Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Pembimbing :
Dr. Uus Rustandi, Sp.An-KIC
Dr. Ruby Satria Nugraha, Sp.An. M.kes
Disusun oleh :
adanya hipoksia, dan tampak lemah memberi kesan adanya hiperkarbia. Sianosis menunjukkan
hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku
dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot nafas tambahan yang,
apabila ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway.
2. LISTEN:
Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
Gurgling, (suara berkumur) menunjukkan adanya cairan/ benda asing
Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas jalan
napas setinggi larings (Stridor inspirasi) atau stinggin trakea (stridor
ekspirasi)
Hoarnes, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien yang
membutuhkan napas pendek untuk bicara menandakan telah terjadi
gagal napas
Dengar (liat) adanya suara abnormal. Pernafasan yang berbunyi (suara nafas tambahan) adalah
pernafasan yang tersumbat. Suara mendengkur, (snoring), berkumur (gargling) dan bersiul
(crowing sound, stridor) mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring.
Suara parau (hoarseness dysphonia) menunjukkan sumbatan pada laring. Penderita yang melawa
dan kata-kata kasar (gaduh dan gelisah) mungkin mengalami hipoksia dan tidak boleh dianggap
karena keracunan/ mabuk.
3. FEEL:
Aliran udara dari mulut/ hidung
Posisi trakea terutama pada pasien trauma, Krepitasi
Raba (feel) lokasi trakhea dan dengan cepat tentukan apakah trakhea berada di tengah.
sadar,
sehingga
memungkinkan
dimulainya
anestesi
dan
jantung.
Induksi intravena
o Paling banyak dikerjakan dan digemari. Indksi intravena
dikerjakan dengan hati-hati, perlahan-lahan, lembut dan
terkendali. Obat induksi bolus disuntikan dalam kecepatan
dosis
dan
kecepatan
suntikan
karena
sering
menimbulkan
kardiovaskular,
induksi
sehingga
pasien
dengan
banyak
digunakan
untuk
jantung.
Untuk
kelianan
hanya
ketamin
(ketalar)
yang
dapat
harus
lemah,
disertai
O2
analgesinya
minimal
kuat,
25%.
sehingga
Bersifat
sering
Halotan
menghambat
pelepasan
insulin
sehingga
paru
normal.
Pasien
dengan
penyakit
paru
dimulai
dengan
memakai
stilet
dan
nomor
tube
induksi
(Sellicks
Manuver).
Karena
kartilago
krikoid
terbentuk cincin yang tidak putus dan tidak kempes, tekanan diatas
menekan jaringan dibawahnya. Oesophagus lalu kolaps, dan secra
pasif regurgitasi cairan lambung tidak dapat mencapai hipofaring.
Tekanan pada krikoid yang berlebihan (lebih keras daripada yang
ditoleransi orang pada umumnya) dapat menyebabkan ruptur
dinding oesophagus posterior.
5. Tidak ada pemberian tes dosis dari tiopental. Dosis induksi diberikan
secara bolus. Seharusnya dosis ini dimodifikasi bila ada indikasi
bahwa sistem kardiovaskular pasien tidak stabil. Agen RSI lain dapat
menggantikan thiopental.(seperti propofol, ketamin)
6. Suksinilkolin (1,5 mg/kgbb) atau recuronium (0,9 -1,2 mg/kgbb)
dapat diberikan segera setelah tiopenthal, walaupun pasien belum
hilang kesadarannya.
7. Pasien tidak dilakukan ventilasi secara artifisisal, untuk menghindari
pengisian udara perut dimana hal ini dapat meningkatkan risiko
emesis. Setelah reflek spontan pasien berhenti atau respon otot
terhadap
Penekanan
rangsang
pada
hilang,
cricoid
pasien
segera
dipertahankan
mulai
di
sampai
intubasi.
cuff
tube
intubasi
mengalami
kesulitan,
tekanan
pada
krikoid
hal
yang
diketahui
memicu
keadaan
ini
sebaiknya
kemungkinan
hipertermi
maligna
tahun
sebelumnya
bulan
yang
dengan
tanpa
dikarenakan
riwayat
pemberian
penyakit
suksinil
keluarga
kolin
dan
tidak terlihat
Grade III: Hanya palatum mole yang terlihat
Grade IV: Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat
11
dan aktivitas.
Score 9 atau 10 menunjukkan kesiapan untuk pindah.
Sedang
sampai
kali
dressing
2 : Minimal: tidak memerlukan dressing
Nyeri
Nilai 0 : Nyeri berlanjut dan perlu pengobatan ulang
1 : Nyeri Mengganggu dan tidak dikendalikan pasien operasi
2 : Nyeri Terkontrol oleh pasien dan dikendalikan
0 :
1 :
Sedang:
mengobati
dengan
obat
Ringan:
mengobati
dengan
obat
IM
2 :
PO
12
Aktifitas
Nilai
: Bergerak
membutuhkan
bantuan
BP dan Pulse
Nilai
: 20-40%
dari
baseline
pra
operasi
2
4. Skor Bromage
Kriteria Nilai
dosis
0,5
mg/kgBB,
namun
apabila
berulang
dilakukan
dosis
rumatan
propofol
dan
bila
BIS>60
dilakukan
13
RABA HALUS:
mintalah
pasien
menutup
kedua
matanya
kemudian
beri
rangsangan tajam dan tumpul secara acak, dan perhatikan respon pasien.
Dermatom Pada lesi radiks saraf, timbul area penurunan sensasi yang
terbatas pada distribusi segmental. Area kulit yang dipersarafi oleh radiks
spesifik dinamai dermatom.
Baal - Sering pasien mengeluh area baal. Pasien harus diinstruksikan
untuk melukiskan area ini dengan satu jari tangan. Kemudian pemeriksa
harus menempatkan peniti di pusat area baal merangsang ke arah luar
sampai pasien memperhatikan rasa nyeri, dengan cara ini batas
kehilangan sensorik dapat ditentukan.
TES SENSASI SUHU:
Isi tabung dengan air hangat dan dingin.
14
Peragakan saya mau anda mengatakan sesuatu jika saya sentuh anda
dengan tabung yang panas atau dingin. Sentuhkan secara acak tabung air
panas dan dingin pada tangan, kaki atau daerah kulit yang terganggu.
TES PROPRIOSEPSI (Indera posisi)
Propriosepsi harus dites pada jari tangan dan kaki bilateral dengan
memegang sisi lateral phalanx distal, sementara bagian proksimal
phalanx dipertahankan tetap. Mula-mula tes ini dijelaskan kepada pasien
dengan matanya terbuka pemeriksa memperlihtakan apa artinya keatas
dan
kebawah.
Kemudian
pasien
menutup
mata
&
pemeriksa
15
kemampuan
membedakan
dua
titik
pada
tingkat
derajat
didefinisikan
seseorang
dan
sebagai
ekstensinya
suatu
keadaan
diketahui
bila
yang
mempengaruhi
seseorang
pernah
7. Skala/Skor Nyeri :
Skala Nyeri menurut
1. VAS
2.BPS
Behavior Pain Scale
BPS digunakan untuk menilai rasa nyeri yang dialami pasien pada
prosedur yang menyakitkan seperti tracheal suctioning ataupun mobilisasi
tubuh.
Skala ini sudah divalidasi. BPS terdiri dari tiga penilaian, yaitu
ekspresi wajah, pergerakan ekstremitas, dan komplians dengan mesin
ventilator. Setiap subskala diskoring dari 1 (tidak ada respon) hingga 4
(respon penuh). Karena itu skor berkisar dari 3 (tidak nyeri) hingga 12
(nyeri maksimal).Skor BPS sama dengan 6 atau lebih dipertimbangkan
sebagai nyeri yang tidak dapat diterima.
Tabel 3. Behaviour Pain Scale
17
Item
Facial expresion
Upper limbs
Descrpition
Relaxed
Score
1
Partially tightened
Fully tightened
Grimacing
No movement
4
1
Partially bent
Permanently
Compliance
ventilation
retracted
with Tolerating movement
Coughing
tolerating
but 2
ventilation
Fighting ventilator
Unable
to
control
ventilation
1. Sebutkan Efek samping anestesi spinal
Hipotensi
Bradikardi
Hipoventilasi
Trauma Saraf
Trauma Pembuluh darah
Mual Muntah
Gangguan pendengaran
Anestesi spinal tinggi atau spinal total
Post Operatif:
Nyeri di punggung
18
Lebih murah
Caranya Sederhana
Penggunaan alat minim
Non eksplosif karena tidak menggunakan obat-obatan yang
mudah terbakar
Pasien sadar saat pembedahan
Reaksi stres pada daerah pembedahan kurang bahkan tidak
ada
Perdarahan relatif sedikit
Setelah pembedahan pasien
lebih
segar
atau
tenang
jangka
1aktu
lebihdari
jam. <ika
operasi
atau
19
kontraktilitas
miokard,
dan
5. Ephedrine
2. Epinephrine (Adrenaline)
6. Methoxamine
3. Norepinephrine
4. Dopamine
8. Isoproterenol
TUGAS TAMBAHAN KELOMPOK
1. MAC adalah
Konsentrasi alveolar minimum atau minimum alveolar concentration(MAC) anestetik inhalasi
adalah konsentrasi alveolar yang dapat menghambat gerakan pada 50% pasien terhadap
stimulus standar seperti insisi bedah. MAC merupakan ukuran yang berguna karena
merefleksikan tekanan parsial anestetik di otak, sehingga dapat membandingkan secara
langsung potensi setiap anestetik sekaligus memberikan standar baku untuk penelitian.
Meskipun demikian, nilai MAC tetap saja hanya merupakan angka statistikal belaka pada saat
menangani pasien; masing-masing pasien merupakan individu yang unik dan oleh karena itu
memerlukan pendekatan yang bersifat individual pula, misalnya pada saat menentukan dosis
induksi.
2. Opioid sintetik
PETIDIN
Petidin ( meperidin, demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat
berbeda dengan morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping
yang
mendekati
sama.
Secara
kimia
petidin
adalah
etil-1metil-
fenilpiperidin-4-karboksilat.2
Farmakodinamik
21
sangat
bervariasi.
Setelah pemberian
meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2
jam pertama, kemudian penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang
lebih
60%
meperidin
dalam
plasma
terikat
protein.
Metabolisme
pendek
daripada
morfin.
Meperidin
digunakan
juga
untuk
(dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi.
Keadaan itu sebagian disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah
(dosis yang tinggi menekan hantara saraf) dan efeknya terhadap reseptor
opioid
pada
terminal
saraf
tepi.
Fentanil
dikombinasikan
dengan
dan
hidrosilasidan,
sedangkan
sisa
metabolismenya
analgesianya
hanya
terbaru
dari
golongan
fentanil
adalah
remifentanil,
yang
25