Sunteți pe pagina 1din 3

Pembahasan

Amalgam adalah logam campur dari merkuri dengan satu atau lebih logam lain.
Dental amalgam dihasilkan oleh pencampuran cairan merkuri dengan bubuk partikel padat
dari logam campur perak, tin, tembaga, kadang-kadang ditambah zinc, palladium, indium
dan selenium. Kombinasi logam yang solid tersebut disebut amalgam alloy. Kualitas hasil
restorasi amalgam tergantung dan perbandingan merkuri dengan logam campur amalgam,
triturasi, kondensasi, craving dan polishing. Merkuri yang digunakan dalam dental amalgam
adalah merkuri yang telah dimurnikan dengan cara distilasi. Hal ini dilakukan untuk
memastikan proses eliminasi sisa-sisa material yang tidak murni yang dapat mempengaruhi
karakteristik setting dan sifat-sifat fisik dari amalgam yang telah setting (McCabe 2008, hal
181).
Penggunaan amalgam sudah mulai dikurangi seiring kehadiran GIC dan resin komposit.
Sebagai restorasi, amalgam kurang mempunyai visualisasi yang baik, walaupun dalam proses
pengerjaanya sudah diberi tahap pemolesan. Tidak bisa dipungkiri bahwa amalgam juga
mengandung substansi toxic yang sangat tinggi, sumber merkuri didapati dari :
penumpahan merkuri, kebersihan pada saat pengerjaan, kontak langsung dengan merkuri,
amalgamators, penempatan dan pemindahan restorasi
Potensi masalah yang serius dari merkuri adalah uap/asap dari merkuri
Penggunaan merkuri dengan tepat harus dengan :
1.Penggunaan amalgamator dengan segel yang pas
2.Penyimpanan merkuri dan amalgam yang lama dengan wadah tertutup
3.Pembersihan sampah merkuri yang terjatu.( Van Noort, 2007, hal 91)

Komposisi
Bentuk dan ukuran partikel-partikel bubuk alloy bervariasi satu produk dengan
produk lainnya. Bentuk partikel bubuk alloy amalgam umumnya, yaitu:
1. Partikel Lathe-cut alloy
Bahan pengisi alloy yang didapat dari proses homogenisasi alloy. Alloy ini memiliki bentuk
yang tak beraturan (McCabe 2008, hal 182).
2. Partikel Spherical atau spheroidal alloy
Partikel ini dihasilkan dari proses atomisasi dimana alloy yang telah melebur disemburkan
dalam sebuah kolom berisi gas inert (McCabe 2008, hal 182)
Komponen utama alloy amalgam low-cooper maupun high-cooper adalah silver dan tin,
berikut ini merupakan komposisi alloy amalgam: (Annusavice, 2013, 342).

Tabel 1. komposisi alloy amalgam (Annusavice, 2013, 342).

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen utama dari alloy adalah perak, timah
dan tembaga. Sebagian kecil seng, merkuri dan logam lain seperti indium atau paladium
mungkin juga terkandung pada beberapa alloy. Perak dan timah yang digunakan adalah
senyawa Ag3Sn. Senyawa ini, yang dikenal sebagai fase (gamma) dari sistem perak -timah,
dibentuk dengan komposisi kecil dan sangat menguntungkan karena mudah mengalami reaksi
penggabungan dengan merkuri. Alloy terbentuk dari logam yang mencair secara bersamasama. Pada peningkatan suhu yang diperlukan untuk tujuan ini ada kecenderungan untuk
terjadinya oksidasi. Oksidasi dari timah, tembaga atau perak akan mempengaruhi sifat dari
alloy dan amalgam. Seng akan bereaksi dengan oksigen yang tersedia dan membentuk kerak
seng oksida yang mudah dihapus. Sekarang ini sudah banyak alloy yang bebas kandungan
seng. Oksidasi saat pencairan dicegah dengan melakukan prosedur dalam suasana inert
(McCabe 2008, hal 181).
Mayoritas bubuk alloy tidak mengandung merkuri. Produk - produk yang
mengandung sampai dengan 3% merkuri disebut sebagai pre-amalgamated alloy. Alloy ini
akan bereaksi lebih cepat apabila bereaksi dengan merkuri. (McCabe, 2008 hal 181)
Manipulasi
1. Komposisi dari logam campur dan merkuri serta dispensing
Dalam hal ini biasanya digunakan dispenser atau kapsul amalgam. Keuntungan dari
penggunaan kapsul adalah dokter gigi tidak perlu khawatir jika rasio merkuri yang tercampur
tinggi dan mengurangi resiko tumpahnya merkuri selama penanganan dan penempatan
amalgam. Harga kapsul jauh lebih mahal daripada bubuk logam campuran. Campuran kering
harus menghindari sama sekali biaya. Di sisi lain, dengan pemakaian dispenser kita dapat
menambahkan merkuri dengan rasio sesuai yang kita inginkan, ini dapat memberi
keuntungan bagi dokter gigi yang ingin memulai dengan campuran yang sedikit basah (Van
Noort 2007, hal 89).
Pada umumnya jika menggunakan dispenser rasio 1:1 dari paduan merkuri akan
cukup untuk lathe-cut alloy, tetapi untuk paduan spherical alloy rasio yang lebih tinggi
dibutuhkan karena luas permukaan total yang lebih rendah dari lathe-cut alloy. Cairan
merkuri ditimbang sesuai takaran yang telah ditentukan yaitu maksimal 0.50 gr, baru
kemudian bubuk amalgam ditakar, juga maksimal 0.50 gr. Hal ini dilakukan karena
pengukuran merkuri lebih susah bila dibandingkan dengan pengukuran takaran bubuk
amalgam (Van Noort 2007, hal 89).
2.
Triturasi
Triturasi adalah salah satu dari variabel yang sangat penting. Waktu triturasi yang
dibutuhkan tergantung dari jenis logam campuran yang digunakan, serta teknik pencampuran

dan kelarutannya. Logam jenis spherical alloy cenderung membutuhkan waktu triturasi yang
pendek. Ini dikarenakan partikelnya lebih mudah terbasahi daripada lathe-cut alloy. Waktu
triturasi yang tepat tergantung pada teknik pencampuran pada sistem yang berjalan dengan
kecepatan 4000 rpm dan pergerakan sekitar 50 mm, waktu amalgamasi dapat berlangsung
sekitar 5 detik. Untuk sistem yang lebih lambat, dengan kecepatan 2600 rpm waktu triturasi
bisa mejadi 20 detik atau lebih (Van Noort, 2007, hal 89).
Triturasi dapat dilakukan dengan tangan atau juga dapat menggunakan mesin elektrik
yang dapat menggetarkan kapsul berisi merkuri dan alloy (amalgamator). Untuk triturasi
manual alat yang umum digunakan adalah mortar dari kaca dan pestle berupa pengaduk
dengan permukaan kasar. Rasio alloy dan merkuri yang rendah sangat dianjurkan untuk
menghasilkan hasil campuran yang efektif dan harus diperhatikan bahwa tekanan yang
diberikan tidak boleh terlalu besar untuk menghindari terbentuknya pecahan partikel alloy
yang dapat mengubah sifat dari hasil pencampuran. Beberapa produk disarankan setidaknya
selama 40 detik dilakukan triturasi untuk mencapai partikel alloy basah secara menyeluruh.
Pada teknik triturasi secara mekanik , merkuri dan alloy dimasukkan dalam sebuah kapsul
yang akan digetarkan pada mesin yang disebut amalgamator.
Keuntungan triturasi secara mekanik adalah (McCabe 2008, hal 191-192).
a) Hasil pencampuran yang homogen
b) Waktu untuk proses triturasi lebih pendek daripada triturasi secara manual
c) Rasio alloy dan merkuri yang lebih besar dapat digunakan
Sedangkan efek triturasi tergantung pada jenis logam campur amalgam, waktu tirturasi dan
kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun yang berlebihan akan dapat
menurunkan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam dengan kandungan tembaga
yang tinggi (Anusavice 2013, hal 347).
3.
Kondensasi
Pada teknik kondensasi hal terpenting adalah banyaknya merkuri yang bisa
dihilangkan, sehingga hasil restorasi akhir tidak akan porus dan adaptasi marginal yang
optimum dapat dicapai sehingga mencegah sensitivitas setelah pengerjaan. Komponen
penting dari kondensasi adalah penggunaan kekuatan yang maksimum, penggunaan
kondenser dengan ukuran yang tepat pada ukuran kavitas yang digunakan (Van Noort 2007,
hal 90). Setelah triturasi, hal yang dilakukan selanjutnya adalah menggunakan pistol
amalgam untuk mengambil adonan amalgam dan menempatkannya kedalam cetakan model
sambil melakukan kondensasi menggunakan kondenser (maksimal selama 4 menit) hingga
adonan padat. Kondenser yang dipakai harusnya tidak boleh terlalu kecil sehingga
menyebabkan adonan tumpah, juga tidak boleh terlalu lebar sehingga tidak dapat masuk
kedalam cetakan model. (McCabe 2008, hal 192).
Pekerjaan ini dilakukan berulang hingga cetakan model penuh, kemudian dihaluskan
dengan burnisher. Proses burnishing ini bertujuan untuk menghaluskan dan juga agar
mengkilapkan permukaan. (Van Noort 2007, hal 91)

S-ar putea să vă placă și