiap
orang berhak mendapat perlakuan yang sama di bawah hukum.
Di dalam penegakkan hukum, suatu keadilan dilambangkan sebagai
seorang perempuan yang memegang timbangan dan sebilah pedang
dengan mata yang tertutup. Hal ini melambangkan suatu penegakkan
hukum yang diharapkan dilakukan dengan seadil-adilnya dilambangkan
dengan timbangan, penuh ketegasan bagi yang melanggar dilambangkan
dengan sebilah pedang dan tidak pandang bulu/pilih kasih dalam
penerapannya dilambangkan dengan mata yang tertutup.

3. Studi Kasus
Pepatah hukum tajam ke bawah namun tumpul ke atas memang bukan isapan
jempol. Keadilan begitu mahal bagi mereka yang tidak punya.
Demi memperoleh keadilan, mereka yang tak mampu tak jarang melakukan
berbagai cara. Berjalan kaki ribuan kilo pun pernah dilakukan seorang bapak untuk
menuntut keadilan bagi anak. Namun tetap saja keadilan itu hanya sebuah mimpi
yang sulit terwujud.
Mirisnya lagi, mereka yang tidak punya tersebut justru menjadi korban ketidakadilan
para aparat penegak hukum. Wakil negara yang seharusnya mengayomi justru
membuat petaka bagi rakyat yang papa.

Demi memperoleh keadilan segala macam cara dilakukan. Berikut empat kisah
memilukan mereka yang berusaha mencari keadilan.

1. Jalan kaki dari Malang ke Mekkah


Indra Azwan (53), warga Malang, Jawa Timur, rela berjalan kaki dari Malang menuju Jakarta
untuk bertemu SBY. Namun keadilan tak kunjung dia dapatkan. Bahkan kini bapak empat
anak ini sedang berjalan kaki menuju tanah suci Mekkah untuk mengadukan ketidakadilan
yang dia alami.
Indra Azwan adalah seorang pencari keadilan atas kasus tabrak lari yang menimpa anaknya,
Rifki Andika (12), pada 1993 silam. Pelakunya, Lettu Pol Joko Sumantri, hingga kini tidak
diadili. Dalam insiden tabrak lari tersebut, Rifki anaknya meninggal dunia.
Benarkah keadilan akan dia dapat setelah sampai di tanah suci? Semoga saja bapak ini segera
mendapatkan keadilan yang lebih dari 19 tahun itu.
Syamsul Arifin korban salah tangkap polisi

Syamsul Arifin (23) harus menempuh ribuan kilometer untuk mengadukan nasibnya yang
mengenaskan akibat salah tangkap. Dengan sepeda motornya Syamsul mencari keadilan guna
memperbaiki nama baiknya ke berbagai lembaga penegak hukum di Jakarta.

Sebelum ke Kompolnas, Syamsul mengaku telah mengunjungi Komnas Ham, Polhukam,


Polda dan Propam Polri untuk mengadukan nasibnya. Meski demikian tak ada satupun
lembaga tersebut yang bisa menolongnya.
Syamsul menceritakan kisah tragisnya berawal dari penangkapan tiba-tiba oleh aparat saat
dirinya hendak bekerja sebagai tukang mebel. Tanpa surat penahanan, Syamsul pun
digelandang ke Polsek Rungkut, Surabaya. Di sana, mukanya ditutup plastik hitam dipukul
dan dipaksa mengaku mencuri TV tetangganya.
Bahkan tanda tangannya dipalsukan dalam BAP. Hasilnya, diapun ditahan selama 6 bulan.
Beruntung dalam persidangan Pengadilan Tinggi Surabaya, Syamsul dinyatakan bebas pada 5
Juli 2011.
Namun nasi sudah menjadi bubur, rencana pernikahannya dengan wanita sang pujaan hati
batal karena dia tangkap polisi dan dijebloskan ke penjara. Lalu kepada siapa kini Syamsul
harus mengadukan nasibnya yang menjadi korban salah tangkap tersebut. Padahal nama baik
dan masa depan sudah hancur.
4. Analisis Kasus
Kasus Indra Azwan
Tidak

ada

yang

salah

dengan

tindakan

Indra

Azwan

untuk

memperjuangkan keadilan atas kematian anaknya agar pelaku dihukum


sehingga keadilan ditegakkan, Tidak ada pula yang salah dari SBY karena
bukankah persoalan yuridis merupakan kewenangan penegak hukum
yang tidak boleh diintervensi siapa pun? Akan tetapi sebagai kepala
negara, Presiden adalah simbol.
Kepastian hukum belum diperoleh karena masih ada upaya hukum luar
biasa yang bisa dilakukan Oditur Militer. Bukankah penyidik yang
menyalahgunakan

kewenangannya

karena

terlambat

melakukan

penyidikan sudah diambil tindakan? Hal tersebut dapat pula dipakai


sebagai bukti baru (novum) dalam mengajukan peninjauan kembali (PK)
kepada Mahkamah Agung RI, mengingat peristiwa kecelakaan terjadi pada
1993 sehingga anggota Polri yang terlibat tindak pidana masih tunduk
kepada peradilan militer sebelum berlakunya UU No 2/2002 tentang
Kepolisian RI, yang menyatakan anggota Polri diadili oleh pengadilan

umum bila terlibat dalam tindak pidana. Apalagi, unsur kemanfaatan dan
keadilan sampai saat ini masih jauh dari harapan.
Apa yang dialami Indra Azwan merupakan cermin bahwa hukum hanya
tajam ke bawah dan tumpul ke atas, hal yang jamak terjadi dalam praktik
hukum kita saat ini. Akhirnya, semoga upaya yang tidak mengenal lelah
dari Indra Azwan membuahkan peluang untuk mendapatkan keadilan di
negeri ini. Lebih dari itu, kiranya tidak ada korban ketidakadilan sejenis di
kemudian hari. Penegak hukum sudah seharusnya bertindak profesional
karena menunda pelayanan ialah bentuk ketidakadilan itu sendiri.
Lagi pula dalam hukum pidana tidak ada batas waktu pengajuan PK
sehingga peluang memperoleh keadilan masih dimungkinkan. Akhirnya,
kepada penegak hukum janganlah menyalahgunakan hukum kita, karena
kepada merekalah, para pencari keadilan menaruh asa.
Kasus syamsul Arifin korban salah tangkap polisi
Penangkapan yang dilakukan oknum Polda Jatim, membuat Syamsul
dibawah ke tempat yang berada di kawasan Rungkut Industri. Syamsul
dianiaya dan dipukuli hingga babak belur, hingga menutup kepalanya
dengan ditutupi kantong plastik hitam (kresek hitam), Syamsul dipukuli
secara membabi buta dengan kempalan tangan, tendangan dan sebuah
kayupun dihempaskan dikaki tempurungnya, dengan maksud Syamsul
mengakui

perbuatannya.

Perihal

aniaya

itu

sangat

menyiksa

dan

membuat cacat permanen bagi Syamsul (Korban Salah Tangkap-red),


tetapi Syamsul bersikukuh untuk tidak mengakui tindakan pencurian yang
dituduhkannya.
Akhirnya Syamsul pun ditetapkan sebagai tersangka di Polda Jatim
tertanggal 8 Februari 2011 dengan dijerat Pasal 363 KUHP, di Rutan Polda
Jatim selama 53 Hari dan sisanya di Rutan Medaeng Surabaya, jadi total
Syamsul Arifin ditahan selama 6 bulan dan dirinya menyandang gelar

napi sampai diturunkannya berita ini. Ditambah dari pengakuan Kabid


Humas Polda Jatim, Kombes Pol Hilman Tayib bahwasanya keterangannya
saat diwawanccaraai oleh salah satu Tv Swasta di Jakarta. Bahwasanya
Syamsul

Arifin

adalah

pembohong

dan

residivis.

Namun

Putusan

Pengadilan Surabaya diterimanya pada tanggal 4 Juli 2011.


Vonis bebas dari pengadilan Negeri Surabaya Kamis (5/6/2011) lalu,
dengan No Putusan : 1214/Pid.B/2011/PN.Sby. Tanggal 04 Juli 2011
tentang menyatakan bebas bersyarat. Bahkan Syamsul Arifinpun memiliki
bukti surat putusan ditingkat kasasi (Mahkama Agung), dengan bukti
putusan Makamah Agung 1 Februari 2012 no. 2152 K/Pid. 2011-2012 yang
amarnya berbunyi sbb : Mengadili, menyatakan tidak dapat diterima
permohonan kasasi dari pemohon kasasi : Jaksa / Penuntut umum pada
kejaksaan Negeri Tanjung Perak tersebut.

5. Kesimpulan
Keterkaitan Studi kasus dengan materi Azas Keadilan
Melihat kasus-kasus diatas ada beberapa simpulan dapat dikemukakan
sebagai berikut;
Dalam menegakkan hukum dan keadilan sudah seyogianya hal-hal
berikut ini menjadi pemandu aparatur yang terlibat dalam penegakan
hukum terutama hakim sebagai ujung tombak pendistribusi keadilan
kepada masyarakat. Pertama, berani mencari jalan baru (rule breaking)
dan tidak membiarkan diri terkekang cara menjalankan hukum yang
lama dan tradisional yang jelas-jelas lebih banyak melukai rasa
keadilan; Kedua, dalam kapasitas masing-masing penegak hukum (apakah
sebagai hakim, jaksa, birokrat, advokat, pendidik, dan lain-lain) didorong
untuk selalu bertanya kepada nurani tentang makna hukum lebih dalam.
Apa makna peraturan, prosedur, asas, doktrin, dan lainnya itu? Ketiga,
hukum hendaknya dijalankan tidak menurut prinsip logika saja, tetapi

dengan perasaan kepedulian dan semangat keterlibatan (compassion)


kepada bangsa kita yang sedang menderita.
Perasaan

kepedulian

dan

semangat

keterlibatan

dalam

proses

penegakan hukum dan keadilan terutama harus dimiliki oleh seorang


hakim, karena abatan hakim adalah jabatan terhormat, sehingga hakim
merupakan anggota masyarakat yang terkemuka dan terhormat. Melekat
pada predikatnya sebagai insan yang terhormat, suatu keniscayaan bagi
seorang hakim untuk memayungi dirinya dengan etika spiritual dan
moral dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil Tuhan di dunia dalam
memberikan keadilan. Etika spiritual dan moral ini tercitrakan ada jiwa,
semangat, dan nilai mission sacre kemanusiaan. Suatu keterpanggilan
dan pertanggungjawaban suci dari umat manusia dalam menegakkan
keadilan

dan

hukum

(law

enforcement),

toleran,

sehingga

dapat

menerima dan memberi di dalam perbedaan budaya (multicultural), serta


mendasarkan diri pada kehidupan beragama.
Apabila hakim tidak lagi menggunakan etika spiritual dan moral
sebagai

sandaran

vertikal

sekaligus

horizontal

dalam

pelaksanaan

tugasnya, tidak heran jika krisis telah melanda lembaga pengadilan.


Akibat dari krisis yang cukup serius yang dialami lembaga pengadilan,
konsekuensi

ikutan

yang

tidak

kalah

seriusnya

adalah

surutnya

kepercayaan dan hilangnya kewibawaan pengadilan di mata masyarakat.


Bahkan pengadilan di Indonesia telah sangat diragukan independensinya
dalam memeriksa dan memutus suatu kasus. Persepsi masyarakat
pencari keadilan telah nyata bahwa pengadilan di Indonesia tidak lagi
sebagai tempat mencari keadilan, melainkan sebagai tempat untuk
mencari kemenangan dengan segala cara, dan sebagai tempat jual beli
putusan.

Saran

Selain kesimpulan, kami juga ingin menyampaikan beberapa rekomendasi


saran demi kesempurnaan makalah ini, antara lain :
1. Lebih di tingkatkan kembali ibadah kepada Allah SWT, agar kita diberi
lindungan dalam melakukan sesuatu.
2. Menjadikan Peraturan yang berlaku di Indonesia sebagai tolak ukur kita
3.

dalam melakukan suatu perbuatan yang berkenaan dengan hukum.


Meningkatkan keadilan terhadap masyarakat tanpa memandang

statusnya.
4. Selalu menjunjung keadilan dalam menegakkan hukum di Indonesia,

S-ar putea să vă placă și