Sunteți pe pagina 1din 18

DES

92012

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


ASHMA BRONKIAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ASMA BRONKHIAL

1. 1.
DEFENISI
The American Thoracic Society menyatakan bahwa asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil
dari pengobatan. (Tanjung, 2003. http://google.com).
Menurut United States Nasional Tuberculosis Assosiation (1967), asma bronkhial merupakan suatu penyakit
yang ditandai oleh peningkatan reaksi trakea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang
manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas.
Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan
maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya adalah tampaknya suatu perubahan status
imunologis sipenderita. (http://www.jevuska.com).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asma bronkhial memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1.
2.
3.

Penyempitan atau obstruksi saluran nafas yang reversibel, baik secara spontan maupun dengan
pengobatan.
Kesukaran untuk bernafas.
Peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai rangsangan/stimulus.

1. 2.
ETIOLOGI
Etiologi dari asma bronkhial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
a. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial. Yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu, hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi

Alergen

Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.


Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
1. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
Contohnya: makanan dan obat-obatan.
1. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Contohnya: perhiasan, logam, dan jam tangan.

Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang, serangan asma berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, dan musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.

Stress

Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga bisa memperberat serangan
asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

Lingkungan kerja

Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.

Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga
yang berat.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah aktifitas tersebut selesai.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu,
serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
1. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
1.

Asma gabungan

Asma gabungan merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
(Tanjung, 2003)

1. 3.
PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas,
sehingga klien merasa sesak nafas/dispnea.
Penyebab yang umum terjadi pada asma adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing
di udara. Seorang yang menderita alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig
E abnormal dalam jumlah besar dan bila antibodi tersebut bereaksi dengan antigen spesifiknya, akan terjadi
reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru
yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor tersebut akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil,
sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus, dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Biasanya, penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi hanya sekali-kali
melakukan ekspirasi, karena diameter bronkiolus selama ekspirasi lebih kecil daripada selama inspirasi
akibat peningkatan tekanan dalam paru. Hal tersebut menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal tersebut bisa menyebabkan barrel chest.
Akibat kesulitan dalam bernafas, asupan oksigen menjadi tidak adekuat, sehingga aliran darah ke perifer
berkurang dan terjadi sianosis, peningkatan tekanan darah, dan denyut jantung. Jika aliran darah keotak juga
berkurang, maka kesadaran klien terganggu dan terjadi penurunan kesadaran. Sesak nafas juga dapat
mengganggu aktivitas dan kemampuan untuk makan, sehingga dapat meyebabkan gangguan dalam
beraktivitas dan penurunan berat badan karena asupan nutrisi yang tidak adekuat.

1. 4.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang ditemukan pada anak dengan asma bronkhial adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sesak napas/dispnea.
Batuk yang disertai lendir/batuk kering.
Nyeri dada.
Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari
dan memburuk pada malam hari.
Gelisah.
Kemerahan pada jaringan.

Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak dan makin berat, antara lain :
barrel chest, sianosis, gangguan kesadaran, takikardi, peningkatan tekanan darah, dan pernafasan yang
cepat dan dangkal.
Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari dan dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi,
seperti status asmatikus, atelektasis, hipoksemia, pneumothoraks, emfisema, deformitas toraks, dan gagal
nafas.

1. 5.
Terlampir

WOC

1. 6.
PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah :
1.
2.
3.

Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.


Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
Memberikan informasi kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma, baik
pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya, sehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan dan dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan terhadap perawatan
anak.
Pengobatan pada asma bronkhial dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik
Yang termasuk pengobatan non farmakologik untuk anak dengan asma bronkhial adalah:

Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisioterapi
Pemberian O2 bila terjadi serangan asma berat.

1. Pengobatan farmakologik
Obat-obat anti asma umumnya ditujukan untuk melebarkan saluran napas pada serangan asma. Kadangkadang juga diperlukan obat anti inflamasi/anti peradangan dalam penanganan asma bronkhial.
Yang termasuk pengobatan farmakologik untuk anak dengan asma bronkhial adalah:

Bronkodilator

Bronkodilator merupakan obat yang digunakan untuk melebarkan saluran nafas, yang terdiri dari 2 golongan,
yaitu:
1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Contohnya: Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), dan Terbutalin (bricasma).

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan (seperti
MDI/Metered doseinhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (seperti Ventolin Diskhaler dan
Bricasma Turbuhaler) atau cairan bronkodilator (seperti Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin).
2. Santin (teofilin)
Contohnya: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), dan Teofilin (Amilex).
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Bila kedua obat
ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaiannya dapat dalam bentuk suntikan yang disuntikkan secara perlahan-lahan ke pembuluh
darah, untuk serangan asma akut.
Karena sering merangsang lambung, bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan.
Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria
ini digunakan jika penderita tidak dapat minum teofilin karena muntah atau lambungnya kering.

Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin digunakan untuk
penderita asma alergi.
Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian
satu bulan.

Ketolifen

Ketolifen juga mempunyai efek pencegahan terhadap asma. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg /
hari. Ketolifen dapat diberikan secara oral.

1.

1.

7.

DATA FOKUS
A. a.
Wawancara
Adanya atopi dalam anggota keluarga.
Riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Riwayat penyakit paru sebelumnya.
Kemampuan melakukan aktivitas dengan keadaan yang sulit bernafas.
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Adanya batuk berulang.

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.

Penurunan berat badan karena anoreksia.

Keterbatasan mobilitas fisik.

b.
Pemeriksaan Fisik
Frekuensi nafas cepat dan dangkal.

Klien terlihat sulit bernafas/dispnea.


Bunyi nafas mengi/wheezing.
Fase ekspirasi memanjang
Saat dipalpasi, taktil fremitus meningkat, menurun, atau menetap.
Saat diauskultasi, resonan meningkat atau melemah.
Sering tampak pucat.
Klien terlihat menggunakan otot bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu atau melebarkan

hidung.
Peningkatan tekanan darah.
Peningkatan frekuensi jantung.
Kulit kemerahan atau berkeringat.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
Klien terlihat ansietas, ketakutan, peka rangsangan, dan gelisah.

1.

c.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1.
2.
3.
4.

Kristal-kristal charcot leyden, yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.


Spiral curshmann, yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
Creole, yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, yang umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi.
5. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darahnya adalah:
1.

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
atau asidosis.
pH normal pada anak-anak: 7,36-7,44, PCO2 : 35-45 mmHg, PO2 : 75-100 mmHg, dan HCO3
: 24-28
mEq/L
1.
2.

3.

Kadang-kadang, pada darah terdapat peningkatan SGOT/Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase


(Normalnya pada laki-laki 37 U/L dan pada wanita 31 U/L) dan LDH (Normalnya 80-240 U/L).
Hiponatremia (Nilai natrium normal pada anak-anak adalah 135-145 mEq/L dan pada bayi 134-150
mEq/L) dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm 3 (Normalnya pada bayi/anak 900012.000/mm3) dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran
hiperinflasi pada pru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga interkostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang ditemukan adalah
sebagai berikut:
1.
2.

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.


Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

3.
4.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru dan gambaran atelektasis
lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
Pemeriksaan tes kulit

Pemeriksaan kulit dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1.
2.
3.

Perubahan aksis jantung


Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yaitu terdapatnya RBB (Right bundle branch block).
Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardi atau terjadinya depresi segmen ST
negatif.
Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru.
Spirometri

Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
beratnya obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan, tetapi hasil pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan adanya obstruksi.

1.
No
1

8.

ANALISA DATA
Data

DO:

Klien terlihat kesulitan


mengeluarkan sekret
karena sesak nafas
(dispnea).
Klien terlihat
menggunakan otot
bantu bantu pernafasan
saat bernafas.
Bunyi nafas klien
abnormal, yaitu adanya
bunyi nafas mengi
(wheezing).

DS:

Klien mengeluh

Patofisiologi

Masalah

Alergen, perubahan cuaca, Bersihan jalan nafas


aktivitas jasmani yang berat,
tak efektif
stress.

Merangsang pengeluaran
histamin, zat anafilaktik,
eosinofil, bradikinin.

Spasme otot

sekresi se

bronkheolus

kret me

Penyempitan
bronkhus

Pengeluaran
sekret ter
ganggu

kesulitan mengeluarkan
sekret.
2

DO:

Bersihan jalan nafas tidak


efektif.
Asma Bronkhial

Dispnea saat
melakukan aktivitas.
Kulit kien terlihat
kemerahan atau
sianosis.
Klien terlihat bingung
dan gelisah.

DS:

Klien mengeluh sesak


nafas saat melakukan
aktivitas.

Kontraksi spastis otot polos


bronkheolus.

Sukar bernafas.

Sesak nafas/dispnea, nafas


cepat dan dangkal.

Asupan O2 tidak adekuat.

Hipoksemia

Kerusakan pertukaran
gas


CO2 me

Asidosis respiratorik.

Kerusakan pertukaran gas.


Asma Bronkhial

Kontraksi spastis otot polos


bronkheolus.

Sukar bernafas.

Sesak nafas/dispnea, nafas


cepat dan dangkal.

Kemampuan untuk makan


menurun
DO:

BB klien 10-20% atau


lebih dibawah BB ideal.
Lipatan kulit trisep dan
LILA < 60% standar
pengukuran.
Nyeri tekan otot.
Klien terlihat kurang
bergairah.

Anoreksia

BB me

DS:

Klien mengeluh merasa


lemah, letih, dan lesu.

3
4

DO:

Klien terlihat pucat dan

Perubahan nutrisi: Kurang


dari kebutuhan tubuh.

Perubahan nutrisi:
Kurang dari kebutuhan
tubuh

Asma Bronkhial

Intoleran aktivitas

Kontraksi

Inspirasi

Spastis

adekuat, eks

otot polos

pirasi ade

bronkheolus. kuat

Sukar ber

Udara terpe

nafas.

rangkap

Dispnea,

Kapasitas

nafas cepat

Residu dan

dan dangkal.

Volume re

sidu me

Susah ber
aktivitas.

pengguna
an otot ban

sianosis.
Klien mengalami
dispnea.
Frekuensi pernafasan
>24x/menit
Frekuensi nadi >
95x/menit.

tu nafas

Kelemahan

DS:

Klien mengeluh sukar


bergerak karena sesak
nafas.

DO:

Intoleran Aktifitas
Alergen

Leukosit klien
mengalami
peningkatan

Risiko tinggi terhadap


infeksi

Antibodi membentuk Ig.E


abnormal

Alergen bereaksi dengan


antibodi.

Imunitas menurun.

Leulosit me

DS:

Klien mengatakan
bahwa ia alergi
terhadap debu,
makanan, atau alergen
lainnya.

DO:

Resiko tinggi infeksi


Asma Bronkhial

Dispnea.
Pucat atau sianosis.
Klien mengalami
penurunan kesadaran.

Klien mengeluh pusing.

DS:

Kontraksi spastis otot polos


bronkheolus.

Sukar bernafas.

Sesak nafas/dispnea, nafas


cepat dan dangkal.

Asupan O2 tidak adekuat.

Hipoksemia

CO2 me

Resiko tinggi cedera


(asidosis respiratorius)

Asidosis respiratorik.

Gangguan kesadaran

Resiko tinggi cedera.


Serangan asma yang tibatiba.
DO:

Klien melakukan
perawatan pada anak
dengan Asma Bronkhial
dengan cara yang tidak
tepat.

Klien dan keluarga kurang


memperoleh informasi
tentang asma.

DS:

Klien mengatakan
bahwa ia tidak tahu
tentang Asma
Bronkhial.
Klien mengatakan kalau
ia tidak tahu tentang
cara penanganan
seranagan Asma.

Penanganan asma tidak


tepat.

Kurang Pengetahuan

Kurang pengetahuan

Serangan asma berulang.

DO:
Status asmatikus.

Nafas klien cepat dan


dangkal.

Frekuensi jantung
meningkat.
Tekanan darah
Kesukaran bernafas.
meningkat.
Klien terlihat

berkeringat.
Klien terlihat pucat atau
kemerahan.
Gelisah, takut, dan cemas.
Klien terlihat tremor.

DS:

Klien merasa berdebardebar.


Klien mengeluh malas
makan.

Ansietas

Ansietas

1.

9.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi,
dispnea, dan penggunaan otot bantu pernafasan. (Doenges, 1999).
B. Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen (spasme bronkus), yang dibuktikan
oleh dispnea, bingung, dan gelisah. (Doenges, 1999).
C. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. dispnea dan anoreksia, yang
dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan. (Doenges,
1999).
D. Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen. (Wong,
2003).
E. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. tidak adekuatnya imunitas. (Doenges, 1999).
F. Resiko tinggi cedera (asidosis respiratorius) b.d. hipoventilasi. (Wong, 2003).
G. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi, yang dibuktikan oleh pertanyaan tentang
informasi. (Doenges, 1999).
H. Ansietas b.d. kesukaran bernafas. (Carpenito, 2000).
A.

1.

10. ASUHAN KEPERAWATAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ASMA BRONKHIAL

DIAGNOSA
N KEPERAWATA
O
N

PERENCANAAN
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL

INTERVENSI

1 Bersihan jalan Tujuan:


Mandiri
nafas tak efektif
b.d.

Auskultasi bunyi
bronkospasme, Mempertahankan
nafas dan
yang dibuktikan jalan nafas paten
dengan bunyi nafas
catatadanya
oleh bunyi
bersih dan jelas.
abnormalitas
nafas mengi,
bunyi nafas,
dispnea, dan
seperti mengi.
penggunaan
otot bantu
pernafasan.

RASIONAL

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan
intervensi, anak
akan bernafas
dengan mudah
tanpa dispnea.

Kaji/ pantau
frekuensipernafa
san, catat rasio
inspirasi/ekspiras
i.

Beberapa
derajat spasme
bronkus terjadi
dengan
obstruksi jalan
nafas dan
dapat/tidak
dimanifestasika
n dengan
adanya nafas
yang abnormal..
Takipnea
biasanya ada
pada beberapa
derajat dan
dapat
ditemukan pada
penerimaan
atau selama
stress/ adanya
proses infeksi
akut.

IMPLEMENTAS
I
EVALUASI

Catat adanya
derajat
dispnea,ansietas,
distress
pernafasan,peng
gunaan otot
bantu
pernafasan.

Tempatkan anak
dalam posisi
yang nyaman,
seperti
meninggikan
kepala tempat
tidur atau duduk
pada sandaran
tempat tidur
Pertahankan
polusi
lingkunganminim
um, contoh:
debu, asap dll

Tingkatkan
masukan
cairansampai
dengan 3000
ml/harisesuai
toleransi
jantungdenganm
emberikan air
hangat.

Disfungsi
pernafasan
adalah variable
yang tergantung
pada tahap
proses akut
yang
menimbulkan
perawatan di
rumah sakit.
Peninggian
kepala tempat
tidur
memudahkan
fungsi
pernafasan
dengan
menggunakan
gravitasi.

Pencetus tipe
alergi
pernafasan
dapat
menimbulkan
episode akut.
Hidrasi
membantu
menurunkan
kekentalan
sekret,
penggunaan
cairan hangat
dapat
menurunkan
kekentalan
sekret,
penggunaan
cairan hangat
dapat
menurunkan
spasme
bronkus.

Merelaksasikan
otot halus dan
menurunkan
spasme jalan
nafas, mengi,
dan produksi
mukosa.

Kolaborasi

2 Kerusakan
pertukaran gas
b.d. gangguan
suplai oksigen
(spasme
bronkus), yang
dibuktikan oleh
dispnea,
bingung, dan
gelisah

Tujuan:
Membantu tindakan
untuk
mempermudah
pertukaran gas

Berikan obat
bronkodilator
sesuai dengan
indikasi

Mandiri

Kaji/awasi secara
rutin kulitdan
membran
mukosa.

Kriteria hasil:
Setelah dilakukan
intervensi, anak
akan mempunyai
pertukaran gas
yang adekuat,
dengan GDA dalam
rentang normal,
PO2 80 mmHg, Pa
CO2 = 35-45
mmHg, dan pH =
7,35-7,45.

Palpasi fremitus

Awasi tanda vital


dan
iramajantung

Posisikan klien
pada posisi yang
nyaman.

Kolaborasi

Berikan oksigen
tambahansesuai
dengan indikasi
hasilGDA dan

Melihat adanya
sianosis perifer
atau sentral.
Sianosis sentral
mengindikasikan
beratnya
hipoksemia.
Penurunan
getaran vibrasi
diduga adanya
pengumpulan
cairan/udara.
Takikardi,
disritmia, dan
perubahan
tekanan darah
dapat
menunjukan
efek hipoksemia
sistemik pada
fungsi jantung.
Untuk
meningkatkan
pertukaran gas
yang optimal.

Memperbaiki
atau mencegah
memburuknya
hipoksia.

toleransi pasien.

Mandiri

Tujuan:

Meningkatkan
asupan nutrisi anak.

Kaji kebiasaan
diet,
masukanmakana
n saat ini dan
catat
derajatkerusakan
makanan.
Sering lakukan
perawatan
oral,buang
sekret, berikan
wadahkhusus
untuk sekali
pakai.

Perubahan
nutrisi: Kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d.
Kriteria hasil:
anoreksia, yang
dibuktikan oleh
penurunan
Setelah dilakukan
berat badan
intervensi, anak
dan
akan menunjukkan
ketidakmampua peningkatan berat Kolaborasi
n unutk makan. badan.

Pasien distress
pernafasan akut
sering anoreksia
karena dipsnea.

Rasa tak enak


dan bau dapat
menurunkan
nafsu makan
dan dapat
menyebabkan
mual/muntah
dengan
peningkatan
kesulitan nafas.

Menurunkan
dipsnea dan
meningkatkan
energi untuk
makan,
sehingga dapat
meningkatkan
masukan.

Mengurangi
penggunaan
energi yang
berlebihan.

Demam dapat
terjadi karena

Berikan oksigen
tambahan
selama makan
sesuai indikasi.

Tujuan:
Klien mendapatkan
istirahat yang
optimal.

Dorong aktivitas
yang sesuai
dengan kondisi
dan kemampuan
anak

Beri kesempatan
anak untuk tidur,
istirahat, dan
aktivitas yang
tenang.

Untuk
menghindari
keletihan pada
anak.
Mandiri

Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan
Intoleran
intervensi, anak
aktivitas b.d.
tampak segar dan
ketidakseimban dapat beraktivitas
gan antara
dengan baik.
suplai dengan
kebutuhan
4 oksigen.
5 Risiko tinggi
Tujuan:
terhadap infeksi
b.d. tidak
Mencegah
adekuatnya
komplikasi dan
imunitas

Awasi suhu

memburuknya
keadaan anak.

Kriteria hasil :

Anak/
keluarga
akan dapat
mengidenti

Diskusikan
fikasikan
kebutuhan nutrisi
intervensi
adekuat
untuk
mencegah
atau
menurunka
n resiko
infeksi.
Anak/
keluarga
akan
memperliha Kolaborasi
tkan
perubahan

Dapatkan
pola hidup
spesimen
untuk
sputum dengan
meningkatk
batuk atau
an
pengisapan
lingkungan
untuk pewarnaan
yang aman.
gram, atau
kultur/sensitifitas
.

Tujuan:
Klien tidak
mengalami asidosis.

Setelah dilakukan
intervensi, anak
Resiko tinggi
tidak
cedera (asidosis memperlihatkan
respiratorius) tanda-tanda
b.d.
asidusis
6 hipoventilasi.
respiratorius.
7 Kurang
pengetahuan
b.d. kurang
informasi

Tujuan:
Memberi informasi
tentang proses
penyakit/ prognosis
dan program
pengobatan.

Kriteria Hasil:

Cegah muntah
pada anak.
Lakukan tindakan
untuk
memperbaiki
ventilasi.
Pantau pH darah
dengan cermat.
Beri natrium
bikarbonat
sesuai
ketentuan.

Jelaskan tentang
penyakit individu

infeksi dan atau


dehidrasi.
Malnutrisi dapat
mempengaruhi
kesehatan
umum dan
menurunkan
tahanan
terhadap infeksi

Untuk
mengidentifikasi
organisme
penyabab dan
kerentanan
terhadap
berbagai anti
mikrobial
Mencegah
terjadinya
asidosis.
Hipoventilasi
dapat
menyebabkan
akumulasi CO2.
pH normal dapat
meningkatkan
efek
bronkodilator.
Untuk
mencegah atau
memperbaiki
asidosis.

Menurunkan
ansietas dan
dapat
menimbulkan
perbaikan
partisipasi pada
rencana

Kriteria hasil:
Setelah dilakukan
intervensi, keluarga
menyatakan
pemahaman
kondisi/ proses
penyakit dan
tindakan.

Diskusikan obat
pernafasan, efek
samping dan
reaksi yang tidak
diinginkan.

Tunjukkan
tekhnik
penggunaan
inhaler.

pengobatan.
Penting bagi
pasien
memahami
perbedaan
antara efek
samping
mengganggu
dan merugikan.
Pemberian obat
yang tepat akan
meningkatkan
keefektifanya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Agung. 2008. Kenali Gejala Alergi Pernapasan Pada Anak. http://salsabila.agungdanrika.net. Diakses tanggal
13 November 2008.
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sutedjo. 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara
Books.
Tanjung, dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses dari http://google.com. Tanggal 13
November 2008.
2008. Alergi pada Anak, Dapatkah Dicegah? http://bz.blogfam.com. Diakses tanggal 13 November 2008.
2008. Asma.http://www.rspaw.or.id. Diakses tanggal 13 November 2008.
2007. Asma Bronkial. http://www.jevuska.com. Diakses tanggal 13 November 2008.

S-ar putea să vă placă și