Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Disusun Oleh :
Debby Adelayde
( 030.09.058 )
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO
PERIODE 29 JUNI 12 SEPTEMBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENUGASAN
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Disusun Oleh :
Debby Adelayde
Semarang,
( 030.09.058 )
Agustus 2015
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penugasan yang berjudul
Surveilans Epidemiologi
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik di bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Puskesmas
Salaman I, Magelang). Tentunya Penulis berharap pembuatan laporan ini tidak hanya
berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan diatas. Namun, besar harapan penulis agar
laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berhubungan dengan masalah ini.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dodik Pramono,MSI-Med selaku koordinator Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2. dr. Hari Peni Julianti, M.Kes, selaku koordinator dan pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
3. Seluruh teman- teman Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat,
semoga kita mendapatkan hasil yang maksimal, dan ilmu yang diperoleh dapat
bermanfaat untuk menjalankan tugas sebagai dokter di lingkungan
masyarakat.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritik membangun
guna penyempurnaan laporan ini.
3
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
Latar Belakang....................................................................................................
Tujuan.................................................................................................................
Rumusan Masalah...............................................................................................
BAB II ISI.......................................................................................................................
Pengertian...........................................................................................................
Tujuan.................................................................................................................
Prinsip.................................................................................................................
Fungsi..................................................................................................................
11
Jenis-jenis............................................................................................................
12
Hambatan............................................................................................................
15
Ruang Lingkup....................................................................................................
16
Bagian-bagian.....................................................................................................
18
24
Kesimpulan.........................................................................................................
24
Saran...................................................................................................................
24
4
4
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epidemiologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan
penyebaran
masalah
kesehatan
pada
sekelompok
manusia
serta
factor
yang
kesehatan
Pemerintah,
instansi
Kesehatan
Propinsi,
instansi
kesehatan
kabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional atau struktural.
Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus. Surveilans beralasan untuk dilakukan jika
dilatari oleh kondisi kondisi berikut ( WHO, 2002 ) :
1. Beban Penyakit ( Burden of Disease ) tinggi, sehingga merupakan masalah penting
kesehatan masyarakat.
5
5
6
6
BAB II
ISI
1
Sejarah Surveilans
Sejarah perkembangan surveilans epidemiologi adalah dimulai sejak abad XIV dan
XV Tahun 1348an di Eropa terjadi Epidemi Pneumonia karena pes yang dikenal dengan
Black Death karena itu dilakukan deteksi penyakit. Dianggap sebagai kegiatan surveilans
secara primitif yang dilakukan untuk pertama kalinya. Pada abad XVI dilakukan pencatatan
kematian di kota-kota besar Eropa. Tetapi manfaat pencatatan secara ilmiah, tampak beberapa
abad kemudian, diperkenalkan oleh Jhon Graunt. Kemudian abad XVII pencatatan kematian
yang biasanya secara sporadis dan hanya bila ada wabah pes, ditertibkan. Laporan mingguan
secara ilmiah disusun oleh John Graunt (1662), memuat informasi tentang jumlah penduduk
London yang meninggal karena sebab tertentu. John Graunt adalah orang yang pertama kali
mempelajari konsep jumlah dan pola penyakit secara epidemiologi. Hingga abad XX mulai
dikenal pemakaian konsep surveilans untuk pendeteksian epidemi dan pencegahan penyakit
infeksi. Jenis-jenis penyakit yang harus dilaporkan juga bertambah banyak termasuk
HIV/AIDS. Tahun 1965 didirikan unit survailan epidemiologi pada divisi penyakit menular di
WHO, Geneva.
Pengertian Surveilans
Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus
dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan
untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan).
Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.
1. Pertama yaitu surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus
terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan
keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran,
dan
penyebaran
data
yang
terkait,
dan
dianggap
sangat
berguna
untuk
penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip
dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu keduanya
dapat dianggap berperan bersama-sama.
2. Kedua yaitu
menyangkut
sistem
pelaporan
khusus
yang
diadakan
untuk
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan
interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada
dalam masyarakat.
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup
jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan
kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai
mana mestinya.
e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan
pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
Lalu, program tersebut akan di aplikasikan dalam bentuk suatu tindakan. Dalam hal
ini akan adanya proses feedback (umpan balik). Setelah itu, tindakan yang telah dilakukan
akan di evaluasi. Apakah program telah berhasil atau tidak sampai pencapaian tujuan
sehingga didapatkan kembali data baru untuk penelitian selanjutnya. Alur atau proses dari
awal hingga akhir tersebut berjalan secara terus-menerus tanpa memutuskan bagian yang ada
didalamnya, seperti :
a) Data
Dalam surveilans epidemiologi, data yang di dapat biasanya berupa masalah kesehatan
seperti kesakitan, sindrom, gangguan lingkungan sekitar atau masalah kesehatan lainnya.
Setelah itu data dapat dikumpulkan dengan dukungan berbagai sumber seperti laporan
puskesmas, laporan rumah sakit, survey, laporan laboratorium. Pengumpulan data ini harus
memperhatikan beberapa indicator, diantaranya jumlah atau rate, angka kesakitan & angka
kematian, variabel yang diperlukan dan numerator serta denumerator yang dipakai. Setelah
dikumpulkan, data akan dilaporkan ke pemerintah bidang kesehatan masyarakat. Pelaporan
data bisa dalam bentuk laporan harian, mingguan dan bulanan.
10
b) Informasi
Setelah data diperoleh dan telah diolah akan menghasilkan sebuah informasi. Lalu, akan
dilanjutkan dalam proses analisa dan interpretasi. Proses ini harus memperhatikan
karakteristik data (sumber data, kualitas, pembaharuan data apakah data berubah atau tidak),
validasi data (apakah ada nilai yang kurang atau data tidak lengkap, kebenaran data,
duplikasi atau ada kesamaan), analisis deskriptif (analisis berdasarkan orang, tempat, dan
waktu),
dan
hipotesis
mengambil
keputusan
yang
biasanya
bisa
dilakukan
dengan
pengendalian
(rapid response,
case management,
11
12
penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan
tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal,
politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkahlangkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan
Upshur, 2007).
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,
konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan
lainnya. Jadi focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak
negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertical (pusatdaerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari
sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara
dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program
surveilans penyakit vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit dengan penyakit
lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk
sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan
inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terusmenerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun
populasi yang bias diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik
mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau
temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun
nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan
kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam
surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan
13
definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan
mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis
kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor
aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrument untuk memonitor krisis
yang tengah berlangsung. (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006)
Suatu system yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas
kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans
sentinel. Pelaporan sampel melalui system surveilans sentinel merupakan cara yang baik
untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010)
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri
tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada
system yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. (DCP2, 2008)
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan
surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah
pelayanan public bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia
yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan
pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan et
al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
d. Melakukan
sinergi
antara
fungsi
inti
surveilans
(yakni,
pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan
dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);
14
e. Mendekatkan
fungsi
surveilans
dengan
pengendalian
penyakit.
Meskipun
15
3) Sumber daya
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya manusia.
Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai berikut;
-
16
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan
factor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.
Ruang lingkupnya antara lain :
-
17
Kesehatan Haji
Kesehatan Pelabuhan dan Lintas Batas Perbatasan
Bencana dan masalah sosial
Kesehatan matra laut dan udara
KLB Penyakit dan Keracunan
Screening
Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat
memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin
tidak menderita.
Latar belakang sehingga screening ini dilakukan yaitu karena hal berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
18
19
2.9.2
penting dari upaya memperoleh data yang dihimpun dari berbagai sumber data surveilans.
Misalnya surveilans campak, maka tugas besar surveilans adalah merekam semua kasus
campak yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit dan sumber data lainnya, kemudian
menghimpun dan mengolahnya menjadi kelompok-kelompok data yang merupakan distribusi
kasus-kasus campak sesuai karakteristik epidemiologi yang diperlukan.
Sebelum menemukan dan mengimpun kasus-kasus dalam rangkaian kegiatan
surveilans, perlu jelas :
1. Apakah problem kesehatan yang mendorong perlunya surveilans suatu
2. penyakit ?
3. Apakah tujuan surveilans telah jelas menjawab kebutuhan informasi untuk
4. manajemen program ?
5. Apakah kasus-kasus yang dimaksud sesuai dengan upaya memenuhi
6. informasi untuk manajemen program ? atau SKD_-KLB ?
7. Apakah kasus-kasus yang dimaksud terdapat pada suatu sumber data
8. tertentu ? Siapa dan bagaimana menemukan kasus-kasus tersebut ?
9. Apakah kasus-kasus yang dihimpun akan memperoleh data jumlah absolut,
10. rate secara total atau menurut karekateristik tertentu ?
Kasus campak, dan juga kasus-kasus yang lain, adalah seseorang atau suatu obyek
tertentu, yang menunjukkan ciri-ciri tertentu, berada pada tempat tertentu dan pada waktu
tertentu, sehingga ia dinyatakan oleh seseorang yang mengumpulkan data surveilans sebagai
kasus campak atau kasus-kasus lainnya. Kasus satu dengan kasus lain perlu ditetapkan ciriciri tertentu yang spesifik, sehingga dapat dipilah berbagai jenis kasus yang ada di unit
sumber data. Rumusan ciri kasus tersebut disebut sebagai definisi operasional kasus.
20
Definsi operasional kasus adalah alat pemilah antara kasus dan bukan kasus. Ketidak
tepatan definisi operasional kasus A, misalnya, dapat berakibat suatu obyek dinyatakan
sebagai kasus A, padahal sebenarnya bukan, sebaliknya, suatu obyek dinyatakan sebagai
bukan kasus A, padahal sebenarnya adalah kasus A. Apabila terdapat 1000 obyek dinyatakan
sebagai kasus A, maka bisa terdapat 900 obyek benar sebagai kasus A, tetapi terdapat 100
obyek yang sebenarnya bukan kasus A, sehingga pengukuran besarnya angka kesakitan
menjadi tidak tepat (validitas).
2.9.3
21
Releabilitas
Definisi operasional kasus adalah alat untuk menentukan suatu diagnosis, baik
berdasarkan gambaran klinis, dan atau dukungan pemeriksaan lainnya. Releabilitas adalah
22
konsistensi suatu definisi operasional kasus ketika digunakan untuk menetapkan kasus atau
bukan kasus, baik oleh petugas yang sama pada waktu berbeda (konsistensi intra petugas),
atau antara satu petugas dengan petugas lain (konsistensi antar petugas). Untuk menjaga
reliabilitas, maka perlu ada pedoman, prosedur operasional standar, pelatihan, dan
monitoring-evaluasi penerapan definisi operasional kasus. Atau Reliabilitas adalah
pemeriksaan yg dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan sesuatu yg konsisten.
Faktor yg mempengaruhi:
1. Variabilitas alat
2. Variasi subyek
3. Variasi pemeriksa
Cara mengurangi variasi:
1. Standarisasi alat
2. Latihan intensif para pemeriksa
3. Penerangan yang jelas kepada orang yang akan diperiksa
Contoh
Definisi operasional (DO) kasus campak adalah demam, bercak merah disertai dengan
salah satu gejala diare, mata merah conjunctivitis atau batuk Pada DO kasus campak tersebut,
pengertian demam bisa berbeda satu petugas dengan petugas lain. Pada saat ditemukan kasus
oleh petugas A di Puskesmas, dengan hasil perabaan dahi menunjukkan demam, ditemukan
bercak kemerahan dan batuk, maka sesuai dengan DO kasus campak tersebut dimasukkan
sebagai kasus campak. Tetapi pada saat kasus yang sama tersebut datang ke petugas B, ia
menyebut bukan kasus campak, karena pada perabaan dahi dinyatakan suhu normal, atau
tidak demam. Pengukuran suhu oleh satu petugas bisa berbeda-beda metodenya, misalnya
satu saat petugas mengukur suhu badan pada ketiak, saat lain mengukur suhu badan pada
mulut, tetapi pengukuran dengan alat yang sama bisa dihasilkan simpulan yang berbeda, baik
karena cara menggunakan alat, maupun interpretasinya.
23
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Surveilans epidemiologi adalah upaya rutin dalam pengumpulan, pengolahan, analisis
dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan masyarakat dengan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data kesehatan secara
sistematis dan terus menerus, serta diseminasi informasi tepat waktu kepada pihak-pihak
yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan
populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan
respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.
Bagian-bagian dari surveilans epidemiologi meliputi screening, mapping, pencatatan
dan pelaporan, serta validitas dan releabilitas.
3.2 Saran
Dalam memanajemen laboratorium harus dikelola dengan pengadministrasian
laboratorium yang tepat dan sesuai dengan tata cara yang ada agar tercipta kondisi yang
kondusif mengingat pentingnya manfaat administrasi dalam suatu kegiatan atau organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kumalasari, Tri Novia. 2013. Modul Mata Kuliah Surveilans Epidemiologi Konsep
Surveilans Epidemiologi. Indralaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sriwijaya.
Budiarto, Eko & Dewi Anggraeni. 2012. "Pengamatan Epidemiologis (Surveilans)", Pengantar
Epidemiologi, Edisi 2.Jakarta: EGC, hal 100-106.
Noor, Nur Nasry. 2013. "Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular", Pengantar
Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta, hal 82-95