Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
92012
1. 1.
DEFENISI
The American Thoracic Society menyatakan bahwa asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil
dari pengobatan. (Tanjung, 2003. http://google.com).
Menurut United States Nasional Tuberculosis Assosiation (1967), asma bronkhial merupakan suatu penyakit
yang ditandai oleh peningkatan reaksi trakea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang
manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas.
Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan
maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya adalah tampaknya suatu perubahan status
imunologis sipenderita. (http://www.jevuska.com).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asma bronkhial memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1.
2.
3.
Penyempitan atau obstruksi saluran nafas yang reversibel, baik secara spontan maupun dengan
pengobatan.
Kesukaran untuk bernafas.
Peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai rangsangan/stimulus.
1. 2.
ETIOLOGI
Etiologi dari asma bronkhial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
a. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial. Yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu, hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
Alergen
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang, serangan asma berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, dan musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga bisa memperberat serangan
asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga
yang berat.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah aktifitas tersebut selesai.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu,
serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
1. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
1.
Asma gabungan
Asma gabungan merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
(Tanjung, 2003)
1. 3.
PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas,
sehingga klien merasa sesak nafas/dispnea.
Penyebab yang umum terjadi pada asma adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing
di udara. Seorang yang menderita alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig
E abnormal dalam jumlah besar dan bila antibodi tersebut bereaksi dengan antigen spesifiknya, akan terjadi
reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru
yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor tersebut akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil,
sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus, dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Biasanya, penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi hanya sekali-kali
melakukan ekspirasi, karena diameter bronkiolus selama ekspirasi lebih kecil daripada selama inspirasi
akibat peningkatan tekanan dalam paru. Hal tersebut menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal tersebut bisa menyebabkan barrel chest.
Akibat kesulitan dalam bernafas, asupan oksigen menjadi tidak adekuat, sehingga aliran darah ke perifer
berkurang dan terjadi sianosis, peningkatan tekanan darah, dan denyut jantung. Jika aliran darah keotak juga
berkurang, maka kesadaran klien terganggu dan terjadi penurunan kesadaran. Sesak nafas juga dapat
mengganggu aktivitas dan kemampuan untuk makan, sehingga dapat meyebabkan gangguan dalam
beraktivitas dan penurunan berat badan karena asupan nutrisi yang tidak adekuat.
1. 4.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang ditemukan pada anak dengan asma bronkhial adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sesak napas/dispnea.
Batuk yang disertai lendir/batuk kering.
Nyeri dada.
Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari
dan memburuk pada malam hari.
Gelisah.
Kemerahan pada jaringan.
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak dan makin berat, antara lain :
barrel chest, sianosis, gangguan kesadaran, takikardi, peningkatan tekanan darah, dan pernafasan yang
cepat dan dangkal.
Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari dan dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi,
seperti status asmatikus, atelektasis, hipoksemia, pneumothoraks, emfisema, deformitas toraks, dan gagal
nafas.
1. 5.
Terlampir
WOC
1. 6.
PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah :
1.
2.
3.
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisioterapi
Pemberian O2 bila terjadi serangan asma berat.
1. Pengobatan farmakologik
Obat-obat anti asma umumnya ditujukan untuk melebarkan saluran napas pada serangan asma. Kadangkadang juga diperlukan obat anti inflamasi/anti peradangan dalam penanganan asma bronkhial.
Yang termasuk pengobatan farmakologik untuk anak dengan asma bronkhial adalah:
Bronkodilator
Bronkodilator merupakan obat yang digunakan untuk melebarkan saluran nafas, yang terdiri dari 2 golongan,
yaitu:
1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Contohnya: Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), dan Terbutalin (bricasma).
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan (seperti
MDI/Metered doseinhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (seperti Ventolin Diskhaler dan
Bricasma Turbuhaler) atau cairan bronkodilator (seperti Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin).
2. Santin (teofilin)
Contohnya: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), dan Teofilin (Amilex).
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Bila kedua obat
ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaiannya dapat dalam bentuk suntikan yang disuntikkan secara perlahan-lahan ke pembuluh
darah, untuk serangan asma akut.
Karena sering merangsang lambung, bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan.
Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria
ini digunakan jika penderita tidak dapat minum teofilin karena muntah atau lambungnya kering.
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin digunakan untuk
penderita asma alergi.
Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian
satu bulan.
Ketolifen
Ketolifen juga mempunyai efek pencegahan terhadap asma. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg /
hari. Ketolifen dapat diberikan secara oral.
1.
1.
7.
DATA FOKUS
A. a.
Wawancara
Adanya atopi dalam anggota keluarga.
Riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Riwayat penyakit paru sebelumnya.
Kemampuan melakukan aktivitas dengan keadaan yang sulit bernafas.
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Adanya batuk berulang.
b.
Pemeriksaan Fisik
Frekuensi nafas cepat dan dangkal.
hidung.
Peningkatan tekanan darah.
Peningkatan frekuensi jantung.
Kulit kemerahan atau berkeringat.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
Klien terlihat ansietas, ketakutan, peka rangsangan, dan gelisah.
1.
c.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1.
2.
3.
4.
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
atau asidosis.
pH normal pada anak-anak: 7,36-7,44, PCO2 : 35-45 mmHg, PO2 : 75-100 mmHg, dan HCO3
: 24-28
mEq/L
1.
2.
3.
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran
hiperinflasi pada pru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga interkostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang ditemukan adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru dan gambaran atelektasis
lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
Pemeriksaan tes kulit
Pemeriksaan kulit dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1.
2.
3.
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru.
Spirometri
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
beratnya obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan, tetapi hasil pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan adanya obstruksi.
1.
No
1
8.
ANALISA DATA
Data
DO:
DS:
Klien mengeluh
Patofisiologi
Masalah
Merangsang pengeluaran
histamin, zat anafilaktik,
eosinofil, bradikinin.
Spasme otot
sekresi se
bronkheolus
kret me
Penyempitan
bronkhus
Pengeluaran
sekret ter
ganggu
kesulitan mengeluarkan
sekret.
2
DO:
Dispnea saat
melakukan aktivitas.
Kulit kien terlihat
kemerahan atau
sianosis.
Klien terlihat bingung
dan gelisah.
DS:
Sukar bernafas.
Hipoksemia
Kerusakan pertukaran
gas
CO2 me
Asidosis respiratorik.
Sukar bernafas.
Anoreksia
BB me
DS:
3
4
DO:
Perubahan nutrisi:
Kurang dari kebutuhan
tubuh
Asma Bronkhial
Intoleran aktivitas
Kontraksi
Inspirasi
Spastis
adekuat, eks
otot polos
pirasi ade
bronkheolus. kuat
Sukar ber
Udara terpe
nafas.
rangkap
Dispnea,
Kapasitas
nafas cepat
Residu dan
dan dangkal.
Volume re
sidu me
Susah ber
aktivitas.
pengguna
an otot ban
sianosis.
Klien mengalami
dispnea.
Frekuensi pernafasan
>24x/menit
Frekuensi nadi >
95x/menit.
tu nafas
Kelemahan
DS:
DO:
Intoleran Aktifitas
Alergen
Leukosit klien
mengalami
peningkatan
Imunitas menurun.
Leulosit me
DS:
Klien mengatakan
bahwa ia alergi
terhadap debu,
makanan, atau alergen
lainnya.
DO:
Dispnea.
Pucat atau sianosis.
Klien mengalami
penurunan kesadaran.
DS:
Sukar bernafas.
Hipoksemia
CO2 me
Asidosis respiratorik.
Gangguan kesadaran
Klien melakukan
perawatan pada anak
dengan Asma Bronkhial
dengan cara yang tidak
tepat.
DS:
Klien mengatakan
bahwa ia tidak tahu
tentang Asma
Bronkhial.
Klien mengatakan kalau
ia tidak tahu tentang
cara penanganan
seranagan Asma.
Kurang Pengetahuan
Kurang pengetahuan
DO:
Status asmatikus.
Frekuensi jantung
meningkat.
Tekanan darah
Kesukaran bernafas.
meningkat.
Klien terlihat
berkeringat.
Klien terlihat pucat atau
kemerahan.
Gelisah, takut, dan cemas.
Klien terlihat tremor.
DS:
Ansietas
Ansietas
1.
9.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi,
dispnea, dan penggunaan otot bantu pernafasan. (Doenges, 1999).
B. Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen (spasme bronkus), yang dibuktikan
oleh dispnea, bingung, dan gelisah. (Doenges, 1999).
C. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. dispnea dan anoreksia, yang
dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan. (Doenges,
1999).
D. Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen. (Wong,
2003).
E. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. tidak adekuatnya imunitas. (Doenges, 1999).
F. Resiko tinggi cedera (asidosis respiratorius) b.d. hipoventilasi. (Wong, 2003).
G. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi, yang dibuktikan oleh pertanyaan tentang
informasi. (Doenges, 1999).
H. Ansietas b.d. kesukaran bernafas. (Carpenito, 2000).
A.
1.
DIAGNOSA
N KEPERAWATA
O
N
PERENCANAAN
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
Auskultasi bunyi
bronkospasme, Mempertahankan
nafas dan
yang dibuktikan jalan nafas paten
dengan bunyi nafas
catatadanya
oleh bunyi
bersih dan jelas.
abnormalitas
nafas mengi,
bunyi nafas,
dispnea, dan
seperti mengi.
penggunaan
otot bantu
pernafasan.
RASIONAL
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan
intervensi, anak
akan bernafas
dengan mudah
tanpa dispnea.
Kaji/ pantau
frekuensipernafa
san, catat rasio
inspirasi/ekspiras
i.
Beberapa
derajat spasme
bronkus terjadi
dengan
obstruksi jalan
nafas dan
dapat/tidak
dimanifestasika
n dengan
adanya nafas
yang abnormal..
Takipnea
biasanya ada
pada beberapa
derajat dan
dapat
ditemukan pada
penerimaan
atau selama
stress/ adanya
proses infeksi
akut.
IMPLEMENTAS
I
EVALUASI
Catat adanya
derajat
dispnea,ansietas,
distress
pernafasan,peng
gunaan otot
bantu
pernafasan.
Tempatkan anak
dalam posisi
yang nyaman,
seperti
meninggikan
kepala tempat
tidur atau duduk
pada sandaran
tempat tidur
Pertahankan
polusi
lingkunganminim
um, contoh:
debu, asap dll
Tingkatkan
masukan
cairansampai
dengan 3000
ml/harisesuai
toleransi
jantungdenganm
emberikan air
hangat.
Disfungsi
pernafasan
adalah variable
yang tergantung
pada tahap
proses akut
yang
menimbulkan
perawatan di
rumah sakit.
Peninggian
kepala tempat
tidur
memudahkan
fungsi
pernafasan
dengan
menggunakan
gravitasi.
Pencetus tipe
alergi
pernafasan
dapat
menimbulkan
episode akut.
Hidrasi
membantu
menurunkan
kekentalan
sekret,
penggunaan
cairan hangat
dapat
menurunkan
kekentalan
sekret,
penggunaan
cairan hangat
dapat
menurunkan
spasme
bronkus.
Merelaksasikan
otot halus dan
menurunkan
spasme jalan
nafas, mengi,
dan produksi
mukosa.
Kolaborasi
2 Kerusakan
pertukaran gas
b.d. gangguan
suplai oksigen
(spasme
bronkus), yang
dibuktikan oleh
dispnea,
bingung, dan
gelisah
Tujuan:
Membantu tindakan
untuk
mempermudah
pertukaran gas
Berikan obat
bronkodilator
sesuai dengan
indikasi
Mandiri
Kaji/awasi secara
rutin kulitdan
membran
mukosa.
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan
intervensi, anak
akan mempunyai
pertukaran gas
yang adekuat,
dengan GDA dalam
rentang normal,
PO2 80 mmHg, Pa
CO2 = 35-45
mmHg, dan pH =
7,35-7,45.
Palpasi fremitus
Posisikan klien
pada posisi yang
nyaman.
Kolaborasi
Berikan oksigen
tambahansesuai
dengan indikasi
hasilGDA dan
Melihat adanya
sianosis perifer
atau sentral.
Sianosis sentral
mengindikasikan
beratnya
hipoksemia.
Penurunan
getaran vibrasi
diduga adanya
pengumpulan
cairan/udara.
Takikardi,
disritmia, dan
perubahan
tekanan darah
dapat
menunjukan
efek hipoksemia
sistemik pada
fungsi jantung.
Untuk
meningkatkan
pertukaran gas
yang optimal.
Memperbaiki
atau mencegah
memburuknya
hipoksia.
toleransi pasien.
Mandiri
Tujuan:
Meningkatkan
asupan nutrisi anak.
Kaji kebiasaan
diet,
masukanmakana
n saat ini dan
catat
derajatkerusakan
makanan.
Sering lakukan
perawatan
oral,buang
sekret, berikan
wadahkhusus
untuk sekali
pakai.
Perubahan
nutrisi: Kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d.
Kriteria hasil:
anoreksia, yang
dibuktikan oleh
penurunan
Setelah dilakukan
berat badan
intervensi, anak
dan
akan menunjukkan
ketidakmampua peningkatan berat Kolaborasi
n unutk makan. badan.
Pasien distress
pernafasan akut
sering anoreksia
karena dipsnea.
Menurunkan
dipsnea dan
meningkatkan
energi untuk
makan,
sehingga dapat
meningkatkan
masukan.
Mengurangi
penggunaan
energi yang
berlebihan.
Demam dapat
terjadi karena
Berikan oksigen
tambahan
selama makan
sesuai indikasi.
Tujuan:
Klien mendapatkan
istirahat yang
optimal.
Dorong aktivitas
yang sesuai
dengan kondisi
dan kemampuan
anak
Beri kesempatan
anak untuk tidur,
istirahat, dan
aktivitas yang
tenang.
Untuk
menghindari
keletihan pada
anak.
Mandiri
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan
Intoleran
intervensi, anak
aktivitas b.d.
tampak segar dan
ketidakseimban dapat beraktivitas
gan antara
dengan baik.
suplai dengan
kebutuhan
4 oksigen.
5 Risiko tinggi
Tujuan:
terhadap infeksi
b.d. tidak
Mencegah
adekuatnya
komplikasi dan
imunitas
Awasi suhu
memburuknya
keadaan anak.
Kriteria hasil :
Anak/
keluarga
akan dapat
mengidenti
Diskusikan
fikasikan
kebutuhan nutrisi
intervensi
adekuat
untuk
mencegah
atau
menurunka
n resiko
infeksi.
Anak/
keluarga
akan
memperliha Kolaborasi
tkan
perubahan
Dapatkan
pola hidup
spesimen
untuk
sputum dengan
meningkatk
batuk atau
an
pengisapan
lingkungan
untuk pewarnaan
yang aman.
gram, atau
kultur/sensitifitas
.
Tujuan:
Klien tidak
mengalami asidosis.
Setelah dilakukan
intervensi, anak
Resiko tinggi
tidak
cedera (asidosis memperlihatkan
respiratorius) tanda-tanda
b.d.
asidusis
6 hipoventilasi.
respiratorius.
7 Kurang
pengetahuan
b.d. kurang
informasi
Tujuan:
Memberi informasi
tentang proses
penyakit/ prognosis
dan program
pengobatan.
Kriteria Hasil:
Cegah muntah
pada anak.
Lakukan tindakan
untuk
memperbaiki
ventilasi.
Pantau pH darah
dengan cermat.
Beri natrium
bikarbonat
sesuai
ketentuan.
Jelaskan tentang
penyakit individu
Untuk
mengidentifikasi
organisme
penyabab dan
kerentanan
terhadap
berbagai anti
mikrobial
Mencegah
terjadinya
asidosis.
Hipoventilasi
dapat
menyebabkan
akumulasi CO2.
pH normal dapat
meningkatkan
efek
bronkodilator.
Untuk
mencegah atau
memperbaiki
asidosis.
Menurunkan
ansietas dan
dapat
menimbulkan
perbaikan
partisipasi pada
rencana
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan
intervensi, keluarga
menyatakan
pemahaman
kondisi/ proses
penyakit dan
tindakan.
Diskusikan obat
pernafasan, efek
samping dan
reaksi yang tidak
diinginkan.
Tunjukkan
tekhnik
penggunaan
inhaler.
pengobatan.
Penting bagi
pasien
memahami
perbedaan
antara efek
samping
mengganggu
dan merugikan.
Pemberian obat
yang tepat akan
meningkatkan
keefektifanya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agung. 2008. Kenali Gejala Alergi Pernapasan Pada Anak. http://salsabila.agungdanrika.net. Diakses tanggal
13 November 2008.
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sutedjo. 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara
Books.
Tanjung, dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses dari http://google.com. Tanggal 13
November 2008.
2008. Alergi pada Anak, Dapatkah Dicegah? http://bz.blogfam.com. Diakses tanggal 13 November 2008.
2008. Asma.http://www.rspaw.or.id. Diakses tanggal 13 November 2008.
2007. Asma Bronkial. http://www.jevuska.com. Diakses tanggal 13 November 2008.