Sunteți pe pagina 1din 33

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS HEMATURIA


1. Definisi
Hematuria adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam
urin.
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual
terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2
keadaan, yaitu:
Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak
pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah
posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004)
Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat
mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa:
terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine,
eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan

menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010)


Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata
tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada
pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah
per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010). Meskipun gross
hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam
urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria
mikroskopik. American Urological Association (AUA)
mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena
terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada
lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan
dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko
tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk

hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah


merah pada lapangan pandang besar.
2. Klasifikasi
a. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.
b. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing
yang membuat pembuluh darah kecil melebar.
c. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal
ini kemungkinanakibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ
seperti ureter atau ginjal.
3. Etiologi
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di
dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem
urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang
dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran
prostat jinak, dan keganasan dalam urologi. Namun, diferensial lengkap
sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan
hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau
mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko
keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria
mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria
ditemukan pada neoplasma dari urinary tract. genitourinari. Sebaliknya,
pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria, sulit di
identifikasikan penyebabnya. Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan
hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan
mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan.
Beberapa penyebab terjadinya darah dalam urin (hematuria)
adalah:
a. Batu ginjal (atau kencing batu)
b. Kanker kandung kemih
c. Karsinoma sel ginjal, kadang-kadang disertai perdarahan
d. Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk bakteri strain
EPEC dan Staphylococcus saprophyticus.
e. Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah
merah, tetapi hanya sejumlah kecil individu menanggung masalah ini

f. Varises kandung kemih, yang mungkin jarang mengembangkan


obstruksi sekunder dari vena kava inferior.
g. Alergi mungkin jarang menyebabkan hematuria gross episodik pada
anak-anak.
h. Hipertensi vena ginjal kiri, juga disebut "pemecah kacang fenomena"
atau "sindrom alat pemecah buah keras," adalah kelainan vaskular
yang jarang terjadi, yang bertanggung jawab atas gross hematuria.
4. Patofisiologi
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma,
dibedakan glomerulus dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang
neflogi dan urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut hematuria
glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah merah jarang ditemukan pada
urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau
perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal.
Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine: pada
perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya
menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia, sedangkan pada laki-laki
apakah disirkumsisi atau tidak.
Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder
eritrosit, merupakan tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit
ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Diagnosis banding
hematuria persisten antara lain glomerulonefritis, nefritis tubulointerstisial
atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit, leukosituria menandakan
nefritis tubulointerstisial. Bila disertai hematuria juga merupakan variasi
dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor resiko penyakit ginjal
kronik harus di lakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi
dini.
Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah satunya
adalah uji dipstick untuk mengetahui adanya darah samar merupakan uji
penapisan yang baik untuk hematuria. Uji dipstick mudah dilakukan
sendiri oleh pasien untuk mengikuti perjalanan hematuria selama
pengobatan.
5. Manifestasi Klinik
Terjadi retensi urin akibat sumbatan di vesika urinaria oleh bekuan
darah.
6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin,


ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam
yang mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali
yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar
kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila
terdapat kemungkinan urolithiasis.
b. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,
bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah
kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun
non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan
proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir,
adanya autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif,
adanya antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem.
Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi
trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit
(SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal
pada perdarahan saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan
glomerular, morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan
lokasi hematuria.
c. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya
infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan
pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam
urat.
d. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya
keganasan sel-sel urotelial.
e. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus
hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi
ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari
ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan.
Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan
bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta
beberapa penyakit infeksi saluran kemih.

f. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan
prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum,
penyakit kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih
dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui
adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih
sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen,
nyeri pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap
normal, disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit
serum.
g. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk
pemeriksaan prostat dan buli-buli
h. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk
menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena
lebih aman dan informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat
dengan cara uretrografi retrograd atau punksi perkutan.
i. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya
setelah obstruksi dihilangkan
j. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan
gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
k. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan
antara isi dan tekanan di buli-buli
l. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika
pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab
hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004)
7. Penatalaksanaan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan
retensi urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan
memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil,
pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah
transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi
eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian
transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan
antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010). Setelah hematuria dapat
ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan

selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa


C Stoppler, 2010).
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya
tergantung pada penyebabnya:
a. Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.
b. Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat
dilakukan ESWL atau pembedahan.
c. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
d. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker,
atau kemoterapi.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir
bersamaan dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal,
edema terkait dengan sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba
menyarankan ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok kostovertebral
atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat
atau pembesaran sebagai penyebab potensial.
Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin
merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan
anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar.
Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk
adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik.
1. Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan
anemia.
2. Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan
hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal.
3. Cachexia mungkin menunjukkan keganasan.
4. Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh

pielonefritis atau dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal.


5. Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi,
radiasi, atau obat sitotoksik.
6. Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih
diisi dengan 200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut,
biasanya terlihat dalam kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh
bekuan, kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan hingga
tingkat umbilikus.
7. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya
pembesaran ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal.
Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena retensi
bekuan darah pada buli-buli.
8. Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai
mengetahui adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma
prostat. Setelah prostatektomi enukleasi maupun endoskopik,
simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan
kesan prostat masih membesar. Lobus medial prostat yang mungkin
menonjol ke kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan
jari. Karsinoma prostat menyebabkan asimetri dan perubahan
konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui biopsy jarum
transrektal.
9. Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu
dibuat dari karet dan sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung
kateter dibuat dalam berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut;
yang biasa ialah bentuk Foley yang pada ujungnya berbentuk balon
yang dapat dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala
Charriere, berdasarkan skala Prancis yang menyatakan ukuran
lingkaran di luarnya dan bukan diameternya. Diameter didapat
dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga. (Wim de Jong,
dkk, 2004).
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi
pada saat episode hematuria, antara lain:
1. Bagaimanakah warna urine yang keluar?
2. Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah?
3. Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?

4. Apakah diikuti dengan perasaan sakit ? (Mellisa C Stoppler, 2010)


Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker
urothelial pada pasien dengan hematuria mikroskopis
1. Riwayat merokok
2. Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic
amine)
3. Riwayat gross hematuria sebelumnya
4. Usia di atas 40 tahun
5. Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi
saluran kemih
6. Penyalahgunaan analgetik
7. Riwayat radiasi panggul.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan mekanisme
pertahanan primer
c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan Hb
d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawat
Tujuan dan Kriteria Hasil

Nyeri akut berhubungan


dengan:
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan

NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level

NIC :
Lakukan

lokasi,

faktor

Observa
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama . Pasien
jaringan
Bantu p
DS:
tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
- Laporan secara verbal
menem
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
DO:
Kontrol
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
- Posisi untuk menahan nyeri
seperti
- Tingkah laku berhati-hati
nyeri, mencari bantuan)
Kurangi
- Gangguan tidur (mata sayu,
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
Kaji tipe
tampak capek, sulit atau
Ajarkan
manajemen nyeri
gerakan kacau,
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
relaksa
menyeringai)
Berikan
tanda nyeri)
- Terfokus pada diri sendiri Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tingkat
- Fokus menyempit
Berikan
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak mengalami gangguan tidur
(penurunan persepsi
berapa
waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah
ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,

ketidak
Monitor

analge

merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan
lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan,
gangguan peristaltik)

Rencana keperawat
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

NIC :

Pertahan
Batasi p
Cuci tan

keper

Gunaka
Ganti le

pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:


Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
petun
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya Gunaka
infeksi
kandu
Jumlah leukosit dalam batas normal
Tingkat
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Berik
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam
Moni
batas normal

Perta
Inspe

keme
Moni
Doro
Doro
Ajark
Kaji s

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko trauma

Rencana keperawat
Tujuan dan Kriteria Hasil

NOC :
Knowledge : Personal Safety
Faktor-faktor risiko
Safety Behavior : Fall Prevention
Internal:
Safety Behavior : Fall occurance
Kelemahan, penglihatan
Safety Behavior : Physical Injury
menurun, penurunan sensasi Tissue Integrity: Skin and Mucous Membran
taktil, penurunan koordinasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.klien
tidak mengalami trauma dengan kriteria hasil:
otot, tangan-mata,
- pasien terbebas dari trauma fisik
kurangnya edukasi
keamanan, keterbelakangan
mental
Eksternal:
Lingkungan

NIC :

Environ

Sedia
Ident

deng

riway
Men

mem
Mem
Men
Mem
Mem
Men
Men
Berik

peng
Diagnosa Keperawatan/

peny
Rencana keperawat

Tujuan dan Kriteria Hasil


Masalah Kolaborasi
Kecemasan berhubungan NOC :
- Kontrol kecemasan
dengan
- Koping
Faktor keturunan, Krisis
situasional,

Stress, Setelah dilakukan asuhan selama klien

perubahan status kesehatan, kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:


Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
ancaman
kematian,
gejala cemas
perubahan konsep diri,
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan
kurang pengetahuan dan
tehnik untuk mengontol cemas
hospitalisasi
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
DO/DS:
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
- Insomnia
- Kontak mata kurang
- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri sendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeri perut

NIC :
Anxiety

Gun
Nya

pas
Jela

sela
Tem

men
Ber

tind
Lib
Inst

rela
Den
Ide
Ban

- Penurunan TD dan denyut


nadi
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguan tidur
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

kec
Dor

keta
Kel

TINJAUAN KASUS

A.

Tgl Masuk RS

: 08-11-2015

Tgl Pengkajian

: 24-11-2015

No RM

: 732259

Tanggal Lahir

: 27-09-1980

Ruangan

: Lontara 1 Atas Depan

Diagnosa Medis

: Hematuria

Pengkajian
1.

Identitas
a. Identitas Klien
Nama

: Ny. M

Umur

: 35 Tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

: Menikah

Agama/suku

: Islam/Bugis

Warga Negara

: Indonesia

Bahasa yang digunakan

: Bahasa Indonesia dan Daerah

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Kolaka Utara

b. Identitas Penanggung
Nama

: Mustamin

Hubungan dengan klien sebagai Suami


2.

3.

Data Medik
a. Dikirim Oleh
: UGD
b. Diagnosa Medik : Hematuria
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1.) Keluhan utama : gelisah & lemah
2.) Riwayat keluhan utama : hal ini dialami sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit, terjadi perlaha-lahan awalnya pasien

mengeluhkan kuning pada badan sejak konsumsi OAT selama 1


bulan pertama, kemudian lama-kelamaan pasien gelisah dan tidak
respon diajak komunikasi. Kadang demam, batuk, tidak nyeri dada,
tidak nyeri ulu hati, mual dan muntah, obat OAT stop karena mata
kuning BAK prakateter hematuri kurang lebih 200 cc/8jam. Belum
BAB sejak 12 hari SMRS.
3.) Riwayat penyakit dahulu : Tuberculosis Paru, ginjal (bengkak pada
kedua ginjal, terpasang stent)
4.) Riwayat pengobatan : OAT 3 tablet/24 jam
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1.) Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
2.) Klien pernah menjalani opname di RS sebelumnya dengan sakit
hidronefrosis.
3.) Klien tidak mempunyai riwayat penyakit alergi.
4.) Klien pernah menjalani operasi
c. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi
I
II

III

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
I1,2,3,4

: Meninggal tidak diketahui penyebabnya

II1,2,3

: Meninggal karena penyakit yang tidak diketahui

penyebabnya
Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama dengan
klien.
4.

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum lemah, klien nampak sakit berat, klien nampak gelisah
b. Kesadaran composmentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 86 x/menit
SB : 37 0 C
P : 20 x/menit
d. Kepala
Inspeksi :
-

Warna rambut

: Hitam

Distribusi rambut

: Merata

Kulit kepala

: Nampak bersih

Nampak tidak ada ketombe pada rambut

Palpasi :
-

Tidak ada nyeri tekan pada kepala

Tidak ada massa atau benjolan

Rambut tidak mudah rontok

e. Muka
Inspeksi :
-

Muka nampak simetris kiri dan kanan

Bentuk wajah oval

Ekspresi wajah nampak mengantuk

Warna kulit sama sekitarnya

Palpasi :
-

Tidak ada nyeri tekan

f. Mata

Inspeksi :
-

Mata kuning
Konjungtiva anemis

Palpasi :
-

Tidak ada nyeri tekan pada bola mata

Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler

g. Hidung
Inspeksi :
-

Lubang hidung simetris kiri dan kanan

Tidak ada peradangan atau lesi

Tidak ada secret/cairan

Palpasi :
-

Tidak ada nyeri tekan.

h. Telinga
Inspeksi :
-

Posisi telinga simetris antara kiri dan kanan.

Tidak ada pengeluaran cairan pada lubang telinga

Klien tidak memakai alat bantu pendengaran

Palpasi :
-

Tidak ada nyeri tekan

i. Rongga mulut
Inspeksi :
Mulut bersih
Bibir kering
j. Leher
Inspeksi :
-

Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid

Tidak ada peradangan atau lesi.

Palpasi :
-

Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar tyroid

Tidak teraba adanya kelenjar atau massa.

k. Thoraks dan paru


Inspeksi :

Bentuk dada Skoliosis

Pergerakan dada mengikuti irama pernafasan

Irama pernafasan teratur

Frekuensi pernafasan 20 x/menit

Palpasi :
-

Tidak teraba adanya massa atau benjolan

Tidak ada nyeri tekan pada dada

Auskultasi
-

Tidak ada bunyi tambahan

l. Jantung
Inspeksi :
-

Ictus cordis tidak nampak.

m. Abdomen
Inspeksi :
-

Tidak nampak adanya massa atau benjolan

Auskultasi :
-

Peristaltik usus 8 x/menit

Palpasi :
-

Tidak teraba adanya massa/benjolan

Hati dan lympa tidak teraba

Ginjal bengkak

n. Genetalia dan anus (tidak dilakukan pemeriksaan).


o. Ekstremitas

Ekstrimitas atas
-

Merasakan nyeri pada saat distimulasi

2.) Ekstrimitas bawah


-

5.

Merasakan nyeri pada saat distimulasi

Pemeriksaan Diagnostik
Hasil foto thorax menunjukkan TB Paru

Laboratorium tanggal 8-11-2015


Pemeriksaan
Imunoserologi
-

Hbs Ag
Anti HCV

Kimia Darah
-

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

1.0 (NoRe)
0.16 (NoRe)

< 0.13

COI

< 1.00

COI

140

mg/dl

10-14

detik

22.0-30.0

detik

10-50

mg/dl

L(<1.3); P(<1.1)

mg/dl

<38

U/L

<41

U/L

3.5-5.0

Gr/dl

136-145

Mmol/l

3.5-5.1

Mmol/l

97-111

Mmol/l

89

Glukosa
(GDS)

Hematologi
Koagulasi
PT
INR
APTT
Fungsi ginjal

13.3
1.28
24.0
299
5.55
252
113
2.9

Ureum
Kreatinin
Fungsi hati

132
2.9
101

SGOT
SGPT
Albumin
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
Kesan

Laboratorium tanggal 10-11-2015


Pemeriksaan
Kimia darah
Fungsi ginjal

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

Ureum

129

10-50

Mg/dl

Kreatinin

1.30

L(<1.3); P(<1.1)

Mg/dl

Bilirubin total

7.43

< 1.1

Mg/dl

Bilirubin direk

7.16

< 0.30

Mg/dl

Alkali fostafase

130

L:<270; P:<240

U/L

Gamma_GT

267

L(11-50); P(7-32)

U/L

WBC

3.80

4.0 10.0

RBC

3.31

3.80-5.80

HGB

9.1

11.5-16.0

g/dl

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

Ureum

51

10-50

Mg/dl

Kreatinin

0.81

L(<1.3); P(<1.1)

Mg/dl

Bilirubin total

4.52

< 1.1

Mg/dl

Bilirubin direk

3.70

< 0.30

Mg/dl

SGOT

92

< 38

U/L

SGPT

126

< 41

U/L

Natrium

134

136-145

Mmol/l

Kalium

3.0

3.5-5.1

Mmol/l

Klorida

101

97-111

Mmol/l

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

Warna

Kuning

Kuning muda

PH

6.5

4.5-8.0

Fungsi hati

CBC

Laboratorium tanggal 12-11-2015


Pemeriksaan
Kimia darah
Fungsi ginjal

Fungsi hati

Elektrolit

Laboratorium tanggal 19-11-2015


Pemeriksaan
Urinalisa

BJ

1.010

1.005-1.035

Protein

++ / 100

Negatif

Mg/dl

Glukose

Negatif

Negatif

Mg/dl

Bilirubin

Negatif

Negatif

Urobilinogen

Normal

Normal

Mg/dl

Keton

Negatif

Negatif

Mg/dl

Nitrit

Negatif

Negatif

Mg/dl

Blood

+++ / 200

Negatif

RBC/ul

Lekosit

+++ / 500

Negatif

WBC/ul

Vit.c

Negatif

Negatif

Mg/dl

Sedimen lekosit

penuh

<50

ipb

Sedimen eritrosit

> 50

<50

ipb

Sedimen torak

ipk

Sedimen kristal

ipk

Sedimen epitel sel

ipk

6.

Pola Kegiatan Sehari-hari


a. Nutrisi

Kebiasaan
a.)

Sebelum sakit
-

Pola makan
: Nasi, lauk,
sayur-sayuran

Frekuensi makan
: 2 x sehari

Nafsu makan
: Kurang nafsu
makan

Minuman dalam
sehari

b.)

: 7 gelas/hari
Setelah masuk rumah

sakit

Pola makan

: kurang (stop

intake oral)
-

Frekuensi

Nafsu makan

: keluarga

klien menyatakan nafsu makan kurang.


-

Minuman dalam sehari

: 4 gelas/hari

Keluarga klien menyatakan porsi makan yang


dihabiskan hanya 1/2 porsi.

Saat pengkajian Stop intake oral

c.) Pengkuran
Tinggi badan
Berat badan
Lingkar lengan
IMT
Gizi buruk

: 150 cm
: 34 Kg
:
: 15.1 Kg/m2 (underweight)

b. Eliminasi
1.)

Buang air kecil


Kebiasaan :
a.)

Sebelum sakit
-

Frekuensi

: Normal

Warna

: Merah (bercampr darah)

Bau

: Pesing

Jumlah

: 1400 ml/hari

b.)

Setelah masuk rumah


sakit
-

Frekuensi

: Sering

Warna

: Merah (bercampur

Bau

: Pesing

darah)
2.)

Buang air besar


a. Sebelum sakit
-

Frekuensi : 12 hari SMRS tidak pernah

Warna

:-

Konsistensi

:-

b. Setelah masuk rumah sakit


3.)

Frekuensi

: Tidak pernah BAB

Pengukuran Input dan output


Input
-

4 gelas/hari (700 ml)


Infus NaCl 0.9% 1500/hari
Jumlah input 2200 ml/hari

Output
-

IWL 510 ml/hari


Kateter 1400/hari

Balance cairan
Input-output (2200-1910) = (290)
c. Olah raga dan aktivitas
-

Klien tidak pernah berolahraga

Klien nampak bed rest total

d. Istirahat dan tidur


Kebiasaan :
-

Tidur malam jam 22.00 sering terbangun tengah malam

Perubahan selama di rumah sakit :


-

Keluarga klien menyatakan klien susah untuk tidur, baik tidur siang
maupun malam.

Klien nampak gelisah

e. Personal hygiene
Kebiasaan :
-

Mandi 2 x sehari.

Mencuci rambut 2 x seminggu memakai shampoo

Selama di rumah sakit


7.

8.

Tidak pernah mandi


Pola Interaksi Sosial

Orang terdekat dengan klien adalah anak perempuannya

Hubungan dengan keluarga harmonis.


Perawatan dan Pengobatan

Perawatan
-

Istirahat

Pengobatan
-

Ceftriaxone

Comafusin hepar

Aminofusin hepar

Lactulosa

Maxiliv

Methylprednison

Alinamin f

Clinoleic

Clinimix

N-Ace

Ambroxol

B.

KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif
-

Klien menyatakan lemah.

Klien mengatakan nafsu makan menurun

Keluarga mengatakan nafsu makan klien berkurang

Keluarga klien mengatakan tidak diberi makanan (stop intake oral)

Klien menyatakan nyeri saat berkemih

Klien mengatakan air kencing berwarna merah

Keluarga mengatakan klien gelisah

Klien mengatakan tidak pernah BAB

Keluarga klien menyatakan apabila klien makan porsi yang dihabiskan


hanya .

Klien mengatakan batuk

Klien mengatakan ada sumbatan ketika batuk


Data Objektif

Klien Nampak terbaring lemah

Klien nampak gelisah

Stop intake oral

Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg

SB : 37 0 C

N : 86 x/menit

P : 20 x.menit

ADL dibantu di tempat tidur

IMT 15.1 (underweight)

Gizi buruk

Klien nampak batuk

Hasil foto thorax Tb Paru

Hasil laboratorium:
Kimia Darah

Ureum

299

Kreatinin

5,55

Hb

10,7

WBC

3.80

RBC

3.31

HGB

9.1

SGOT

252

SGPT

113

Albumin

2.9

Natrium

132

Kalium

2.9

Klorida

101

Bilirubin total

4.52

Billirubin direk

3.70

Hematologi

PT

13.3

INR

1.28

APTT

24.0

Urinalisis

pH

6.5

Protein
Blood
Lekosit
Sedimen lekosit
Sedimen eritrosit

++ / 100
+++ / 200
+++ / 500
PENUH
>50

C.

ANALISA DATA

No
1

Data
Data subjektif
-

Klien mengatakan nyeri saat

berkemih
Klien mengatakan air kencing

Etiologi
Obstruksi saluran

Masalah
Nyeri Kronik

kemih

berwarna merah
Data objektif
-

Klien nampak gelisah


Klien terlihat merasakan sakit

ketika berkemih
P = kerusakan ginjal
Q = sedang, tertusuk-tusuk
R = pada bagian perut
S=5
T = hilang timbul
- TTV
TD : 110/80
N : 86 x/menit
P : 20 x/menit
S : 370C
Hasil pemeriksaan
Fungsi ginjal
Ureum (129)
Kreatinin (1.30)
Data subjektif
-

Klien mengatakan nafsu makan

menurun
Keluarga mengatakan nafsu

makan klien berkurang


Keluarga klien menyatakan apabila
klien makan porsi yang dihabiskan
hanya

Data objektif
-

Klien nampak terbaring lemah


Stop intake oral
TTV
TD : 110/80
N : 86 x/menit
P : 20 x/menit
S : 370C
Hasil pemeriksaan lab

Anoreksia

Kekurangan volume
cairan

PT

13.3

INR

1.28

APTT

24.0

Hb

10,7

WBC

3.80

RBC

3.31

HGB

9.1

Urinalisis
pH

6.5

Protein

++ / 100

Blood

+++ / 200

Lekosit

+++ / 500

Sedimen lekositPENUH
Sedimen eritrosit
Natrium : 132
Kalium : 2.9
Klorida : 101

>50

Data subjektif
-

Klien menyatakan lemah.

Klien mengatakan nafsu makan

Anoreksia

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

menurun
-

Keluarga mengatakan nafsu makan


klien berkurang

Keluarga klien mengatakan tidak


diberi makanan (stop intake oral)

Keluarga klien menyatakan apabila


klien makan porsi yang dihabiskan
hanya .
Data objektif
-

Klien nampak terbaring lemah


IMT 15.1 Kg/m2
Stop intake oral
Hasil pemeriksaan elektrolit
Natrium (134)
Kalium (3.0)
Klorida (101)
Albumin (2.9)
SGOT 252
SGPT 113
Bilirubin total 4.52
Billirubin direk 3.70
Data subjektif

4
-

Klien menyatakan lemah.

Klien mengatakan tidak pernah


BAB

Klien mengatakan nafsu makan


menurun

Keluarga mengatakan nafsu makan


klien berkurang
Data objektif

Klien Nampak terbaring lemah

Klien nampak gelisah

Kerusakan pada
pencernaan

Konstipasi

Stop intake oral

Tanda-tanda vital :

TD : 110/80 mmHg

SB : 37 0 C

N : 86 x/menit

P : 20 x.menit

Hasil laboratorium:
Kimia Darah
Ureum

299

Kreatinin

5,55

SGOT

252

SGPT

113

Urinalisis
pH

6.5

Protein

++ / 100

Blood

+++ / 200

Lekosit

+++ / 500

Sedimen lekosit

PENUH

Sedimen eritrosit >50

Data Subjektif

Infeksi virus TB

Klien mengatakan batuk

Klien mengatakan ada sumbatan

Bersihan jalan napas


tidak

ketika batuk
Data Objektif
-

Klien nampak gelisah

Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg

SB : 37 0 C

N : 86 x/menit

P : 20 x.menit

Klien nampak batuk

Hasil foto thorax Tb Paru


Data Subjektif

Hb Menurun

Klien menyatakan lemah.

Klien mengatakan nafsu makan


menurun

Keluarga mengatakan nafsu makan


klien berkurang

Klien

menyatakan

nyeri

saat

berkemih
-

Keluarga mengatakan klien gelisah

Klien mengatakan batuk


Data Objektif

Klien Nampak terbaring lemah

Klien nampak gelisah

Stop intake oral

Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C
N : 86 x/menit

P : 20 x.menit

ADL dibantu di tempat tidur

Hasil laboratorium:
Kimia Darah
Hb

10,7

WBC

3.80

Intoleransi aktifitas

RBC

3.31

HGB

9.1

Urinalisis
pH

6.5

Protein

++ / 100

Blood

+++ / 200

Lekosit

+++ / 500

Sedimen lekosit

PENUH

Sedimen eritrosit >50

D.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

1.
2.

asupan cairan yang tidak adekuat


3.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
4.

berhubungan dengan hilang nafsu makan


Konstipasi berhubungan dengan defekasi tidak
adekuat

5.
6.

Ketidakefektifan pembersihan jalan napas


berhubungan dengan adanya benda asing pada jalan napas.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

S-ar putea să vă placă și